NovelToon NovelToon

Daisy Lovely

Bab 1

Menikah itu berdasarkan 1 hal , saling mencintai. Tapi tidak denganku, aku menikah karena menggantikan pengantin wanita yang tiba-tiba menghilang begitu saja, saat itu suasana di aula pernikahan cukup tenang, semua tamu undangan tidak sabar menantikan kehadiran kedua mempelai, tapi ketenangan itu tak berlalu lama, ketika mempelai berjalan bersamaan menuju altar , beberapa tamu undangan berbisik

" aku pikir dia akan menikahi seorang model"

dan lagi yang aku dengar selama berjalan menuju altar adalah

" kenapa dia yang menjadi pengantin wanitanya?"

Aneh memang, bukan aku yang seharusnya di samping pria ini menggandeng tanganya.

1 jam sebelum pernikahan, seorang wanita dengan gaun pengantin mewah duduk terdiam menunggu sesuatu, ia hanya tersenyum beberapa kali kepada teman-teman yang datang padanya lalu kemudian kembali terdiam, di tanganya ada surat yang terus di pandanginya.

"Sayang... Hm, kau cantik sekali "

Wanita itu menoleh ke arah suara yang mendatanginya, seketika senyumannya merekah.

"Seharusnya kau tidak di sini "

Ujarnya lantas berdiri, surat yang sejak tadi di genggamnya di sembunyikan di balik gaun mewahnya.

"Aku ingin melihat pengantinku yang sangat cantik"

"Baiklah , sekarang kau sudah melihatnya"

Mereka saling berpelukan, pengantin pria tak bisa menyembunyikan raut bahagianya.

"Kau tidak menyesal menikahiku?"

"Pertanyaan macam apa itu, bagaimana aku menyesal menikah dengan wanita yang aku cintai"

Wanita itu tersenyum getir sambil melirik surat yang tak jauh dari pandanganya.

"Aku akan kembali menyambut para tamu"

"Hmm"

Pria itu berlalu, dengan langkah dan senyum bahagia ia kembali menemui para tamu undangan yang akan menyaksikanya menikah hari ini.

Upacara segera di langsungkan, mempelai pria di persilahkan menunggu mempelai wanita di depan altar, tapi saat itu kebingungan mulai terjadi, seorang asisten berlarian menghampiri pengantin pria dan membisikan sesuatu.

"Apa !"

Segera pria itu berlari menjauh dari altar, ia menuju ke ruang tunggu mempelai wanita dan menatap kosong pada gaun pengantin tanpa seorang memakainya.

"Henry ,Apa yang terjadi ?"

Wanita paruh baya menghampiri pria bernama Henry itu dengan wajah bingung.

"Ada apa ??" tanyanya lagi cemas

Henry mendekati meja di samping gaun dan menemukan sebuah note yang membuat hatinya sangat hancur.

"Maafkan aku Henry, tapi aku tidak bisa meninggalkan karirku"

Henry meremas kertas berwarna kuning itu dengan marah.

"Ada apa ?"

Wanita yang tak lain Ibunya merebut kertas di tangan Henry dan terkejut.

"Bagai..bagaimana dia bisa lakukan ini ??? Wanita itu.... Keterlaluan !!"

Keadaan menjadi membingungkan, Henry tak lagi dapat berkata apapun, dia hanya duduk lemas dengan tatapan kosong sementara Nathalie yang merupakan ibunya terus berlarian kesana kemari minta bantuan seseorang mencari tau keberadaan Theresa sang pengantin wanita.

Saat itu orang tua mempelai wanita di hadapkan dengan masalah serius karena Nathalie tak berhenti memaki, pada akhirnya mereka mengusir keluarga Theresa pergi dari aula pernikahan.

"Apa yang harus kita lakukan ??"

Nathanlie terus bertanya-tanya tanpa seorangpun berani menjawab dari pertanyaanya itu.

"Batalkan saja pernikahan ini !" Ujar Henry

"Apa ?? Kau ingin membuat malu mama ?"

"Lalu aku harus apa mah ??"

"Pernikahan ini harus tetap terjadi "

"Apa maksudmu, pengantin wanita tidak ada , aku akan beritahukan pada tamu undangan jika pernikahanya batal"

Seorang pria paruh baya datang menghampiri mereka, dia adalah Paul ayah dari Henry.

"Jaga bicaramu, jangan berani-berani mengatakan apapun tanpa persetujuanku"

Hubungan suami istri itu sudah sejak lama memburuk, mereka hanya bertemu sesekali untuk menghadiri acara penting , selebihnya mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing.

Di tengah rasa diam dan kebingungan saat itulah seorang gadis bergaun putih selutut berjalan mendekati mereka.

"Itu dia ! Henry menikahlah dengannya"

Henry mengikuti arah mata Ibunya memandang dan menemukan gadis bernama Erica datang padanya.

"Dia gadis yang sangat baik, bukankah kau sudah mengenalnya?" ujar Nathalie

"Apa maksud mama ??"

"Jangan coba-coba mempermalukan mama di hadapan para tamu, menikahlah denganya, setelah beberapa bulan kalian bisa bercerai"

"Mahh ...."

"Henry !! Kali ini kau harus menuruti permintaanku,kau bisa menceraikanya nanti. Mama tidak ingin mempermalukan diri mama di hadapan para tamu " tegas Nathalie

"Tapi ..."

"Persiapkan dirimu, kembali ke altar dan tunggu "

"Mahh... Aku tidak bisa menikah dengan sembarang orang "

"Lakukan ini jika kau tidak ingin melihat orang yang sudah melahirkanmu di permalukan . Mengerti ..."

"Aku...aku harus bicara dengannya "

"Mama yang akan bicara denganya "

Erica semakin dekat, ia memandangi ibu anak itu dengan penuh senyuman di wajahnya.

"Selamat ya Bu "

Erica memeluk Nathalie yang merupakan atasanya di kantor, mereka cukup dekat.

"Terima kasih Erica"

"Selamat juga buat Pak Henry "

Erica tersenyum dan di balas anggukan Henry.

"Erica bisa kita bicara sebentar "

"Iya, silahkan Bu "

Nathalie menceritakan semuanya dan membuat Erica sangat terkejut, terlebih ketika Nathalie meminta Erica menggantikan posisi penganti wanita agar pernikahan ini tetap berjalan dengan lancar.

"Maaf Bu, Bagaimana bisa saya menggantikan posisi itu . Saya tidak bisa"

"Tolong aku Erica. Kali ini saja. Setelah beberapa bulan kalian bisa bercerai"

"apa ? "

"menikahlah dengan Henry untuk beberapa bulan ke depan saja, aku mohon ..."

"Tapi ..."

"Mahh, aku akan bicara denganya "

Tiba-tiba Henry ada di antara mereka

"Lakukan disini " pinta Nathalie

"Tidak, aku akan bicara berdua dengannya"

Henry meraih tangan Erica dan menariknya menujua ke sebuah ruangan tertutup, di sana mereka diam sejenak.

"Maafkan mama, Erica "

"Tidak apa-apa "

"Mama pasti sudah menceritakanya padamu. Begitulah yang terjadi"

"tapi kenapa?"

"entahlah. Aku sedang tidak bisa berpikir sekarang"

Erica terdiam , dia ingin membantu tapi bukan untuk menikahi Henry,

"Aku hanya akan mendengar 1 jawaban darimu"

"Sebelum itu bisakah aku tanyakan ini?"

"Huh, ya . Tanyakan saja "

"Apa yang akan terjadi jika aku menikah denganmu ?"

"Erica, kau bukan orang yang aku cintai tentu saja kedepannya akan sulit bagi kita, tapi itu membantu menyelamatkan harga diri mama di hadapan para tamu. Kau tahu kan Mama seperti apa"

"Lalu bagaimana jika aku menolak ?"

"Aku sendiri yang akan memberitahukan pernikahan ini di batalkan sekaligus mempermalukan Mama mungkin juga Papa, selain itu aku tidak akan dapat sebagian saham yang seharusnya di berikan padaku setelah aku menikah"

Erica terdiam, dia tidak ingin menikah dengan orang yang sama sekali tidak mencintainya, meski begitu Erica pernah menaruh rasa pada Henry saat dirinya belum mengetahui bahwa Henry memiliki kekasih.

"Aku akan menghargai keputusanmu. Aku tidak akan memaksa"

"Akan aku lakukan!"

Keputusan Erica membuat Henry terkejut, tapi dia berusaha mengendalikan dirinya.

"berapa bulan aku harus berpura-pura menjadi istrimu?"

"aku rasa setidaknya 6 bulan. Bagaimana dengan membuat perjanjian?"

"aku rasa itu bagus"

"sebelum itu bagaimana jika kita selesaikan semuanya dulu"

Erica mengangguk dan langsung menuju ruang ganti,

Dengan segera Erica bersiap , ia mengenakan gaun pengantin yang di tinggalkan Theresa

Sementara Henry menunggu di altar, tak lama Erica keluar ruangan berjalan perlahan menuju altar, sejenak Henry terpukau oleh kecantikan Erica , menurutnya Erica jauh lebih cantik di bandingkan Theresa. Erica berjalan perlahan di sambut Henry dengan mengulurkan tanganya, pemberkatan di mulai ,mereka berdua mengucap janji suci.

"Kau boleh mencium istrimu sekarang"

Tiba-tiba saja mereka menjadi sangat canggung, walau sudah berhadapan Erica lebih menunduk karena perasaan bercampur aduk. Ia mengangkat wajahnya ketika ada sentuhan tangan melingkar menarik pinggangnya. tak ada sepatah katapun yang keluar, Henry mencium bibir Erica perlahan. Erica menutup matanya merasakan hangat sentuhan bibir Henry yang lembut.

Keputusan besar yang aku ambil tanpa memikirkan yang terjadi ke depannya masih membuatku termangu, secara mengejutkan aku menikah dengan seorang pria kaya dengan segala kesempurnaanya. Bagaimana bisa aku terjebak dalam semua ini, aku memang pernah menaruh hati pada Henry ketika pertama kali aku melihatnya bersama Bu Nathalie, aku selalu senang mendengarkan ketika Bu Nathalie berbicara tentangnya, tapi kemudian aku di sadarkan kenyataan jika sebenarnya Henry sudah memiliki kekasih seorang model yang cukup terkenal. Sejak saat itu aku memutuskan untuk berhenti menyukainya, entah karena tidak dekat denganya jadi dalam waktu sebentar saja perasaan suka itu lenyap.

Erica tiba di rumah dengan halaman hijau dengan bebatuan kecil menghiasi , dia memandangi sekeliling rumah ini nampak sangat sejuk ada pohon yang tidak terlalu besar di halaman rumah selain itu tanaman disana juga sangat indah terawat. bunga-bunga bermekaran indah membuat rumah itu semakin nyaman untuk di tinggali. Erica menurunkan 2 koper miliknya lalu membawanya masuk ke dalam rumah tersebut.

Bab 2

Sudah seminggu aku berada di rumah mewah yang tidak terlalu besar ini rumah dengan desain yang sangat cantik, tapi hanya memiliki 1 kamar tidur saja , menyebalkan. Aku harus berbagi kamar dengan Henry, karena pernikahan kita hanya akan bertahan beberapa bulan saja maka Henry memutuskan untuk tidak pindah rumah, yang artinya dengan begitu dia harus merelakan kamar pribadinya di bagi denganku, sejak aku datang ke rumah ini Henry selalu tidur dan menghabiskan waktunya di ruang kerja , yang letaknya bersebelahan dengan kamar utama.

Malam itu setelah kami menikah , kami duduk berdua di dalam kamar hotel untuk membicarakan kontrak pernikahan kami , Henry mengijinkanku menulis apapun yang aku inginkan begitu juga denganya . kami setuju untuk menikah selama 6 bulan kedepan ,setelah itu kami akan mengajukan perceraian. Selain itu yang tak kalah penting adalah kami tidak boleh saling mencampuri urusan masing-masing, status kami hanya lah pernikahan kontrak yang artinya harus patuh dengan apa yang sudah kami sepakati.

Terkadang Henry lupa jika sudah ada Erica di dalam rumahnya , dia harus berbagi kamar dengan wanita yang sah secara hukum adalah istrinya, begitupun dengan Erica yang setiap kali bertemu dengan Henry di dalam rumah dia lebih banyak menunduk . dalam kontrak di sebutkan hanya pemilik yang memiliki hal atas semuanya , pihak kedua yang merupakan Erica tidak bisa menggunakan fasilitas tertentu tanpa ijin Henry selaku pemilik rumah atau pihak pertama.

aku pikir Henry akan melarangku ini itu ternyata tidak, dia lebih ke yang tidak peduli dengan adanya diriku di kehidupanya yang baru, tentu saja, walau bagaimanapun rasa sakitnya hatinya ketika di tinggal oleh Erica tak ada siapapun yang dapat memahaminya ,termasuk diriku yang sulit menebak seperti apa sifat Henry sebenarnya .

Aku sudah pernah bicara padanya , bahwa aku bisa tidur di mana saja, tapi dia menegaskan bahwa keputusan dirinya yang benar di rumah ini. Lagipula dia juga selalu pulang malam, seperti malam ini , dia pulang jam 11 malam dan diam-diam memasuki kamar sebisa mungkin tidak menimbulkan suara agar tidak menggangguku, selama seminggu hidup dengannya aku merasa dia sangat baik, di balik sikapnya yang dingin hatinya sangat baik. Aku tau dia masih menyimpan perasaanya untuk Theresa, atau mungkin saja saat ini dia sedang berusaha mencari Theresa. Entahlah...

Seperti hari-hari sebelumnya Erica selalu bangun lebih awal di banding Henry, dia akan membersihkan rumah dari sudut ke sudut setelah itu ia menyiapkan sarapan dan pergi mandi, dia bisa menggunakan kamar mandi luar jika kamar mandi kamarnya sedang di gunakan Henry, setelah selesai melakukan pekerjaan rumah dia akan menyantap sarapan paginya dan pergi kerja. Meski tinggal serumah Henry meminta Erica untuk tidak mempedulikan keberadaanya, dia bisa memakai fasilitas rumah sesuai kebutuhanya sebisa mungkin tidak melakukan kesalahan. Mereka juga sepakat untuk tidak menyentuh barang pribadi masing-masing. Meski terikat pernikahan tapi mereka hidup layaknya orang asing dalam 1 rumah.

Erica menyudahi sarapannya dan bersiap untuk berangkat ke tempat kerja , saat itu Henry baru keluar kamar menuju dapur tentu saja mereka berdua saling bertemu.

"Selamat pagi !" Ujar Erica

"Selamat pagi !" Jawab Henry singkat

Erica bergegas mengambil tas dan kunci mobilnya tapi saat hendak membuka pintu ia berhenti kemudian menghampiri Henry yang sedang menyeduh kopi.

"Hmmm, aku tidak tahu harus bilang atau tidak tapi Malam ini aku akan pulang larut, ada makan-makan perusahaan"

"Ya, lakukan sesukamu " jawab Henry singkat

"Apa seharusnya aku tidak perlu mengatakanya ?"

"Hmm"

"Baiklah "

Erica berlalu pergi dengan begitu dia tidak perlu ijin jika harus pulang larut malam atau sedang acara perusahaan. Henry masih duduk menikmati segelas kopi sambil membaca beberapa pesan yang masuk di ponselnya, dia masih menunggu Theresa memberikan kabar padanya, setidaknya Theresa membalas pesanya.

Henry sudah sampai di kantor, dia menemui Benny untuk menemaninya sarapan di kantin, sejak menikah tak ada yang berubah darinya, Henry masih makan di kantin saat pagi hari seperti biasa di temani Benny. Hanya Benny satu-satu orang yang tahu bagaimana pernikahan Henry dan Erica.

"Ben.. ayo kita makan "

Benny melirik sejenak ke arah Henry lalu mematikan laptopnya dan mereka pergi bersama.

Mereka berdua menyantap makanan yang di pilihnya sambil sesekali membicarakan pekerjaan. Di tengah pembicaraan mereka Benny menanyakan kehidupan pernikahan Henry , pertanyaan yang sangat tidak di sukainya.

"Bagaimana kehidupan pernikahanmu?"

Henry seketika diam, dia meneguk teh hangat di depanya.

"Aku sudah selesai "

"Hei , aku bertanya "

"Aku tidak perlu menjawabnya"

"Kau tidak melukai perasaan Erica kan ?"

"Apa maksudmu ?"

"Hanya memastikan saja"

"Kau pernah ada hubungan denganya?"

"Tidak. Tapi aku 1 kampus dengannya, tadinya aku pikir dia akan menjadi seorang dokter tapi di semester 4 dia berhenti dan mengambil jurusan lain"

"Kenapa ?"

"Aku tidak tau, aku hanya mengenalnya sampai semester 4 saja, dia sangat baik "

"sangat baik? Kau bilang ..."

"ya ya , aku hanya mendengarnya dari beberapa teman kampus , aku tidak benar-benar pernah bicara dengannya"

Jika di ingat kembali Erica selama ini memang selalu baik, dia tidak pernah membuat kesalahan di rumah , semua aturan di rumah di patuhinya dengan sangat baik, Henry masih penasaran hal apa yang membuatnya mengambil keputusan ini.

Kembali bekerja, Henry dan Benny meninggalkan kantin lalu melanjutkan pekerjaan mereka. 10 tahun lalu mereka berdua bekerja sama mendirikan perusahaan properti yang saat ini namanya cukup di kenal Village Country, sementara Erica dia bekerja di perusahaan arsitektur milik Nathalie yang juga merupakan perusahaan keluarga Henry Noun art kedepanya Henry lah yang akan mewarisi perusaan tersebut.

Hubungan Erica dan Nathalie terjalin jauh sebelum adanya pernikahan ini Erica sangat dekat dengan Nathalie bahkan Erica sudah di anggap anak sendiri oleh Nathalie.

"Erica, ke ruangan saya sebentar "

"Baik Bu "

Erica mengikuti langkah kaki Nathalie yang membawa mereka ke ruang kerja lantas duduk bersama.

"Kamu belum memberitahukan keluargamu tentang pernikahanmu dengan Henry ?"

"Saya rasa tidak perlu, lagipula pernikahan ini akan berakhir setelah beberapa bulan ke depan kan , selain itu keluarga saya tidak akan peduli"

"jika boleh jujur aku berharap kalian jatuh cinta seiring berjalannya waktu dan kamu tetap jadi bagian dari hidup Henry, aku sama sekali tidak menyukai Theresa karena itu aku sangat bersyukur mereka tidak menikah. Apa kamu tidak menyukai Henry ?"

"Hmm, wanita mana yang tidak menyukai pria sepertinya"

"Cobalah untuk menarik perhatiannya, Henry memang sangat dingin sikapnya tapi jika sudah jatuh cinta dia menjadi pria yang sangat manis"

"Saya rasa Henry masih menunggu Theresa , jadi saya tidak berani ..."

"Kamu pasti bisa Erica , aku akan mendukungmu "

Erica hanya tersenyum kecil, lalu mengalihkan pembicaraan ke yang lain. Setelah makan malam perusahaan Eric tiba di rumah hampir jam 11 malam dengan membawa miniatur bangunan rumah yang di letakannya di ruang tamu begitu ia memasuki rumah.

Sepertinya hari ini Henry pulang awal, aku akan membersihkan dapur sebentar setelah itu tidur.

Suasana hati Erica sedang baik, dengan sedikit bersenandung ia mencuci beberapa cangkir bekas Henry minum kopi, ia juga menyempatkan diri menyiram tanaman yang ada di ruang tamu.

"Hmm aku rasa tanaman ini kurang sinar matahari, aku harus menaruhnya dekat jendela"

Erica mencoba mendorong pot besar itu sekuat tenaga.

"Sedang apa ??"

Suara itu mengejutkan dan membuat Erica terduduk, ia menatap ke arah asal suara itu , Henry berdiri tak jauh darinya memperhatikan dirinya .

"Ah ... Apa aku berisik ? Padahal aku sudah berusaha tanpa membuat suara sedikitpun. Maaf "

Erica berdiri selagi Henry menghampirinya.

"Aku lihat daunya sedikit layu, sepertinya kurang sinar matahari jadi aku ingin mendekatkannya dengan jendela supaya besok dapat sinar matahari"

"Bukankah kau baru pulang ?"

"Iya, besok bisa saja aku lupa"

"Pergilah istirahat, aku akan meletakannya dekat jendela"

"Sungguh ! Terima kasih "

Erica senang Henry membantunya dia berlari kecil menuju kamar dan segera mandi , sementara Henry dia berusaha sekuat tenaga mendorong pot menuju jendela, rupanya itu cukup sulit.

"Dia ingin melakukanya sendiri? Yang benar saja , aku saja kesulitan . Ahh berat sekali "

Setelah berhasil menggeser pot ke tepi jendela, Henry ke dapur mengambil air dingin, dia liat sekeliling tampak sangat bersih di banding saat dia kembali tadi , cangkir bekas kopinya pun sudah tercuci dan di susun rapi di tempatnya.

Kenapa dia melakukan ini semua , dia saja baru pulang jam segini. Apa dia memang serajin ini?

Henry meneguk air dingin lantas pergi ke ruang kerjanya, saat melewati tempat tidur untuk menuju ruang kerja Henry terdiam sejenak, ia memperhatikan semua yang ada di kamarnya, sudah seminggu kamar ini di tempati Erica namun tak ada yang berubah, bahkan tak ada barang milik Erica disana, saat itu terdengar Erica membuka pintu kamar mandi dengan segera Henry berlalu ke ruang kerjanya.

Erica berjanji tidak akan mengubah apapun dalam rumah ini tanpa persetujuan Henry, bahkan sampai sekarang dia masih menempatkan baju-baju di dalam koper yang ia simpan di ujung ruang ganti yang saat ini sebagaian dari isi ruang ganti itu berpindah ke ruang kerja, Henry memindahkan sebagian baju dan barang pribadinya ke ruang kerja agar dia tidak kesulitan mengambilnya.

Bab 3

Sampai saat ini rasa canggung masih jadi alasan kami tidak dekat, aku tidak mengharapkan banyak dari Henry , hanya sebuah obrolan . Jika bukan sebagai istrinya aku ingin kami bisa berteman, sifat nya yang dingin itu berbanding terbalik dengan sikapku , sulit untuk mendekatinya. Padahal jika di pikir-pikir Henry itu pria yang baik, meski dingin dan bicara seperlunya dia berusaha agar membuatku tidak kesulitan tinggal dengannya.

Di sebuah rumah seorang wanita bergaun merah sedang menikmati teh hangat sambil menyaksikan ikan-ikan di kolam berenang kesana kemari, saat itu seorang gadis menghampirinya.

"Mah... ada berita heboh, temanku baru saja kasih tau kalau si anak manja itu menikah "

"Apa !"

"Iya si Erica , anak tiri mama itu. Dia sudah menikah"

"Dari mana kamu dengar kabar seperti itu ?"

"Temanku yang bekerja di gedung pernikahan mengantakannya padaku"

"Biarkan saja "

"Mah... Ada apa denganmu? Biasanya mama akan marah "

"Mama tidak peduli lagi denganya , biarkan saja"

"Apa mama akan diam saja setelah tau siapa pria yang di nikahinya itu ? Henry Kenneth dia itu pewaris perusahaan Kenneth storage perusahaan properti terbaik saat ini, lalu yang aku baca ibunya juga pemilik perusahaan arsitektur terbaik. Mereka bukan orang sembarangan ... Aku iri dengan Erica, ck ..andai aja itu aku "

"Iri ?? Kau bilang iri ??? Lihat dulu pergaulanmu, kamu hanya bersenang-senang selama ini, seharusnya kamu bergaul dengan orang-orang kaya tapi kamu malah bergaul dengan gelandangan tidak jelas"

"Ihh mama , kenapa jadi marah sama aku "

Mereka berdua adalah ibu dan anak yang sudah membuat kehidupanku berantakan, aku sangat membencinya, begitu juga papa yang sama sekali tidak peduli padaku. Hubungan kami sudah terputus sejak 10 tahun lalu , dimana aku memilih jalanku sendiri hingga sekarang.

Hari ini sebelum kembali ke kantor Erica mendapat pesan dari salah satu temanya agar mampir untuk mengambil cake yang sudah di pesan untuk di berikan pada klien ,Erica sedang berjalan sambil membawa sekotak kue di tanganya, saat akan masuk ke dalam mobil langkah di hentikan oleh wanita yang kini berdiri tak jauh darinya.

"Hai kak .."

Seketika raut wajah Erica berubah, ia tak menyangka akan bertemu orang yang seharusnya dia hindari, tanpa memperdulikannya Erica meletakan kue di kursi penumpang lantas berjalan menuju kursi kemudi.

"Kakak ... Kak Erica "

"Ada apa ? Apa maumu?" Tanya Erica dengan enggan

"Wahh ... Bukankah kita sudah lama tidak bertemu. Aku dengar kakak baru saja menikah, aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu"

"Terima kasih "

Erica membuka pintu mobilnya namun segera di tahan hingga melukai tanganya.

"Ahh... Yasmine !"

"Ops, sorry, kenapa kakak main pergi gitu aja. Aku kan belum selesai bicara"

"Aku sedang tidak ingin bicara denganmu"

Mereka berdua saling beradu mulut, beberapa kali Erica berusaha membuka pintu mobilnya namun di halangi oleh Yasmin.

"Katakan apa maumu ?"

"Bukankah tidak adil jika kakak menikah tetapi aku tidak"

"Apa maksudmu ? Yasmine tolong... Aku harus segera pergi"

Yasmine

lagi-lagi memandangi Erica dengan tatapan mata kasar, dia mendorong pundak Erica .

"Aku akan ikut kakak pulang ke rumah suamimu"

Yasmine masuk ke dalam mobil tapi Erica tidak menuruti permintaan Yasmine dan memilih meninggalkan mobilnya, Yasmine pun mengejarnya lalu dengan kasar menjambak rambut Erica yang tergerai.

"Ahhh... Yasmine lepaskan , sakit ! Ahhh... Yasmine "

Bukan melepasnya Yasmine semakin kuat mencengkeram rambut dan mencakar tangan Erica, hal itu mencuri perhatian beberapa orang yang kebetulan lewat tak terkecuali Henry yang pada saat itu ada disana bersama Benny.

"Hen... Istrimu "

Benny menunjuk ke arah Erica yang sedang meronta, tanpa pikir panjang Henry langsung berlari di ikuti Benny.

"Lepaskan Yasmine, sakit !! Apa begini caramu memperlakukan orang dewasa ?"

"Aku hanya minta di ajak ke rumah suamimu kenapa tidak boleh, sombong sekali .. nih rasakan "

"Akhhhh.... "

Henry yang tiba saat itu langsung meraih tangan kiri Yasmine dengan sekali tarik Yasmine pun terjatuh.

"Siapa kau ???"

Henry berdiri di hadapan Erica sambil menggenggam tangan Erica dengan erat.

"Apa masalahmu sampai berbuat kasar seperti itu?" Tanya Benny tak kalah kesal

"Siapa kalian?? Beraninya mendorongku ... Jangan ikut campur masalah kami "

Yasmine berdiri dan mendekat, seketika Erica langsung bersembunyi di balik punggung Henry.

"ada masalah apa kau dengan istriku ?"

Mendengar Henry menyebut istri seketika jantung Erica berdegup kencang.

"Ahh kamu suaminya . Bagaimana bisa kamu menikahi wanita seperti ini ? Seharusnya kamu pilih yang lebih baik”

Yasmine memperhatikan Henry dari ujung rambut hingga kaki ,begitu juga dengan Benny yang berada tepat di samping Henry turut melindungi Erica.

“bicara apa kau ini ?” tanya Benny kesal

“ ingat ya kak urusan kita belum selesai "

Yasmine berlalu meninggalkan mereka dengan kesal. Henry membalikan badanya , dengan cepat Erica melepaskan tangan Henry yang sejak tadi menggenggamnya.

"Kamu tidak apa-apa ?"

Erica menggelengkan kepalanya pelan, ia merapihkan rambutnya yang di buat acak-acakan oleh Yasmine.

"Kamu sedang apa disini?"

"Aku sedang mengambil pesanan cake dari kantor, ahhh sepertinya aku harus cepat “

Erica bersiap pergi tapi di tahan oleh Henry

"Dengan kondisimu seperti ini ? Sebaiknya kamu pulang saja "

"Tapi ..."

"Aku akan mengantarmu pulang, Ben bisa bantu aku bawa mobilnya Erica kan ?"

"Hmm tentu saja"

"Tapi aku harus…"

"Jangan khawatir aku akan membawanya ke kantor tante Nathalie"ujar Benny

"Benny benar, aku juga akan nelpon mama, ayo..."

Erica memberikan kunci mobilnya sebelum tanganya kembali di genggam oleh Henry, entah kenapa rasanya dia bahagia sekali di perlakukan seperti itu oleh Henry apalagi dengan tegas dia menyebut dirinya Istri.

Selama perjalanan Henry tak menanyakan apapun begitupun Erica yang memilih diam hingga mereka berdua sampai di rumah.

"Duduklah aku akan ambilkan obat "

Erica duduk menunggu sambil menatap kosong, tak lama Henry kembali dengan 1 kotak obat , dia meraih tangan Erica yang terkena cakaran Yasmine.

"Ak..aku akan melakukanya sendiri"

Erica berusaha mengambil obat yang di pegang Henry.

"Setelah ini istirahat saja di rumah "

Seolah tak mendengarkan Erica , Henry terus mengoleskan obat di tangan Erica dengan lembut.

"Ada lagi yang terluka ?"

Erica menggelengkan kepalanya kecil

"Terima kasih "

"Aku akan kembali ke kantor , istirahat saja di rumah "

"Hmm"

Henry kembali berlalu meninggalkan rumah sambil menghubungi Nathalie , dengan senang hati Nathalie memberikan ijin Erica cuti bahkan jika perlu beberapa hari ke depan.

Aku sangat bersyukur Henry datang menyelamatkanku, sejak dulu Yasmine memang sangat kasar dan aku tidak bisa melawanya , pernah di waktu itu aku melawanya namun pada akhirnya aku harus mendapat hukuman dari papa, sejak kejadian itu aku memilih menghindari Yasmine.

Malam ini Erica tidur dengan gelisah, ia beberapa kali terbangun dengan keringat dingin ,rupanya pertemuanya dengan Yasmine membuat dirinya mengalami mimpi buruk.

Henry pulang seperti biasa, rumah sangat sepi hanya ada lampu dapur yang menyala, ia bergegas ke kamar memeriksa Erica jika terjadi sesuatu.

Rupanya dia tidur, tapi ini masih jam 9, dia tidak biasanya tidur jam segini. Wanita tadi , siapa dia ? Nampaknya Erica sangat tertekan bertemu dengannya.

Saat akan kembali menutup pintu, Henry mendengar suara tangisan , dengan hati-hati dia mendekati Erica.

"Erica ..Erica !!!"

Henry membangunkan Erica karena kondisinya yang tidak stabil, tubuhnya demam dan mengeluarkan keringat dingin memenuhi wajahnya.

"Erica !"

Sekali lagi Henry menepuk pundak kecil itu perlahan, Erica membuka matanya, dia terdiam menatap Henry

"Kamu tidak apa-apa?"

Erica lantas bangun memeluk erat Henry. Buliran air matanya mengalir deras di pundak pria itu. Meskipun canggung Henry memberikan tanganya untuk sekedar menepuk pelan punggung Erica.

Hangat, kenapa tubuh ini sangat hangat, rasanya semua ketakutanku hilang saat ini. Apa yang terjadi denganku, seharusnya aku tidak melakukan ini, tapi memeluknya ... Ini nyaman sekali . Aku tidak ingin melepasnya ..

"Ah... Maafkan aku "

Erica dengan cepat melepas pelukanya, ia juga menghapus air matanya.

"Maaf " ujarnya sekali lagi

"kamu tidak apa-apa?" tanya Henry

"Hmm"

Erica menjawab sambil menggelengkan kepalanya dia tidak mungkin bilang jika baru saja dia bermimpi buruk , ada batasan yang tidak boleh di langgar olehnya . tiba-tiba saja Erica merasakan sentuhan di keningnya ,

"Kamu demam, mau pergi ke rumah sakit?"Tanya Henry

"Tidak perlu, aku tidak apa-apa tadi sudah minum obat"

"Kamu yakin ?"

"Hmm, terima kasih "

Erica bangun dari tempat duduknya, saat ia berdiri tiba-tiba badanya lemas, dan terjatuh.

"Ah... wah kenapa denganku?"

"Kita ke rumah sakit sekarang "

Aku sudah menolaknya , tapi Henry memaksa apa boleh buat , tidak ada salahnya aku menerima perhatian darinya , sejujurnya aku sangat senang di perlakukan seperti ini.

Tak lama merekapun tiba di rumah sakit, dokter memeriksa keadaan Erica dan menyampaikan jika Erica hanya mengalami kelelahan dia di haruskan istirahat yang cukup, tidak perlu rawat inap karena kondisinya membaik.

“Terima kasih Dok “

Henry kembali mendekati Erica setelah bicara dengan seorang dokter, Henry duduk di samping tempat tidur dan terus memperhatikan Erica yang menjadi salah tingkah.

“aku boleh pulang sekarang ?” tanya Erica

“setelah infusnya habis. Tidur saja dulu”

Aku lirik jam tanganku sudah jam 11 , lalu aku lihat Henry yang hanya duduk di sampingku sambil menyilangkan kedua tanganya , ini sangat canggung. Kenapa dia tidak pergi saja … tidak , tunggu sebaiknya dia tinggal disini , aku bisa menatapnya dalam diam.

“kau pasti lelah “

“ya “

“maaf”

Henry tak menjawab dia hanya diam menatap Erica.

“sudah istirahat saja “

Baiklah , aku pejamkan mataku , ahhh… aku sudah berusaha tapi tidak bisa , aku berulang kali menatap Henry sampai aku lihat dia mulai mengantuk , ini tidak boleh terjadi …

Henry hanya akan mengijinkannya pulang jika infusnya sudah habis tapi sekarang Henry mulai lelah dan mengantuk cara satu-satunya adalah membuat cairan infus itu masuk ke dalam tubuhnya lebih cepat dari yang sebelumnya , benar saja Erica melakukan hal itu hingga dirinya merasa mual tapi di tahanya . tak berapa lama infus pun habis , mereka bersiap untuk pulang .

Aku tidak melihat sosoknya yang dingin hari ini, diam-diam dia terus memperhatikanku, senangnya... Apa itu artinya aku punya kesempatan untuk lebih dekat denganya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!