"Aku tidak mau pa!" Ucap remaja cantik dengan nada keras kepada sang ayah. "Papa tau ini sulit, tapi kamu harus mengerti apa yang papa alami sekarang nak, ini juga menyangkut dengan keberlangsungan hidup keluarga kita nak" Ucap sang ayah membujuk putrinya.
"Apa yang dikatakan papamu benar nak! Lebih baik kau menurut saja, siapa lagi yang bisa menolong keluarga kita selain kamu Silvia" ucap sang ibu yang juga membujuk anaknya. "Tidak pah, mah aku tidak akan mau melakukan itu!" Ucap Silvia membentak dan langsung pergi menuju kamar.
Silvia menjatuhkan tubuhnya diranjang kecilnya dengan perasaan yang kacau. Saat ini dia akan dijodohkan dengan seseorang yang tidak ia cintai. Orang itu adalah seorang CEO, Bukan hanya dia namun ayahnya juga sukses di perusahaannya sendiri.
Harus diakui memang pria itu sangat tampan, rasanya tidak ada yang kurang dari penampilannya. Namun Silvia sudah memiliki kekasih yang baik dan setia, rasanya terlalu jahat jika dia menghianati kekasihnya dengan menikahi pria lain.
Memikirkan hal itu membuat Silvia semakin tertekan, tubuhnya melemas dan akhirnya tertidur.
* * *
Pagi tiba dan ia dibangunkan oleh silaunya sinar matahari yang menembus kaca jendela dan gorden nya. Ia bangun dan mandi, lalu memakai seragam dan memoles sedikit riasan diwajahnya lalu berangkat kesekolah.
Dia pergi sekolah menggunakan sepedanya, baru saja dia sampai disekolah dan kekasihnya Rey langsung menghampiri dan memeluk erat Silvia.
"Sudah dua hari kau tidak hadir sayang, aku merindukanmu, apa kau sakit?" tanya Rey dengan nada yang lembut dan penuh perhatian. "iya aku tidak enak badan Rey" Terang Silvia dengan paksa dan mengantarkannya ke kelas, sementara Silvia hanya tersenyum gemas melihat pacarnya itu.
"ada apa nih senyum senyum sendiri?" Goda Serli yakni adalah sahabat Silvia yang baru saja datang.
"Ah.. Bukan apa apa Ser" Tersenyum malu.
"Eum.. Jadi kapan kalian akan menikah?" pertanyaan itu sontak membuat Silvia membulatkan matanya.
"Kami akan menikah setelah kamu lulus. Aku tidak sabar, lagian kita semua akan lulus beberapa bulan lagi" Ucap Rey yang tiba tiba muncul. Dan Silvia hanya bisa mengangguk dan tersenyum ragu dengan perkataan Rey, sementara Serli bertepuk tangan girang dan memberi selamat pada Silvia.
Awalnya Silvia sangat senang dengan perkataan Rey, namun teringat bahwa dia akan dijodohkan, dia kembali bersedih.
"Bro! Kamu dipanggil sama buk Nita tuh!" Ucap Tio dengan lantang memanggil Rey.
"Duh, pasti dia ingin menagih tugasku yang belum selesai" Gumam Rey panik, ia pun mengecup dahi Silvia dan pergi menemui bu Nita.
* * *
Sepulang sekolah, Silvia dikejutkan oleh kedatangan pak Rudi dan anaknya, Hevin Anderson. Mereka sedang membicarakan hal mengenai pernikahan Hevin dan Silvia.
"Jadi bagaimana pak agus? Apakah putri bapak akan menikah dengan putra saya Hevin?" tanya pak Rudi dengan sorot mata yang tajam. "Haduh, bagaimana cara saya menjelaskannya ya, sebenarnya anak saya tidak bersedia namun kita dapat mencari cara lain untuk dapat membujuknya" bujuk pak Agus.
Pak Rudi langsung berdiri dari duduknya dan menunjukkan ekspresi kecewa. "Kalau begity urusan kita sampai disini saja pak Agus, ayo nak kita pulang" Tegas pak Rudi. Pak Agus pun langsung tertunduk memohon agar pak rudi mau berkerja sama dengan perusahaannya pak Agus.
"Kumohon pak Rudi bantu saya, atau perusahaan saya akan bangkrut dan saya tidak bisa menafkahi keluarga saya" mohon pak Rudi sampai dia berlutut.
Silvia yang melihat hal itu rasanya harga dirinya hancur, orang tuanya bersujud demi dapat menafkahi keluarganya. Silvia langsung berlari ke arah ayahnya dan langsung menuntun ayahnya untuk berdiri. Lalu dengan lantang Silvia berkata "Aku bersedia menikahi putramu".
Mendengar hal itu pak Rudi berubah ekspresi dari kecewa menjadi senang karena Silvia setuju. "Baiklah kalau begitu acara pernikahan kalian akan di langsung kan besok. Saya akan menyelenggarakan nya secara sederhana agar tidak banyak yang tau, supaya ini tidak berpengaruh pada sekolah nya Silvia. Dan saya putuskan acaranya besok" satu penyataan dari pak Rudi membuat Silvia dan Hevin tercengang, tapi mereka berdua berusaha untuk patuh dan tetap diam.
* * *
Keesokan hari nya Silvia bersiap siap dengan rapi, begitu juga dengan Hevin. Keduanya benar benar gugup sehingga mereka akhirnya bertemu di tempat pelaminan dengan tersenyum dan ekspresi bahagia. Janji suci diucapkan dan di sah kan tanda bahwa mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri. Mereka pun akhir nya duduk bersama.
"Pria ini sungguh tampan! Aku heran mengapa dia sangat ramah dan ceria hari ini padahal kemarin sombongnya luar biasa" gerutu Silvia di dalam hati.
Acara pun akhir nya berakhir pada malam hari, Silvia pulang kerumah mertuanya bersama Hevin setelah berpamitan dengan Rosa dan Agus yakni orang tua Silvia. Sesampainya keduanya dirumah, Silvia disambut oleh ayah dan ibu serta adik Hevin.
"Hevin perlakukan istrimu dengan baik ya.. Kalian silah kan kekamar karena ini kan malam spesial kalian" Goda ibu Hevin yang bernama Desi yang membuat mereka ber dua malu. "Ih apa sih mah!" Ucap Hevin kesal. "Selamat bersenang senang kakak!" Ucap adiknya Hevin, Zaiden yang juga tidak kalah tampan.
Silvia dan Hevin masuk ke kamar. Hevin langsung mandi, sedangkan Silvia diam mematung sambil membayangkan apa yang akan terjadi malam ini. 15 menit kemudian Silvia bersiap siap untuk mandi.
"Huh.. Aku takut, apakah ini mimpi?! Yang benar saja aku sudah bersuami?... Hmm aku harus siap malam ini, tapi apakah akan sakit?" Ucap Silvia membayang kan hal yang akan terjadi dan hal itu di dengar oleh Hevin.
"jangan menghayal! Kau pikir aku akan menyentuhmu? Huh aku sangat tidak sudi... Ingat! Kau tidak boleh tidur diranjang bersama ku dan mengotori tempat tidurku!.. Kau hanya gadis miskin yang mengemis harta pada orang tua ku! Dasar tidak tau malu, kamu! Masih bagus aku beri izin tidur di sofa, atau kamu akan tidur di lantai. Dan jangan mencoba mengatur aku juga mengadu pada siapa pun atau kau akan merasakan akibat nya" Ancam Hevin dengan tegas.
"B.. B.. Baik" jawab Silvia takut dan hanya dapat mematuhi apa yang dibilang orang yang dianggap suami nya sekarang ini.
Silvia pun bergegas mandi dan tidur disofa, ia sempat merasa sedih karena mendapat suami yang ternyata sangat kasar seperti Hevin tapi Silvia hanya berfikir kalau ini adalah cobaan dari pernikahan nya. Sudah pukul 02 pagi dan Silvia belum bisa tidur, dia pun bangkit dari sofa dengan tubuh yang terasa sakit karena belum terbiasa untuk tidur di sofa.
Karena walau pun Silvia tidak sekaya Hevin, tapi dia tidak miskin dan masih dapat makan dan hidup enak dibanding orang orang diluaran sana. Akhirnya Silvia pun beranjak mencoba menyalakan lampu. Setelah lampu dinyalakan, seseorang terbangun yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hevin.
"Kamu mau kemana?" tanya Hevin dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.
"mengambil minum" jawab Silvia singkat.
"Ayo, biar kutunjukkan dapurnya" dingin Hevin.
Silvia mengikuti Hevin, sesampainya di dapur, dia mengambil gelas dan menuangkan air untuk minum. Lalu tiba tiba terdengar sebuah suara.
"Aku juga mau minum, berikan padaku!" Pinta Hevin dengan suara yang dalam.
Silvia pun mengambilkan air untuk Hevin, namun ketika Silvia hendak mendekat, ia tersandung oleh sesuatu dan terjatuh ke pelukan Hevin. Tetapi Hevin yang baru bangun tidur dan tidak seimbang, dia tumbang dan mereka sama sama terjatuh.
Tubuh Silvia yang menempel membuat jantung Hevin berdebar kencang, sedangkan Silvia yang merasakan tubuh kekar suami nya dan di tambah air yang tumpah di atas leher Hevin membuat kesan panas dan mereka benar benar gugup.
Hevin yang terjebak di dalam situasi ini sudah tidak dapat menahan hasrat nya yang memuncak lalu segera memangut bibir kecil nan mungil yang berada tepat didepan wajahnya itu. Silvia sedikit terkejut dengan hal yang dilakukan oleh Hevin saat ini dan hanya bingung.
Ketika akhirnya Silvia mulai kehabisan nafas ia mencoba melepas tautan itu. Namun Hevin menahan tengkuk Silvia. Tanpa pikir panjang Silvia memutuskan menyikut perut Hevin dan otomatis melepas ciuman itu.
"Aaaaaa! Kau menodai ku!" teriak Silvia takut.
Dengan cepat Hevin membekap mulut Silvia dan berkata "Diam atau kucium lagi!" Bentak Hevin yang membuat Silvia diam.
"Apa maksudmu aku menodaimu ha!?, aku ini suami mu jadi aku berhak atas dirimu! Terlebih saat aku menginginkan mu! Bocah!" Bentak Hevin kasar lalu langsung mendorong bahu Silvia dengan bahunya dan kekamar.
Silvia merasa sangat sedih, karena sebelumnya tidak pernah dibentak seperti itu. Dia sungguh menyesal telah berteriak seperti itu. Akhirnya dengan rasa kecewa Silvia kembali ke kamar dan segera tidur.
* * *
Pagi pun tiba, Silvia bangun dan melihat suami nya yang tampak tertidur sangat pulas, Silvia pun keluar kamar dan menuju dapur. Dia melihat mertuanya alias Desi yang sedang menghidang dia meja makan.
"Pagi mah.. Apa yang bisa aku bantu?" tanya Silvia menawarkan bantuan.
"Ah.. Tidak usah nak, kamu kan pasti lelah dan masih nyeri" Goda Desi.
"Nyeri?.. Nyeri kenapa mah?" Bingung Silvia.
"Ah kamu ini jangan pura pura gak tau nak, kan kalian habis malam pertama, mamah bahkan sempet denger teriakan kamu tadi malam" ucap Desi yang membuat Silvia begitu malu.
Silvia pun kembali teringat dengan kejadian tadi malam saat Hevin mencium nya.
"Sebenarnya dia pria seperti apa sih? Aneh, galak, kasar, dia bahkan mengambil first kiss ku tadi malam!" Gerutu Silvia sangat kesal.
"oh jadi itu ciuman pertamamu? Jadi aku yang pertama? Beruntung sekali aku.. Pantas saja kamu tidak mahir semalam" Smirk Hevin yang tiba tiba muncul.
"Hmm?.. Mandilah, jangan bahas apapun sekarang" Kesal Silvia.
"Kalau begitu aku akan mandi, tolong siapkan baju ku yang berwarna biru dan letakkan di atas sofa dikamar" Ucap Hevin menyuruh.
"Ya" Jawab Silvia.
* * *
Hevin pun berendam dengan air hangat di bathtub dan kembali teringat dengan kejadian panas Hevin dan Silvia tadi malam.
"Uhh.. Bibirnya manis, aku ingin merasakannya lagi, Silvia kau membuat ku candu." Gumam Hevin sambil berendam.
Tok tok tok pintu kamar mandi di ketuk.
"Siapa?" Tanya Hevin.
"ini aku Silvia" Ucap Silvia.
"Masuklah" Hevin menyuruh Silvia untuk masuk.
"ini sudah setengah jam kau di dalam kamar mandi. Ibu menyuruh mu untuk turun dan makan" Ucap Silvia tanpa melihat Hevin yang tidak mengenakan apa apa.
"Sini, mandi dulu bersama ku" Goda Hevin sambil mendekat dengan memakai handuk kecil. Hal itu membuat Silvia meledak jantungnya, melihat tubuh suami nya yang masih basah dan perlahan mendekat membuat Silvia susah untuk menelan saliva nya sendiri.
Hevin melingkarkan tangan nya di pinggang Ramping Silvia dan membuat mereka saling menempel dan bertatapan. "Cup" Hevin mencium dan melumat bibir Silvia lembut.
Hampir saja Silvia ingin berteriak namun itu ditahan nya.
"Jadi? Ayo kita mandi sayang" Ucap Hevin dengan nada sensual.
Silvia pun perlahan menjauh "maaf aku tidak bisa"
"Kenapa!? Kau istriku, aku sudah menikahi mu!" Kasar Hevin membentak Silvia.
"A.. Aku sudah mandi" ucap Silvia ketakutan.
"Pergilah! Buang buang waktu ku saja" Kasar Hevin.
Silvia pergi dan Hevin lagi lagi menggerutu "Punya istri serasa tidak punya.. Bahkan disaat aku ingin melakukan hal itu, aku harus melakukannya sendiri"
Silvia sungguh gugup dengan kejadian yang menimpa nya tadi di kamar mandi.
"Punya suami mood nya aneh aneh, bentar bentar lembut, bentar bentar kasar.. Dasar suami mesum" Gerutu Silvia.
Silvia pun turun untuk makan bersama Desi dan Rudi, juga adiknya Hevin yang bernama Zaiden.
"Dimana kak Hevin?" tanya Zaiden.
"Dia sedang mandi" Menjawab dengan sopan.
"Kau terlihat sangat muda, berapa umurmu?" Tanya Zaiden.
"Umurku 18 tahun" Jawab Silvia.
"Wah muda sekali ya, perkenalkan aku Zaiden umurku 23 tahun" Ucap Zaiden dengan ramah.
"Ya" Jawab Silvia singkat.
Hevin pun datang dan duduk disamping Silvia dengan cuek langsung makan dan Zaiden pun menggoda kakak nya dengan berkata " Ehem.. Berapa ronde semalam?" dengan terkejut Hevin pun lantang menjawab" Dasar anak sialan! Bisakah kau tidak mengurusi kehidupan ku!" Bentak Hevin kasar langsung pergi.
"Hevin... Tunggu!" Silvia memanggil Hevin dan memberikan tas kerja nya, sambil meminta izin "Hevin, aku akan pergi menemui ibu hari ini, boleh kah?". Hevin pun menjawab "Huh manja baru semalam pisah udah rindu berat kayak gak ketemu setahun"
"Jadi apakah boleh?" Mohon Silvia.
"Ya tapi-" Hevin mendekatkan diri nya dan berkata "Jangan coba coba mendekati pria lain! Atau aku akan menghukum mu"
Silvia pun mengiyakan lalu meminta izin pada mertuanya lalu pergi menuju rumah orang tua nya dan di antar oleh sopir menggunakan mobil. Silvia masuk kerumah dan memeluk kedua orang tua nya, juga adik nya Rini.
"Aku rindu ibu" Ucap Silvia.
"Baru juga sehari pisah nya" Ejek Rini adik nya Silvia yang ber usia 15 tahun.
"Ibu juga rindu kamu.. Kalau buka karena bisnis ayah mu, kami juga tidak akan menjodoh kan mu di usia muda seperti ini" Lembut Rosa ibu nya Silvia, dan mereka kembali berpelukan.
"Oh ya nak, kemarin teman mu Rey datang untuk memberi tahu, bahwa kamu ada ujian tengah semester besok" Rosa menjelaskan dengan tenang.
"Baik bu, aku akan minta izin sama Hevin" Silvia meng iyakan.
"Loh loh, kok panggil nya Hevin?.. Gak sopan nak!.. Kamu kan pengantin baru, panggil aja sayang atau mas.. Kalau mau lebih so sweet lagi ya panggil dia Daddy" Goda Rosa mengajarkan Silvia.
Setelah lama berbicara, Silvia memutuskan untuk pulang namun sebelum pulang dia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Rey untuk menanyakan UTS lebih lengkap. Padahal Silvia sudah dilarang oleh Hevin menemui Pria lain.
* * *
Sesampai nya Silvia dirumah Rey, Rey menyambut Silvia hangat.
"Oh? Silvia ada apa?" tanya Rey dengan lembut.
"Apa benar UTS nya besok?" tanya Silvia kepada Rey.
"Iya, oh kau begitu manis dengan pakaian ini" Ucap Rey yang menggoda Silvia dan terus mendekat kan dirinya kepada Silvia.
"K.. K.. Kau mau apa Rey?" ucap Silvia dengan rasa gugup.
"Tidak ada.. Aku hanya ingin melihat dirimu lebih dekat sayang, kamu sungguh cantik.. Aku harap kita bisa memulai hubungan yang baik setelah kita lulus" ucap Rey lalu memeluk Silvia dengan sangat sangat tulus dan penuh perhatian, pada awalnya Silvia sangat senang dipeluk oleh kekasih nya itu, namun ketika dia sadar bahwa dia sudah punya suami, akhir nya Silvia mulai mundur dan menjauh.
"Ada apa Sil?" bingung Rey.
"ini salah Rey!.. Tidak boleh terjadi!" Ucap Silvia dengan ekspresi sedih dan langsung bergegas pergi dari rumah Rey. Sedangkan Rey hanya bisa terdiam dengan sikap Silvia yang menjadi lebih dingin dari pada biasanya. Rey heran bagaimana bisa Silvia menolak pacar nya sendiri.
* * *
Dikantor, Hevin sedang mengikuti rapat penting.
"Bagaimana pak apa bapak setuju?" Tanya seorang pria tua kepada Hevin. Namun dari tadi Hevin terus diam dan melamun dengan tatapan nya yg kosong. "Pak" panggil sekertaris nya. "Ah! Maafkan saya, silah kan lanjut kan pak" Ucap Hevin yang baru saja tersadar dari lamunan nya, sekertaris nya pun menjelas kan apa yang tidak di dengar kan oleh Hevin tadi karena melamunkan Silvia. "Oh, baik pak saya setuju" ucap Hevin lalu rapat berakhir dan Hevin dengan sekertaris nya kembali ke ruangan kerja Hevin.
Sesampainya Hevin di ruangan nya, Hevin langsung duduk di kursinya lalu membuka laptop nya, sedangkan Dea sekertaris nya mengerjakan tugas nya. Tidak berselang lama pintu ruangan Hevin di ketuk oleh seseorang, Hevin mengizin kan seseorang itu masuk. Dan masuklah seorang wanita cantik dengan pakaian yang mini dan ketat. Dengan segera Hevin menyuruh sekertaris nya untuk keluar dan membiarkan Hevin berdua dengan wanita itu.
"Selamat siang sayang, aku membawakan kue spesial buatan ibuku khusus untuk mu" ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Ya sayang, letakkan saja disana diatas meja itu, oh ya apa yang membuat mu pergi ke sini Frey sayang? Tidak mungkin tanpa alasan kan?" Tanya Hevin dengan lembut. Frey pun lekas duduk di atas paha Hevin dengan manja. "Oh sayang, apa kau sedang mencoba menggoda ku?" Ucap Hevin lalu melingkarkan tangannya di perut Frey dan memeluk nya erat.
"Lain kali pakai jaket ya sayang, aku tidak mau tubuh indah mu dilihat oleh manusia lain kecuali aku" Ucap Hevin manja.
"Iya sayang, oh ya apa kau sedang sibuk?" tanya Frey agar tidak mengganggu waktu Hevin.
"Tidak kok, waktuku selalu ada hanya untukmu" Jawab Hevin.
Freya Sakha dan Hevin Anderson adalah sepasang kekasih yang sudah lama mereka menjalin hubungan. Pada satu waktu Frey dan Hevin sudah berencana untuk menjalin hubungan yang jauh lebih serius yakni menikah, namun kedua orang tua Hevin sangat tidak setuju putra mereka yang tampan dan hebat menikahi wanita yang dirasa tidak baik itu, oleh karena itulah Hevin segera dijodohkan dengan Silvia.
Ini juga faktor umur Hevin yang sudah 25 tahun dan sudah layak menikah tapi belum menikah karena belum menemukan wanita yang tepat. Hingga pada akhirnya Silvia menjadi pilihan orang tuanya Hevin. Namun walau sudah menikah, Hevin tidak mau Frey mengetahui itu dan terus memperjuangkan Frey.
Mereka pun menghabiskan waktu dengan bermersa mesraan. Hevin tidak mempedulikan apapun ketika dia bersama kekasih tercinta nya. "Sayang, bagaimana? Kapan aku bisa menemui orang tua mu dan menetapkan pernikahan?" tanya Frey penuh harap yang membuat Hevin menghela nafas panjang.
"Sayang, sudah kubilang tunggu waktu yang tepat" ucap Hevin terus terusan beralasan.
"Ah.. Hevin sungguh aku sangat bosan akan alasan mu! Kapan lagi waktu yang tepat!? Kau memang tidak mencintaiku!" Ucap Frey yang cemberut lalu dengan kesal dan kecewa langsung bergegas pergi dari ruangan Hevin.
"Huh, bagaimana caranya aku membangun rumah tangga bersamanya sedangkan orang tua ku tidak merestui bahkan aku sudah menikah" Ucap Hevin menghela nafas dengan ekspresi kehilangan harapan.
* * *
Silvia terduduk di pojokan kamar, memikirkan apa yang telah terjadi. "Aku harus bagaimana tuhan!? Aku sangat mencintai Rey, tapi aku sudah menikah. Aku harusnya menolak perjodohan ini dan tidak menghianati Rey" Gerutu Silvia menyesal akan keputusan nya waktu itu.
Silvia pun turun kedapur untuk mengambil cermilan dan melihat Zaiden disana. Silvia mencoba mengambil cemilan di rak paling atas, namun karena tidak sampai Zaiden langsung mengambilkan camilan itu dan memberikan nya pada Silvia. Setelah nya Zaiden pun pergi dengan tersenyum kecil pada Silvia.
Silvia pun sempat terheran dengan tingkah laku Zaiden yang aneh, namun akhirnya dia tidak mempedulikan itu. Setelah Silvia ngemil, dia ke kamar mertua nya untuk memberitahukan bahwa besok Silvia harus ke sekolah dan seragam sekolah nya sudah dia bawa dari rumah ibunya.
"Mah.. Silvi izin mau sekolah besok ya, soalnya Silvia harus ikut ujian besok" ucap Silvia dengan lembut.
"Oh, iya nak nggak apa apa kok, nak tolong telepon nak Hevin, suruh dia cepat pulang ya nak, karena ada yang ingin mamah sampaikan" Ucap Desi.
* * *
Malamnya Hevin masih dikantor, niat Hevin ingin singgah ke rumah Frey untuk menetapkan pernikahan mereka secara diam diam. Namun dia mengurungkan niatnya setelah mendapatkan telepon dari Silvia. Hevin pun menyerahkan tugasnya pada Dea dan segera pulang kerumah.
Setelah sampai di rumah, Hevin bergabung dengan anggota keluarga nya untuk makan malam. Lalu Rudi alias ayah Hevin menyampaikan suatu hal yang membuat suasana disitu menjadi canggung.
"Hevin dan Silvia, tadi papah ketemu dengan temen lama papah yang dulu satu SMA. Dia bawa cucunya yang manis dan cantik, papah jadi menghayal nih kapan papah bisa dapet cucu dari kalian" Ucap Rudi.
"Eummh.. Kebetulan nih mamah udah beli dua tiket ke bali untuk kalian berdua" Ucap desi lalu meletakkan tiket itu di atas meja dihadapan semua.
"Ha? Tiket kebali buat apa mah?" Tanya Hevin.
Ini kan untuk kalian pergi honeymoon (bulan madu)" Ucap Desi dengan santai yang membuat Silvia hampir tersedak. "Eh eh.. Ini minum dulu" Ucap Desi lalu memberikan segelas air lalu Silvia meminu air tersebut.
"Tapi mah! Kami gak butuh yang kayak begituan, lagian kami juga belum siap" Bantah Hevin dengan lantang.
"Halah.. Dikasih enak malah nolak" ejek Zaiden dengan memutar bola mata jengkel.
"Aish kau ini adik sialan, jangan cari cari masalah deh kamu Zai!" Kesal Hevin.
"Apaan sih, aku cuma mau ngingetin tau! Ingat umur kak! Kalau gak siap mulu, kapan punya anak nya?" ucap Zaiden menasihati dengan ledekan.
"Udah udah jangan bertengkar deh kalian kayak anak kecil aja, itu urusan mereka kapan mau punya anaknya, yang penting jangan sampai mamah mati dulu baru bikin anaknya" ucap Desi.
"ih mamah ngomong apa an sih, udah pasti mamah akan menggendong cucu nanti" ucap Hevin dengan kesal lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan dan bergegas ke kamarnya.
"Mah, pah, kan makannya udah selesai, jadi biar aku aja yang cuci piring piring nya" Ucap Silvia dengan sopan.
"Aduh rajin nyaa menantu mamah satu ini, yaudah jangan lama lama ya, suami mu menunggu tuh di kamar" Goda desi lalu semua anggota keluarga pun bergegas ke kamar masing masing untuk beristirahat karena sudah larut malam kecuali Silvia yang sibuk membereskan dapur.
Silvia mencuci piring dan membersihkan area dapur. Sementara Hevin sedang mandi, lagi lagi dia berendam cukup lama hingga akhirnya Silvia ke kamar tapi Hevin belum selesai mandi.
"Hevin!" memanggil Hevin dari kamar ke dalam kamar mandi. "Apa!?" ucap Hevin berteriak membalas. "Aku ingin buang air dan aku sudah tidak tahan lagi vin! Kumohon cepat!" panik Silvia melompat lompat tidak dapat menahan. "Kan ada kamar mandi di dapur" jawab Hevin lagi lagi berteriak.
"Tapi udah gak tahan lagi, gak sempat! Cepat vin!" Ucap Silvia tergesa gesa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!