Love Is Fire
Episode 1
Ferana Hamid
"Hari yang begitu membosankan. "
Ferana menatap layar HP nya.
Ferana Hamid
Hmm... tidak ada pesan?
Ferana bangkit dari kursinya. Ia keluar dari ruangan tempat kerjanya.
Perusahaan Mobil H adalah milik keluarganya. Ferana Hamid adalah anak dari **** Hamid dan Sora Hamid. Kecantikannya ia dapatkan dari ibu dan ayahnya. Ia tidak pernah merasa kekurangan dari segala hal. Kehidupannya begitu sempurna.
Ferana menatap wajahnya di kaca mobil.
Ferana masuk ke dalam mobil kesayangannya, Buggati La Voiture Noire.
Mobil melaju di jalan raya.
Terdengar bunyi dering panggilan dari HP
Ferana Hamid
"Hallo Ma.. "
(Ibu) Sora Hamid
"Apakah kamu sudah makan siang?"
Ferana Hamid
"Belum Ma... "
(Ibu) Sora Hamid
"Temui mama di restoran Hont"
Biipp... bunyi panggilan telepon terputus
Ferana Hamid
Pasti mama akan memperkenalkan seseorang kepadaku
Ferana tiba di depan restoran Hont. Mobil sudah terparkir di parkiran. Ia menuju tempat yang di janjikan. Ferana mengikuti pelayan yang mengantarnya menuju ruang VIP.
Pelayan itu mempersilahkan Ferana duduk. Kemudian pergi meninggalkan Ferana dengan ibunya.
(Ibu) Sora Hamid
"Mama sudah memesankan makanan kesukaanmu."
(Ibu) Sora Hamid
"Oh iya, papamu akan tiba sebentar lagi bersama temannya."
Lima menit kemudian, **** Hamid dan temannya datang.
(Ayah) Dick Hamid
"Maaf, lama menunggu?"
(Ibu) Sora Hamid
"Tidak, sayang."
(Ayah) Dick Hamid
"Perkenalkan ini Yon Agra."
Sora Hamid dan Ferana Hamid tersenyum ramah kepada Yon Agra. Mereka saling memperkenalkan diri dan berjabat tangan.
Pelayan tamu tiba dengan menghidangkan makanan dan minuman yang mereka pesan.
(Ayah) Dick Hamid
"Bagaimana pekerjaanmu?"
(Ayah) Dick Hamid
"Yon Agra, anakku ini cantik tetapi kamu jangan tertipu dengan wajahnya."
(Ayah) Dick Hamid
"Dia cantik tetapi tidak tertarik dengan pria."
Yon Agra tersenyum. Dia menatap sekilas Ferana.
Yon Agra
"Ferana memang cantik, ****. "
(Ayah) Dick Hamid
"Siapa dulu ayah dan mamanya... "
**** menatap Sora penuh cinta dan ia bangga memiliki putri seperti Ferana.
Mereka berbincang-bincang sambil membahas pekerjaan.
Ferana kembali ke kantornya.
Cameo (Sean Hann)
"Aku menunggumu."
Ferana terkejut kehadiran sepupunya, Sean. Ferana menatap Sean dengan tatapan bertanya.
Ferana Hamid
"Mengapa kamu ada disini? Aku dengar kamu lagi di Amerika?"
Cameo (Sean Hann)
"Apa kamu tidak merindukan kaka sepupumu yang ganteng ini?"
Ferana Hamid
"Aku tahu kamu tampan... tapi aku tidak terpesona padamu..."
Cameo (Sean Hann)
"Hahaha... Aku tahu itu..."
Ferana menatap Sean. Sepertinya Sean sedang jatuh cinta dengan seseorang.
Ferana Hamid
"Jangan katakan kamu ingin cerita bahwa kamu menemukan belahan hatimu?"
Ferana Hamid
"Oh My God... Itu tidak mungkin kan?"
Ferana menggelengkan kepalanya
Cameo (Sean Hann)
"Kamu tidak salah... itu benar. "
Ferana Hamid
"Siapa dia? siapa gadis yang bisa meluluhkan pria arogan seperti Sean?"
Sean membuka galeri handphonenya.
Ferana Hamid
"Wow... Cantik Sekali..."
Cameo (Sean Hann)
"Kamu pasti akan menyukainya."
Ferana Hamid
"Pilihan Sean menakjubkan."
Cameo (Sean Hann)
"Kamu sendiri kapan menemukan pasangan?"
Ferana Hamid
"Gak tau... Tidak ada yang bisa membuatku JATUH CINTA. Hehehe... "
Ferana mencubit lengan Sean.
Ferana Hamid
"Jangan tanyakan hal itu lagi kepadaku."
Cameo (Sean Hann)
"Apa mau aku perkenalkan dengan seseorang?"
Ferana Hamid
"Males ahh... Aku gak minat."
Cameo (Sean Hann)
"Baiklah... setelah ini aku ada urusan. Aku pergi dulu."
Cameo (Sean Hann)
"Jaga dirimu..."
Ferana kembali memeriksa laporan pekerjaan yang di letakkan di mejanya. Ia fokus dan teliti dalam memeriksa. Semua adalah hal yang terpenting bagi dirinya.
Ferana Hamid
"Akhirnya selesai juga berkas yang di periksa..."
Seorang pria sedang mengintai. Pria itu memakai topi, wajahnya ditutupi masker.
Ferana tanpa sengaja matanya teralihkan pada gedung di seberang.
Seseorang sedang mengintainya.
Ferana menutup tirai ruangannya dengan cepat. Tirai itu otomatis tertutup dengan cepat setelah Ferana menjalankan remote tirai di tangannya.
Ferana Hamid
Apa-apaan orang itu? Apakah tempat ini di sadap?
Gumaman dan lamunan Ferana berkecamuk.
Ferana Hamid
Aku harus berhati-hati
Bunyi telepon berdering di meja Ferana.
Ferana menatap telepon. Ia mengangkat ganggang telepon.
Tarkan Ryan
"Aku tidak menyangka kelakuanmu tidak berubah."
Tarkan Ryan
"Apa kamu tidak mengenal suaraku?"
Episode 2
Ferana langsung membuka tirai kantornya dengan remote.
Ia menemukan Tarkan Ryan dari kejauhan. Laki-laki itu ada diseberang kantornya, berdiri tersenyum padanya. Pria itu misterius.
Tarkan Ryan
"Apakah kamu percaya tentang cinta?"
Ferana Hamid
"Cinta? Cinta itu mustahil ada untukku!!!"
Ferana Hamid
"Aku tidak akan pernah percaya akan cinta..."
Tarkan Ryan
"Kalau begitu aku akan membawamu kedalam dunia yang tidak ada cinta."
Ferana Hamid
"Kamu jangan mengatakan hal yang konyol."
Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Di balik derasnya hujan, Tarkan sudah berdiri di jalan raya dengan menggunakan payung berwarna merah.
Ferana Hamid
Sejak kapan dia ada disitu?
Ferana melihat payung ditangan Tarkan berubah menjadi kelinci.
Ferana Hamid
"Apa ini? Apakah aku berhalusinasi?"
Tarkan muncul di ruangan Ferana dan sekarang berdiri di depannya secara mendadak. Ferana terkejut.
Ferana ingat, pertemuannya dengan Tarkan di saat hujan di musim dingin itu.
Laki-laki itu berada di keramaian jalan raya.
Ferana ketika itu berada di dalam mobil.
Hal yang membuat Ferana kaget. Laki-laki itu langsung ada di dalam mobilnya.
Tarkan Ryan
"Apakah kamu melihatku?"
Ferana berteriak ketakutan.
Ferana Hamid
"Aaggghhhh... SIAAAPAA KAMUU?"
Laki-laki itu tersenyum padanya.
Tarkan Ryan
"Aku adalah Tarkan Ryan."
Ferana Hamid
"Apakah kamu manusia?"
Tarkan Ryan
"Apakah kamu berpikir aku hantu?"
Ferana Hamid
"Ini gila... Apakah aku bermimpi?"
Tiba-tiba laki-laki itu menghilang.
Hingga sejak itu, Ferana tidak pernah ketemu Tarkan Ryan. Tetapi wajah laki-laki itu masih jelas di pikirannya.
Lamunan Ferana terhenti, saat Tarkan mulai bertanya lagi padanya.
Tarkan Ryan
"Apakah kamu kaget?"
Tarkan Ryan
"Aku akan bertanya lagi padamu, apakah kamu percaya cinta?"
Ferana menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba ruangan kantor Ferana berubah dengan satu tepukan dari tangan Tarkan.
Ferana menemukan dirinya berada ditempat lain, yaitu tempat dingin sedingin es.
Ferana Hamid
"Kenapa aku berada disini?"
Ferana Hamid
"Dunia apa ini?"
Tarkan Ryan
"Aku membawamu ketempat yang tidak ada cinta."
Ferana Hamid
"Siapa kamu sebenarnya?"
Episode 3
Cinta itu tidak seindah apa yang kamu pikir, tidak seromantis yang kamu bayangkan. Cinta memang bisa membuat seseorang bahagia, tetapi cinta bisa membuat seseorang menderita. Cinta ada yang berakhir happy ending dan ada juga yang berakhir sad ending. Kalian akan memahami cinta ketika kalian mulai beranjak dewasa, karena cinta anak remaja itu berbeda dengan cinta yang benar-benar dewasa.
Ferana Hamid
"Dimana aku?"
Ferana melihat ke sekiling, hanya nampak kumpulan berupa es-es. Tetapi es itu tidak memberikan kedinginan untuk tubuh Ferana.
Tarkan Ryan
"Ini adalah tempat dimana tidak ada cinta—"
Ferana Hamid
"Apa maksudmu?"
Tarkan Ryan
"Aku membawamu ke tempat yang tidak ada cinta, dan tempat ini ada di hatimu—"
Tarkan tersenyum dan ia kini memperlihatkan kekosongan di hati Ferana. Kosong itu seperti batu, batu es yang mengeras.
Tarkan Ryan
"Kamu tenang saja, di sini ada rumah—dan kamu akan melihat kota disini."
Tarkan menarik tangan Ferana, kemudian berpindah ke kota. Kota itu terlihat indah tetapi bernuansa es.
Ferana Hamid
"Aku ingin pulang."
Tarkan Ryan
"Kamu tidak akan bisa pulang."
Ferana Hamid
"Mengapa tidak bisa?"
Tarkan Ryan
"Karena tempat ini terkunci—"
Ferana kini kembali menatap gedung-gedung mewah tetapi gedung itu menghembuskan angin dingin, dan angin itu tidak berpengaruh pada dirinya.
Ferana Hamid
"Bagaimana aku bisa keluar dari sini?"
Tarkan Ryan
"Caranya kamu harus memiliki api cinta di hatimu."
Tarkan kemudian menghilang dengan cepat, meninggalkan Ferana yang bingung sendirian.
Ferana Hamid
Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa mencintai seseorang—
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!