NovelToon NovelToon

Ketemu Jodoh Di Pesantren

Chapter 1

Seorang wanita cantik tengah mengendarai motor sport kesayangannya yang berwarna hitam dengan kecepatan tinggi. Wanita cantik ini tengah beradu kecepatan dengan lawannya.

Wanita ini sangat lihai dalam mengendarai motor. Tak hanya itu saja, wanita cantik ini juga pandai mengendarai mobil. Ia juga pandai dalam bidang bela diri, teknologi, hacker.

Wanita cantik dengan kulit putih bersih ini bernama Fifia Humaira, anak bungsu dari Abah Umar dan Umah Kulsum.

Dengan lihainya wanita cantik ini mengendarai motor sportnya dengan kecepatan maksimal. Ia berada di barisan paling depan. Suara sorak ramai saling bersahut-sahutan menyebut namanya.

"Fifia"

"Fifia"

"Fifia"

Semua orang bersorak ramai saat Fifia sudah semakin dekat dengan garis finish. Dan akhirnya Fifia memenangkan lomba balap motor tersebut.

"Wuuuuuu... teman gua tuh!" teriak Tania

"Yyyeeeeaaaahhhh... bagus Fifia!" teriak Dina

"Emang teman gua paling the best!" teriak Sella

"Calon pacar gua tuh. Busyet dahh cakep bener!" teriak Johan

"Calon pacar? Jangan ngarep loe. Dia aja nggak suka sama loe." timpal Yoga

"Suka-suka gua lah. Emang masalah buat loh?" ketus Johan. "FIFIA... WUUUUU..." teriak Johan

Fifia mendapatkan sebuah apartemen dan satu buah mobil sebagai hadiah dari perlombaan balap motor. Fifia sangat puas dengan dirinya sendiri yang telah berhasil memenangkan pertandingan balap motor tersebut.

"Wuuuiiiihhh... dapat apartemen dan mobil baru nih." Sindir Tania.

"Bolehlah kita main di apartemen loe." Sahut Sella.

"Iyaa, Fi. Aku juga pengen lihat apartemen loe." Sambung Dina.

"Bolehlah. Yukk cuuusss aja sekarang ke lokasi." Timpal Fifia.

"Kami nggak di ajak nih?" ucap Fiki.

"Caelah, tinggal ikut aja susah amat. Biasanya loe berempat juga selalu ngintilin para cewek" ketus Fifia.

"Hehe... Tau aja kebiasaan kami berempat, Fi" ucap Ali.

"Aku nggak seperti itu loh, Fi. Aku berbeda dari mereka bertiga. Aku paling suka dekat-dekat sama loe" ucap Johan

Fifia memutar bola matanya malas. "Ayoo langsung gas aja" ucap Fifia mengendarai motornya dan melesat pergi di ikuti oleh Geng motornya.

Fifia mendirikan Geng motor bernama Dragster. Yang terdiri dari dirinya, Tania, Dina, Sella, Johan, Yoga, Ali dan Fiki.

Mereka semua berhenti di lampu merah. Fifia beserta teman-temannya saling bercanda sembari menunggu lampu hijau. Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah mengintai mereka semua. Terutama Fifia, sepasang mata itu menatap tajam ke arah Fifia. Namun sang empu tidak menyadarinya sama sekali.

"Ikuti pengendara motor sport yang berwarna hitam itu Pak." Titah orang tersebut pada sopir pribadinya.

"Baik Abah"

Ia tak habis pikir anak bungsunya bergaul dengan para berandalan. Hal ini membuatnya sangat murka.

Lelaki itu mengikutinya sampai di sebuah gedung tinggi yang tak lain apartemen milik Fifia yang baru saja di dapatkan oleh Fifia. "Kenapa Fifia masuk ke apartemen itu bersama teman-temannya? Fifia benar-benar sudah kelewatan. Aku tidak akan biarkan Fifia hidup dalam pergaulan bebas seperti ini. Aku harus segera bertindak." ucap lelaki itu.

"Kita pulang sekarang" titah Abah Umar

"Baik Abah"

"Yeeeeaaaa... Mari kita berpesta." ucap Sella sembari menuangkan minuman beralkohol itu pada beberapa gelas.

"Bersulang" ucap mereka semua.

Namun Fifia sama sekali tidak menyentuh minuman haram tersebut. Ia tahu jika minuman itu tidak boleh di minumnya. Ia tidak ingin mengotori tubuhnya dengan meminum minuman haram tersebut.

"Fifia, kenapa setiap kali kami berpesta untuk kemenangan loe, loe tidak pernah ikut meminum minuman ini? Cobalah minum ini walaupun hanya satu gelas saja" ucap Tania

"Tidak! Gua tidak bisa meminumnya"

"Kenapa?"

"Tidak papa. Gua tidak suka minuman yang beralkohol" ketus Fifia. Ia lebih memilih memakan makanan ringan dan juga air mineral.

"Ayolah, Fi. Loe coba dikit aja minuman ini" bujuk Fiki

"Tidak!" tolak Fifia

"Sedikit aja, Fi. Seteguk aja loe cicipin minuman ini. Loe pasti akan ketagihan setelah merasakannya." Fiki mendekatkan segelas minuman beralkohol itu pada Fifia.

Dengan murka Fifia membanting gelas berisi minuman beralkohol tersebut. "JIKA GUA BILANG TIDAK, MAKA JANGAN PAKSA GUA UNTUK MEMINUMNYA.! NGERTI LOE.?" Bentak Fifia

GLEK...

Fiki menelan ludahnya susah payah. "I-iyaa sorry, Fi"

Fifia kembali duduk di single sofa menikmati makanan ringan.

Teman-temannya asyik berpesta dengan memutar musik DJ serta di temani beberapa botol minuman alkohol. Fifia sama sekali tidak tertarik akan pesta tersebut.

Fifia memakai earphone dan memutar musik kesukaannya 'Hamari Adhuri Khahani' lagu yang mengisahkan tentang kehidupan seseorang yang belum selesai kisah cintanya.

Chapter 2

Di kediaman Abah Umar, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah menunggu kepulangan anak bungsu Abah Umar.

Mereka semua kaget saat mengetahui kabar yang di beritahukan oleh Abah Umar jika putri bungsunya itu sudah salah pergaulan.

Memang Fifia selama ini tidak pernah memakai jilbab namun pakaiannya sangat tertutup jika berada di rumah maupun di luar rumah. Namun saat Abah Umar tak sengaja berpas-pasan di lampu merah tadi. Ia merasa murka dengan pakaian yang di pakai oleh putri bungsunya.

Bagaimana tidak, putri bungsunya itu memakai celana hitam panjang. Serta jaket kulit berwarna hitam dan mengendarai motor sport. Apalagi Abah Umar tidak pernah membelikan motor seperti itu. Selama ini Fifia jika berpergian sering menggunakan sepeda motor bermerk Scoopy.

Abah Umar merasa terkejut melihat putrinya malah salah pergaulan. Pakaian tomboy serta motor sport berwarna hitam yang di kendarai Fifia. Membuat Abah Umar merasa geram dengan tingkah putri bungsunya itu.

Sekitar pukul 21.35 Fifia baru sampai di rumah. Ia menggunakan rok panjang serta hoodie berwarna hitam putih. Rambutnya di kuncir layaknya ekor kuda.

"Assalamu'alaikum," ucap Fifia saat masuk rumah.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh." Mereka semua yang ada di ruang tengah menjawab dengan kompak.

Fifia mengernyit heran saat melihat semua keluarganya berada di ruang tengah.

Fifia menyalami semua yang ada di sana. "Lohh, kok tumben pada kumpul semua di sini. Ada acara apa nih?" Fifia duduk di samping kakak iparnya.

"Lihat ini, Dek" Utsman Al Buchori kakak Fifia menyodorkan ponsel Abah Umar pada Fifia.

Fifia pun menerima ponsel tersebut dan betapa terkejutnya ia saat mendapati fotonya yang tengah bersama teman-temannya waktu di lampu merah. Tak hanya itu, ada juga fotonya yang tengah memasuki apartemen barunya bersama teman-temannya tadi.

Kenapa ponsel Abah nya ada foto dirinya bersama teman-teman geng nya? pikirnya.

"K-kenapa Abah punya foto ini? Abah dapat dari mana?" tanya Fifia.

"Itu tidak penting! Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan, Fia.? Jika di lingkungan ini ada yang tahu jika putri bungsu Abah ternyata orang yang ugal-ugalan. Mau di taruh mana muka Abah, Fia!" murka Abah Umar.

Fifia hanya diam menunduk tak berani menatap Abah Umar yang tengah murka.

"Besok, Abah akan memasukkan mu ke pesantren. Abah tidak ingin kamu menjadi orang yang nggak bener."

"Nggak mau! Fia nggak mau masuk pesantren. Pesantren itu banyak aturannya, nggak bisa keluar kemana-mana. Fia nggak mau, Bah!" mohon Fifia.

"Itu sudah keputusan Abah, Fia. Mau nggak mau kamu akan tetap Abah masukkan ke pesantren"

"Tapi Abah...." Fifia tak melanjutkan ucapannya karena Abah Umar sudah beranjak pergi.

Fifia menangis tergugu. "Sudah, Dek. Jangan menangis. Mungkin di pesantren itu lebih baik untuk, Adek" ucap Utsman menenangkan adiknya.

"Abang nggak ngerasain apa yang aku rasain. Di pesantren itu banyak aturannya, Bang. Nggak bisa bebas. Fia nggak suka masuk pesantren"

"Adek dengerin, Abang. Pesantren itu tempatnya lebih indah dari pergaulan Adek yang bebas itu. Di sana banyak kegiatannya dan banyak pahalanya. Di pesantren juga banyak temannya, lebih seru. Lagian di dunia ini hanya sementara, Dek. Kita harus menyiapkan bekal untuk akhirat kelak. Jika Adek suka bergaul dengan teman-teman yang nggak jelas. Kelak Adek mau jadi apa? Bekal Adek di akhirat kelak apa? Jika Adek masuk pesantren. Insyaa allah Adek pasti akan mendapatkan bekal yang cukup untuk akhirat kelak"

"Iyaa, Fi. Apa yang di katakan Bang Utsman itu benar. Mungkin Fia akan lebih baik berada di pesantren dan memiliki bekal yang cukup untuk akhirat kelak" timpal Zafirah istrinya Utsman.

Ummah Kulsum mendekati sang putri dan memeluknya. "Benar Sayang. Ummah juga nggak mau kamu salah pergaulan. Ummah ingin kamu menjadi anak yang sholehah dan berbakti sama orang tua. Kamu masuk pesantren yaa, Sayang."

Dengan berat hati Fifia pun mengangguk pelan. Mau menolak pun pasti keputusan Abah Umar akan tetap sama, tidak bisa di ubah.

Ummah Kulsum menghapus sisa air mata yang membasahi pipi putri bungsunya. "Sekarang kamu istirahat, besok Ummah bantu kamu beres-beres barang untuk di bawa ke pesantren."

"Iyaa Ummah." Fifia pun pergi masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa jadi begini sih? Gua jadi nggak bisa bebas. Mana lusa ada pertandingan balap motor lagi. Mau bujuk Abah pasti juga nggak bakal merubah keputusannya. Aahhh.... Sial." Fifia mengusap wajahnya gusar.

Fifia menelpon Tania memberi kabar padanya bahwa lusa ia tidak bisa tanding.

( Hallo Tania. Lusa gua nggak bisa tanding. Loe batalin pertandingannya yaa. )

( Lohh, kok tiba-tiba loe batalin, Fi. )

( Bokap gua tau kalau gua suka kumpul bareng kalian. Gua mau di masukin ke pesantren besok. )

( What? Loe mau masuk pesantren? Loe nggak bakal bisa ketemu lagi dengan kita-kita dong? Loe juga nggak bisa balap motor lagi? Apa loe nggak bisa bujuk bokap loe, agar loe tidak di masukin pesantren? )

( Sudah keputusan Abah mutlak nggak bisa di ubah, Tan. Mau nggak mau gua harus masuk pesantren. )

( Yang sabar yaa, Fi. Maaf gua nggak bisa bantu loe apa-apa. )

( Hmmm... tolong loe cariin orang untuk ngurus apartemen dan juga mobil gua. Gua nggak mau apartemen dan mobil gua nggak terawat. )

Chapter 3

( Gampang itu. Gua bakal kangen berat sama loe, Fi. ) Tania mengirimkan emoticon menangis di akhir kalimat.

Fifia memutar bola matanya jengah.

( Udah, gua mau rehat. jangan ganggu. )

Fifia memutuskan sambungan telepon sepihak. Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Memandangi langit-langit kamarnya yang bernuansa hitam serta ada lukisan bintang di sana.

Ia benar-benar tidak ingin masuk ke pesantren. Ia ingin hidup bebas seperti biasa, berkumpul dengan geng motornya, balap motor.

Fifia menghembuskan nafasnya berat. Ia merasa hidupnya akan merasa berat jika harus berada di pesantren yang lingkungannya tidak bebas. "Kenapa gua harus masuk pesantren segala sih? Astaga, gue nggak bisa bayangin jika gue beneran masuk pesantren. Bakal menderita gue." Fifia mengusap wajahnya kasar.

.

.

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi Ummah Kulsum membantu mengemasi barang-barang Fifia yang akan di bawa ke pesantren.

Zafirah masuk dengan menggendong putranya yang masih kecil. "Mau berangkat jam berapa, Ummah?"

"Nanti sore, Zaf. Abah pagi ini ada urusan di kompleks sebelah. Mau berangkat siang takut Abah kecapekan. Jadi berangkatnya agak sore an."

"Ummah istirahat saja. Biar Zafirah yang bantuin, Fia"

"Emang nggak papa?"

"Iyaa Ummah."

Ummah Kulsum mengambil cucunya dari gendongan sang menantu. Cucunya tampak asyik bermain jemarinya sendiri. "Cucu Ummah udah wangi yaa, udah mandi yaa. Wangi nyaa." Ummah Kulsum mencium cucu pertamanya itu dengan gemas.

Balita itu tertawa geli saat wajahnya di ciumi Ummah Kulsum secara bertubi-tubi.

"Mau bawa berapa style bajunya, Fi?" tanya Zafirah

"Sedikit aja, Mbak. Sepuluh gamis sama jilbab segi empat yang senada," jawab Fifia sembari melipat gamisnya.

Zafirah pun membantu memasukkan barang-barang Fifia ke dalam koper.

"Mah, apa Ummah nggak bisa bujuk Abah agar Fia nggak masuk pesantren? Fia nggak suka masuk pesantren, Ummah." rengek Fifia.

"Sudah keputusan Abah, Fi. Abah nggak suka kamu salah pergaulan. Ummah nggak bisa bujuk Abah. Kamu kan tau sendiri Abah kalau sudah marah gimana."

"Teman-teman Fia itu baik semua, Mah. Fia nggak salah pergaulan. Mereka semua teman baik, Fia"

"Sayang, Abah nggak suka jika kamu berteman dengan mereka yang seperti orang ugal-ugalan. Kamu saja juga berpakaian urakan saat bersama teman mu itu. Ummah aja sampek terkejut melihat penampilan kamu yang tomboy itu. Abah murka dengan itu semua, Sayang. Makanya Abah masukin kamu ke pesantren agar kamu jadi orang yang lebih baik."

"Tapi Ummah...."

"Sudahlah, Sayang. Turuti kemauan Abah yaa. Abah dan Ummah hanya ingin yang terbaik untuk anaknya." Ummah Kulsum tersenyum dan merengkuh putri bungsunya.

"Hidup mu pasti akan tertata rapi dan lebih baik jika kamu masuk pesantren, Fi. Mbak yakin kamu insyaallah betah berada di pesantren nanti," ujar Zafirah.

Fadil yang berada di gendongan Zafirah mengoceh tak jelas seakan paham dengan pembicaraan mereka bertiga. "Tuhh Fadil aja ngasih semangat kamu, Fi"

Fifia pun menciumi wajah Fadil bertubi-tubi, gemas dengan tingkah ponakannya itu. "Mmm... Bbrrrruuuurrr...." Fadil menyemburkan air ludahnya seakan protes dengan apa yang di lakukan oleh Fifia padanya.

"Sudah berani kamu yaa nyembur, Aunty." Fifia pun menggendong Fadil dan menghujaninya ciuman yang bertubi-tubi di wajah dan tubuhnya. Membuat anak balita itu tertawa akibat geli.

Ummah Kulsum dan Zafirah hanya tersenyum melihat Fifia yang tampak happy kembali. 'Ummah berharap kamu akan jadi anak yang sholehah dan lebih baik lagi di pesantren, Sayang. Ummah akan lebih tenang jika kamu di pesantren dari pada berkumpul dengan teman-teman mu' ucap Ummah Kulsum dalam hati.

Sedangkan di basecamp Dragster sedang heboh akan berita yang di beritahukan oleh Tania bahwa ketua geng nya tidak akan bisa kumpul lagi karena akan masuk pesantren.

"Apa yang loe ucapin itu beneran, Tan? Loe nggak lagi bohongin kita-kita kan?" tanya Sella

"Becanda loe nggak lucu, Tan" ucap Dina

"Iyaa, gua nggak percaya" ucap Johan

"Gua nggak bohong! Fifia tadi malam telpon gua untuk batalin balap motor. Dia akan di masukkan pesantren sama bokap nya" ucap Tania

"Jadi ini serius, nggak bohongan.?" Ali melebarkan matanya.

"Iyaa bod*h. Ngapain juga gua bohong," ujar Tania dengan sedikit kesal.

"Memangnya kapan Fifia akan di masukkan ke pesantren oleh bokap nya?" tanya Fiki.

"Entah. Gua lupa nanya."

"Loe gimana sih, Tan. Harusnya loe tanya kapan berangkatnya. Biar kita-kita siapin acara untuk terakhir kalinya bareng Fifia sebelum dia masuk pesantren" ucap Yoga kesal.

"Yaa maaf lah, namanya juga lupa. Orang lupa itu nggak inget" ketus Tania

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!