"Kau hamil!“
Shireen memejamkan matanya ketika mendengar suara teriakan dari ayah angkatnya, wanita itu sungguh ketakutan apalagi barusan ayah angkatnya menamparnya.
"Bagaimana mungkin kau melemparkan kotoran kepada wajah kami, kami sudah mengadopsimu memberikan kehidupanmu yang layak, mengangkat derajatmu. Tapi kau malah seperti ini!“
Philips kembali berteriak, dia menatap anak angkatnya dengan tatapan marah dan emosi.
Shireen baru saja masuk kuliah 2 bulan lalu, tapi ternyata wanita itu malah membuat malu keluarganya.
satu bulan lalu Shireen rupanya nekat pergi ke mengikuti trend bersama teman-temannya untuk pergi ke club. Padahal selama ini keluarga angkatnya sudah melarang Shireen untuk memasuki dunia malam, tapi Shiren malah nekad, hingga pada akhirnya paginya Shiren terbangun dengan kondisi tanpa busana berbaring di sebelah lelaki yang tak lain adalah temannya.
Dan tadi pagi, Shireen pingsan di kampus hingga seluruh kampus mengetahui bahwa dia sedang mengandung, dan tentu saja keluarga angkatnya langsung dipanggil untuk memberitahukan kondisi Shireen.
jujur Shireen juga baru mengetahui bahwa dia mengandung, karena Shiren tidak merasakan gejala ciri-ciri orang hamil .
"Daddy maafkan aku, ini salah paham. Aku bisa menjelaskan."
"Tutup mulutmu!" Philip kembali berteriak bahkan lelaki itu melayangkan tamparan lagi pada anak angkatnya.
" kenapa kau meniru jejak ibumu yang murahan!“ teriak Philips lagi, karena sebenarnya Shiren adalah anak dari mantan istri Philip, di mana dulu ketika ibu Shireen menikah dengan Philips, ibu Shireen berselingkuh hingga lahirlah Shireen.
Dan karena melihat kondisi Shireen yang menyedihkan, akhirnya keluarga, Philips mengadopsinya dan mereka tidak menyangka gadis remaja yang mereka adopsi ternyata melemparkan kotoran ke wajah keluarga mereka dan membuat keluarga mereka malu.
Sungguh sekarang Shireen benar-benar ketakutan, dia tidak mempunyai siapapun lagi di dunia ini, dia tidak mau kembali ke keluarga ayahnya dan akan berujung diperlakukan buruk oleh ayah dan ibu tirinya, lalu bagaimana jika keluarga Philip mengusirnya.
"Pergi dari sini!" Kali ini bukan Philip yang berteriak, melainkan Austin kakak angkatnya. selama ini Austin yang memang terlihat tidak menyukainya, berbeda dengan kembaran Austin yang sedikit menerimanya.
Austin memang setuju kedua orang tuanya mengadopsi Shireen ketika Shireen berusia 14 tahun, tapi dia tidak pernah menganggap Shireen sebagai adiknya.
Dan sekarang Austin sama murkanya seperti sang ayah, hingga barusan dia berteriak menyuruh Shireen untuk pergi dari rumahnya.
"Kak-kakak!" panggil Shireen dengan bibir gemetar, ternyata lebih menakutkan melihat wajah Austin yang marah daripada melihat wajah ayah angkatnya.
“keluar dari rumah ini!" teriak Austin dan karena Shiren tidak kunjung menurut, Austin langsung menarik tangan Shireen, menyeretnya dengan sangat kencang membuat Shireen meringis.
"Jangan pernah menampakan lagi wajahmu di hadapan keluarga kami!“ teriak Austin ketika mereka sudah berada di luar..
Setelah mengatakan itu, Austin pun kembali masuk, sedangkan Shireen, dilanda kepanikan, dia langsung mengejar langkah Austin, dan berniat untuk berlutut di hadapan lelaki itu, tapi sayang, Austin sudah masuk ke dalam dan tentu saja Shiren tidak menyerah, dia langsung mengetuk-ngetuk pintu berharap keluarganya membiarkan dia masuk, karena walau bagaimanapun dia tidak mempunyai tempat tinggal lain, dia tidak mempunyai tempat untuk berteduh apalagi tempat untuk pulang, lalu sekarang dia harus bagaimana.
Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari, sedari tadi Shiren terus berada di depan rumah keluarga angkatnya, berharap ada yang membukakan pintu untuknya. Tapi sayang tidak ada yang mau membukakan pintu untuknya, hingga tiba-tiba Shireen terpikirkan sesuatu Dia memutuskan datang ke rumah temannya yang telah menghamilinya.
Dan sekarang di sinilah Shireen berada di depan rumah Axel lelaki yang sudah menghamilinya, wajah Shireen sangat pucat apalagi sedari. tadi dia berjalan karena dia tidak mempunyai uang untuk menaiki taksi, belum lagi malam sudah sangat larut membuat tubuh Shiren kedinginan.
Dan ketika sudah berada di depan pintu, Shiren langsung menekan bel dan muncul sosok Axel yang sepertinya belum tertidur. "untuk apa kau kemari?“ tanya Axel dengan ketus.
"A-aku hamil, kau harus bertanggung jawab," ucap Shireen dan tepat setelah mengatakan itu, Shiren langsung kehilangan kesadarannya. Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi menahan tubuhnya hingga pada akhirnya Shiren pingsan, dan beruntung Axel langsung menahan tubuh wanita itu.
8 tahun kemudian
Shiren meringis ketika ikat pinggang melayang ke tubuhnya, dia memeluk tubuh liona dengan sangat erat agar putrinya tidak terluka.
"Bagaimana mungkin kau tidak membawa uang?" teriak Axel sambil melayangkan cambukan ke tubuh Shireen.
Laki-laki itu murka karena Shireen tidak membawa uang. Padahal dia sangat ingin pergi ke club, sedangkan Shireen sama sekali tidak berani bergerak dia tetap memeluk putrinya apalagi sekarang tubuh putrinya bergetar karena ketakutan.
Ini sudah 8 tahun berlalu semenjak Shiren menikah dengan Axel, pada akhirnya Axel mau bertanggung jawab, tapi tentu saja kehidupan Shireen setelah itu seperti di neraka. selama 8 tahun ini Shireen menjalani harinya dengan penuh rasa sakit, karena dia selalu mengalami kekerasan dari Axel.
Axel akan menyiksanya jika dia tidak memba uang, karena memang selama 8 tahun ini Shiren yang menjadi tulang punggung keluarga.
Beberapa tahun lalu, Shireen pernah melaporkan Axel ke polisi Karena dia sudah tidak kuat menerima siksaan Axel, tapi sayang Axel hanya dipenjara sebentar dan pada akhirnya setelah bebas, Axel menemukan persembunyian dia dan putrinya, dan tentu saja kekerasan itu terjadi lagi dan Axel mengancam, jika Shireen macam-macam dan melaporkannya lagi, dia akan menjual anak mereka.
dan pada akhirnya Shireen kembali terperangkap dengan Axel, pernah Shiren diam-diam kembali melaporkan suaminya, tapi sayang niatnya terbaca oleh Axel hingga Axel pergi membawa Liona, dan laki-laki itu kembali mengancamnya jika Shiren tidak mau menurut, Axel benar-benar akan menjual Putri mereka hingga pada akhirnya Shiren tidak lagi bertindak gegabah.
Kekerasan sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Shireen jika dia tidak membawa uang, pekerjaan Shireen juga cukup berat dia harus melakukan part time satu restoran ke restoran lain jika dia tidak membawa uang dia akan berakhir seperti ini, disiksa dan diperlakukan buruk bahkan di depan anaknya sendiri
tidak ada yang membelanya, dia selalu meminta tolong pada tetangga sekitarnya, tapi tidak ada yang berani untuk melerai.
Minta komen yang banyak yaaa
Penyiksaan pun berhenti, Axel sepertinya sudah lelah menyiksa Shiren, dan tepat ketika Axel keluar dari kamar, Shiren langsung melonggarkan pelukannya pada Ilona.
“Mommy!” Ilona berteriak ketika melihat wajah Shiren yang pucat. Sedangkan Shiren hanya tersenyum.
"Ilona, tolong ambilkan Mommy air es." Shiren berusaha tersenyum, karena dia tau putrinya khawatir padanya, dan dengan cepat, Ilona langsug bangkit dari duduknya kemudian berjalan dengan kaki gemetar lalu keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil air es.
Shiren sengaja menyetok air es, karena dia tau dia bisa di siksa kapan saja, dia tidak mempunyai uang untuk pergi ke dokter, wanita malang itu selalu mengobati dirinya dengan mengkompres lukanya sendiri, walaupun sama sekali tidak mengurangi rasa sakit akibat siksaan yang dilakukan oleh Axel.
Setelah beberapa saat berlalu, Ilona kembali datang ke kamar sambil membawa air yang sudah terisi dengan esbatu, tak lupa gadis kecil itu juga membawa handuk, dia seperti tau, apa yang harus dilakukan ketika ibunya di siksa oleh ayahnya.
"Mommy, berbaliklah aku akan mengomres punggung Mommy!' titah Ilona, walaupun dia sendiri masih gemetar akibat penyiksaan yang di lakukan oleh Axel, tapi Ilona berusaha menegarkan dirinya karena sang ibu terlihat sangat kesakitan.
Waktu menunjukan pukul 3 dini, sedari tadi, Shiren tidak bisa tertidur, tentu saja karena dia merasa seluruh tubuhnya nyeri, dia juga merasakan seluruh kulitnya perih.
''YA Tuhan, besok aku harus mencari kerja kemana,'' shiren bergumam pelan, tadi dia tidak membawa uang karena harus membayar daycare dan sekolah Ilona, karena selama ini ketika Shiren bekerja, Ilona akan diam di daycare, tentu saja karena Shiren tdak percaya pada Axel, dia takut Axel melakukan sesuatu pada Ilona.
Dan besok Shiren bingung harus mencari kerja kemana lagi, sebab restoran tempat dia berkerja sudah tutup permanen, dan dia juga belum ada panggilan partime di restoran lain, dn jika besok dia tidak membawa uang, pasti dia akan di siksa lagi oleh suaminya.
"Haruskah aku menemui keluarga Daddy Philips dan meminta bantuan mereka." Secara tiba-tiba mengingat keluarga angkatnya yang sangat kaya raya, tapi tiba-tiba dia juga mengingat pengusiran Austin beberapa tahun lalu.
Ketika usia Ilona masih berusia 2 tahun, Shireen pernah datang ke rumah keluarga angkatnya, meminta perlindungan karena saat itu dia sudah tidak tahan disiksa oleh Axel, tapi sayangnya dia malah bertemu Austin dan Austin malah mengusirnya serta mengancamnya, lelaki itu tidak percaya dengan apa yang Shireen katakan. Dan semenjak saat itu Shireen tidak pernah berniat mendatangi lagi keluarga angkatnya, walaupun dia dalam kondisi hampir meregang nyawa di tangan Axel.
Shireen meringis ketika membalikkan tubuhnya, dia yang tadinya berbaring sambil telentang sekarang berbaring menyamping menghadap ke arah Ilona. Seberat apapun hidup yang dijalani oleh Shireen sekarang, Shiren tidak pernah menyesali kehadiran Ilona, tapi sesekali dia selalu merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya.
Bahkan Shiren lupa, kapan terakhir dia memberikan baju untuk Ilona. Dan sekarang sehari-hari Ilona hanya memakai pakaian lusuh, ada juga beberapa pakaian yang diberikan oleh teman-teman sekolah Ilona.
Malam berganti pagi
Shireen terbangun ketika sinar matahari masuk ke dalam kamar, ketika dia bangun, dia sudah tidak melihat Ilona di sebelahnya. Wanita itu melihat ke arah jam ternyata waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, dan sepertinya Ilona sudah pergi ke sekolah. Beruntung sekolah tidak terlalu jauh dengan rumahnya hingga Ilona bisa pergi sendiri, beruntung kemarin tanpa sepengetahuan Axel Shireen Sudah menyelipkan beberapa uang untuk Ilona jajan di kantin.
Ketika Shireen akan bangkit dari berbaringnya, muncul sosok Axel, "aku tidak mau tahu, seminggu lagi kau harus menyiapkan uang untukku, karena aku dan teman-temanku akan pergi berlibur.” setelah mengatakan itu, Axel langsung berbalik kemudian lelaki itu keluar dari kamar.
Shiren Turun dari ranjang, wanita itu berjalan tertatih-tatih ke arah kamar mandi. Setelah berada di kamar mandi, tubuh Shireen malah ambruk di bawah, selain merasakan nyeri di sekujur tubuhnya sepertinya Shireen juga demam, hingga dia tidak sanggup melangkah lagi.
****
Ilona menatap teman-temannya yang sedang berada di kantin, rasanya perutnya begitu lapar, karena tadi pagi dia tidak sarapan tentu saja karena dia tidak ada makanan di rumah, Ilona membuka tasnya untuk mengambil minum, berharap bisa mengganjal lapar dan tak lama mata gadis kecil itu membulat ketika melihat uang di tasnya, dia tahu ibunya yang menaruh uang itu.
Saat Ilona akan masuk ke dalam kantin, tiba-tiba Ilona terpikirkan sesuatu. "Jika aku membelikan uang ini untuk makan, lalu bagaimana jika Mommy juga belum makan." Ilona menghentikan langkahnya ketika akan masuk ke dalam kantin, dia mengingat ibunya yang mungkin juga belum makan. Dan pada akhirnya Ilona memutuskan untuk menyimpan kembali uang, dan berniat membelikan makanan ketika pulang dari sekolah untuk dia makan bersama ibunya.
Setelah itu Ilona langsung berbalik kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk mengambil air keran untuk diminum, karena barusan air yang dia bawa juga sudah habis.
Ketika dia masuk ke dalam kamar mandi, ada setengah bungkus roti yang terlihat di tempat sampah, sepertinya pemilik roti itu sudah kenyang hingga membuang setengahnya. Ilona melihat ke sana kemari, memastikan tidak ada yang melihat dan dengan cepat roti yang berada di tempat sampah itu sudah berpindah tangan ke tangan Ilona, dia yang merasa lapar tidak merasakan jijik, yang dia pikirkan adalah perutnya terisi walaupun hanya dengan sepotong roti bekas.
"Akhirnya perutku tidak lapar lagi." Ilona mengucapkan itu sebagai sugesti, agar dia merasa kenyang padahal tentu saja dia masih lapar karena roti yang dia makan hanya setengah.
Akhirnya jam pelajaran pun selesai, Ilona keluar dengan terburu-buru. Dia ingin segera membeli makanan murah agar bisa dimakan dengan ibunya, dan pada akhirnya Setelah membeli makanan yang biasa dia beli Ilona pun langsung berjalan untuk pulang.
Sebelum masuk ke dalam rumah, Ilona terlebih dahulu menyimpan makanan di tas kemudian dia bungkus dengan bukunya karena dia tidak mau ayahnya tahu dia mempunyai makanan, karena tentu saja Ilona takut makanannya akan direbut. Dan Ilona sungguh berharap ayahnya tidak ada di rumah.
****
"Mommy!” iIlona langsung masuk ke dalam kamar dan ternyata Shireen sedang berbaring, tubuh Shiren terasa lemas karena demam dan juga belum memasukkan makanan ke dalam perutnya. Beberapa kali dia meminjam uang pada teman-teman yang dulu bekerja di restoran yang sama, tapi tidak ada yang meminjamkan uang padanya tentu saja karena teman-teman Shireen tahu bahwa Shireen tidak akan mampu membayar uang mereka padahal Shiren hanya meminjam uang untuk makan hari ini saja.
"Mommy!" Panggil Ilona. Hingga Shireen yang masih memejamkan mata langsung membuka matanya.
"Ilona kau sudah pulang." Ada rasa Khawatir di dalam diri Shireen, dia takut Shireen lapar sedangkan di rumah tidak ada makanan apapun.
"Mommy, orang itu sudah tidak ada ayo kita makan aku membeli makanan." Sampai saat ini Ilona tidak pernah memanggil Axel Daddy, sepertinya kebencian sudah tertanam jelas di diri gadis kecil itu.
"Ilona kau mendapatkan uang dari mana?" Shireen langsung terkejut karena takut Ilona melakukan hal tidak baik untuk mendapatkan uang.
"Momi uang yang ada di tasku aku tidak jajankan di kantin, aku membelikan makanan ini untuk kita. Ayo kita makan sebelum orang itu datang ke rumah."
Ada rasa kasihan di dalam diri Shireen ketika mendengar apa yang diucapkan Ilona, sudah dipastikan putrinya menahan lapar. Dengan cepat Ilona pun langsung membantu Shireen untuk duduk, dan pada akhirnya mereka pun makan dengan terburu-buru karena takut Axel masuk ke dalam rumah dan merebut makanan mereka.
"Nanti malam, Mommy akan pergi siapa tahu ada siapa tahu ada yang membutuhkan jasa mommy, tidak apa-apa kan nanti kau menahan lapar sebentar," ucap Shiren, sepertinya dia tidak bisa diam saja, wanita itu harus mencari pekerjaan menawarkan jasa-jasanya pada restoran, biasanya restoran selalu membutuhkan pekerja part time dadakan.
Belum Ilona menjawab, ponsel Shireen berdering. Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, hingga Shiren langsung melihatnya. Mata Shireen membulat ketika melihat notifikasi email yang masuk baru, yang menyatakan bahwa dia lulus di perusahaan yang baru berdiri.
"mommy baik-baik saja?" Tanya Ilona, hingga Shiren tersadar. Dua bulan lalu, Shireen melamar ke sebuah perusahaan baru yang dinaungi oleh pemerintah dan pengusaha swasta, perusahaan itu melihat dari bakat para calon pekerja. Termasuk Shireen di mana dia hanya memasukkan ijazah sekolah menengah, dan melamar menjadi staff biaaa. Shireen pikir dia tidak akan diterima Karena setelah interview ketiga kali dia tidak mendapatkan panggilan lagi, tapi ternyata sekarang dia diterima.
Karena perusahaan yang akan menjadi tempat Shireen bekerja sama dengan pemerintah, walaupun Shireen tidak memiliki ijazah yang tinggi, tapi Shireen bisa mendapatkan gaji yang layak, dan Sheeran bersyukur atas itu.
"Ilona, Mommy diterima bekerja di perusahaan besar." Shireen menghapus air matanya karena dia tidak percaya bahwa dia akan bekerja di tempat tetap, dia tidak harus memikirkan esok harus mencari kerja ke mana dan harus mendapat uang dari mana. Walaupun uang yang dia dapatkan bulanan tapi tentu saja itu cukup menutupi semuanya, setidaknya jika dia mempunyai uang lebih dia bisa pergi jauh dari Axel.
"apa artinya kita tidak akan terus kelaparan?" Tanya Ilona dengan polosnya, hingga Shireen menggangguk.
"Mommy akan mengajukan pinjaman pada teman-temanmu untuk sebulan ke depan," jawab Shiren.
****
Beberapa hari kemudian
Waktu menunjukkan pukul 05.00 sore, akhirnya pekerjaan Shireen selesai. Ini sudah beberapa hari berlalu Shireen bekerja di perusahaan ini, dan rasanya hidup Shireen benar-benar membaik. Axel sudah mengetahui bahwa dia bekerja di perusahaan besar dan Shiren mengatakan bahwa dia tidak bisa memberikan uang harian, dan Axel setuju tapi Shireen harus memberikan uang yang banyak pada Axel ketika mendapatkan gajih. Tentu saja Shireen juga setuju, yang terpenting Axel tidak menyiksanya, dan tentu saja Shireen berbohong tentang gajinya, dia hanya menyebutkan seperempat nominal gajihnya pada Axel, hingga dia bisa menabung untuk kelangsungan hidupnya ke depan dan agar bisa lepas dari lelaki itu.
Dan beruntung pula teman Shireen memberikan pinjaman untuk Shireen, hingga Dia mempunyai bekal untuk transportasi dan untuk sehari-hari Ilona, tentu saja Axel tidak tau karena jika tahu mungkin saja lelaki itu akan merebut semua uangnya.
Sementara di sisi lain
"Austin kau benar-benar tidak bisa menemaniku?" Tanya Nadira kekasih Austin, wanita itu menatap kekasihnya dengan jengkel, sebab Austin malah membatalkan semuanya secara sepihak.
Austin yang sedang berada di depan laptop mengangkat kepalanya, kemudian dia menatap kekasihnya. "Maafkan aku, harus mendatangi perusahaanku yang baru," jawab Austin. "Berbelanja lah, aku akan mengirimkan uang ke rekeningmu!”
" selalu saja seperti itu, apa kau pikir aku bisa dibeli dengan uang!" Nadira menghentakan kakinya kemudian keluar dari ruangan Austin membuat Austin menghela nafas, seandainya dia tidak sibuk dia pasti akan menemani wanita itu, wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama 9 tahun ini
Austin dan Nadira berpacaran ketika mereka kuliah, beberapa kali Nadira meminta Austin untuk menikahinya, tapi entah kenapa Austin tidak percaya dengan ikatan pernikahan hingga dia selalu menolak keinginan Nadira, bahkan Austin mengatakan lebih nyaman seperti ini, terlebih lagi Austin tidak ingin memiliki anak, itu sebabnya Austin enggan menikah.
Sebenarnya, keluarga Austin sangat bahagia dan sanga bahagia. tapi entah dia tidak mau menikah apalagi sampai memiliki anak, karena ternyata hubungan keluarga Austin di masa lalu begitu berantakan, dan mungkin itu yang membuat Austin trauma.
Lamunan Austin buyar ketika mendengar suara ponsel berbunyi, dan ternyata Nadira yang menelponnya. "Ya sudah cepat kirimkan uang ke rekeningku!" Ketus Nadira, membuat Austin tertawa. Dia pun langsung mengutak-atik ponselnya kemudian mengirim uang pada rekening Nadira, dan setelah itu Austin pun bangkit dari duduknya kemudian dia langsung mengambil jas lalu menyambar kunci mobilnya untuk pergi ke perusahaan baru miliknya.
Pada akhirnya mobil yang ditumpangi Austin pun sampai di perusahaan, lelaki itu turun dari mobil kemudian berjalan masuk. Beberapa orang yang menyambut, membungkuk hormat pada pemimpin perusahaan tersebut
Shireen yang baru saja akan pergi ke bawah dah untuk membeli makan menghentikan langkahnya, ketika dia melihat siapa lelaki yang baru saja masuk ke dalam perusahaan, tubuh wanita itu diam mematung ketika melihat kakak angkatnya yang dulu mengusirnya.
"Tunggu, apa perusahaan ini miliknya!” tiba-tiba wajah Shireen langsung memucat, jika perusahaan ini milik Austin dan jika Austin mengetahui dia bekerja di sini, akankah dia dipecat?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!