Natalia Hadasa gadis cantik yang menginjak usia 21 tahun. Ia adalah sarjana teknik sipil alumni Institut Teknologi Surabaya. Karena kecerdasannya dan predikat cumlaude, ia langsung direkrut menjadi tenaga ahli di sebuah perusahaan besar di kota Surabaya.
Sejak ia usia 7 tahun ibunya sudah menjadi single parent karena ayahnya pergi meninggalkan mereka demi wanita lain. Ia mempunyai adik laki-laki yang usianya selisih 3 tahun dengannya. Meski ayahnya pergi meninggalkan mereka, mereka tidak pernah kekurangan, karena ibunya seorang guru di sebuah SMUN dan ayahnya tetap mengirim uang walau sedikit dan tidak intens.
Apakah Natalia benci pada ayahnya? Tentu saja. Karena ayahnya sudah mengkhianati istri dan anak-anaknya. Tetapi ibunya selalu menasihati Nana (panggilan Natalia) dan adiknya, supaya memaafkan ayahnya dan mengasihi ayahnya.
Butuh bertahun- tahun bagi Natalia untuk bisa berdamai dengan hatinya. Ia bersyukur memiliki seorang ibu yang religius dan tangguh. Sampai Natalia dan adiknya tumbuh dewasa, ibunya tidak mau menikah lagi, karena ibunya memegang teguh prinsip kepercayaannya, bahwa bagi yang bercerai bukan karena kematian tidak boleh menikah lagi.
Perselingkuhan ayahnya dan perceraian orang tuanya jugalah yang menjadi alasan bagi Natalia membentengi dirinya supaya tidak jatuh cinta kepada laki-laki. Hal tersebut jugalah yang mendorong Natalia fokus kepada pendidikan dan keluarganya. Tidak heran selama pendidikan dari Sekolah dasar sampai universitas ia selalu mendapat beasiswa. Bahkan Natalia dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari pada umumnya.
Kehidupan Natalia bersama ibu dan adiknya tidaklah muda meskipun tidak pernah kekurangan karena mereka hidup dalam kesederhanaan. Sejak kelas 10 Natalia sudah menghasilkan uang dari pekerjaannya memberikan bimbingan belajar bagi anak- anak sekolah dasar, menengah pertama sampai SMU. Natalia tidak ingin terlalu membebani ibunya. Sebagai anak sulung, ia merasa ikut bertanggung jawab terhadap keluarganya, walaupun ibunya tidak pernah menuntutnya.
Menjadi dewasa sebelum waktunya. Ikut mendidik Nathan supaya kelak menjadi laki-laki yang mandiri, bertanggungjawab dan takut Tuhan sehingga tidak melakukan dosa seperti ayahnya.
Natalia kadang didera perasaan minder, terlebih bila ada yang menanyakan keberadaan ayahnya dan status ibunya, apalagi saat orang-orang membicarakan papanya yang menceraikan mamanya supaya dapat menikahi wanita selingkuhannya. Dosa papanya seperti noda yang terus menempel di keluarganya. "Bukan salah mama, bukan salah Nathan adiknya, juga bukan salahku, semua kesalahan papa dan wanita itu." teriak batin Natalia sedih dan kecewa.
Jam lima pagi, setelah berdoa dan membaca Bible, Natalia membantu mamanya memasak. Pukul 6.15 setelah sarapan, Natalia bersiap- siap untuk berangkat bekerja.
Natalia berdiri di depan kaca, melihat pantulan dirinya dalam balutan seragam kantornya. Aura wibawa terpancar dari wajahnya yang cantik. Rambut lebatnya yang melebihi bahunya dikuncir kuda, dengan sedikit poni memberikan kesan anggun dan manis, membuat setiap orang tidak bosan memandangnya.
" Aduh cantiknya anak mama." seru mamanya yang juga bersiap-sisp untuk berangkat mengajar.
" Ih..mama....aku cantik kan karena nurun mamaku yang cantik dan hebat ini." sahut Natalia sambil memeluk mamanya.
" Ayo cepet berangkat, jam segini jalanan pasti macet." kata Bu Norma, mama Natalia.
"Ok mam."
Di meja makan nampak Nathan sedang sarapan. Ia hari ini cukup santai karena masuk kuliahnya siang. Natalia dan Bu Norma pamit pergi kerja pada Nathan. Bu Norma dan Natalia pergi bekerja dengan mengendarai motor masing-masing. Natalia mempunyai keinginan mau membeli mobil untuk keluarganya, sehingga ketika ada acara keluarga mereka bisa pergi bersama-sama.
Maaf reader ada kesalahan dalam penulisan episode 1 tentang pekerjaan mama Natalia, yaitu Bu Norma. Natalia beserta keluarganya tinggal di Surabaya. Jadi Bu Norma mengajar di sebuah SMUN di Surabaya ya. Hehe...mohon maklum ya reader ini karya pertama saya. Mohon dukungannya dan jangan lupa kasih like- nya ya. Gbu all
Sesampai Natalia di perusahaan P.T. Cipta Buana Corp segera ia memarkirkan motornya di tempat parkir khusus karyawan. Setelah merapikan penampilannya, segera ia melenggang dengan langkah panjangnya menuju kantornya. Natalia gadis yang gesit, jadi dalam berjalan pun langkahnya cepat tapi tetap anggun.
Dengan seragam kantor yang pas membungkus tubuhnya yang proposional, tidak kurus dan tidak juga gemuk, dengan tinggi badan 165 cm dan wajah menawan, keberadaan Natalia selalu mengundang setiap mata untuk melihatnya.
Tanpa melepas senyum di bibirnya, Natalia menyapa dengan ramah setiap orang yang ditemuinya.
Sesaat Natalia berhenti dan menoleh ke seorang perempuan muda yang memanggilnya dan berjalan cepat menyusulnya.
"Aduh Nat, jalanmu cepet banget mau patah kakiku mengejar mu." gerutu Maya sekretaris manajer di divisinya.
"Idih lebay, ngapain juga kamu harus ngejar aku," jawab Natalia dengan tertawa kecil.
" Biar kita barengan, kan lebih enak ada temannya daripada berjalan sendiri cantik," kata Maya sambil menepuk lembut lengan Natalia.
Maya gadis manis yang memiliki kulit eksotik telah menjadi sahabat baru setelah hampir enam bulan Natalia bekerja. Walaupun suka kepo ( knowing every particular object) Maya adalah teman yang baik dan dapat dipercaya. Maya juga pribadi yang gaul dan supel.
Dengan beberapa karyawan lainnya, mereka berdua masuk lift menuju lantai 4 tempat divisi mereka. Natalia adalah salah satu tim dari divisi perencana struktur setiap proyek yang ditangani oleh PT Cipta Buana Corp Sebagai salah satu perusahaan konstruksi dan kontraktor yang terbesar di Indonesia yang banyak memenangkan tender untuk proyek baik milik pemerintah maupun swasta, membuat divisi mereka mempunyai pekerjaan yang menumpuk yang harus diselesaikan. Beruntung tim di divisi Natalia termasuk orang- orang yang solid dan memiliki akuntabilitas.
Tim di divisi Natalia ada 6, termasuk manajer dan sekretarisnya. Dan hanya Natalia dan Maya yang perempuan. Natalia satu-satunya yunior di divisinya, namun demikian para seniornya menghargainya, terlebih Natalia pribadi yang menyenangkan, cerdas dan cekatan dalam pekerjaan.
Para seniornya yang masi muda menganggap Natalia adik dan yang usia 40 tahun ke atas menganggapnya anak. Jadi bisa dibayangkan bagaimana suasana kekeluargaan yang menyenangkan sehingga mampu mengurangi stres yang seringkali mereka alami karena besarnya tanggungjawab sehubungan dengan proyek yang mereka tangani.
Natalia bersyukur pada Tuhan untuk pekerjaannya. Ia percaya, apa yang didapatnya sekarang adalah pemberian Tuhan dan jawaban Tuhan atas doa-doanya, dan yang pasti doa dari mama Norma yang tekun berdoa untuk anak-anaknya. Dalam setiap ujian hidup yang keluarganya hadapi, Natalia melihat dan merasakan kasih setia Tuhan yang diberikan kepada keluarganya.
Sampai di meja kerjanya, Natalia duduk dan berdoa sesaat sebelum memulai bekerja. Sekalipun Natalia sadar kalau ia cerdas, tapi ia tetap meminta pimpinan Tuhan dan hikmat untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Tim di divisinya melihat Natalia adalah gadis yang taat dalam agamanya, dan mereka saling menghargai kepercayaan mereka yang berbeda- beda.
"Assalamualaikum," seru pak Hasan, senior di divisi Natalia.
"Waalaikum salam," sahut Natalia dan beberapa karyawan yang sudah lebih dahulu datang.
Tidak lama kemudian pak Hendra manajer mereka datang. "Selamat pagi semua."
"Pagi pak," sahut mereka serempak.
" Oh ya, saya mau sampaikan supaya kita bisa menyelesaikan semua laporan kerja kita, sebab Presdir yang baru akan datang. Ya sebagai persiapan kalau mendadak diminta hasil kerja kita." Kata pak Hendra sebelum masuk ruangannya.
"Nanti Tama dan Natalia kamu yang merangkum semua laporan dan serahkan pada saya hasilnya. Bisa kan besok siang sudah ada di meja saya." Kata Hendra
"Siap pak," jawab Tama dan Natalia. Pak Hendra pun beranjak masuk ke ruangannya.
"May, kamu tahu ga siapa Presdir baru kita?"
tanya Pak Budi, kepada Maya yang sedang sibuk dengan komputernya. Meja kerja Maya ada di depan ruang pak Hendra.
"Aku denger waktu di rapat para manajer sih katanya anak dari CEO kita," jawab Maya.
"Tahu ga orangnya May," tanya Budi lagi.
"Aku juga ga tahu Pak," jawab Maya sambil mengedikkan bahunya.
"Tumben kamu ga tahu Mau, kamu kan orangnya kepoan," sahut Tama sambil nyengir.
"CK kalau kumpul sama para atasan, aku kan ga berani bro kalau mau tanya soal gituan," sungut Maya yang disambut kekehan rekan-rekannya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!