Dok! Dok! Dok!
Suara pintu yang ditendang menggema dengan jelas di sebuah rumah kecil di pinggiran kota Servo. Seorang wanita dengan gaun berwarna putih meringkuk di bawah tempat tidur, bersembunyi diantara semua rasa takut yang kini mulai menyelimuti.
Ivana Lourine dulunya adalah seorang nona muda. Sebelum akhirnya dia melakukan sebuah kesalahan fatal. Hamil di luar nikah sampai diusir oleh keluarganya sendiri.
Lalu mengalami keguguran sampai pria yang menghamilinya tak punya alasan untuk bertanggung jawab. Aston Harold sebenarnya sangat baik, pria itu bersedia membiayai seluruh hidupnya sampai dia menikah. Namun Ivana tak ingin terus bergantung pada pria itu.
Ivana memilih untuk menjauh sampai akhirnya tiba di tempat ini dan memutus segala komunikasi yang ada di antara mereka berdua.
"Buka pintunya! Jika tidak akan kami dobrak!" ancam seorang pria dengan suara bariton.
Lalu kembali disusul dengan gedoran pintu yang sangat keras.
'Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang,' batin Ivana, kedua matanya sudah tertutup rapat. Seolah tak sanggup melihat kehidupan yang akan menimpanya setelah ini.
Beberapa bulan lalu Ivana mendapatkan kabar bahwa perusahaan keluarganya telah bangkrut. Sang ibu memilih untuk bunnuh diri, tak sanggup melalui semuanya sebab sang suami pun telah tiada. Sementara sang kakak beserta keluarganya kabur entah ke mana. Para penagih hutang kini mencari Ivana untuk meminta pertanggungjawaban.
Dua Minggu lalu Ivana menjanjikan bahwa dia akan memberi sejumlah uang hari ini, tapi hingga sekarang Ivana belum mendapatkan apa yang dia janjikan.
Karena itulah orang-orang itu datang dengan marah, menagih janjinya, janji atas hutang-hutang keluarganya.
Hidup Gadis itu telah benar-benar hancur, tapi untuk bertahan pun rasanya begitu sulit, jadi kini Ivana hanya mampu memasrahkan semuanya.
Bahkan Jika dia harus mati, maka Ivana akan rela.
BRAK!! pintu akhirnya terbuka dan orang-orang itu berhasil masuk. Derap langkah sontak memenuhi seisi kamar ini. Dan Ivana makin meringkuk dalam ketakutan.
"IVANA! Dimana kamu?! Dasar wanita jallang!" umpat seorang pria.
Beberapa perabot di rumah kecil itu dihancurkan dengan brutal, sampai pecahan kaca berserak di lantai.
Tubuh Ivana telah gemetar, bingung dan takut apa yang harus dia lakukan sekarang. Sampai akhirnya ada pecahan kaca yang terlempar ke bawah ranjang, namun masih cukup jauh untuk dia jangkau
Melihat pecahan kaca tajam itu Ivana jadi sangat ingin mengakhiri hidupnya sendiri, daripada harus menderita lebih lama seperti ini.
"IVANA! Keluar!!" pekiknya, lalu menunduk dan melihat apa yang ada di bawah tempat tidur.
Deg!
"Di sini kamu rupanya, ayo keluar!" ucapnya dengan seringai licik. Ivana belum sempat mengambil pecahan kaca itu, namun kedua kakinya telah ditarik untuk keluar dari tempat persembunyian.
"Lepas!" pekik Ivana, dia menangis dengan begitu pilu. "Bunuh saja aku!" ucapnya lagi dengan memohon.
Namun saat Ivana berhasil ditarik keluar, tiba-tiba ada serangan yang datang.
Bugh!
Pria yang menarik kedua kaki Ivana lantas jatuh ke lantai, lalu disusul dengan perkelahian yang tak mampu Ivana lihat, sebab gadis itu kembali meringkuk dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangan.
Ivana takut sekali.
"Siapa kalian?!"
Bugh! Bugh! BRAK! Suara-suara itu membuat Ivana makin gemetar, sampai akhirnya semua suara menghilang dan diganti sunyi senyap.
Dengan sisa-sisa keberanian yang Ivana punya, dia mengangkat salah satu tangan dan melihat apa yang terjadi.
Dan ternyata Pria itu berdiri tepat di hadapannya, Aston Harold.
"Ikut aku," ucap Aston, lalu berjongkok dan menggendong Ivana di depan dadanya. Menyentuh tubuh Ivana yang sudah gemetar dan terasa begitu dingin.
Setelah pencariannya beberapa waktu, Aston akhirnya menemukan wanita yang selama ini selalu membuatnya candu.
"A-apa yang kamu lakukan di sini? turunkan aku," pinta Ivana, suaranya lirih sekali. Sudah tak ada tenaga.
Aston tidak mendengarkan, dia membawa Ivana keluar dari rumah kecil tersebut, masuk ke dalam mobilnya.
Sang supir bahkan segera melajukan mobil tersebut meninggalkan tempat kumuh ini.
"Jangan mengasihani aku, turunkan aku di depan," pinta Ivana.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
"Aku akan melunasi semua hutang keluarga mu, aku akan memberi kehidupan yang jauh lebih baik," ucap Aston, "Dan kamu tidak bisa menolaknya," timpalnya lagi, makin menegaskan bahwa Ivana tak bisa menolak tawarannya.
Sebab Ivana tak punya pilihan lain, tak punya solusi lain.
Yang bisa Ivana lakukan sekarang hanyalah meneteskan air mata. Setelah beberapa saat lalu merasa terselamatkan dari para rentenir, kini ternyata dia menghadapi takdirnya yang lain.
Dan Aston dengan segera menghapus air mata tersebut, membelai lembut pipi Ivana yang basah. Meski tanpa riasan, namun Ivana tetap terlihat begitu cantik.
"Kenapa ... Kenapa kamu sampai bertindak sejauh ini padaku?" tanya Ivana, dia merasa sangat penasaran.
Sebab tanpa dia Aston telah memiliki kehidupan yang sangat sempurna. Kekayaan, kehormatan dan bahkan calon istri yang telah dijodohkan sejak kecil.
Sekarang Ivana tak tahu apapun tentang status hubungan pria ini, apakah Aston sudah menikah atau belum?
Lalu kenapa Aston menawarkannya untuk jadi simpanan? Apakah sebenarnya Aston sudah menikah?
Terlalu banyak pertanyaan, namun Ivana tak mampu melontarkannya satu per satu.
"Ini semua salah mu, semenjak hubungan kita yang terakhir aku hanya bergairrah saat bersamamu saja," balas Aston dengan gamblang, namun sorot matanya yang teduh membuat Ivana terhanyut. Tak mampu marah meskipun kata-kata itu terasa begitu melukai harga dirinya.
Namun memang seperti inilah sosok Aston, pria dengan sejuta kehangatan. Pria yang selalu memperlakukan Ivana dengan begitu lembut. Meski tanpa ada kata cinta diantara keduanya.
Dan ucapan Aston tersebut membuat Ivana kembali mengingat kejadian di masa lalu.
Tak lama setelah Ivana mengalami keguguran, hubungan mereka memang hanya seperti teman. Sampai akhirnya mereka kembali menikmati malam yang panas berdua. Sejak malam itulah Ivana memutuskan untuk menjauh.
Karena tak ingin terlibat dengan hubungan yang rumit, dengan seorang pria yang telah memiliki calon istri.
Namun di sinilah mereka sekarang, kembali dipertemukan dengan keadaan yang begitu kacau.
Aston lantas menggenggam kedua tangan Ivana dengan erat, menciumnya dengan begitu lembut. "Mulai sekarang kamu adalah wanitaku, wanita simpananku," ucap Aston, menegaskan hubungan diantara mereka berdua.
Sebelum kembali ke kota Aston membawa Ivana ke sebuah hotel terdekat. Meminta Ivana untuk membersihkan tubuhnya yang lusuh.
Gaun indah berwarna putih telah Aston persiapkan di atas ranjang. Dia memilih itu sebab mengetahui bahwa Ivana sangat menyukai warna putih.
Dan benar saja, saat Ivana mengenakan gaun tersebut kecantikannya makin bersinar. Warna yang seperti menyatu pada kulit putihnya.
Aston tersenyum kecil, wanita yang dia cari-cari akhirnya kini berada di hadapannya.
"Duduklah," titah Aston, dia mendudukkan Ivana di tepi ranjang. Lalu mengambil satu set perhiasan yang telah dia persiapkan di atas maka.
Cincin berlian Aston pasangkan di jari manis Ivana, gelang, anting dan juga sebuah kalung dia tahtakan di tubuh sang wanita.
Dan yang terakhir Aston memangkan sebuah heels cantik di kedua kaki Ivana, dia benar-benar memperlakukan Ivana seperti ratu.
Aston seolah sedang menunjukkan bahwa Ivana tetaplah seorang Nona muda. Terlepas dari segala permasalahan yang ada, tak akan mampu merubah jati diri wanita tersebut.
"Inilah Ivana yang aku kenal, mulai sekarang hidupmu akan kembali seperti dulu. Bahkan jauh lebih baik," ucap Aston.
Wanita mana yang tak terbuai dengan semua perlakuan ini. Ivana hanyalah wanita biasa yang telah terlalu lama merasa kesepian dan terluka.
Meski yang ditawarkan oleh Aston terasa menyakitkan tapi tetap saja terdengar seperti sebuah pertolongan bagi Ivana.
Jadi saat pria itu mulai mencium bibirnya, Ivana tak menolak sedikit pun. Justru memejamkan mata dan membalasnya secara perlahan. Sampai hawa pannas seolah menjallar ke sekujjur tubuh.
Dengan bibir tersenyum Aston melepaskan paguttan mereka. Ivana memanglah wanita yang dia inginkan.
"Ayo kita pulang," ajak Aston.
Dan Ivana mengangguk setuju.
Entah apa yang akan dihadapinya setelah ini, tapi jika berada di samping Aston rasanya semua akan baik-baik saja.
Dari hotel tersebut mereka menempuh perjalanan beberapa jam, menempuh penerbangan sampai akhirnya tiba di Jakarta.
Kembali menginjakkan kaki di kota ini membuat Ivana merasa begitu takut dan gugup. Ivana bahkan begitu enggan untuk melepas masker yang dia pakai.
Nama keluarga Lourine telah sangat tercemar di kota ini, membuat Ivana tak ingin menunjukkan wajahnya pada siapapun.
"Semua akan baik-baik saja," ucap Aston, dia mengarahkan tangan Ivana untuk memeluk lengannya. Mereka berjalan dikelilingi oleh beberapa pengawal keluar dari bandara.
Masuk ke dalam mobil dan segera menuju rumah Aston.
"Ini bukan jalan menuju apartemenmu, kita akan pergi ke mana?" tanya Ivana.
"Pulang ke rumahku, rumah yang akan jadi rumahmu juga," balas Aston.
Ivana tersenyum kecil saat mendengar jawaban tersebut, mendengar kata rumah membuat hatinya menghangat.
Namun sepertinya khayalan Ivana terlalu tinggi, karena saat tiba di rumah mewah tersebut yang menyambutnya adalah istri Aston.
"Jadi dia wanita yang akan jadi simpananmu?" tanya Gloria, bicara dengan bibir tersenyum miring. Senyum penuh dengan hinaan pada wanita asing tersebut.
Hati Ivana yang perlahan terajut kini kembali remuk.
'Jadi kamu sudah menikah?' batin Ivana, bicara melalui sorot matanya pada Aston.
"Menyingkir lah, tidak perlu basa-basi untuk menyambut kami," balas Aston.
"Salam kenal, namaku adalah Gloria Dester. Aku yang jadi istri resmi Aston, dan kamu adalah simpanannya," balas Glori, justru memperkenalkan diri dengan wajah yang nampak riang.
Seperti bukan masalah baginya untuk menyambut kepulangan wanita simpanan sang suami.
Ivana merasa sangat bingung berada di situasi seperti ini. Sebelumnya Aston tidak mengatakan apapun tentang pernikahannya. Pria itu hanya terus mengulangi bahwa sekarang dia adalah wanitanya.
Hanya terus menggenggam tangannya dengan erat seperti tak ingin kehilangan lagi.
Tapi jika seperti ini keadaannya, Ivana akan lebih pilih untuk pergi saja, mungkin mati akan lebih baik.
Saat Aston menariknya untuk segera masuk ke dalam rumah, Ivana menahan diri.
'Tidak, aku tidak bisa masuk ke dalam rumah ini,' batin Ivana. Lama hidup di pelarian membuatnya jadi begitu pendiam dan hanya sering membatin.
Mungkin penampilan Ivana sudah sama seperti dulu saat dia masih jadi seorang Nona muda, tapi hati dan mentalnya telah benar-benar berubah. Ivana tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti dulu.
Sekarang Ivana selalu takut.
Karena sulit untuk berucap, Ivana justru pilih mundur dan ingin segera pergi dari sana. Tapi tentu saja Aston tidak akan membiarkan hal itu.
Aston justru menarik semakin kuat hingga mampu memeluk lengan Ivana dengan kuat.
"Berhentilah bicara, kamu membuatnya merasa tak nyaman," ucap Aston pada sang istri. Wanita yang dia nikahi tapi tidak dia inginkan. Jangankan cinta, memiliki kehendak dengan wanita itu pun tidak.
Aston sudah menganggap Gloria seperti adiknya sendiri, mengingat mereka telah bersama sejak usia masih kecil. Aston sebelumnya bahkan sudah mengajukan pembatalan penjodohan, namun ditolak sampai akhirnya pernikahan tetap terjadi.
Dengan sedikit paksaan akhirnya Aston menarik Ivana untuk segera masuk, menaiki anak tangga yang ada di tengah-tengah rumah tersebut dan menuju lantai 2.
Glori melihat kebersamaan itu dengan tatapan tak suka, namun bibirnya terus mengukir senyum kecil. "Mari kita lihat, seberapa lama kamu akan bertahan dengan mainan mu itu," gumam Gloria, dia yakin tidak butuh waktu lama Aston pasti akan merasa bosan.
Dan saat itu terjadi dialah satu-satunya wanita yang akan dilihat oleh pria itu.
Aston mungkin hanya menganggapnya sebagai adik, tapi Gloria jelas menganggap Aston sebagai seorang pria, sebagai suaminya.
"Aston, ki-kita tidak bisa seperti ini. Kenapa kamu tidak mengatakan Jika kamu sudah menikah," ucap Ivana, coba berontak namun dia kalah tenaga.
"Lalu apa yang kamu harapkan? Lagipula aku membawamu ke rumah ini bukan untuk jadi istri keduaku, aku hanya akan menjadikanmu simpanan," balas Aston, melihat Ivana yang berontak membuatnya merasa marah.
Apalagi Ivana menunjukkan gelagat seolah hendak pergi dari sini.
Wanita itu seperti tak melihat segala usaha yang telah dia lakukan agar mereka bisa kembali bersama. Membuat Aston merasa muak sendiri.
Berhasil masuk ke dalam kamar, Aston segera menutup pintu, sampai tanpa sadar dia menutup dengan cukup kuat.
BRAK!
Suara kerasnya membuat tubuh Ivana sontak menciut, de Javu saat para penagih hutang mengancamnya.
Melihat Ivana yang ketakutan Aston langsung merasa bersalah sendiri, dia segera menyentuh kedua lengan Ivana ingin menenangkan. Namun wanita justru menghindar.
Ivana benar-benar takut Aston akan memukulnya.
"Aku tidak akan menyakitimu, Ivana. Jadi aku mohon bersikaplah patuh agar aku tidak marah," ucap Aston, suaranya yang terdengar berat membuat Ivana perlahan menenangkan dirinya sendiri.
Lalu secara perlahan mulai mengangkat wajah untuk membalas tatapan pria tersebut.
"I-Ini salah Aston, kamu sudah menikah. kita tidak seharusnya seperti ini," ucap Ivana, masih bisa dengan gagap.
"Pernikahanku hanya pernikahan bisnis, Aku tidak pernah menginginkan Gloria. Hanya kamu yang aku inginkan."
"Menginginkan untuk apa? Pemuas nafshu mu?"
Aston mengangguk, tidak bisa memungkiri tentang hal itu.
Dan melihat kepala yang mengangguk tersebut Ivana sontak mencelos sendiri.
Angan-angannya telah benar-benar terlalu tinggi, dia pikir dia spesial, tapi ternyata jauh lebih hina.
"Aku juga tidak tahu kenapa bisa sampai seperti ini, aku sangat menggilai kamu Ivana," ucap Aston dengan sangat jujur.
"Aku akan melepaskanmu setelah aku bosan," ucap Aston lagi, satu kata paling menyakitkan yang pernah Ivana dengar.
Namun bagaimana Ivana bisa berlari, di dalam perjalanan menuju rumah ini tadi Aston telah membayar seluruh hutang keluarganya, jumlah yang tak main-main. Bahkan lebih mahal dibandingkan harrga dirinya sendiri, yang pernah Ivana berikan secara cuma-cuma pada Aston.
Tapi memang seperti inilah fakta yang ada pada Aston, pria itu pun meyakini suatu saat nanti pasti bisa melepaskan Ivana, namun untuk sekarang dia hanya menginginkan Ivana untuknya.
"Cukup lihat ke arahku, tidak perlu memperdulikan yang lain, termasuk Gloria. Di rumah ini aku akan tetap memperlakukanmu seperti Ratu," ucap Aston, rayuan yang dia berikan.
Salah satu tangannya bahkan bergerak naik untuk mengelus pipi Ivana dengan lembut.
Namun membuat wanita itu kembali menangis. 'Kamu sudah membayar semua hutang keluargaku, aku akan tetap bertahan di sini sampai kamu bosan,' batin Ivana.
Jika bicara soal rasa, Ivana emang sempat menaruh rasa pada pria ini. Setiap saat dia coba untuk menghapusnya, tapi selalu gagal. Dan sekarang mereka justru terikat dalam sebuah hubungan yang sangat rumit.
"Jangan menangis lagi," ucap Aston, dia menghapus air mata Ivana dan mencium pipinya sekilas. Sentuhan kecil yang terasa begitu hangat bagi Ivana.
'Benarkah? benarkah kamu akan memperlakukanku dengan baik?' batin Ivana.
Aston lalu berjalan menuju nakas, mengambil sesuatu yang entah apa.
"Aku tidak bisa menundanya lagi, malam ini aku sangat menginginkan kamu. Jadi minumlah ini," ucap Aston, dia menyerahkan sebuah botol obat pada Ivana.
"Apa ini?"
"Obat pencegah kehamilan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!