-Vera Claudia
Berusia : 20 Tahun.
status : Mahasiswa Sastra Bahasa Indonesia
-Leo Yamato
Usia : 27 Tahun
Pekerjaan : CEO
-Ana William
Usia : 20 Tahun
Status : Mahasiswa Akuntansi
- Damar Santoso
Usia : 27 Tahun
Pekerjaan : Dokter (Pemilik RS Jakarta)
Sinopsis :
Vera Claudia gadis biasa. Sekilas tidak ada yang spesial dari gadis satu ini. Mengingat wajahnya yang tidak terlalu cantik dengan tinggi 150 cm. Tidak ada yang dapat menerka sebuah takdir yang menghampiri nya. Gadis itu menikah dengan pria Terlalu Tampan untuk ukuran gadis sebiasa dirinya.
Leo Yamato, pria terlalu tampan berdarah campuran Indonesia-Jepang. Yang menjadi tetangga nya selama sepuluh tahun. Gilanya lagi, pria itu memaksakan pernikahan yang benar-benar tidak di inginkan oleh nya. Berkat ke dua orang tuanya yang juga ingin mendapatkan menantu sesempurna Leo Yamato. Terjadi lah pernikahan tanpa cinta.
Entah siapa yang memulai hubungan aneh bin nyeleneh dari ke duanya. Hingga huru hara rumah tangga yang tak dapat di hindari karena sang suami yang terlalu tampan.
------------------------------------------------------------------------
Hallo All...☺️
Author Kembali lagi dengan cerita yang membawa perempuan biasa sebagai pemeran utamanya.☺️☺️☺️
Author berharap para pembaca bisa sopan dalam berkomentar dan saling menghargai. Dan untuk yang pencinta Pemeran utama cantik, silahkan menyingkirkan!! author tidak butuh nyinyiran...😏🔪🔪🔪🔪
Yang ingin membaca silahkan merapat. Yang tak suka silahkan menjauh, mudah bukan!😁😁😁😎😎
Segaris senyum di tarik tinggi kala gadis yang cukup aktif di Organisasi Mahasiswa itu melewati beberapa geng kumpulan kakak tingkat. Mau tak mau dia harus menyapa dengan sopan. Sekedar tersenyum. Meski bibir pink itu terasa kebas hanya untuk di tarik ke atas.
"Vera!"
Teriakan cukup nyaring menggema menghentikan langkah kaki yang sempat di ayun, melewati lorong Kampus. Gadis berusia dua puluh tahun itu membalik kan tubuh nya.
Pria dengan kemeja kotak-kotak itu berlari cepat menghampiri gadis yang ia panggil.
"Ini!" Serunya menyodorkan sebuah kotak merah dengan hiasan pita di atasnya pada Vera.
Vera menatap kotak di tangan kakak kelasnya dengan helaan nafas letih. Jangan salah paham, pria gagah yang duduk di semester enam di depannya ini bukalah bermaksud memberikan hadiah atau semacamnya pada gadis dengan wajah biasa-biasa saja ini. Melainkan menjadi kan Vera Claudia sebagai kurir resmi dari sahabat Vera. Gadis cantik berdarah campuran. Menjadi gadis incaran di Universitas Indonesia (UI).
"Tolong berikan pada Ana, ya!" ujarnya lagi. Kala tangan Vera menerima nya.
"Ya." Jawab Vera cepat sembari mengangguk kecil.
Dio tersenyum lebar, bergumam kata terimakasih sebelum melangkah meninggalkan Vera di lorong Kampus.
"Sampai kapan orang-orang akan menjadi kan aku sebagai kurir!" gerutu Vera. Sebelum membalikkan tubuhnya kembali mengayun kan langkah kaki yang sempat tertunda.
Menjadi sahabat gadis cantik benar-benar merepotkan. Dimana-mana akan selalu menjadi bahan gunjingan sekedar perbandingan. Si cantik dan si gadis biasa-biasa saja.
Semenjak SMA, Vera sudah biasa dengan hal yang seperti ini. Meski awalnya, gadis berhidung minimalis ini sempat mencak-mencak karena harus menjadi kurir, tukang sampai kan salam, menjadi tameng untuk Ana kabur dari kejaran pada kaum Adam dan paling sadisnya lagi adalah dimana ia menjadi obat nyamuk kala Ana dan kekasih gadis itu bertemu di belakang sekolah.
Brak!
Pintu ruangan di buka kasar. Ana Menaik kan sebelah alisnya kala melihat kotak yang di bawa sang sahabat masuk. Dengan kasar pula Vera meletakkan di atas meja.
"Apa ini?" tanya Ana dengan wajah penasaran.
"Hadiah!" jawab Vera seadanya.
Ana tidak menyinggung kotak yang ia terima. Gadis cantik itu lebih tertarik memperhatikan kegiatan Vera. Ke duanya berbeda jurusan, namun masih dapat bersama di beberapa kegiatan. Misalnya, di Organisasi kampus seperti saat ini.
"Kenapa melihat ku seperti itu?" tegur Vera tanpa harus menangkap basah Ana menatap dirinya. ia masih terus sibuk dengan kegiatan membongkar lemari besi milik nya.
Ana memangku sebelah wajah cantik nya. Terlihat sangat cantik. Ana William dengan mata coklat terang, kulit seputih kapas, bulu mata lentik tebal, hidung bangir dan bibir merah. Ia benar-benar sangat cantik. Dapat di sandingkan dengan bintang film Indonesia lainnya.
"Tidak ada. Hanya ingin menatap mu saja," jawab Ana dengan nada kalem.
Vera hanya mengeleng kecil. Tangannya bergerak meraih Laptop berwana putih mengeluarkan nya dari loker pribadi nya. Sebelum melangkah mendekati meja. Duduk di depan Ana. Gadis cantik itu masih tak merubah posisi. Menatap intens Vera.
Berapa kali pun Ana mau memindai Vera Claudia. Ana tak tau apa yang membuat pria itu tergila-gila pada Vera. Jika di bilang cantik, tentu saja Vera jauh di bawah nya. Tubuh Vera yang mungil tak sebanding dengan tubuh nya yang sintal dan menggoda. Jika Ana bandingkan otaknya dan otak Vera. Ia masih unggul, dan jika di bandingkan dengan harta, maka sudah pasti ia lebih kaya. Ia masih tetap di nomor satu, lalu apa yang membuat seorang Leo Yamato tergila-gila pada Vera. Gadis biasa nan beruntung di nikahi oleh seorang pria sesempurna Leo Yamato. Sungguh tak masuk akal. Setidaknya itulah yang terlintas di otak Ana. Untuk saat ini.
"Apa ada yang salah dengan wajah ku hari ini?" tutur Vera mengangkat wajahnya yang sempat menunduk menatap keyboard Laptop beralih ke arah wajah cantik Ana.
Ana memaksa senyum. Kepalanya mengeleng pelan.
"Tidak ada. Hanya merasa kau sangat beruntung," jawabnya pelan.
"Beruntung?" Vera mengernyit kala mengulang perkataan Ana.
Ana menegakkan tubuhnya.
"Ya. Kau sangat beruntung. Di usia yang baru dua puluh tahun, kau sudah memiliki seorang suami yang sempurna. Pria yang menjadi incaran semua gadis," cetus Ana.
Vera tergelak samar. Beruntung memiliki pria sempurna? Yang benar saja. Bagi Vera malah sebaliknya, ia sangat sial menikah muda. Baru tamat SMA pria gila itu mengurung nya dengan status istri. Meski tidak banyak yang tau jika ia telah menikah. Menjadi istri seorang Leo Yamato. CEO muda ternama di Indonesia. Pria yang di gadang-gadang menjadi pria incaran gadis se-Indonesia. Menjadi calon menantu Idaman. Termasuk Mamanya.
"Hei! Ada apa dengan wajah masam mu itu," tegur Ana.
Vera hanya mengangkat ke dua sisi bahunya ke atas dengan acuh. Rambut sebahu yang di biarkan lepas tanpa ikatan itu ikut bergerak.
"Bagi ku tidak begitu," sahut Vera pelan. Sebelum gadis itu melegakan jari jemari nya di atas keyboard.
Ana melipat tangannya di bawah dada.
"Bagimu bagaimana?"
"Aku tak beruntung."
"Ah, masa?"
"Ya."
"Bagaimana tidak beruntung. Kau menikah dengan pria setampan dan semapan kak Leo. Jika aku jadi kamu, aku sudah pasti akan menyombongkan nya pada orang-orang," Ana terlihat bersemangat.
Vera mendengus pelan.
"Kalau mau kau saja yang jadi istri pria mesum itu!" sahut Vera kesal.
"Kau mau memberikan suami mu pada ku?"
"Kalau kau mau, kenapa gak?"
Ana terlihat sumringah. Sebelum ia terkekeh buat-buat. Jika boleh jujur, Ana sangat menginginkan pria yang telah berstatus menjadi suami dari sahabat nya ini. Tidak ada yang tau seberapa sering Ana menggerutu di dalam hati kecil nya. Karena terlambat bertemu dengan Leo. Jika saja ia lebih dahulu bertemu dengan Leo. Mungkin saja, pria itu sudah menjadi milik nya. Tak masalah jika ia harus melepaskan cita-cita dan masa indah nya duduk di bangku kuliah. Asalkan bisa menjadi nyonya muda Yamato.
Sayangnya. Pertemuan ia dan Leo terjadi kala setelah Vera dan Leo menikah secara tertutup. Jika saja ia tak memergoki Leo ada di kamar Vera saat itu. Maka sudah pasti ia tak akan tau jika Vera telah menikah. Menikah dengan pria yang menjadi idaman nya.
Bolehkah ia benar-benar mencuri Leo dari sisi Vera. Toh Vera tidak mencintai Leo. Gadis di depannya ini tidak memiliki perasaan pada Leo. Meski telah setahun menjadi istri Leo Yamato. Ke duanya masih belum pernah tidur bersama. Layak nya suami-istri. Dan ini sangat di syukuri diam-diam oleh Ana.
"Jangan menyesal loh, nanti!" seru Ana dengan nada aneh di telinga Vera.
Gadis itu kembali mengangkat ke dua sisi bahunya acuh.
...***...
Aroma kopi menyeruak. Beberapa wanita berbisik-bisik lirih. Sembari terkikik genit menatap ke arah meja yang di duduki oleh dua pria di area merokok, Starbucks. Leo menyeruput perlahan kopi hitam pekat milik nya. Menjajakkan lidah akan pahit nya kopi.
Pria berjas dan berdasi itu terlihat benar-benar memukau. Meski pandangan mata nakal menghadiahi. Ada yang diam-diam membuka lensa kamera. Hanya sekedar memotret dan merekam visual sempurna Leo.
"Bagaimana perjalanan rumah tangga mu dengan gadis tujuh tahun di bawah kita itu?" tanya Reza membuka pembicaraan.
Leo meletakan gelas kopinya di atas meja. Menyadarkan punggung belakang nya di kursi.
"Dia masih sama. Masih suka menghindari ku," jawab Leo jujur.
"Jangan bilang satu tahun ini kau belum pernah menyentuh nya?" tebak Reza Wijaya mendapatkan muka masam Leo.
Pria Wijaya itu tergelak pelan. Kepalanya mengeleng tak percaya. Bagaimana bisa? Itulah yang terlintas di otaknya.
"Hentikan tawa menyebalkan mu itu!" Peringat Leo dengan pandangan mata membunuh.
Reza dengan cepat menghentikan tawanya.
"Bagaimana bisa?" tanya Reza tak percaya,"Kau kuat menahan berpuasa satu tahun, huh?" lanjut nya menggoda Leo.
"Hah!" Leo menghela napas pendek,"Mau bagaimana lagi. Aku yang cinta dia," keluhnya.
God. Reza tak menyangka Leo bisa terjerat cinta pada gadis yang di nilai biasa-biasa saja. Ada banyak gadis cantik mengelilingi. Lucunya, Leo malah terjerat pada Vera. Tetangga baru nya.
"Apa yang membuat mu jatuh cinta padanya. Sebenarnya dari dulu mulut ku sudah gatal ingin menanyakan hal ini pada mu."
Leo menarik ke dua garis senyum. Para wanita tercekat, jantung mereka menggila hanya karena senyuman maut dari Leo.
"Aku jatuh cinta karena senyum lembut nya. Cara dia menatap dan kesederhanaan nya. Aku suka setiap ekspresi yang keluar dari wajahnya!" aku Leo dengan nada ceria.
"Heh!" denggus Reza tak percaya."Hanya itu?" tanya masih belum puas dengan jawaban Leo.
Leo mengangguk pelan."Ya, hanya itu."
"Apa unggul nya dia di banding wanita lain. Yang berbodi aduhai dan berwajah secantik bak rembulan. Apa bagus nya gadis sederhana. Biasanya pria sebaya kita itu mencari wanita yang hot di atas ranjang," papar Reza membayangkan wanita cantik dengan tubuh seksi.
"Aku tak suka membanding-bandingkan istri ku dengan wanita di luar sana!" dengus Leo jengkel.
"Cih! Kau belum mencoba nya saja. Sok-sok an begitu," tukas Reza.
"Kau tak tau saja, masa depanku pernah di tendang kala salah pegang," jawab Leo pelan.
Hampir saja Reza kembali tertawa keras. Jika pria Wijaya ini tak ingat tempat.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Mohon dukungan nya dengan cara Like, Vote dan komentar ya kakak-kakak. Biar author semangat untuk update 😁😁😁
Mohon dukungan nya dengan cara Rate bintang lima, Like, Vote dan Komentar di akhir ya kakak-kakak....☺️☺️🙏🙏🙏
.
.
.
.
Denting sendok dan garpu beradu menyumbang nada di meja makan. Ke dua pasangan suami istri ini makan malam dalam keheningan. Sesekali Leo melirik sang istri yang terlihat fokus dengan makanan nya. Leo cemberut di sela kunyahan.
"Ada apa dengan wajah mu, tuan Yamato?" ledek Vera tanpa mengangkat wajahnya.
Leo meletakan sendok dan garpu dengan kasar di atas piring. Nada rusuh yang di hadirkan oleh ke dua benda tergeletak tak bersalah di atas piring sang suami. Membuat Vera mau tak mau mengangkat pandangan nya. Mengehentikan pergerakan tangannya.
"Masih saja bertanya," kesal Leo dengan nada sebal.
Sebelah alis mata Vera terangkat tinggi."Lah, aku emang gak tau kenapa dengan wajah mu, tuan!"
Leo mencabik. Istri tercinta, sayangnya gadis tujuh tahun lebih muda darinya ini tak tau dari mana datangnya kekesalan darinya.
"Sampai kapan kita akan pisah ranjang," rengek nya bak anak kecil.
Kini giliran Vera yang mencabik. Leo Yamato, CEO perusahaan property terbesar di Indonesia ini bak anak kecil jika sudah berdua dengan nya. Awalnya, ia pikir pria di depannya ini adalah pria tegas dengan pandangan mata yang tajam. Masih melekat di benak Vera, kala Leo ngebet ingin menikahinya. Beberapa kali di tolak tak lantas membuat Leo mundur. Vera tak habis pikir, kenapa pria berwajah bak Arjuna ini memaksa menikah dengan nya. Yang jelas-jelas bukan gadis yang cantik.
Sampai sekarang pun, Vera tak dapat menemukan alasan kenapa Leo seperti itu padanya. Dan itu, cukup membuat Vera takut dengan pria di depan nya ini.
"Sampai aku lulus kuliah," tukas nya.
Leo mengerang frustasi."Ayolah, mamaku dan mamamu telah mendesak untuk kita memberikan cucu!"
Bola mata Vera berotasi malas.
"Ogah!" teriaknya kesal.
Leo berdiri dari posisi duduk nya. Membawa gaduh gesekan kaki kursi beradu dengan lantai marmer apartemen. Vera ikut berdiri, menatap awas Leo. Pria terlalu tampan itu tersenyum miring.
"Aku mau punya anak, titik!" Keukeh nya dengan menarik ke atas sebelah ujung bibirnya.
"Aku belum mau, titik!" Bantah Vera mengangkat tinggi ujung dagunya sok angkuh. Meski sebenarnya jantung nya berdegup keras.
"Yakin gak mau?" tanya Leo terdengar aneh di telinga Vera.
Vera merinding. Namun mengangguk patah-patah.
"Ya. Aku...aku gak mau sama tuan yang tua!" jawabnya tergagap.
Leo mengangguk beberapa kali. Sebelum berlari. Vera cepat tanggap, gadis berkulit sawo matang itu berlari menghindari kejaran Leo. Teriakan nyaring, tak mampu menganggu penghuni apartemen lainnya. Berkat ruangan yang kedap suara. Ke duanya terlibat aksi kejar mengejar.
"Yak! Hentikan!" Tegur Vera di sela langkah kakinya.
Leo terkekeh."Tidak akan."
Vera cukup ngeri, takut di apa-apa kan oleh pria tua itu. Meskipun sudah sah menjadi suami istri, Vera sangat takut melakukan sentuhan ringan. Karena tak terbiasa berinteraksi dengan lelaki.
"Hah!" Vera menghembus napas kasar. Kala ke duanya kembali memberikan jarak lima langkah.
Napas ke duanya memburu. Leo tersenyum menyeringai di sela hembusan napas yang memburu. Menatap sang istri dengan tatapan mesum.
"Ayo dong sayang...kita bikin bayi!" ajaknya di sela hembusan napas.
Kepala Vera mengeleng cepat. Tatapan mesum Leo benar-benar membuat Vera bergidik ngeri. Namun akan berbeda jika gadis lain yang ada di hadapan Leo saat ini. Mereka akan terpana menatap manik mata coklat kelam yang dapat menenggelamkan diri. Bulir keringat di ke dua sisi dahi Leo membuat pria itu terlihat semakin terlihat seksi saja. Kebanyakan wanita akan berlari masuk pada pelukan Leo, Vera akan memilih berlari terbirit-birit melihat senyum dan pandangan yang di nilai mesum.
"Dasar Jiraya!!" kesal Vera.
Leo menjilat bibirnya dengan gerakan pelan. Sungguh, Leo tak bermaksud aneh. Pria ini hanya merasa bibir merahnya kering. Namun di salah artikan oleh Vera. Gadis itu terpekik keras kembali berlari. Sial. Leo memaki pelan kala Vera telah mengeluarkan jurus andalannya. Berlari cepat masuk ke dalam kamar.
"Hei!" Teriak Leo di sela kejarannya.
...BRAK!...
Pintu kamar di tutup kasar. Leo mengerang kesal.
"Buka pintu nya! Kita bikin bayi malam ini. Sekali saja!" Ujar Leo menggedor-gedor pintu kamar Vera dari luar.
"Ogah! Sana bikin sama burung mu!" teriak Vera dari dalam.
Leo terkekeh kecil.
"Burung ku tak bisa membuat anak. Dia kan jantan dan lagipula Burung itu bertelur bukan beranak!" balas Leo sebelum teriakan Vera terdengar keras.
Tolong jangan salah paham. Burung yang di bawa-bawa pasangan suami-istri ini, adalah burung Elang besar peliharaan Leo di rumah kediaman Yamato. Burung yang membuat ia dan Vera pertama kali bertemu. Membuat gadis di dalam sana demam selama seminggu karena tak sengaja di tabrak burung Elang milik keluarga Yamato.
Leo tertawa keras mendengar makian seluruh isi kebun binatang dari Vera.
***
Suasana temaram menyapa netra dan aroma Red wine tercium jelas kala pria gagah ini memasuki apartemen mewah milik sang sepupu. Damar mendesah pelan, melihat punggung belakang gadis cantik yang terlihat menegak cairan memabukkan itu. Kaki panjang Damar melangkah cepat tangan besar itu merebut gelas cairan merah itu. Membuat sang gadis merenggut.
"Jangan ganggu aku!" teriak Ana sebal.
Damar melangkah menuju sakelar lampu. Menekan cepat saklar. Cahaya terang mengisi seluruh celah apartemen mahal milik Ana. Damar melangkah menuju dapur mini yang tak jauh dari ruangan tamu. Membuang cairan tak sehat itu. Meletakkan asal gelas mahal. Sebelum melangkah mendekati sofa ruangan tamu. Keadaan Ana selalu kacau. Beberapa botol Red Wine terlihat kosong. Ana tersenyum kosong. Aroma menyengat menyentuh indra penciuman Damar.
"Kau bertengkar lagi dengan paman?" tanya Damar dengan nada berat.
Mata sayu Ana terangkat mengangguk pelan.
"Papa terlalu egois!" jawabnya dengan nada sanggau,"Aku benci papa. Dan aku benci dia yang hidup bahagia. Aku benci dia yang mendapat apapun dengan mudah. Aku benci dia yang mendapat apa yang aku inginkan. Aku ingin miliknya!" crocos Ana tersenyum lebar.
Damar mengeleng pelan. Pria berstatus sebagai Direktur Rumah Sakit sekaligus sebagai Dokter spesialis Jantung ini hanya mampu mengeleng pelan. Damar membantu Ana berdiri dari sofa.
"Tidurlah di kamar!" Ujarnya sembari membantu Ana melangkah. Meskipun gadis cantik itu bergerak pelan.
Bibir merah merekah itu masih saja meracau tak jelas. Mengatakan ketidak sukaan nya. Mengatakan rasa iri nya.
Bruk!
Tubuh langsing itu jatuh di atas tempat tidur. Damar kembali menghembus kan napas kasar. Ana sudah di anggap seperti adik kandung nya sendiri. Gadis cantik ini besar di kediaman Santoso. Tuan William yang sibuk dengan pekerjaan dan selingkuhan nya. Membuat Bibinya itu sering adu mulut. Hingga memindahkan Ana ke rumah besar Santoso. Tidak ada perpisahan antara ke dua orang tua Ana. Mengingat ibu gadis cantik ini sangat mencintai ayah Ana.
"Dasar gadis nakal!" decak Damar sebal. Sebelum menarik selimut hingga batas dada sang sepupu.
Hap!
Pergelangan tangan Damar di cekal. Ke dua mata sayu Ana terbuka. Kamar temaram hanya di temani oleh lampu tidur. Memantul di wajah cantik Ana.
"Bang Damar! Tolong bantu aku mendapat dia, Hem!" Pintanya dengan mata memelas."Aku ingin dia," lanjut nya parau.
Damar tau siapa yang di maksud Ana. Beberapa kali Ana menyodorkan foto pria itu padanya. Namun, Damar merasa itu tak mungkin. Karena pria itu telah menikah dan istri pria itu adalah sahabat Ana sendiri. Hati kecil Damar merasa ini adalah salah.
"Sayang! Kau cantik bisa mendapatkan pria lain. Jangan terlalu memaksa kan kehendak." Ujar Damar sembari melepaskan cekalan tangan Ana pada pergelangan tangannya.
Air mata Ana meleleh. Kepalanya mengeleng kala tangan nya terlepas.
"Tapi aku cinta dia Bang! Aku cinta dia!" ujarnya pedih.
Damar mengulas senyum. Menunduk mengusap puncak kepala Ana. Tanpa kata.
...***...
Diam-diam Vera memberikan pandangan memperingati pada Leo. Ke duanya melangkah masuk ke halaman rumah orang tua Vera. Di sambut hangat oleh ibu Vera dan sang ayah. Hari Minggu ke duanya habiskan mengunjungi rumah ke dua orang tuanya yang bersebelahan.
Ayah Vera dan Leo duduk di ruangan tengah. Sedangkan Vera, gadis itu di tarik oleh sang ibu ke dapur. Membuat minuman untuk Leo dan Bagas.
"Vera!" panggil Siti pelan.
Vera menoleh ke samping. Menatap sang ibu yang terlihat aneh.
"Apa sudah isi?" tanya Siti dengan nada pelan.
Vera mengigit pelan bibir bawahnya. Isi? Yang benar saja. Gadis ini saja tak pernah bisa di sentuh oleh Leo. Bagaimana mau isi.
Siti memicing kan ke dua mata tua nya. Sebelum hembusan napas pelan terdengar. Usapan pelan di punggung belakang Vera membuat Vera meneguk berat air liur nya.
"Tidak apa-apa nak. Seperti nya kamu dan Leo harus kerja lebih keras lagi. Ibumu ini mengerti kok!" Ujar Siti sembari mengangguk pelan.
Vera terkekeh kecil. Rasanya lucu mendengar apa yang di ucapkan oleh sang Ibu.
"Ma! Tu——kak Leo, kurang kuat di ranjang," ujarnya hampir keceplosan memanggil sang suami dengan panggilan tuan. Wajahnya di buat-buat, tak puas.
Bu Siti tersenyum lebar. Dari saku daster milik nya. Satu bungkus Jamu dengan tulisan yang mampu membuat siapa saja tertawa keras.
'Kuat sampai pagi"
Sumpah Vera merasa ke dua sisi bibir nya bergetar ingin tertawa keras.
.
.
.
.
Bersambung....
Mohon dukungan nya dengan cara Rate bintang lima, Like, Vote dan Komentar di akhir ya kakak-kakak....☺️☺️🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!