NovelToon NovelToon

TURUN RANJANG

AWAL MULA

Gisella Arumi tidak pernah menyangka akan menjadi istri kedua Leonard Alfaro kakak iparnya sendiri setelah ia di tuduh menyebabkan Maya kakaknya nya koma karena kecelakaan mobil.

Gisella yang mengendarai mobil di hari naas itu, terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol.

"Kau harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, Ella. Kamu menyebabkan kakak mu koma seperti sekarang. Kau harus menikah dengan Leonard. Mama tidak mau Leo sampai menikahi perempuan lain untuk merawat Noah", tegas Meyda mamanya berapi-api tanpa perasaan sambil menunjuk wajah Gisella.

Bak tersambar petir di siang bolong. Mendengar itu spontan Gisella menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau. Aku akan bertanggung jawab mengurus keponakan ku tanpa harus menikah dengan Leonard. Bahkan aku tidak mengenalnya mah–"

Plakk!!

Tamparan keras Rudi sang ayah membuat Ella terkejut. Gadis itu mengusap wajahnya yang terasa perih. Matanya pun memerah.

"Kenapa papa menampar ku?"

"Karena kau layak menerimanya. Kamu anak tidak tahu di untung. Kau pembangkang tidak seperti Maya. Kau sudah menyebabkan kakak mu koma. Kau harus bertanggung jawab. Ikuti perintah papa dan mama kali ini Ella!"

"T-api aku tidak mengenal kak Leonard pah. Aku tidak dekat dengannya, bagaimana mungkin papa dan mama minta ku menikahi laki-laki itu. Lagi pula aku merasa jijik jika harus menjadi istrinya. Kak Maya masih ada. Kenapa kalian malah menganjurkan suaminya untuk menikah lagi dengan wanita lain?", ujar Gisella menatap tak mengerti kedua orang tuanya.

"Leo suami kak Maya, usia kami terpaut jauh. Lagi pula kecelakaan itu bukan aku menyebabkannya tapi mobil kami di tabrak dari belakang tanpa bisa aku hindari pah", ucap Gisella membela diri sambil mengusap air matanya yang merembes keluar dari sudut manik bening gadis cantik itu.

Wajar Ella tidak dekat dengan iparnya itu, karena Gisella sekarang menuntut ilmu di negeri paman Sam. Pulang ke Indonesia bisa di hitung dengan jari karena biaya yang mahal, membuatnya harus berhemat, menyisihkan sebagian uangnya. Hasil kerja sebagai agen pemasaran perumahan di kota Manhattan, Amerika.

Bahkan kabar pernikahan Maya dan Leonard mengejutkan Ella, begitu cepat prosesnya. Yang Ella tahu kakaknya itu tidak berpacaran dengan Leonard tapi Maya menjalin kasih dengan Devan.

Tiba-tiba Maya menelepon nya, memberi tahu akan menikah dengan pengusaha kaya bernama Leonard Alfaro, melalui proses singkat karena permintaan khusus kedua orang tua Leo. Sudah dua tahun Maya menjadi sekertaris ayah Leo. Ketika itu Leonard baru pulang ke Jakarta setelah belasan tahun menetap di kota New York, Amerika.

Gisella sama sekali belum mengenal kakak iparnya. Ia hanya melihat foto Leo dari Maya yang mengirimkan beberapa foto pernikahan mereka. Bahkan Ella tidak menghadiri pernikahan Maya dan Leonard.

Gisella mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Gadis itu memang memiliki otak yang cerdas, selalu mendapat juara di sekolahnya. Itulah mengapa ia seperti gadis pembangkang karena begitu keras dalam mempertahankan pendapatnya pada siapa saja.

Gisella mengharapkan pengertian kedua orang tuanya.

Namun sia-sia saja. Rudi dan Meyda tetap bersikeras dengan pendirian mereka.

"Kami tidak mau tahu, Ella. Pokoknya kau menikah dengan Leo sampai kakak mu terbangun dari komanya. Kau harus bertanggung jawab!"

"Bagiamana kalau kak Maya sadar?", tanya Ella lirih menatap Rudi dan Meyda bergantian.

"Kau bercerai dari Leonard. Karena kau hanya istri pengganti Maya. Supaya Leo tidak berpaling dari kakak mu, Ella!", tegas Meyda mengintimidasi Gisella.

"Jangan terlalu percaya diri, Leonard pun tidak akan tertarik pada wanita seperti mu ini. Keras kepala dan pembangkang. Kau juga berpenampilan buruk walaupun sudah empat tahun tinggal di luar negeri. Tidak seperti Maya yang lemah lembut dan selalu patuh pada orang tua. Tidak sulit membuat laki-laki manapun jatuh cinta padanya. Bahkan Maya bisa beradaptasi cepat dengan suaminya walaupun belum mengenal Leo dengan baik", ketus Meyda sinis menatap tajam Gisella yang kini hanya bisa terdiam.

"Lusa aku harus kembali ke New York–"

"Kau tidak akan kemana-mana Ella. Papa sudah mengurus semuanya. Kau akan melanjutkan pendidikan di sini. Suka atau tidak suka. Kali ini kamu harus menuruti perintah papa dan mama. Sekali saja patuh pada kami Ella! Kau harus mengutamakan keluarga mu jangan egois. Punya perasaan sedikit. Apa kau tidak kasihan melihat keponakan mu tidak ada yang merawatnya kini, hah?", ujar Rudi dengan suara meninggi.

Ella melototkan kedua matanya mendengar ucapan Rudi.

"Papa tidak bisa seperti itu. Kenapa papa dan mama selalu membanding-bandingkan aku dan kak Maya. Apa salahnya jika aku ingin melanjutkan pendidikan ku mah..pah. Sekarang sudah masuk era globalisasi, bukan seperti zaman dahulu kala mama dan papa di jodohkan oleh kakek dan nenek", seru Ella dengan lantang

Aku tidak akan menuruti perintah kalian. Aku menyayangi kak Maya, aku juga menyayangi Noah. Tapi bukan berarti aku harus menikah dengan suaminya. Aku tidak mau!", teriak Gisella berlari menaiki tangga di rumah itu dan mengunci diri di dalam kamarnya.

"Ella! Kembali mama belum selesai bicara!", teriak Meyda kesal pada putri bungsunya itu yang nyelonong pergi begitu saja.

"Lihat mas putri mu. Ia semakin keras begitu sejak kuliah di luar negeri. Merasa lebih pintar. Merasa lebih tahu tentang kehidupan", ujar Meyda menatap Rudi yang juga memendam amarah nya pada Ella. Namun berusaha bersikap tenang.

"Sabar mah. Ella tidak akan kemana-mana lagi termasuk kembali ke Amerika. Aku sudah meminta Beni mengurusnya, memindahkan kuliah Ella di Jakarta".

"Pokoknya aku tidak mau Leo berpaling pada wanita lain mas, sementara Maya masih koma begitu. Entah sampai kapan Maya kondisinya seperti itu. Aku tidak mau berpisah dari cucu ku Noah. Leonard tampan dan banyak uang, aku yakin banyak wanita di luaran sana sudah antri ingin mengantikan posisi Maya anak kita", ucap Meyda mengusap air matanya.

Pasangan suami-isteri itu mengalami musibah bertubi-tubi.

 Bisnis Rudi di bidang garmen hampir mengalami gulung tikar sementara ia menjamin kan toko dan rumah yang mereka tempati pada bank, di tambah putri tertua mereka pun mengalami kecelakaan hingga koma sejak enam minggu yang lalu.

Hingga Meyda mempunyai ide, Gisella mengantikan posisi Maya untuk menjadi istri Leonard. Meyda dan Rudi sudah bicara pada kedua orang tua Leo, mereka setuju dengan ide itu namun semua keputusan ada pada Leonard putra mereka yang saat ini masih berduka karena kondisi Maya yang belum juga membaik.

*

Ella Langsung lompat ke tempat tidur. Menangis sejadi-jadinya. "Kenapa papa dan mama tidak pernah mengerti keinginan ku".

"Aku tidak akan pernah bisa seperti kakak, kami dua orang berbeda walaupun memiliki ikatan darah yang kuat", isak Gisella.

"Aku menyesal pulang ke Jakarta. Lebih baik aku tetap menghabiskan liburan ku di Amerika. Sekarang masalah yang menimpaku semakin rumit. Aku di tuduh penyebab kakak koma, dan di tuntut bertanggungjawab".

"Aku tidak mau! Bagaimana caranya aku harus pergi sekarang juga", ucap Gisella mengusap air matanya.

...***...

To be continue

TUDUHAN LEONARD

Senja berganti malam..

Gisella menggerakkan tubuhnya. Seketika gadis itu melonjak bangun dari tempat tidur. Matanya terasa begitu berat karena seharian menangis dan mengurung diri di kamarnya.

 "Oh my god aku tertidur selama ini?", gumamnya sambil melirik jam di dinding yang menunjukkan angka delapan malam.

Telinga Ella menangkap suara ribut-ribut di bawah. Terdengar tangisan Meyda mamanya. Ella memutuskan ingin melihat apa yang terjadi. Perlahan membuka pintu kamar dan melangkahkan kaki menuruni tangga.

"Kenapa kehidupan kita jadi seperti ini mas Rudi. Kondisi Maya semakin memburuk. Sekarang kita harus segera meninggalkan rumah ini pula", isak Meyda sedih.

Gisella mengurungkan niatnya menampakkan diri. Gadis itu memilih bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya.

"Tenangkan dirimu mah. Aku akan mencari jalan keluarnya agar rumah ini tidak di sita bank".

"Bukan hanya rumah, toko garmen pun akan segera di sita mas. Bagaimana kita hidup jika tidak ada apa-apa lagi", ucap Meyda menangis dalam dekapan Rudi yang berusaha menenangkan istrinya itu.

"Aku akan bicara pada menantu kita Leonard. Siapa tahu ia bisa membantu kita mah. Aku tahu Leo sedang banyak pikiran sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada jalan lain".

Ella berdiri terdiam di sudut tangga. Semua pembicaraan papa dan mamanya ia dengar dengan jelas. Sungguh Ella tidak tahu jika rumah dan toko garmen milik ayahnya sedang mengalami masalah dan sekarang akan di sita bank.

Bagaimana mana pun kondisi hubungan ia dan kedua orangtuanya kini, tentu saja Ella tidak mau sampai bisnis keluarganya tak bersisa lagi. Ella tahu bagaimana papa dan mamanya dulu tertatih-tatih merintis usaha yang mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Ella naik kembali ke kamar nya sembari berpikir. Mengigit ujung kukunya, kebiasaan yang sulit gadis itu hilangkan jika sedang cemas.

"Pasti ada jalan keluarnya. Berpikir lah Ella. Kamu pasti bisa mencari solusinya. Membantu keluarga mu tanpa harus menikahi kakak ipar mu. Berpikirlah", ucap Gisella.

Gadis itu tiba-tiba berlari kearah lemari pakaian. Mengeluarkan handbag tempat surat-surat penting seperti paspor dan buku tabungan.

Gisella mengambil buku rekening melihat nominal tabungannya dalam bentuk dollar. Ia menghitung-hitung jika di rupiah kan berapa jumlah tabungannya. Ternyata uangnya sudah cukup banyak namun entahlah jika untuk melunasi pinjaman ayahnya di bank apakah cukup.

Tanpa pikir panjang, Ella segera keluar kamar mau menemui kedua orang tuanya yang masih berada di ruang keluarga.

Rudi dan Meyda nampak sedih. Bahkan keduanya tidak terpengaruh dengan kehadiran Gisella.

"Ma-pa...

Panggilan Ella sama sekali tidak di gubris keduanya. Meyda masih menundukkan wajahnya, begitu pun Rudi hanya terdengar helaan nafasnya saja.

Ella berjongkok di hadapan keduanya sambil menyodorkan buku tabungan ke tangan Meyda.

 "Mungkin tabungan ku tidak terlalu banyak. Tapi pakailah untuk membayar kredit yang papa pinjam di bank. Ella akan bekerja keras lagi agar bisa membantu papa melunasi hutang papa", ucap Ella pelan.

Meyda dan Rudi saling bertatapan.

Meyda tidak mengambil buku tabungan yang di berikan Ella padanya. "Sudah terlambat Ella. Sekarang yang harus kita lakukan melunasi hutang itu, bukan membayar cicilan nya lagi. Bank sudah tidak mau memberi tempo lagi pada papa mu karena sudah melayangkan tiga kali peringatan", ujar Meyda menatap putrinya itu dengan wajah sendu.

"Jika kau benar-benar sayang pada keluarga mu turuti lah permintaan kami. Menikahlah dengan Leonard, Ella. Leo laki-laki yang baik, mama tidak mau hubungan keluarga kita putus dengan keluarga Hartono. Walaupun pernikahan Maya dan Leonard ada pengikat di antara keduanya namun jika ada wanita lain di tengah mereka, lambat laun kita akan tersisih", ucap Meyda menatap lekat wajah Gisella.

"Mama mu benar Ella. Kau bisa belajar tentang arsitektur pada kakak iparmu itu, Ella. Seperti yang kau impikan selama ini, menjadi arsitek handal. Kali ini ikuti keinginan mama dan papa, Ella. Papa dan mama minta maaf jika selama ini terlalu keras pada mu, nak", ucap Rudi sambil menggenggam erat tangan putri bungsunya.

Mendengar kata-kata ayahnya, membuat kedua mata Ella menghangat dan berkaca-kaca.

"Kali ini mama dan papa akan menuruti semua keputusan mu, Ella. Mama menyerah, tidak akan memaksamu lagi. Apa yang akan kamu lakukan, akan kami dukung", ujar Meyda.

Untuk pertama kali Gisella semenjak memutuskan kuliah di luar negeri mendengar nada lembut Meyda ketika bicara padanya. Biasanya selalu ketus dan bernada sinis.

Sesaat Ella menundukkan kepalanya. Kemudian bergantian menatap kedua orang tuanya. "Beri aku waktu memikirkan ide itu mah".

*

Keesokan hari nya..

Ella turun dari taksi online yang di tumpanginya. Sebelum kembali ke Amerika, Ella ingin bertemu kakaknya Maya.

Semalam menurut mamanya kondisi Maya mengalami drop lagi.

Setelah mengenakan pakaian khusus, Ella masuk keruangan Maya. Ia bersyukur tidak ada siapapun di sana. Ella ingin bicara berdua dengan kakaknya setelah meminta izin petugas jaga.

Kedua mata Ella seketika berair menatap kondisi Maya yang tergolek lemah dengan bantuan alat-alat medis di tubuhnya. Wajah Maya sudah nampak membengkak.

Ella duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Maya. Entah siapa menaruh kursi itu di sana.

"Kak maafkan aku. Anggaplah kakak seperti ini karena aku. Besok aku akan kembali ke Amerika. Aku harus bekerja keras lagi kak mengejar cita-cita ku. Tinggal sedikit lagi, aku akan menyelesaikan kuliahku", ujar Ella dengan suara bergetar lirih.

"Setelah menyelesaikan urusan ku di sana, aku akan langsung kembali. Merawat mu dan Noah putra kakak. Juga membantu papa mengembalikan keuangan keluarga kita. Aku janji tidak akan pergi lagi meninggalkan keluarga ku. Kali ini kakak bisa mengandalkan aku", ujar Gisella tersedu-sedu sambil menundukkan wajahnya.

Tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan keras. Membuat Ella melototkan kedua matanya.

"Siapa yang mengizinkan mu masuk. Aku melarang mu mendekati keluarga ku. Gisella!"

"K-ak..

Laki-laki tampan berwajah indo itu menghujam manik Ella yang berkaca-kaca.

"Ikut aku!"

"Aww...

"K-ak Leonard, s-akit", lirih Ella meringis setelah tangan kokoh kakak iparnya itu mencengkram kuat lengannya agar pergi dari dekat Maya istrinya.

Leo menghentakkan cengkraman nya dengan keras, membuat Ella mengusap bekasnya yang terasa perih.

"Aku ingatkan pada mu Gisella, jangan dekat-dekat keluarga ku lagi! Kau penyebab ke kacauan ini. Kau gadis pembawa sial, menyebabkan kakak mu koma. Membuat anak ku tidak mendapatkan kasih sayang ibunya di usia lima bulan", hardik Leonard dengan keras pada Gisella.

"T-api kak, semua yang menimpa kak Maya bukan kesalahan ku sepenuhnya. Mobil kami di tabrak. Mobil di belakang tiba-tiba menyelonong menabrak sisi di mana kak Maya duduk. Aku tidak bisa menghindarinya. Kau bisa melihat CCTV di mobil kak Maya", jawab Ella membela diri dengan mengatakan sebenarnya kejadian sebulan yang lalu.

"Heh. Kau pikir aku tidak tahu, hari itu kau ngotot ingin mengendarai mobil sport istri ku. Kata mu ingin merasakan mengendarai mobil mewah", tukas Leo dengan sorot penuh kebencian pada Gisella.

"Katakan saja jika kau iri pada saudara mu sendiri. Kau sengaja mencelakai Maya!"

Dengan wajah dingin Leo berlalu dari hadapan Gisella yang terdiam mendengar tuduhan Leonard. Buliran bening jatuh menyentuh pipi gadis itu. Ia berusaha mengejar Leo yang sudah kembali masuk keruangan istrinya. Namun Ella mengurungkan niatnya. Karena ia tidak mau membuat keributan di dalam sana.

...***...

To be continue

PENGHARAPAN

Taksi online yang di tumpangi Gisella, berhenti di rumah berpagar putih. Rumah berlantai dua itu terlihat sedang kedatangan tamu.

Setelah membayar ongkos taksi, Ella langsung melangkah masuk ke halaman rumahnya. Sekarang sudah malam selepas magrib. Sejak pergi pagi tadi Ella baru pulang ke rumah.

Gadis itu tidak pergi kemana-mana, ia tetap berada di rumah sakit, mengamati keadaan Leonard atau siapapun pergi dari sisi Maya, barulah Ella masuk lagi ke ruangan kakaknya. Beruntung perawat masih mengizinkan nya masuk. Sekedar mengajak kakaknya itu bicara sebelum esok hari Ella terbang kembali menuntut ilmu di negeri orang.

Banyak sekali yang Ella ceritakan pada Maya salah satunya ide orang tua mereka yang meminta Ella menikah dengan suami kakaknya itu.

"Tentu saja aku menentang ide mama dan papa, kak. Bagaimana mungkin papa mama, memiliki ide konyol begitu sementara kakak masih ada. Aku tidak mau. Tapi bukan berarti aku akan lepas tangan. Jika aku sudah wisuda aku janji akan langsung pulang ke Jakarta. Aku harap kakak sudah lebih baik ketika saat itu tiba. Jika kakak masih seperti ini, aku janji akan merawat mu juga Noah, kak. Aku tidak akan egois memikirkan diri sendiri sementara kakak seperti ini".

"Kakak tidak perlu kuatir, aku yakin suami kakak akan menolak ide mama papa untuk menikah lagi. Aku sangat yakin. Karena kak Leo sangat mencintai kakak. Ia membenci ku, ia juga meminta ku menjauhi keluarga nya. Katanya aku gadis pembawa sial", ucap Gisella terdengar miris ketika masih bersama Maya sore tadi di rumah sakit.

Kini Ella sudah kembali ke rumah. Terlihat pintu ruang tamu terbuka. Ella memilih masuk lewat pintu belakang. Ia tidak tahu siapa tamu papa dan mamanya.

"Ella? Kamu sudah pulang? Ayo kemari", ujar Meyda dengan wajah berseri menatap putri bungsunya itu. Meyda melihat kedatangan Ella, Meyda segera berdiri dari kursi memanggilnya.

"Iya mah", jawab Ella mengikuti mamanya.

Ella mengenai siapa tamu yang datang, mereka mertua Maya. Orang tua Leonard. Hartono dan Catherine. Kali ini perjumpaan mereka yang ke dua kalinya setelah yang pertama bertemu di rumah sakit pada hari naas itu.

Ella memberi salam dan menyambut tangan Hartono dan Catherine dengan sopan.

"Ella", ucap Catherine tersenyum ramah padanya. Catherine berwajah bule karena ia asli Amerika yang menikah dengan Hartono asli Indonesia.

"Selamat malam tante, om", sapa Gisella sedikit menundukkan kepalanya.

Meyda menuntun Ella duduk di sampingnya. Namun Catherine meminta Ella duduk di sampingnya. Ella menurut. Ia duduk di samping wanita glamor itu. Terlihat dari semua barang yang ia pakai semuanya berkelas.

Sejujurnya Ella tidak mengerti mengapa mertua Maya datang berkunjung ke rumah orangtuanya. Namun Ella bersyukur karena yang ada hanya Hartono dan Catherine saja tidak harus bertatap muka lagi dengan kakak iparnya yang sangat membencinya.

Gisella bernafas lega. Ia bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Hartono mengambil teh beserta piring tatakan nya. "Sekarang Ella sudah ada. Ella...om dan tante meminta mu secara resmi untuk menikah dengan Leonard. Kami sudah mendengar dari orang tua mu, kau sudah setuju dengan ide ini. Jadi kalian akan menikah minggu ini", ujar Hartono dengan tegas.

Mendengar itu jelas saja sangat mengejutkan Ella. Gadis itu terbatuk-batuk mendengarnya. Ia keselek saliva-nya sediri ketika hendak menelannya. Kedua mata Ella melotot tak percaya. Bahkan ia dengan tegas sudah menolak ide itu.

"Sayang kamu kenapa?", tanya Catherine terdengar sangat lembut dan penuh perhatian mengusap lengan Ella.

Meyda memberikan air putih pada putri bungsunya itu. Ella langsung meneguknya hingga tandas. Wanita itu menepuk-nepuk pundak Ella. Cukup kuat. Ella tahu itu adalah sebagai isyarat Meyda padanya.

Ella tidak perduli pada kode Meyda. Gadis itu mengumpulkan keberanian.

"Maaf om, aku menolak menikah dengan kakak ipar ku. Aku akan bertanggung jawab merawat kak Maya dan Noah, setelah aku wisuda beberapa bulan lagi. Aku–"

"Tapi aku menerima ide pernikahan ini!"

Perhatian semua orang yang ada di ruangan itu teralihkan pada sosok yang baru tiba dan langsung masuk ke dalam rumah. Leonard Mitchell Hartono.

 Termasuk Gisella yang tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kaget nya. Gadis itu melototkan kedua matanya. Mendadak jantungnya berdebar-debar kencang. Mendadak jemari tangan gadis itu terasa lembab oleh keringat yang tiba-tiba keluar dari badannya.

"Aku menerima ide papa dan mama akan menikahi Gisella Arumi", tegas Leonard langsung ke intinya tanpa menatap Gisella yang melihatnya.

Terdengar helaan nafas lega dari kedua orang. Hartono-Catherine dan Rudi-Meyda.

Ella sulit untuk menghirup oksigen di ruangan itu. Sesaat ia berusaha menenangkan dirinya. "Tenang lah Ella. Kamu bisa mengatasi nya", batin Ella pada diri sendiri.

"Demi Tuhan apa mereka semua tidak membutuhkan pendapat ku?", ucap Ella pada dirinya sendiri. "Tidak, aku harus tegas!"

"Maaf. Aku menolak rencana pernikahan ini. Kalian harus mendengar kan aku juga!"

Entah dari mana keberanian itu datang. Namun Ella berdiri tegap.

"Kak Maya masih hidup kenapa kalian justru mencari penggantinya? Kalian sangat kejam. Bagaimana kalau kak Ella bangun, dan mengetahui suaminya menikah lagi. Dan lebih gila, aku yang menggantikan posisinya". Ella menggelengkan kepalanya.

"Tidak...tidak. Aku tidak mau", ujar Ella dengan suara bergetar memendam apa yang ia pikirkan tentang ide aneh kedua orang tuanya. Kini seperti bom yang meledak, ia utarakan isi hati di hadapan semua orang.

Semua terdiam. Namun Meyda menunjukkan reaksi secara tiba-tiba. "Ella! Kakak mu memang masih bernafas, tapi dokter menyatakan kalaupun ia bangun tidak bisa normal seperti sediakala. Maya akan mengalami lumpuh total. Dalam waktu dekat kakinya harus di amputasi. Satu mata Maya juga tidak akan bisa melihat lagi. Anak ku yang malang, bahkan ia tidak bisa merawat anaknya lebih lama. Noah masih bayi, kasihan cucuku harus jauh dari ibunya sejak bayi", isak Meyda tidak bisa lagi menahan kesedihannya seorang diri.

Wanita paruh baya itu terduduk lesu dengan linangan air mata. Rudi berusaha menenangkan istrinya.

Gisella hanya bisa terdiam di tempatnya. Sungguh ia tidak tahu kondisi Maya sebenarnya. Orang tuanya menyembunyikan kebenaran itu darinya. Apa karena mendapatkan kabar keadaan tentang Maya yang menyebabkan Meyda histeris semalam? Ella menyimpulkannya kini.

Leonard menatap tajam Gisella. Ia duduk bersandar di sofa sambil mengusap dagunya dengan kasar. Wajahnya pun nampak gusar.

"Sayang ...semua ini kami lakukan demi Noah. Pikirkanlah bagaimana anak itu akan tumbuh jika tidak ada mama di sampingnya", ucap Catherine dengan lembut.

Seketika Gisella terduduk. Wajahnya mendadak pucat pasi.

"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang? Beri petunjuk pada ku. Noah?"

Gisella menghapus airmata dengan punggung tangannya. Gadis itu menganggukkan kepalanya pelan.

...***...

To be continue

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!