NovelToon NovelToon

Transmigrasi Panglima Perang

BAB 1

Terdengar dentuman keras di kejauhan, tandanya perang telah dimulai. Ribuan prajurit dari kedua belah pihak berlomba menyerbu medan perang dengan lantang bersorak, mengangkat senjata mereka, siap untuk saling membunuh. Udara semakin panas dengan debu yang beterbangan, menciptakan suasana yang mencekam dan menakutkan.

Di garis depan, seorang panglima muda yang tangguh, mengendalikan pasukannya dengan penuh percaya diri. Wajahnya yang tampan dan garang terlihat semakin tegas saat ia memerintahkan prajuritnya untuk melancarkan serangan ke musuh. Dadanya berdebar kencang, namun ia tak gentar, ia tahu inilah saatnya untuk membuktikan keberanian dan kebijaksanaannya sebagai pemimpin.

Darah segar bercucuran membasahi tanah yang gersang, mengubah warna tanah menjadi merah kecoklatan. Teriakan dan jeritan prajurit yang terluka terdengar menggema di seluruh medan perang, menciptakan simfoni kehancuran yang menyayat hati.

"Cepat! bunuh mereka semua! Pukul mundur para musuh kita!" teriak seorang pria dengan memberi semangat.

Dia adalah panglima perang yang bernama Kingztron Hills, seorang panglima yang gagah perkasa. Dia adalah pemimpin dalam peperangan tersebut.

Setiap kali berperang selalu ia menangkan, sehingga banyak musuh di luar sana takut kepadanya. Untuk kali ini ia bertekad harus menang lagi.

Para bawahannya juga bersemangat berperang, karena para musuh mulai kocar kacir yang menandakan jika mereka sudah dia ambang kekalahan.

Sedikit lagi, peperangan akan selesai dan di menangkan olehnya. Terlihat seulas senyum di bibirnya jika ia akan berhasil dalam perang besar ini.

Saat perang berlangsung, tiba-tiba saja dari belakang seseorang menusuk tubuh Kingztron Hills hingga tembus ke perutnya.

Jlebb!!

Kingztron merasakan sakit yang luar biasa, ia memutar kepalanya dan melihat orang menusuk perutnya itu, dia adalah Dom Hills, Kakak kandungnya Kingztron Hills.

"Dom, kau ...."

"Iya, ini aku," jawabnya dengan senyum yang lebar.

"Kenapa kau lakukan ini?" tanya Kingztron sambil menahan sakit.

"Hahaha, dasar payah! Sebentar lagi peperangan akan selesai, maka hidup mu juga akan selesai sampai di sini!"

"Ke-kenapa? Bukannya aku adalah adik kandung mu? Kenapa kau tega ingin membunuh ku?" Kingztron Hills memegang perutnya yang teramat sakit.

"Heh! Dengar! Aku sudah lama mengincar jabatan panglima perang mu, tapi aku terus bertahan sampai aku punya kesempatan bagus untuk membunuh mu," ucap Dom Hills tertawa lepas.

"Sialan kau! Karena hanya jabatan kau tega membunuh adik kandung mu sendiri! Kau ingin mendapatkan dengan cara licik! Tidak akan ku biarkan! Aku akan membunuh mu!" teriak Kingztron ingin melawan balik.

Tapi sayangnya, tubuhnya tidak bisa bergerak dan terasa berat.

"Hahaha, senjata tajam itu sudah aku lumuri dengan racun yang akan merusak sistem saraf mu, racun itu membuat kau akan mati secepatnya!" ucap Dom Hills tersenyum sinis.

"Dom Hills! Kau benar-benar keterlaluan!Sampai mati pun aku tidak akan memaafkan mu!" teriak Kingztron di mana tubuhnya mulai lemas tak berdaya.

"Siapa peduli dengan maaf mu? Asal kau tahu aku sudah lama menginginkan posisi ini, karena kau tiba-tiba mendapatkan prestasi yang seharusnya menjadi milikku, tapi kau rampas sehingga membuat aku yang hanya menjadi bawahan mu! Aku tidak terima itu! Di saat inilah aku bisa membunuh mu!" teriak Dom Hills penuh dengan dendam.

"Dom Hills, jika kau menginginkan posisi itu aku pasti akan memberikan kepada mu, tapi tidak perlu harus membunuh ku. Kau benar-benar kejam!" cerca Kingztron Hills.

"Jangan membuat aku tertawa Kingztron Hills, kau tidak akan pernah memberi posisi itu kepada ku! Tapi tenang saja, saat kematian mu aku akan memberikan penghormatan terakhir untuk mu. Dan pastinya aku akan menjaga istri ku dengan baik," ucap Dom Hills tersenyum licik.

Ingin rasanya Kingztron Hills membunuh langsung Kakak kandungnya itu, sayangnya tubuhnya tak bisa di gerakkan lagi, darahnya juga banyak keluar, pandangannya juga kunang-kunang.

Dom Hills menarik senjata tajam itu lagi dari tubuh Kingztron Hills membuat ia menjerit kesakitan.

"Hahaha, bagaimana rasanya? Sakit kan? Kalau begitu mati saja kau!" teriak Dom Hills geram.

Dom Hills menancap beberapa kalinya ke tubuh Kingztron Hilss. Kali ini ia menancapnya di punggung hingga tembus ke jantung membuat Kingztron tak berdaya lagi.

Di ambang kematiannya, ia mendengar suara yang sangat familiar. Ya itu adalah suara istrinya yang datang mendekat.

"Sayang, apa dia sudah mati?" tanya Mega istri dari Kingztron datang memeluk Dom.

"Ku rasa begitu," jawab Dom tersenyum puas melihat Kingztron yang sudah terkulai di tanah.

Di sudut matanya ia melihat istrinya sedang bermesraan dengan kakak kandungnya, di sisa satu nafasnya yang terakhir barulah ia menyadari jika selama ini Dom berkhianat, istrinya juga berselingkuh dan mereka bersama-sama merencanakan pembunuhan ini.

Para bawahannya pun juga tak berbuat apa-apa, mereka seolah-olah tidak peduli, tidak ada yang datang menolongnya setidaknya menangisi kepergiannya. Semua adalah pengkhianat!!

"Aku tidak akan memaafkan kalian semua, tidak akan pernah! Akan ku bawa dendam ini hingga aku mati! Jika ada kehidupan selanjutnya maka aku akan membalas kalian semua!"

Perlahan-lahan kesadaran Kingztron menghilang dan kini ia benar-benar sudah tak bernyawa lagi.

Dom Hills mendekati adiknya yang sudah tewas itu dan mengusap wajahnya.

"Tenang saja Kingztron Hills, kematian mu tidak akan sia-sia, namamu akan tercatat dalam sejarah. Tapi yang pastinya aku akan menjadi orang terpandang, bahkan kepala Negara akan menghormati ku," ucap Dom Hills tertawa puas.

**********

Terdengar sayup suara Isak tangis seorang wanita. Bahkan ia merasa tetasan air mata yang jatuh di tangannya.

Dengan susah payah, ia membuka matanya meskipun berat. Ia melihat langit-langit sebuah ruangan yang asing.

"Suami ku! Suami ku! Kamu sudah bangun?" ucap seorang wanita dengan mata sembab.

Ia membuka matanya lebar-lebar dan memandang ke samping, alangkah terkejutnya ia saat melihat wanita asing itu memangilnya sebagai suaminya.

"Kamu ... Kamu siapa?" tanyanya terbelalak.

"Aku istrimu! Kau melupakanku?" tanya wanita itu menaikkan alisnya.

"Hahaha, lihatlah suami payah mu itu, tidak mati malah lupa ingatan. Sepertinya benturan di kepalanya membuat dia menjadi idiot," ujar seorang wanita yang ada di depan pintu tertawa mengejek.

"Tolong kakak jangan katakan seperti itu, suami ku baru saja bangun, kakak malah berkata kasar padanya. Tolong jangan ganggu suami ku," pinta wanita di dekatnya itu memohon.

"Idih! Siapa juga yang mau ganggu pria idiot itu. Justru dia yang menganggu di rumah ini! Dan kau juga, besok adalah hari pertunangan mu dengan Azon untuk menjadi istri ketiganya, jadi inilah terakhir kau bertemu dengan suami idiot mu itu, Jika kau berani kabur maka tamatlah riwayatnya!" ungkap wanita itu dengan mimik wajah penuh ancaman.

"Dari tadi kau terus mengatai ku idiot, ada masalah apa kau dengan ku?" tanyanya geram menatap tajam wanita di depan pintu tersebut.

Wanita itu merasa sedikit gemetar, sebelum ia tak pernah di tatap beringas oleh pria yang selalu ia maki itu, entah kenapa sekarang ia merasa kakinya terpaku di lantai.

"Sudah, lebih baik kakak pergi sana, biarkan suami ku istirahat, dan aku tau apa yang harus aku lakukan!" ucap wanita di dekatnya itu terlihat marah tapi menyimpan kesedihan.

Wanita di depan kamar itu menatap sekilas ke arahnya lalu meninggalkan kamar tersebut.

Ia menarik nafasnya sambil berpikir, ada apa ini? Siapa mereka? Ia benar-benar bingung dengan keadaannya saat ini. Ia melihat ke seluruh tubuhnya dan terkejut karena ia tidak memakai baju panglima perang, melainkan baju lusuh.

Ruangan itu sangat asing baginya, ia tidak pernah melihat ruangan ini sebelumnya. Dan juga tempat yang sangat jauh berbeda dari tempat tinggalnya dulu.

Ia memegang perutnya, tapi itu tidak terasa sakit sama sekali, tapi malah kepalanya yang sakit.

"Apa ini? Kenapa kepala ku yang pusing?" tanyanya tak mengerti. Seharusnya yang sakit itu perut yang di tusuk oleh Abang kandungnya.

"Kepala mu yang sakit? Biar aku pijitin," ucap wanita asing itu ingin memegang kepalanya.

"Tidak apa-apa, katakan saja apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kau bisa begini, siapa aku, siapa kau dan siapa wanita tadi," pintanya.

"Suami ku, nama mu adalah Aztron, aku Zamora, aku istrimu. Yang tadi itu Kakak kandung ku bersama Zezi. Kejadiannya kamu membenturkan kepalamu karena ... Kau sangat sedih setelah tau aku akan menjadi istri ketiga kakak kandung mu, tapi aku lakukan ini demi diri mu agar kau tetap hidup. Maafkan aku yang tidak bisa melindungi mu," ucap Zamora amat sedih.

Zamora sendiri adalah teman saat ia masih kecil, demi bisa melindungi Aztron ia rela menikah dengannya meskipun Aztron sudah menjadi idiot.

Mama dan Kakak kandung Zamora di hasut oleh 2 saudara Aztron untuk membuat Aztron tetap idiot dan tidak ingat tentang ahli waris itu, dengan begitu seluruh harta itu pindah ke tangan 2 saudara kandung Aztron dan keluarga Zamora mendapatkan bagian harta warisan tersebut. Mereka juga berencana membunuh Aztron dalam waktu dekat jika ahli waris itu sudah sah menjadi milik kedua kakak kandungnya.

"Tolong suami ku, tolong ingat aku kembali," pinta Zamora merasa amat sedih bila Aztron melupakan dirinya yang selama ini berjuang untuk melindunginya.

"Biarkan aku pelan-pelan mengingatnya," jawabnya sambil berpikir.

'Aku tadi di bunuh oleh Dom Hills, lalu aku mati, sekarang aku malah berada di kamar asing ini, kenapa seperti ini? Apa aku di beri kesempatan hidup lagi?' batinnya sambil berpikir keras.

Di ingatannya yang lain, ia adalah pewaris yang di tunjukkan oleh Almarhum Papanya untuk memimpin sebuah perusahaan. Tapi malangnya dia mengalami kecelakaan yang di rencanakan oleh 2 saudara kandungnya yang lain demi bisa merebut ahli waris tersebut dan membuat ia menjadi idiot.

"Lalu ini tahun berapa?" tanya Aztron.

"Tahun 2024," jawab Zamora.

"Apa!" Aztron terkejut.

Ya, di tahun yang sama, itu berarti Dom Hills dan istri pengkhianatnya itu masih hidup.

'Jadi jiwa ku pindah ke tubuh ini?" tanyanya melihat seluruh tubuhnya.

Kini barulah ia mengerti jika ia berpindah tubuh, dan malangnya ke tubuh pria idiot.

'Lihat saja kalian! Aku akan mencari kalian dan membalaskan dendam ini, karena aku di beri kesempatan hidup lagi maka aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku, aku akan hidup dengan diriku sendiri dan hanya percaya pada diri sendiri saja. Aku tidak akan pernah berbaik hati seperti kehidupan ku yang sebelumnya, aku harus bangkit,' batin Aztron menggenggam erat tangannya.

'Sekarang aku hidup di sini sebagai suami Zamora, perlahan-lahan aku akan mencari tahu di mana Dom Hills dan Mega. Yang harus aku lakukan adalah menyelesaikan masalah yang ada di depan mata, mengahadapi orang-orang yang menyakiti tubuh Pewaris ini dan membalaskan dendamnya,' batin Aztron penuh keyakinan.

BAB 2

"Jadi bagaimana perasaan mu saat ini Suami ku?" tanya Zamora.

"Aku baik-baik saja sekarang, tidak perlu mengkhawatirkan aku," ucap Aztron.

"Oh baiklah." angguk Zamora yang tidak ingin terlalu banyak bicara.

Aztron pun turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya yang di bantu oleh Zamora dengan memegang tangannya.

Saat ini yang harus di lakukan adalah mencari informasi bagaimana Dom Hills dan Mega saat ini.

Saat itu terlihat mertua yang bernama Zila dan Kakak iparnya, Ziza yang sedang menonton TV.

Saat itu mereka sedang menonton sebuah berita besar.

Tentang kematian Panglima Perang yang sangat di hormat itu mati di Medan perang.

Suasana sangat menyedihkan, semua orang mengantar kepergian dan memberi penghormatan terakhir untuknya.

Terlihat 2 orang sedang berdiri menangis yang membuat hati Aztron marah dan penuh dendam melihat wajah pengkhianat itu pura-pura menangis.

Mega bersimpuh di malam Kingztron sambil memegang batu pusaranya.

"Suami ku yang tercinta, selamat jalan. Selamat jalan untuk selama-lamanya, aku benar-benar tidak menyangka kau pergi begitu saja dengan membawa nama yang terhormat hingga kau mati. Jasa mu akan di kenang selalu dan abadi di hati semua orang. Semoga kau damai di sana, aku sudah ikhlas menerima kepergian mu. Kau adalah pahlawan," ucap Mega sesenggukan.

Aztron menggenggam tangannya erat saat melihat berita di TV tersebut.

"Ya, saya mewakili sebagai kakak kandungnya ingin meminta maaf sebesar-besarnya atas kesalahan yang pernah ia lakukan semasa hidupnya," ucap Dom Hills.

"Sial! Dia bilang aku pernah melakukan kesalahan demi untuk menutupi kesalahannya dengan cara menjelekkan aku?! Aku tidak akan melepaskan mu Dom Hills dan Mega!" ucap Aztron gusar.

Dan saat itu juga, jabatan Panglima Perang di berikan kepada Dom Hills, berhubungan Kingztron Hills gugur, sebagai penggantinya Dom Hills mendapatkan jabatan itu. Karena Dom Hills juga ikut berperang.

"Dom Hills, aku sengaja memberikan jabatan ini di makam Kingztron Hills karena aku yakin jika Kingztron Hills sangat bangga kepada mu dan jika dia punya sisa nafas terakhir ia pasti setuju dengan keputusan ku ini. Tolong jaga amanat panglima perang ini untuk Kingztron Hills sebagai tanda penghormatan terakhirnya," ucap kepala Negara tersebut sambil menepuk pundak Dom Hills tersenyum.

Semua prajurit hormat sebagai tanda jika mereka akan mengikuti keputusan kepala Negara.

"Terima kasih kepada Negara, amanah ini akan ku genggam dengan tangan ku hingga sampai darah terakhir sekali pun atas pengorbanan adikku yang tercinta. Aku bersumpah seumur hidupku tidak akan mengkhianatinya," tegas Dom Hills menggenggam erat tangannya dan mengangkat tangannya ke atas.

Dom Hills melihat ke arah Mega yang saat itu matanya sembab, Mega membalas senyuman Dom.

Mereka memang tersenyum haru, tapi sekilas mereka tersenyum licik dan Aztron menyadarinya.

Zamora tidak mengerti kenapa suaminya terlihat gusar saat melihat berita itu.

"Suami ku, mari kita makan, kau pasti lapar kan?" Tanya Zamora.

Mendengar suara Zamora, Zila dan Zezi melihat ke arahnya.

"Oh, sudah bisa keluar dari kamar rupanya ya? Sekarang kau pergi sana ke dapur, banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan!" perintah Zila Mama Zamora sambil bercekak pinggang.

"Tolong Mama, jangan suruh Aztron bekerja, dia baru saja ...."

Aztron menghalangi Zamora dan maju ke depan.

"Itu bukan pekerjaan ku, tapi pekerjaan kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian semena-mena terhadapku mulai hari ini, tidak akan pernah!" tukas Aztron tegas.

"Heh! Kau berani menjawab rupanya? Sudah pandai melawan? sepertinya kau tidak mati dan malah makin berani. Kau minta di pukul ya!" ucap Zila geram dan ia mendatangi Aztron dan mengangkat tangannya memukul ke arah Aztron.

"Mama jangan!" teriak Zamora ingin melindungi Aztron karena selama ini memang ia adalah pelindung bagi Aztron.

Tapi Aztron refleks menarik tangan Zamora agar ia tetap di belakang.

Aztron menangkap tangan Zila dan menggenggamnya erat.

"Aduh! Aduh! Aduh sakit! Lepaskan!" teriak Zila Kesakitan.

"Hey lepasin Mama!" teriak Zezi yang juga ingin memukul Aztron.

Aztron menendang perut Zezi hingga ia jatuh ke lantai.

"Dengar! Aku tidak akan berbaik hati pada orang yang sudah menyakiti ku! Aku tidak akan melepaskannya termasuk keluarga ku sendiri karena mereka sudah menyakiti ku! Aku akan buat kalian sengsara dengan ulah kalian sendiri!" ucap Aztron geram dan terus menggenggam tangan Zila.

Zila benar-benar kesakitan, rasanya tulang jarinya seperti di remukkan oleh Aztron.

"Sialan! Kau ingin mematahkan tangan ku! Cepat lepaskan!" pekik Zila.

Aztron menarik tangan Zila lalu mendorongnya dengan kuat hingga kepalanya membentur sofa.

Duakkkkkk!

"Akhhhhhhhhh!" teriak Zila merasakan sakit di kepalanya dan matanya mulai kunang-kunang.

"Mama!" teriak Zezi bangun dan berlari dan menghampiri Zila.

"Bawa aku ke keluarga ku! Aku ingin melihat tikus-tikus itu bagaimana mereka saat ini sedang tertawa," ucap Aztron kepada Zamora.

"Tapi kan kamu baru saja bangun, bagaimana jika nanti mereka melukai mu," ucap Zamora khawatir.

"Tidak apa-apa, aku sudah sembuh. Mereka tidak akan bisa melukai ku," jawab Aztron dengan mata yang penuh keyakinan.

"Baik, apa pun yang terjadi pada mu, aku akan melindungi mu," ucap Zamora menguatkan dirinya meski ia tahu jika mereka mencari maut.

Baru saja ingin beranjak, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki beberapa orang masuk ke dalam rumah tanpa permisi.

"Di mana calon tunangan ku, aku ingin menjemputnya?" Tanya seorang pria datang dengan langkah lebar.

"Tuan Azon, selamat datang," ucap Zezi yang langsung berdiri dan membungkukkan badannya memberi hormat.

"Oh, kau sudah bangun rupanya? Kenapa tidak mati?" Tanya Azon kini berdiri yang berhadapan langsung dengan Aztron.

"Jika aku mati maka kau bisa semena-mena atas wasiat Papa," jawab Aztron dengan beraninya.

Azon menekuk alisnya merasa aneh dengan ucapan Aztron yang sudah beberapa tahun ini tiba-tiba berubah.

Biasanya ia hanya bisa bersembunyi di belakang Zamora dan ketakutan seperti anak kecil.

Tapi tidak saat ini, dari matanya memancarkan kepercayaan diri dan ketegasan yang sudah lama tidak ia lihat.

"Oh, kau berani bicara seperti itu pada ku rupanya? Dengar! Aku ke sini untuk menjemput tunangan ku, dan kau akan melihat acara bahagia kami dalam keadaan terluka! Cepat pukul dia sampai kembali idiot lagi!" perintah Azon.

Pengawal itu ingin menarik tangan Zamora, tapi di halangi oleh Aztron.

"Jika kalian berani menyentuhnya maka kau akan mati!" seru Aztron membelalakkan matanya.

"Usah pedulikan dia, cepat bawa Zamora pergi dan pukul dia hingga tersisa nafas terakhir untuk melihat acara ku nanti!" titah Azon lagi.

Pengawal itu pun ingin mengambil Zamora lagi, dengan cepat tangan Aztron menarik tangan pengawal itu memutarnya lalu menghempaskan ke lantai.

Bruukkk!

"Akhhhhhhhhh!" pengawal itu merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya.

Pengawal yang lain juga datang menyerangnya langsung, Aztron tak membuang waktu, ia pun menghabisi para pengawal itu sekali tendangan.

Mereka terjatuh dan Aztron memukul mereka hingga babak belur.

Azon terbelalak melihat Pengawalnya di pukul dengan cepat.

"Kau ... Kau ...." Azon menujuk ke arah Aztron dengan membelalakkan matanya.

"Sekarang giliran kamu lagi! Katakan kau ingin di pukul bagian mana?" tanya Aztron berjalan mendekati Azon.

Sedangkan Azon ketakutan dan mundur kebelakang.

"Kau jangan mendekat! Atau kau akan ku tembak!" teriak Azon mengambil senjata apinya dari balik bajunya dan menodong ke arah Aztron.

Aztron tetap mendekat lalu memegang senjata yang di pegang oleh Azon lalu menarik pelatuknya.

"Heh! Ini adalah mainan ku, kau bahkan tidak mengisi pelurunya," ucap Aztron tersenyum sinis lalu mengambil senjata api itu dan meremukkannya.

Azon bertambah terbelalak, terkejut dan panik.

Tanpa pikir panjang lagi, Aztron menarik tangan Azon lalu memukul wajahnya.

Bukkk!

Pukulan yang sangat keras itu membuat giginya copot dan ia terjatuh kelantai.

"Kau ... Kau akan menerima akibatnya, karena Kakak besar tidak akan melepaskan mu! Dia ... sudah pernah membuat mu idiot, berarti dia juga bisa membuat kau idiot lagi!" ucap Azon kesakitan sambil memegang mulutnya.

Aztron hanya menatapnya sekilas. Sepertinya Kakak besar yang di sebut Azon itu bukan orang biasa, mungkin ia harus punya kekuatan yang lebih kuat lagi untuk menghadapinya.

"Ayo kita pergi, aku ingin melihat seperti apa Kakak besar itu," ucap Aztron dengan tatapan tajam.

BAB 3

Mereka pun keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil Azon.

"Hey! jangan bawa mobil ku!" teriak Azon.

Tapi Aztron tak peduli dan terus melajukan mobilnya.

Zamora menjadi bingung, sejak kapan Aztron bisa membawa mobil, sejak ia idiot bahkan sepeda tidak bisa ia bawa.

Mobil terus melaju, arah tujuan mereka pun di beri tunjuk oleh Zamora.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar 25 menit itu mereka pun sampai di rumah besar dan mewah.

"Tetaplah di mobil dan jangan keluar," pesan Aztron kepada Zamora.

"Tapi ...."

"Sudah, turuti saja apa kata ku, ini demi kebaikan kamu!" ucap Aztron.

Zamora mengangguk dan menurut saja.

Aztron ingin masuk ke dalam rumah tersebut. Tapi mereka malah di tahan oleh penjaga di pintu pagar.

"Kamu tidak boleh masuk!" ucap petugas itu menghadangnya.

"Aku adalah ahli waris rumah ini, kalian ingin menghalangi ku?" Tanya Aztron.

"Sebentar lagi kau bukan ahli waris, ahli waris itu sudah berpindah kepada Tuan besar," jawab mereka.

"Heh! Seharusnya pekerja tetaplah jadi pekerja. Jangan ikut campur masalah keluarga ini!" tukas Aztron.

"Heh! Siapa peduli, karena kami yang di pekerjakan oleh Tuan besar maka kami harus mengikuti ucapannya!" tegas mereka.

"Ah, aku tidak peduli, kalian mau di pekerjakan oleh siapa, aku mau masuk," ucap Aztron masuk begitu saja ke dalam pekarangan rumah mewah itu.

"Hey! Berhenti kamu! Kamu tidak di izinkan untuk masuk ke dalam!" teriak penjaga itu yang langsung ingin memukul Aztron dengan pentungannya.

Aztron menangkap pentungan itu dan menahannya dengan kuat. Tiba-tiba saja ia mematahkan pentungan itu menjadi dua.

Krak!!

"Apa!" penjaga itu terbelalak.

Aztron menendang penjaga itu hingga terjatuh, ia menarik kerah baju penjaga itu lalu menghantamnya kepalanya dengan kuat.

Bak! Buk!

Bak! Buk!

Karena pukulan Aztron yang kuat membuat penjaga itu pingsan.

Aztron pun menuju dan masuk ke dalam rumah tersebut lagi-lagi di halangi oleh beberapa penjaga.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya pengawal dengan pakaian jas hitam lengkap.

"Aku mau masuk," Jawa. Aztron.

"Tidak bisa, orang yang tidak berkepentingan di larang masuk," jawab pengawal itu.

"Bukan urusan mu? panggilkan Tuan besar mu itu," ucap Aztron.

"Ini adalah urusan kami juga karena dia adalah Tuan kami. Kamu yang hanya manusia idiot tidak ada hubungan dengan keluarga ini lagi. Jadi lebih baik kamu pergi sebelum kami yang memaksa mu pergi!" tukas pengawal itu.

"Apa kau bilang? Aku adalah ahli waris tempat ini kalian malah tunduk pada pencuri! Kalau begitu kau juga harus menerima akibatnya," ucap Aztron menarik tangan pengawal itu lalu menghempaskan ke lantai lalu menginjaknya.

Sedangkan pengawal yang satu lagi menyerang ke arah Aztron, dengan cepat Aztron menghindar lalu memukul pengawal itu ke arah perutnya.

Duakkkkkk!

Brukkkkk!

Pengawal itu terjatuh dan Aztron langsung menghantam wajahnya hingga hidungnya berdarah.

Plok!

Plok!

Plok!

"Bagus, sangat bagus!"

Tiba-tiba seorang pria yang pakaian mukodo bertepuk tangan lalu duduk di sofa sambil tersenyum sinis melihat ke arah Aztron.

'Oh, jadi dia adalah Tuan besar yang mereka katakan tadi, dia pasti adalah Kakak tertua dari keluarga ini, bisa jadi dia adalah otak pencurian ini,' batin Aztron.

"Kau datang ke sini mau apa?" Tanya Pria itu mengangkat alisnya sambil tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!