NovelToon NovelToon

Hurt Me Again

Part 1

Mentari bersinar begitu cerah seolah berusaha memberikan kehangatan untuk semua orang yang ada di muka bumi termasuk kepada seorang gadis yang sedang mengayuh sepedanya menuju kediaman Alexander. Siapa yang tidak tahu dengan keluarga Alexander yang menjadi keluarga terkaya nomor satu didunia.

Peluh yang sudah mengalir di wajah cantiknya pun dia abaikan. Senyuman ceria tetap menemani di setiap kayuhan dari kaki mungilnya itu. Tak peduli terik matahari yang mulai terasa membakar tubuhnya, gadis manis dan mungil itu tetap semangat untuk mengantarkan pesanan bunga tersebut.

Alula Farzana Ayunindya, gadis cantik yang hidup sebatang kara. Dia terpaksa harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun hidup penuh dengan cobaan dan rintangan, gadis yang masih berumur 16 tahun itu tidak pernah menyalahkan takdir yang sudah diterimanya. Dia terus menjalani hidup dengan selalu bersyukur dan penuh semangat tak lupa dengan senyuman hangat yang selalu dia tampilkan di wajah manisnya itu berharap semua orang akan ikut tersenyum.

Kejamnya kehidupan tak membuat gadis manis itu melupakan pendidikannya. Berkat otak cerdas yang dikaruni Allah, dia selalu mendapatkan beasiswa disekolahnya.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, dia pun telah tiba di kediaman keluarga Alexander.

"Wah, ini istana kali ya besar banget," gumam Lula kagum melihatnya. Setelah diizinkan masuk oleh para satpam, Alula pun segera masuk dan kembali termenung melihat banyak sekali orang yang berbadan kekar, tinggi dan memakai pakaian serba hitam.

"Kenapa enggak coba pakai baju warna-warni aja biar terlihat imut," gumam gadis itu lagu ."Apa- apaan sih Lula, kok malah mikir yang aneh-aneh! Fokus aja sama pesanannya!!" sambung gadis itu mencoba menyadarkan dirinya.

Perlahan dia pun mengetok pintu mansion tersebut. Ya Lula berpikir ini tidak cocok dikatakan sebuah rumah. Bayangkan saja luas halamannya saja membuat Lula kagum, apalagi isi rumahnya! Wah Lula tidak bisa membayangkannya.

Tok tok tok

\~di kediaman Alexander

Para pria tampan yang tak lain adalah putra dari pasangan Abraham Achilles Alexander dan Andhara Kirana Alexander. Keenam pria tampan itu sedang asyik mengobrol diruang tamu.

Suara ketokan pintu membuat mereka berhenti berbicara dan langsung saling melempar pandangan.

"Itu siapa ya kak?" tanya Byan kepada kakak-kakaknya. Dia adalah anak bungsu di keluarga Alexander.

"Mana kami tahu, kan kita sama-sama di dalam." Balas Lio kepada adiknya itu. Bagaimana dia bisa tahu itu siapa. Adiknya memang aneh.

"Ya sudah deh aku lihat dulu." Byan pun segera berjalan meninggalkan kakak-kakaknya itu dan segera melihat siapa yang bertamu siang-siang begini.

****

Alula pun masih berada di depan mansion itu sambil menunggu seseorang membukakan pintu. Entah kenapa dia mendadak menjadi merasa sangat gugup.

Tak lama kemudian keluarlah seorang pria tampan yang membukakan pintu tersebut. Lula pun langsung memberikan senyuman manisnya kepada pria tampan yang entah kenapa sedang menatap instan ke arahnya.

"Permisi Tuan." Ucap Lula sangat gugup karena merasa diperhatikan oleh pria tampan di depannya itu. Apakah ada yang salah dengan penampilannya? Atau dia sudah melakukan kesalahan? Berbagai opini buruk mulai memenuhi pikirannya itu.

"Panggil Byan saja.." Balas Byan yang merasa tua jika dipanggil seperti itu.

"Hmm Byan, saya kesini mau mengantarkan pesanan bunga dari nyonya Andhara." sambungLula masih dengan nada yang gugup. Karena Byan yang terus menatapnya seolah ingin memakannya saat ini juga.

Sementara Lula sibuk dengan pemikirannya, Byan pun langsung berlari ke dalam rumah dan itu semakin membuat Lula menjadi sangat takut. Apakah dia sangat tidak sopan kepada pria tampan itu? Berbagai kemungkinan buruk pun semakin membuat Lula berkeringat semakin banyak.

Sementara itu, Byan langsung berlari menuju tempat kakak-kakaknya berkumpul.

"Kak di luar ada gadis manis," teriak Byan dengan sangat semangat. Kelima lelaki tampan itu pun langsung menatap adik mereka dan saling memandang satu sama lain.

"Apakah dia menggemaskan?" tanya mereka serentak.

"Iya kak, dia sangat menggemaskan dan sangat lucu. Bagaimana kalau dia saja yang jadi adik kita?" tanya Byan yang meminta persetujuan kakak-kakaknya itu.

Tanpa membalas pertanyaan Byan, mereka berlima pun langsung berlari keluar untuk melihat apakah gadis itu cocok menjadi adik mereka. Byan pun hanya mendengus tak suka melihat kelima kakaknya yang sering mengabaikannya.

Jangan tanya bagaimana Alula sekarang. Gadis manis itu merasa sangat takut. Jika dia membuat kesalahan dengan keluarga terpandang ini, maka tamatlah riwayatnya.

Gadis itu masih menunduk sambil terus memegang bunga, hingga tak menyadari keberadaan enam pria tampan yang sudah berdiri di depannya.

Keenam lelaki itu pun menatap Lula dengan sangat cermat. Tetapi, gadis itu masih saja menundukkan kepalanya karena masih sibuk dengan pemikirannya.

"Hmm!" deheman itu pun membuat sang gadis kembali ke alam nyata dan dengan sangat gugup mulai mendongakkan kepalanya.

Lula pun sangat terkejut karena di depannya sudah berdiri enam pria tampan yang bukannya membuat dia terpesona malah sebaliknya. Gadis itu semakin merasa takut saat ini. Apakah akan terjadi hal buruk kepadanya? Satu pria saja sudah membuatnya takut! Dan lihatlah sekarang ada enam pria.

"Apakah saya membuat kesalahan tuan? Saya hanya ingin mengantarkan bunga dan tidak ada maksud lain." ucap Lula berusaha memberanikan dirinya. Air mata pun sudah berlinang dikelopak matanya.

Keenam pria tampan itu pun berusaha menahan tawa mereka karena ucapan gadis di depanya ini yang terlihat sangat menggemaskan dimata mereka. Sehingga mereka tidak sabar untuk menjadikan gadis lucu ini menjadi adik mereka. Karena mereka sangat menginginkan adik perempuan.

"Hwaaa," tangis gadis itu pun pecah. Dia tidak kuasa menahan air matanya karena merasa takut dengan keadaannya saat ini.

"Maukah kamu menjadi adik kami?'' tanya mereka serentak. Mereka pun merasa sangat panik karena calon adik mereka menangis sangat kencang.

"Hhhh?" tangis Lula pun langsung berhenti. Perlahan penglihatan Lula pun mengabur dan dia pun kehilangan keseimbangannya. Untung saja keenam Pria tampan itu langsung sigap menangkap tubuh mungil gadis itu. Mereka pun saat ini sangat panik dan menyesal karena sudah membuat gadis manis itu menjadi sangat takut. Mereka berharap setelah sadar gadis itu mau untuk menjadi adik mereka.

....

Ngadi-ngadi ya kalian😭 siapa ga pingsan ditanya kek gitu Bambang 🤧🤧

Part 2

    Kini gadis manis itu sedang berbaring di sebuah kamar dengan nuansa warna biru muda yang sangat luas dan mewah. Ya, itu memang kamar yang sudah mereka sediakan untuk adik perempuan mereka.

"Aduh bagaimana ini kak, adikku pingsan gara-gara kalian!" kesal Byan sambil menyalahkan kelima kakaknya itu. Sontak ucapan Byan membuat kelima pria tampan yang juga merasa sangat panik itu menatap tajam ke arah adik mereka itu.

"Bukan hanya adik kamu!! Tapi dia adalah adik kita!" balas Arsen menekankan kata di setiap kalimatnya itu. Sementara Byan pun langsung mengangguk patuh mendengar perkataan kakaknya yang sudah terlihat geram terhadapnya.

"Mungkin dia syok karena kita tiba-tiba ingin menjadi dia sebagai adik kita," jelas Nata yang baru mengeluarkan suaranya. Ya dia adalah seorang dokter yang sangat tampan.

"Nah betul!! Siapa juga yang tidak syok jika tiba-tiba diminta menjadi adik oleh laki-laki yang tidak dikenalnya sama sekali," sambung Lio setuju dengan ucapan Nata.

"Oh iya kak, kakak tidak ke rumah sakit?" tanya Azka yang tiba-tiba baru menyadari jika Nata masih berada di sana.

"Enggak dek, lagi enggak ada jadwal kakak sekarang jadinya free." balas Nata sambil terus menggenggam tangan Lula.

"Sumpah ya dia pingsan kayak gini saja imut banget apalagi pas bangun," seru Adit yang tidak pernah melepaskan pandangan dari gadis manis yang masih setia memejamkan matanya itu.

Beberapa menit berlalu, Mereka pun masih setia memandangi wajah imut gadis yang sebentar lagi akan menjadi adik mereka. Mereka berharap gadis ini tidak menolaknya.

"Oh iya bagaimana kalau kita telepon Mama, Papa, dan kak Rian, biar mereka semua pulang dan melihat gadis menggemaskan ini," usul Azka yang langsung disetujui oleh yang lainnya.

"Ya sudah biar kakak saja!" Lio pun langsung keluar dari kamar untuk menghubungi orang tua dan kakak tertuanya itu.

****

Selang beberapa menit, Abraham, Andhara, dan Rian putra pertama Alexander itu telah sampai di Mansion mereka dan langsung bergegas melihat gadis yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka.

"Wah, gadis ini imut sekali," teriak Andhara ketika baru saja memasuki kamar tersebut dan langsung memeluk gadis yang masih saja setia menutup matanya itu.

"Ihh Mama kebiasaan deh suaranya toa banget," ucap Abraham jengah dengan kebiasaan Istrinya yang tidak bisa mengontrol suaranya itu. Sedangkan ketujuh putranya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan ajaib Mama mereka.

Karena merasa terusik, gadis itu pun perlahan mulai membuka matanya dan lihatlah betapa terkejutnya dia melihat begitu banyaknya orang yang mengelilinginya.

Lula pun langsung bangun dari tidurnya. "Hmm, maaf ya Tuan, Nyoya, kalau saya sudah merepotkan kalian semua," lirih Lula sedikit gugup dan merasa tidak enak kepada keluarga terpandang ini karena sudah menyusahkan mereka.

Semua orang pun memandang ke arahnya secara bersamaan. Tentu saja hal itu langsung membuat Lula semakin takut dan dirinya langsung ingat kepada bunga pesanan Nyonya Andhara itu.

"Ke mana perginya bunga itu?" Gadis itu pun berusaha mengingat di mana terakhir kali dia memegang bunga tersebut, Dia pun langsung merutuki kenapa dia tiba-tiba pingsan.

"Hahaha, kamu menggemaskan sekali," teriak Byan sambil memeluk gadis yang masih saja memikirkan masalah bunga tersebut. Karena bunga itu sangat mahal, dia harus bersiap-siap untuk dipecat setelah ini. Sementara yang lain mendengus tidak suka melihat Byan yang lebih dulu memeluk adik mereka.

"Eh Byan main menyosor aja sih. Seharusnya kan kakak yang meluk duluan. Kan kakak anak pertama!" Rian pun tak bisa menahan kesalnya ketika dia tidak menjadi orang pertama yang memeluk adiknya itu.

What?? Seolah-olah hanya kata itu yang mampu mewakilkan keterkejutan semua orang setelah mendengar apa yang keluar dari mulut seorang Adrian. Biasanya dia sangat dingin dan tak peduli dengan orang yang belum dikenalnya.

"Kamu enggak sakit kan sayang?" tanya Andhara memastikan bahwa putranya sekarang dalam kondisi yang baik-baik saja.

"Ya enggak lah Ma, aku waras kok," balas Rian cuek.​

Jangan tanya bagaimana Lula sekarang, dia merasa semakin bingung dengan semua orang di sana. Kenapa mereka menyebut dirinya adik? Sejak kapan dia menjadi adik dari tujuh pria tampan ini.

"Sudah-sudah kalian diam dulu! Mama mau bertanya Sama kamu sayang. Coba sekarang kamu memperkenalkan diri kamu dulu!" ucap Andhara lembut sambil mengusap kepala Lula dengan penuh kasih sayang.

"Nama aku Alula Farzana Ayunindya. Umur aku 16 tahun. Sekarang Lula kelas 1 SMA. Orang tua Lula sudah meninggal saat Lula berumur 7 tahun, sejak saat itu Lula bekerja paruh waktu untuk membiayai hidup Lula. Untung aja Lula mendapatkan beasiswa dari SD sampai SMA. Jadi tidak terlalu merasa kesusahan Tuan, nyonya." Lula pun menceritakan siapa dirinya sambil tersenyum. Senyuman yang tersimpan kesedihan dibaliknya. Semua keluarga Alexander pun merasa sangat kasihan dan mereka akan berjanji akan membuat Lula bahagia.

"Sayang, Mama sedih banget kenapa baru sekarang kamu bertemu dengan kamu. Yasudah, mulai sekarang dan selamanya kamu akan menjadi anak Mama sama Papa, dan kamu juga akan mempunyai tujuh kakak sayang. Tenang saja jika mereka berani macam-macam sama putri Mama, maka akan Mama usir mereka dari sini!" seru Andhara penuh ancaman sambil menatap tajam memperingati putra-putranya itu. Sementara para putra Alexander itu pun mendengus kesal mendengar ucapan Mamanya itu. Tidak mungkin mereka akan menyakiti Princess mereka. Mamanya sungguh sangat konyol.

"Kamu mau kan sayang jadi anak Mama?" tanya Andhara lagi.

"Tapi..."

"Sudah Mama tidak mau dengar penolakan sayang! Intinya sekarang kamu resmi jadi anak Mama dan Papa," sambung Andhara memotong ucapan gadis itu. Lula pun langsung memeluk Andhara karena merasa sangat terharu dengan ucapan Andhara. "Makasih ya Mama." ucap Lula lirih sambil terus memeluk erat wanita cantik yang sekarang sudah menjadi orang tuanya itu. Dia sangat rindu pelukan hangat dari sang ibu, karena sejak kecil dia sudah kehilangan orang tuanya.

"Mama, sudah dong meluknya, kami juga ingin memeluk gadis manis ini, kamu enggak liat ekspresi anak- anak karena kamu tidak membiarkan mereka untuk memeluk Lula." protes Abraham yang sangat peka dengan ekspresi anak-anak mereka yang kelihatan sangat jengkel.

"Sudah yaa, kalian semua yang cowok pada keluar deh, biar Mama sama Lula di sini ngobrol-ngobrol cantik." sambung Andhara acuh.

"Mamaaaaaaa!" teriak mereka berbarengan karena merasa tidak terima.

Andhara pun tertawa melihat ekspresi Suami dan anak-anaknya yang terlihat sangat jengkel.

Alula yang tidak tahan melihat ekspresi mereka pun langsung memeluk Papa dan kakak barunya itu secara bergantian.

"Sudah kan, sudah Lula peluk semuanya," ucap Lula setelah memeluk kedelapan pria tampan itu.

"Astaga kamu lucu banget sayang, kakak janji bakal bikin kamu seperti putri di keluarga ini." ucap Lio yang langsung diangguki oleh yang lain.

Lula pun merasa sangat bahagia karena bisa menjadi bagian dari keluarga Alexander ini. Bukan karena mereka orang no. 1 terkaya di dunia, tetapi karena kasih sayang mereka yang membuat kehidupan Lula menjadi sangat bahagia. Memang dari kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Ya sudah sayang, sekarang kamu istirahat dulu ya, nanti pas jam makan malam, Mama akan bangunin kamu lagi." sela Andhara kepada anak gadisnya itu.

Alula pun mengangguk mengiyakan dan langsung bersiap-siap untuk tidur.

"Ya sudah princessnya Papa selamat tidur ya." Sambung Abraham sambil mengecup dahi Lula.

"Selamat tidur Queennya kakak." ucap ketujuh pria itu dan bergantian mencium kening adik mereka itu.

Setelah melihat Alula yang mulai menutup matanya, mereka pun langsung keluar dari kamar itu karena tidak mau mengganggu istirahat Lula. Sementara senyum tak henti hentinya luput dari wajah mereka semua. Apalagi Byan yang saat ini sangat bahagia karena akan dipanggil kakak.

"Akhirnya Byan bakalan dipanggil kakak juga." Byan pun membanggakan hal itu kepada kakak-kakaknya.

"Elehh, itu aja bangga." Lio pun mengejek adiknya itu.

"Dasar bocah." sambung yang lainnya serentak. Mendengar kakak-kakaknya yang tidak mengucapkan selamat pun membuat dirinya kembali merasa kesal untuk yang ke sekian kalinya.

....

Bahagia banget ya Byan mau dipanggil kakak 🤧🤧

Part 3

Saat ini mereka semua berkumpul diruang tamu untuk membicarakan masalah Lula.

"Okey, Mama masih penasaran, dari mana kalian bisa mendapatkan gadis imut yang menggemaskan itu?" tanya Andhara dengan sangat penasaran.

"Iya, kalian bikin Papa kaget tahu enggak sih, tiba-tiba telepon nyuruh pulang karena mendapatkan seorang adik," sambung Abraham.

"Iya, kakak sampai batalin rapat tadi lo gara-gara kamu Lio." Rian pun juga yang tak mau kalah.

"Okey biar aku aja ya yang jelasin, karena aku yang melihatnya pertama kali! Jadi gini ya semuanya, tadi kan ada yang mengetok pintu, terus Byan bukain lah pas Byan buka pintu Lula sudah ada di depan sambil megang bunga pesanan Mama itu, terus Byan dapat ide buat jadiin Lula adik Byan. Byan langsung lari bilangin ke kakak-kakak yang lain buat keluar. So Mama, Papa, dan kakakku tersayang sesampainya kami di sana, Lula itu awalnya takut, dia mungkin merasa berbuat kesalahan sama kami. Nah, tanpa basa basi kami langsung bilang, "Mau tidak jadi adik kami?" tahu enggak Ma, habis kami serentak bertanya seperti itu, Lula langsung pingsan dan  kami khawatir banget dan langsung kami bawa  ke kamar."

"Ohh gitu ternyata, tapi kalian hebat deh nyari adik, tapi kenapa kalian tidak suruh Mama sama Papa aja sih untuk buatin adik buat kalian?" tanya Abraham setelah mendengar cerita Byan.

Mereka semua pun terdiam sejenak mencerna maksud dari perkataan Papanya itu.

"Aduh Mama mana bisa ngelahirin lagi, Mama capek tahu ngelahirin kalian. Dari dulu berharap  anak cewek lah ternyata Byan yang lahir." Andhara pun berkata sambil memasang wajah memelasnya. Dia saat ini ingin menggoda Byan yang sekarang tidak lagi menjadi anak bungsu di keluarga Alexander.

"Pantesan Byan kayak cewek." sela Azka mengejek.

Mereka semua pun tertawa mendengar ucapan Azka, kecuali sang korban yang hanya mendengus tidak suka.

"Lagian Ma, kalau nyuruh Mama sama Papa bikinin adik, lama Ma!! Kami sudah tidak sabar untuk mempunyai adik yang bisa di pamerin ke teman-teman. Lagian, kami mau adik yang langsung besar Ma," sambung Azka yang mendapat anggukan dari semua kakak-kakaknya.

"Ya sudah, Papa bakal urusi aktanya Lula ya, lagian Papa sudah menyuruh asisten Papa untuk mencari data Lula, dan nanti Lula bakalan sah menjadi bagian dari keluarga Alexander." Abraham pun menjelaskannya kepada Istri dan anak-anaknya itu.

"Iya Pa, secepatnya ya." balas Nata.

"Aku sudah tidak sabar ingin membawa Lula jalan-jalan. Apalagi aku bakalan pamerin ke teman-teman kalau aku sudah punya adik cantik yang sangat menggemaskan," ucap Byan sangat histeris.

"Enak saja Lula berduaan sama kamu perginya. Lula kalau mau pergi bareng kita semua," protes Adit tegas tak terbantahkan.

"Iya.. Iya., kak." balas Byan lesu, karena dia tidak bisa sesuka hati membawa Lula pergi. Karena ada enam singa yang sayang posesif itu.

"Iya, Mama juga sudah telepon tempat Lula kerja, Mama bilang kalau Lula sudah berhenti bekerja di sana," sambung Andhara.

"Oh iya, bagaimana sama perlengkapan Lula? Dan satu lagi Papa dan Mama tercinta, Lula pindah sekolah aja ya ke sekolah kita, jadi Byan sama kak Azka bisa terus jagain Lula," usul Byan menyampaikan pendapatnya. Setidaknya dia bisa bebas mendekati adiknya itu di sekolah.

"Iya, Papa dan Mama juga berpikiran yang sama. Oke Papa akan menelepon pihak sekolah. Besok kan hari minggu tuh, kalian ajak Lula untuk membeli semua perlengkapan sekolahnya." perintah Abraham kepada para-putranya.

"Ya sudah Mama telepon teman Mama yang di butik ya buat milihin pakaian yang bagus untuk Lula." Sambung Andhara sangat semangat, karena dia memang sangat menginginkan anak perempuan yang nanti bisa didandaninya, ya kali anak lelakinya yang akan memakai dress? Yang benar saja.

"Stop Ma! Biar kami besok yang beliin baju buat Lula, biar pas ukurannya Ma." Ucap Rian.

Semua orang pun memandang aneh dan tidak percaya kepada putra pertama sekaligus kakak tertua mereka itu. Seorang Adrian mau pergi ke mall? Dan milihin baju cewek?? Ini sungguh hal yang langka. Memilihkan baju untuk Mamanya saja sangat susah untuk membujuknya.

"Ini anak Mama kan?"

"Ini Rian kan anak Papa?"

"Ini kakak kita kan?"

Sementara yang ditatap pun hanya acuh tak menggubris ucapan bertanya-tanya mereka.

"Demi Alula aku mau." sambung Rian masih dengan ekspresi datarnya itu.

"Wah besok adalah momen yang harus diabadikan, karena kak Rian mau pergi ke Mall." Byan pun sangat tak menyangka jika sang kakak pertama mereka juga akan ikut besok.

*******

Tak terasa waktu makan malam pun tiba. Mereka semua telah berkumpul di meja makan, semua hidangan makanan pun sudah tersedia di sana. Para maid pun sudah berbaris rapi di dekat meja makan, ya Abraham menyuruh mereka berbaris karena akan memperkenalkan Lula kepada mereka semua.

"Sayang, tolong bangunin Lula dong! Suruh dia ke bawah untuk makan malam," pinta Andhara menyuruh salah satu dari putranya untuk membangunkan putrinya.

"Biar aku saja," ucap Nata.

"Sudah, biar aku saja. Kan aku anak pertama!" Rian pun berucap dengan sangat kekeh.

"Biar aku saja," sela Azka.

"Aku saja kak," Byan pun tak mau kalah.

"Ya sudah, Lio deh yang bangunin Lula."

"Adit aja."

"Pokoknya Arsen yang bakalan bangunin princess Lula!"

Perdebatan pun terjadi di antara mereka, membangunkan Alula saja sampai berebut seperti itu, apalagi masalah yang lain. Semoga Alula tabah ya.

"Stopppp!!!!!!" teriak Andhara yang sangat pusing melihat tingkah para putranya itu.

Tapi mereka tetap berdebat. Tanpa mereka sadari, gadis manis yang sedang mereka perebutkan itu sudah duduk manis di kursi yang berada ditengah-tengah Papa dan Mamanya. Para maid pun berusaha menahan tawa mereka karena perdebatan yang tak kunjung usai itu.

"Stopppp semuanya! Kalian ngapain ribut? Lagian tidak ada di antara kalian yang akan Mama suruh untuk membangunkan Lula !" Teriak Andhara mencoba menyadarkan para pria tampan itu.

    Mereka pun terdiam dan langsung menatap ke arah Mama mereka, dan ternyata Adik mereka telah duduk manis di sana.

"Ihh si Mama kok tidak memberitahu kami kalau Lula sudah datang," ucap mereka berbarengan dengan nada kesal, mereka seperti sedang paduan suara saja.

"Karena Lula sudah datang, maka saya akan memberitahukan kepada kalian semua kalau mulai sekarang Lula gadis manis ini adalah anak kami jadi kalian harus menuruti apa kemauan putri tersayang saya ini," ucap Abraham kepada para maid, satpam dan pekerja lainnya.

Setelah pengumuman dari Abraham, para maid, dan yang lainnya kembali ke tempat mereka masing-masing.

Lula pun tidak habis pikir berapa jumlah pekerja di rumah ini, mungkin mengalahkan banyaknya pekerja di sebuah pabrik.

"Ya sudah sekarang kita makan ya  dan tidak ada lagi yang ribut!" seru Andhara tegas.

"Kakak aja yang ambilin nasi buat Lula." ucap mereka berbarengan lagi. Hal itu pun membuat Lula bingung ingin memilih siapa. Sementara Andhara pun tak habis pikir dengan putra-putranya itu. Apakah mereka tidak mendengarkan perkataannya barusan?

"Sudah, kalian ambil buat kalian sendiri aja, biar Mama yang ngambilin nasi buat anak gadis Mama."

Andhara pun langsung mengambilkan nasi untuk putrinya itu. Bisa-bisa keburu mati kelaparan putrinya jika harus mendengarkan perdebatan tidak berfaedah putra-putranya itu.

"Kamu makan yang banyak ya sayang. Kamu mau makan yang mana? Ayam? Ikan bakar? Soto? Atau yang lain?"

" Lula mau ikan bakar Ma."

"Anak Mama gemesin banget sih."

"Kamu makan yang banyak ya princessnya Papa."

   Jangan tanya bagaimana ketujuh lelaki yang menatap Papa dan Mamanya dengan tatapan kesal, karena telah menguasai Lula. Mereka sangat cemburu sekarang. Sementara Abraham dan Andhara pun tak menanggapi tatapan para-putranya itu.

****

Setelah selesai makan, mereka pun berkumpul diruang keluarga karena ada yang ingin Papa dan Mama mereka sampaikan.

"Papa sama Mama mau ngomongin apaan sih?" Tanya Byan sangat penasaran.

"Iya bikin penasaran aja." sambung Azka.

"Mama mau memonopoli Lula lagi ya?" tuduh Nata yang langsung disetujui oleh semuanya.

"Lah suka-suka Mama dong, kan Lula anak Mama." balas Andhara malah memanas-manasi anak- anaknya.

    Yang lain pun hanya bisa mendengus kesal karena Mamanya itu.

"Sudah jangan ribut!! Jadi gini, Papa sama Mama bakalan pergi ke Amerika buat ngurusin perusahaan kita yang di sana, jadi Papa harap kalian bisa jagain princessnya Papa dan Mama. Dan juga buat kamu sayang, Papa sudah pindahin kamu ke sekolah milik Papa, biar Lula satu sekolah sama Byan dan Azka. Besok Lula perginya sama kakak-kakak Lula ya buat beli perlengkapan sekolah sama baju-baju Lula. Dan ini buat kamu sayang," Abraham pun memberikan segepok uang cash dan juga black card untuk putrinya.

"Tapi Pa, ini banyak banget," ucap Lula ketika melihat jumlah uang yang diberikan untuknya apalagi black card yang sudah ada ditangannya saat ini.

"Sayang, pokoknya ini terserah kamu, mau kamu beliin apa."  Andhara pun sangat  gemas melihat keluguan anaknya itu.

"Ihh Lula, itu sudah sesuai tahu! Pokoknya Lula bebas memakai uang itu. Kalau Lula mau beli toko baju sama isi-isinya juga tidak masalah!" balas Byan mencoba mengusulkan bagaimana cara menghabiskan uang jajannya itu. Lula pun langsung terkejut sementara yang lain tertawa melihat bagaimana ekspresi princess mereka saat ini. Mereka yakin Lula adalah tipe cewek yang tidak suka menghambur-hamburkan uang. Tapi mulai sekarang mereka akan membuat Lula menjadi seorang ratu di keluarga mereka.

"Iya, kalau masih kurang mintak aja ke kakak!" ucap Rian lembut.

"Iya kalau masih kurang mintak ke ke kakak juga ya," sambung Lio tak kalah semangat.

"Iya, kalau kurang bilang ke kakak ya sayang." Adit pun juga tak mau kalah dengan saudaranya yang lain.

"Astaga kak ini saja sudah sangat banyak." balas Lula menolak dengan halus.

"Pokoknya kalau kurang kamu mintak ke kakak ya!" Ucap Rian sedikit memaksa adiknya itu.

"Apa daya kita yang belum kerja," lirih Byan dan Azka bersamaan.

Lula pun hanya mengiyakan dan terpaksa menerimanya walaupun ini semua sangat berlebihan menurutnya.

"Senang deh Mama sama Papa pergi," ucap Azka tiba-tiba.

"Lah kok gitu sih, Azka senang ya Papa sama Mama pergi. Jahat banget sih." Balas Andhara.

"Iya Mah, jadi Mama sama Papa enggak bakal memonopoli Lula lagi," jelas Azka yang juga disetujui oleh yang lainnya. Sedangkan Papa dan Mamanya hanya terkikik geli melihat tingkah yang sangat jarang ditunjukkan oleh mereka semua.

"Cemburu banget sih. Baru sama Mama dan Papa, apalagi Lula punya pacar nanti," cibir Abraham kepada putranya.

"Pokoknya Lula enggak boleh pacaran!" Balas mereka serentak.

   Lula pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanak-kanakan kakak-kakaknya itu.

"Oh iya Ma, pah. Di Amerikanya berapa lama?" tanya Rian yang ingin memastikan.

"Belum pasti sih. Soalnya perusahaan kita yang di sana agak bermasalah jadi mungkin agak lama."

Yang lain pun merasa sangat senang sekarang. Karena mereka akan puas bersama adik manis mereka.

"Besok Lula perginya pakai dress yang Mama beli kemarin ya!"

"Lah bukan dress punya Mama kan?" tanya mereka serentak.

"Ya enggaklah. Jadi kemarin pas Mama Shopping, Mama melihat dress cantik sekali. Berhubung Mama naksir ya sudah Mama beli aja deh walaupun enggak tahu siapa yang bakalan memakainya, dan ternyata tidak sia-sia Mama membeli dress itu. Karena Lula yang bakalan memakainya. Oh iya dressnya sudah Mama masukin ke lemari kamu sayang. Besok Mama  sama Papa mau ke bandara, jadi besok Mama mau kalian semua anterin Mama sama Papa ya."

"Iya mah," balas mereka serentak

"Ya sudah sekarang kalian tidur gih," ucap Abraham.

Mereka pun pergi ke kamar masing-masing yang berada dilantai dua, kamar mereka memang saling berdekatan, dan kamar Lula berada ditengah-tengah kamar mereka.

"Gnight queen."

"Gnight adik kakak."

"Mimpi indah sayang."

"Jangan lupa baca doa."

"Jangan lupa mimpiin kakak."

"Jangan lupa mimpiin kakak juga." Ucap ketujuh pria tampan itu sebelum memasuki kamar mereka masing-masing.

"Gnight kakak Lula tersayang," balas Lula sambil tersenyum. Mereka semua pun sudah memasuki kamar masing-masing dan bersiap siap untuk tidur.

....

Bayangin aja dulu berada diposisi Lula. Rela deh ga punya pacar 🤧🤧

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!