Perkenalkan namaku Indah Puspita Sari. Umurku saat ini 31 tahun. Aku adalah seorang ibu rumahtangga biasa. Aku memiliki 4 orang anak. 1 anakku dari pernikahan pertama, 2 anak dari pernikahan Kedua, dan 1 anak adalah bawaan suami yang kedua.
Aku sengaja ingin menulis kisah ini disini. Aku berharap tulisan ini bermanfaat dan bisa dipetik hikmahnya oleh pembaca. Hidup yang aku jalani sebelumnya sungguh berliku-liku dan penuh dengan air mata.
Bukan hanya hati yang sakit tetapi fikiran, dan badan juga merasakan sakitnya. Aku menikah pertama kali ketika usiaku belum genap 19 tahun. Pernikahanku terasa berat kujalani hingga akhirnya perceraian adalah jalan yang aku pilih.
Dari kecil aku sudah mandiri dan terbiasa hidup terpisah. Aku punya banyak saudara tapi berasa tidak punya saudara. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak bisa akur satu sama lain. Ibuku juga seperti orang lain. Perlakuannya sungguh sangat berbeda denganku.
Aku seperti bukan anaknya, padahal aku adalah anak kandungnya sendiri. Dia akan mencari ku ketika ada maunya saja. Walaupun aku jauh sekalipun ibuku tidak pernah menghubungiku. Sekedar menanyakan kabarku dan cucunya saja tidak. Dalam satu tahun bisa dihitung jari berapa kali aku menelpon ibuku.
Entahlah apa yang salah denganku. Kadang aku iri melihat orang lain bisa dekat dengan ibunya tapi aku malah sebaliknya. Ibuku tidak pernah mencukupi kebutuhanku dari kecil aku sudah bekerja banting tulang untuk memenuhi biaya sekolahku sendiri.
Semenjak bapakku meninggal aku ikut dengan saudara kakekku yang kebetulan tidak memiliki anak. Mereka baik padaku dan aku sudah mengganggap mereka nenek dan kakekku sendiri.
Hidup yang kujalani sangatlah sulit. Air mata seperti makanan setiap hari untukku. Aku tidak beruntung menjadi anak. Aku juga tidak beruntung menjadi istri pertama kali.
Cacian dan makian juga terbiasa aku alami. Dan semua itu adalah pengalaman hidup yang tak kan bisa aku lupakan seumur hidupku.
Setelah lulus Mts aku pergi merantau dan semenjak itu aku terbiasa hidup jauh dari keluarga. Aku memilih hidup sendiri daripada harus hidup bersama keluarga besar tapi selalu sakit hati.
Pasti orang akan menganggap ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi faktanya memang itulah yang terjadi dalam hidupku selama ini. Aku seorang anak yang terbuang dan tidak dianggap. Aku juga seorang istri yang pernah disakiti dan dikhianati suami. Aku juga pernah tertipu oleh seorang teman baik.
Aku yang sering dilecehkan oleh laki-laki. Bahkan aku beberapa kali diperkosa oleh pria brengsek yang tidak punya perasaan. Itulah yang namanya hidup, tidak seperti kelihatannya. Orang akan mengira hidupku baik-baik saja padahal jauh didalam hati ini penuh dengan derita.
* **Semoga tulisan ini bisa diterima dengan baik. Mohon dukungannya dan jangan lupa tinggalkan jejak ya🙏
Hidup tak seindah kelihatannya. Jadi jangan pernah merasa hidup kita ini sulit, karena masih banyak diluar sana yang memiliki kisah hidup yang jauh lebih sulit dari kita. Jangan lupa untuk selalu berusaha, berdoa dan pantang menyerah. Jangan putus asa hanya karena kita merasa kotor dan terhina. Percayalah semua itu terjadi adalah kehendak yang maha kuasa.
Jika kita berbuat dosa yang besar, bertaubat dengan sungguh-sungguh dan jangan pernah sekalipun untuk mengulang kesalahan yang sama. Orang bebas menilai tentang kita jadi biarkan saja dan tidak perlu untuk kita pedulikan omongan orang yang tidak enak.
Kita hanya perlu mengambil yang baik-baik saja dari omongan orang terhadap kita dan buang jauh-jauh omongan yang tidak baik. Jangan terlalu dimasukkan kedalam hati, karena mereka belum tentu baik dari kita. Percayalah itu semua tidak seindah kenyataannya.🙏**
**Entah ada angin apa yang membuat ibuku memutuskan merantau jauh di luar pulau Jawa. Bapakku sudah menasehati dan melarang tapi ibu tidak mau mendengarkan dan tetap ngotot untuk pergi merantau. Ibu merantau bersama dengan temannya yang beda desa. Katanya mau bekerja sebagai buruh di warung makan khas jawa. Ibuku kalau sudah punya keinginan atau kemauan tidak bisa dibantah lagi sekalipun bapak sendiri yang menasehati. Bapak selalu kalah dari ibuku.
Akhirnya aku dan keluarga ditinggal ibu merantau. Aku hanya tinggal bersama dengan bapak,kakak,dan adik. Tiga kakakku yang lain juga tidak berada dirumah mereka bekerja dan tidur ditempat majikannya. Aku enam bersaudara, tiga perempuan dan tiga laki-laki.
Bapak adalah seorang petani biasa. Memiliki sepetak sawah kecil warisan dari orang tua. Selain mengurus sawah sendiri, bapak juga buruh tani ditempat orang dengan upah yang kecil. Alhamdulillah bisa buat makan keluarga dan sedikit buat biaya pengolahan sawah sendiri.
Sudah beberapa bulan berlalu ibuku pergi merantau. Tetapi tidak pernah sekalipun berkirim surat. Berkirim uang pun tak pernah. Bapak sangat khawatir takut terjadi apa-apa sama ibuku. Aku melihat bapak sering sedih dan melamun tapi tidak sekalipun diperlihatkan didepan anak-anaknya.
Semakin lama bapak sedikit keteteran mencari uang. Bekerja menjadi buruh tani ditempat orang nggak setiap hari ada. Ada kalanya bapak nganggur tidak bekerja, otomatis tidak punya penghasilan sama sekali.
Kalau sudah begini mau tidak mau kami harus berhemat. Bapak cuma bisa memasak nasi sama sambal korek saja. Bahkan terkadang hanya lauk garam dapur saja. Nasi beras pun dicampur dengan jagung atau tiwul (olahan dari singkong).
Kakakku sangat manja dan menang sendiri. Kakak tidak pernah mau makan kalau tidak ada lauknya. Dan akan ngamuk kalau kemauannya tidak dituruti. Hingga sering bapak harus berhutang ke warung untuk membeli telur. Ya telur itu khusus buat kakakku.
Aku dan adikku menerima apapun yang dimasak bapak dan tidak pernah protes atau minta sesuatu yang aneh. Adikku sangat pengertian dan tidak pernah mengeluh ataupun rewel. Adikku sangat tampan cuma sayang sedikit kurang. Tapi aku sangat menyayanginya sepenuh hati.
Aku masih belum bersekolah karena umurku belum cukup untuk masuk sekolah. Tetapi kakakku sudah sekolah SD. Kakak selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Kalau tidak sekolah kerjanya cuma main sama teman-teman nya.
Melihat bapakku banting tulang sendiri bertahan hidup sekedar bisa memberi sesuap nasi untuk keluarga, membuat aku sedih dan juga kasihan. Aku nggak tega melihatnya tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa membantu membereskan rumah. Seperti mencuci baju, mencuci piring, menyapu rumah/halaman, dll. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk bapakku.
Kakakku yang sudah bekerja seperti tidak perduli dengan keadaan adik-adiknya. Mereka sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Itu sebabnya aku tidak pernah dekat dengan kakakku. Bagiku saudara kandung tapi seperti orang lain saja. Entahlah kenapa bisa seperti itu.
Waktu itu aku memang masih kecil tapi aku sudah sedikit paham dengan apa yang terjadi. Bagiku tidak masalah saudaraku seperti itu. Disetiap do'a yang dipanjatkan aku memohon supaya bapak selalu diberikan kesehatan dan panjang umur supaya kelak ketika aku sudah bekerja bisa membahagiakan bapakku dan adikku.
Aku berharap ibu bisa ingat dengan keluarga dikampung. Meskipun tidak mengirim uang setidaknya kirimlah surat supaya yang dikampung tidak terlalu khawatir. Maklum jaman itu tidak ada hp, tv saja jarang ada yang punya dan masih hitam putih.
Rumah yang aku tinggali bersama keluarga hanya rumah sederhana. Lantai masih tanah, sumur masih nimba, masak pakai kayu, tidur di amben beralas tikar, dinding yang terbuat dari bambu, dan atap genting tanah liat yang tipis.
* Jangan menyerah dengan keadaan yang susah. Karena belum tentu kita orang yang paling susah. Jangan menoleh keatas tapi menoleh lah kebawah juga. Roda selalu berputar bergantian. Saat ini mungkin kita dibawah tapi tidak menutup kemungkinan kelak kita berada dibawah. Syukuri segala nikmat yang Allah beri insha Allah akan bertambah kenikmatan kita. Percayalah😊
Terima kasih banyak yang sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak ya🙏😘**
**Tak terasa sudah 5 bulan ibuku merantau. Rasanya biasa saja, mungkin karena aku tidak terlalu dekat dengan ibuku. Bagiku ibu bukan ibu yang baik karena ibu selalu pilih kasih pada anaknya. Aku ingat sekali ibuku sering menampar dan memukulku hanya karena fitnahan dari kakakku. Ya kakak adalah anak kesayangan ibu.
Selama ibu merantau aku tidak merasa rindu. Aku cuma merasa kasihan pada bapakku saja. Adikku juga nggak pernah mencari ibu, karena perlakuan yang diterima adik sama seperti aku.
Hari itu ada seseorang yang datang bertamu. Beliau datang untuk mengantarkan surat yang dikirim oleh ibuku. Didalam surat itu jelas tertulis bahwa ibu akan segera pulang. Dan membawa seseorang yang katanya akan dinikahkan dengan kakakku yang no tiga.
Aku kaget bagaimana bisa ibuku menjodohkan kakakku dengan orang asing. Pasti hati kakak sangat sedih, entahlah bagaimana keputusannya nanti. Disitu juga ada sebuah foto seorang pria. Dari foto itu jelas terlihat usianya sudah tua. Kelihatannya seumuran dengan kakakku yang pertama bahkan mungkin bisa lebih tua lagi.
Heran aku nih sama ibuku. Selama ini seperti nggak perduli pada anak-anaknya kok sekarang seenaknya main menjodohkan anak nggak jelas gitu. Entah kenapa aku jadi semakin membenci ibuku. Tetapi aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku selalu menyimpan rapat-rapat di hatiku.
Bapakku semakin sedih setelah membaca surat dari ibu. Pikirannya kacau kemana-mana. Bapak seperti nggak rela kalau kakak harus dijodohkan seperti ini. Bapak tidak habis pikir dengan sifat ibu yang seenaknya sendiri. Sebenarnya ada masalah apa? Apa yang terjadi di perantauan sana?
Mengetahui surat dari ibu, kakakku akhirnya pulang kerumah. Bapak menjelaskan tentang isi surat ibu. Kakak langsung menangis tidak terima dengan perjodohan itu. Bapak juga nggak rela tapi bingung harus bagaimana. Yang bisa dilakukan saat itu adalah menunggu ibu pulang. Kemudian membicarakan masalah yang sebenarnya.
Dua minggu setelahnya ibuku pulang. Benar saja ibu membawa seorang pria yang akan dinikahkan dengan kakakku. Orangnya sih lumayan ganteng tapi memang sudah tua. Usianya terpaut jauh dengan kakakku.
Alasan kenapa kakak harus mau dinikahkan dengan pria asing itu karena ibu sudah terlanjur janji. Ibu beberapa waktu lalu sakit dan tidak bisa bekerja. Pria itu tahu kalau ibu punya anak gadis dikampung. Kebetulan dia juga ingin menikah tapi nggak punya calon. Pria itu adalah pelanggan ditempat ibu kerja.
Ternyata selama ibu sakit disana pria itu yang membiayai semua kebutuhan ibu. Dari mulai biaya pengobatan sampai makan dll ditanggung dia. Pria itu nggak minta uangnya kembali tapi sebagai gantinya minta supaya bisa menikahi anak gadis ibu yaitu kakakku.
Ibu keterlaluan sekali, itu sama saja menjual anaknya sendiri. Kalau kakak tidak mau menikah ibu katanya akan dipenjara karena pria itu sudah keluar uang banyak. Dan juga sudah jauh-jauh datang ke kampung ibu.
Dengan terpaksa kakakku menerima perjodohan itu. Dan akan segera menikah. Dan setelahnya harus ikut dengan suaminya merantau lagi. Aku sedih banget melihat nasib kakakku yang seperti itu, tapi tidak bisa membantu apa-apa.😭
Aku merasa ibuku sangat tega dan jahat kepada anaknya. Dan aku berharap kakakku bisa bahagia dengan pernik****ahannya itu. Disitu yang sedih cuma bapak, aku, dan kakakku sendiri. Saudara yang lainnya malah biasa saja.
* Jodoh tidak ada yang tahu. Apapun yang terjadi memanglah atas kehendak yang kuasa. Kita cuma bisa menerima dan menjalani semuanya dengan ikhlas. Takdir manusia hanya Allah yang tahu. Mungkin itulah yang terbaik. Karena yang menurut kita tidak baik belum tentu tidak baik untuk kita. Allah memberikan apa yang terbaik untuk kita.🙏**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!