NovelToon NovelToon

Bertahan Sakit Berpisah Sulit

1. Tatapan Dingin.

Dear Diary.

Hari ini, 9 tahun sudah kepergian Mama. Dalam kepedihan dan kehilangan ku, aku bersyukur kak Adrian selalu mendampingi... memberiku kekuatan meski tulang-tulang ini telah rapuh dan tubuh ini sering tak berdaya. Kak Adrian mengatakan, aku persis terlihat seperti seekor anak itik yang telah kehilangan induknya, itu lah aku...

Di usiaku ke 17 tahun, tepat di hari ulang tahunku... Mama menghembuskan nafas terakhirnya.

Sakit? Mungkin iya... secara fisik Mama sakit kanker hati stadium akhir, namun aku tahu sakit Mama dikarenakan mental Mama yang telah menderita selama bertahun-tahun lamanya.

Oleh... pengkhianatan Papa ku!

Suatu hari saat usiaku 8 tahun, Papa membawa anak kecil perempuan berusia 5 tahun dan mengatakan dia adalah adikku.

Setelah hari petaka itu, Mama ku menjadi pendiam. Mata bersinarnya dan wajah ceria Mama meredup, bagai seonggok daging tanpa jiwa yang hanya berusaha untuk tetap hidup demi aku... Putrinya.

Disini lah aku merasa bersalah pada Mama, harusnya Mama meminta berpisah dari Papa... namun aku tahu, demi aku... Mama bertahan dengan mendekap erat rasa sakit dan penderitaannya seorang diri.

Akhirnya tepat 9 tahun kemudian, Mama menyerah. Mama meninggalkan ku....

Sejak kematian Mama, perhatian Papa hanya tertuju pada istri keduanya dan putrinya yang lain yaitu adik tiriku. Ayahku menamainya, Calista Bagasditya... nama belakang yang sama denganku.

Setelah kematian Mama, aku semakin kesepian namun selalu terisi oleh kehangatan dan perhatian dari Kak Adrian. Dia adalah putra dari seorang Manajer kepercayaan di Perusahaan Papa, kami bahkan bersekolah di sekolah yang sama.

Lantas... kami berdua harus berpisah setelah lulus SMA, satu tahun setelah kematian Mama... Di usia kami ke-18 tahun.

Papa-ku menyekolahkan Kak Adrian ke luar negeri, tepatnya ke Aussie... kota Melbourne. Papa mampu melihat potensi kepintaran dari sosok Kak Adrian, hingga Papa menganggap Kak Adrian seperti putranya sendiri dan sudah merancang masa depan untuk Kak Adrian di Perusahaan nantinya... karena Papa tidak mempunyai anak laki-laki.

Sampai akhirnya... Kak Adrian dan aku selalu berkomunikasi melalui LDR. Namun sudah hampir dua tahun, aku bahkan tidak bisa berkomunikasi lagi dengan laki-laki yang aku cintai sejak dia merangkul tubuhku memberi kehangatan disaat Mama tiada.

Ya, aku mencintai Kak Adrian. Sangat mencintainya...

Kini, 8 tahun kemudian... Kak Adrian akhirnya pulang ke tanah air dengan membawa segudang prestasi dan Papa sudah menyiapkan posisi di Perusahaan untuk Kak Adrian.

Hari ini adalah hari kepulangannya... aku begitu nervous. Meski beberapa kali Kak Adrian pulang ke tanah air saat liburan, namun sudah dua tahun ini... dia bahkan tidak pernah pulang lagi dengan alasan segala kesibukannya.

Bagaimana ini? Lututku gemetaran...

Sudahlah, aku akan bersiap dulu. Memakai gaun terindah dan mengurai rambutku. Aku masih ingat, Kak Adrian pernah mengatakan padaku... aku sangat cantik jika rambutku terurai.

^^^My Diary_ 27 September 2022.^^^

Alina menutup buku diary-nya yang sudah ia tulis sejak SMA kelas X. Sudah hampir 11 tahun perempuan itu menulis di buku harian miliknya. Ya, meski di era modern dengan segala teknologi majunya, perempuan yang kini berusia 26 tahun dan akan berulang tahun 2 bulan lagi itu... nyatanya masih menulis tentang kesehariannya dalam sebuah buku diary dengan sampul merah muda. Itu bukanlah sebuah hobi bagi Alina, dia hanya ingin mencurahkan seluruh isi hatinya pada kertas polos lantas berwarna dengan tintanya.

Bibir perempuan cantik itu tersenyum, membayangkan akan pertemuannya dengan laki-laki yang sangat dicintainya itu sebentar lagi.

Ya, Papanya Agra Bagasditya mengajaknya menjemput Adrian ke bandara.

Sekitar 30 menit, Alina bersama sang Ayah sudah sampai di Bandara tanpa kedua orang tua Adrian.

Deg

Deg

Jantung Alina bertalu-talu dengan hebat, wajah itu... wajah tampan lelaki yang dicintainya selama 9 tahun lamanya tersenyum seraya berjalan ke arah Alina dan Agra dengan menarik sebuah koper.

Alina membalas senyuman Adrian, namun saat mereka kini bertatapan Alina menyadari jika senyum Adrian nampak kaku terkesan dipaksakan.

'Ada apa dengan Kak Adrian?'

Pikiran Alina berkelana, harusnya lelaki itu tersenyum penuh rindu padanya. Sudah 2 tahun mereka berdua tidak pernah bertatap wajah serta bertukar kabar meski melalui ponsel atau komunikasi lainnya.

"Sehat, Tuan Agra?" dengan senyumnya, Adrian menyalami Ayah Alina.

"Sehat, dong! Apalagi calon mantu saya akhirnya pulang, bisa langsung membantu saya mengurus perusahaan." Agra memeluk tubuh Adrian dengan wajah puas.

Namun lain lagi dengan wajah Adrian, mata lelaki berusia sama dengan Alina itu menatap dingin pada Alina.

Alina merasa kebingungan melihat tatapan penuh benci dari Adrian yang dulunya penuh kehangatan. Apalagi mendengar kata calon menantu dari mulut Ayahnya, apa sang Papa akan menikahkan Adrian dengan adik tirinya, Calista?

Namun kenapa Adrian seakan membencinya?

Kemana perginya laki-laki yang dulu menatap hangat padaku, kenapa ekspresi wajahnya seperti marah dan menatapku dingin...?

Next___

Semoga suka 🫶 Like dan Komen ditunggu...

2. Terbawa Perasaan.

Kediaman Bagasditya.

Makan malam demi menyambut kedatangan Adrian terkesan ramai, Agra sudah mengundang kedua orang tua Adrian beserta keluarga inti calon menantunya itu. Begitu pun dengan keluarga Agra, ada istri keduanya serta Calista.

"Pak Agra, sekali lagi kami ucapkan terimakasih atas semuanya. Anak kami akhirnya bisa menyelesaikan kuliah nya dengan bantuan dari Anda." Ujar Ayah Adrian.

"Saya sudah bilang kan, masa depan Adrian adalah masa depan ku juga. Dia sudah menjadi calon menantu incaranku sejak lama, potensi Adrian sudah terlihat sejak dia sekolah SMA." Agra menepuk-nepuk bahu Adrian yang memang duduk di samping lelaki paruh baya itu.

Kedua orang tua Adrian tersenyum, mereka tentu saja tidak keberatan dengan ungkapan dari Agra yang ingin menjadikan Adrian menantunya.

Namun Alina duduk dengan gelisah, perasannya begitu buruk sejak pulang dari bandara. Bahkan sampai saat ini, Adrian selalu saja membuang wajah dan tak ingin menatap matanya seolah lelaki itu enggan melihat wajah Alina.

"Jadi, Pak Agra. Sebenarnya Adrian mau dinikahkan dengan putri Bapak yang mana?" tanya Ayah Adrian.

"Tentu saja dengan Alina, mereka sudah bersama sejak SMA. Benar bukan, Alina?" Agra menatap putri sulungnya.

"A-apa?" jawab Alina terbata-bata, dia memang tidak mengerti perkataan sang Ayah, bahkan tidak ada pembicaraan apapun dari sang Papa padanya.

"Bukankah kalian berdua sudah mempunyai hubungan sejak SMA? Kamu berkata pada Papa, kamu sangat mencintai Adrian. Kamu sangat menginginkan pernikahan ini," Agra menelisik wajah putrinya.

Ya Tuhan jadi Papa masih mengingat ucapanku dulu? Tetapi, aku bahkan belum pernah mendapat jawaban dari Kak Adrian sejak aku mengungkap cintaku padanya 2 tahun lalu? Tunggu...! Apa karena aku mengungkapkan cintaku, Kak Adrian sengaja memutuskan komunikasi kami. Apa Kak Adrian tidak mencintaiku dan dia akhirnya menjauhiku sejak 2 tahun lalu?

"Alina!"

"Pa-pa, bolehkah Alina bicara dengan Kak Adrian berdua saja?"

"Tentu saja, pergilah bersama putriku... Adrian."

Adrian seperti kerbau dicucuk hidungnya, menurut dan pergi bersama Alina menjauh dari ruang makan.

Dengan saling terdiam, keduanya menuju taman bunga indoor di rumah Alina. Sebuah ruangan taman kecil dengan bunga-bunga, tempat favorit sang Ibu dan Alina jika sedang mendapatkan beban pikiran.

Alina membuka pintu taman, masuk ke dalam. Di dalam disediakan meja bundar kecil serta kursi-kursi terbuat dari kayu. Perempuan itu berjalan ke arah bunga Peace Lily putih, bunga kesayangan sang Mama.

Alina berjongkok, posisinya membelakangi Adrian.

"Kak Adrian masih ingat bunga ini? Bunga yang melambangkan kedamaian, kepolosan, kemurnian, penyembuhan serta harapan." Ujar Alina dengan suara lembut. "Aku dan Mama sangat menyukai nya, karena bunga ini adalah calm the heart and mind."

"Aku nggak punya banyak waktu, Alina! Jadi berhenti lah bicara hal yang nggak penting! Bicaralah yang ingin kau katakan, jangan bertele-tele...!" suara Adrian terdengar tidak sabar dan terkesan acuh tak acuh.

Jadi sekarang aku udah benar-benar nggak penting buat kamu?

Alina tersenyum getir, angan-angan kebahagiaan ketika bertemu kembali dengan Adrian menguap begitu saja. Mengenal dekat sosok Adrian selama hampir 10 tahun, kurang lebih Alina mengerti sikap Adrian yang ditunjukkan padanya saat ini.

"Tentang pernikahan yang Papa katakan__"

"Itu adalah keinginan mu, kan?! Kau yang meminta pada Papa mu untuk menikahkanmu denganku! Aku tidak mengira, kau adalah perempuan egois, Alina! Karena memikirkan perasaan mu sendiri, kau ingin menjeratku dan mencekik ku dengan pernikahan ini...! Kau bahkan tidak ingin tau bagaimana perasaanku! Kau masih saja anak manja seperti dulu, yang harus mendapatkan sesuatu yang kau mau...!"

Tes!

Setetes air mata jatuh dari mata Alina, dengan sigap wanita itu mengusapnya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan Adrian, dia tidak ingin lagi disebut anak manja seperti yang dikatakan Adrian padanya barusan. Itu sungguh melukai hatinya, Alina tak menyangka Adrian akan berkata begitu tega padanya.

Alina memejamkan mata menghirup harum aroma dari bunga Lily, seolah sedang menenangkan hatinya setelah disakiti oleh perkataan kasar dari mulut Adrian. Dia bahkan tidak bisa marah pada lelaki itu, lelaki yang pernah menjadi penghangat dan cahaya di masa-masa hidup suramnya.

Setelah merasa tenang, Alina berdiri kemudian berbalik menatap wajah Adrian dengan tersenyum.

"Maaf, kalau aku masih menjadi beban kak Adrian."

"Kalau begitu, katakan pada Papamu jika kamu tidak menginginkan lagi pernikahan ini. Katakan pada Tuan Agra, kamu tidak mencintaiku!"

"Kenapa tidak kak Adrian saja yang menolaknya?"

"Aku? Kau pikir aku mampu menolak permintaan di dari Ayahmu! Aku masih punya wajah dan malu, Alina! Selama ini aku dan orang tuaku hidup dari kebaikan Ayahmu...! Lantas, saat Papamu menelepon ku dan memintaku pulang untuk segera menikah dengan mu... aku bisa menolak? Tidak, Alina! Aku tidak bisa..."

Alina masih tersenyum menyembunyikan rasa sedihnya, sebisa mungkin dia ingin menyembunyikan rasa sakit hatinya.

"Kak aku__"

Kriggg..

Suara dering ponsel dari kantong celana Adrian terdengar, lelaki itu merogoh ponsel lantas mengangkat panggilan setelah tahu siapa yang menelepon.

"Ya, sayang. Aku sampai dua jam lalu di Indonesia, kamu sudah pulang kuliah?"

Sayang?

Akhirnya Alina mengerti kenapa Adrian sangat marah akan dinikahkan dengan dirinya, lelaki itu tidak mencintainya seperti dia mencintai Adrian selama ini. Lelaki itu sepertinya sudah mempunyai kekasih, wanita yang sangat beruntung bisa mendapatkan lelaki seperhatian Adrian.

"Ya, iya sayang. Aku nggak akan telat makan, kamu juga ya. I love you... jaga dirimu."

Tutttt

Tak lama Adrian memasukkan lagi ponsel ke dalam kantong celananya, dia mendekati Alina. "Kau sudah dengar barusan kan, aku sudah mempunyai kekasih. Kami sudah berhubungan selama tiga tahun ini, jadi saat kamu mengakui mencintaiku 2 tahun lalu... aku sengaja menjauh dengan memutus komunikasi kita. Harusnya saat itu, kamu mengerti!"

Nyes!

"Begitu, jadi karena kak Adrian udah punya kekasih... kamu menjauhiku. Kenapa tidak mengatakan secara langsung padaku atau kamu menolak cintaku saja saat itu? Kenapa harus memutuskan komunikasi tanpa mengatakan apapun? Bukankah dengan begitu, kak Adrian malah memberiku harapan?"

"Alina! Please...! Sekarang, jangan malah memojokkan aku seolah-olah aku lah yang bersalah dengan perasaan mu yang berharap padaku. Harusnya kamu jangan bodoh...! Saat seorang lelaki memutus komunikasi, itu artinya lelaki itu tidak ingin lagi berhubungan dengan mu!"

Aku memang bodoh! Hahaha! Alina... kau sungguh bodoh! Mencintai lelaki yang tidak pernah mempunyai rasa padamu!

"Sedikit saja, apa kak Adrian pernah mencintaiku atau menyukaiku?"

"Alina... selama ini, aku hanya menganggap mu putri dari atasan Ayahku. Jika bertanya tentang hubungan yang lebih dekat, aku menganggap mu sebagai adikku... hanya itu!"

Alina tersenyum miris, menertawakan dirinya sendiri yang terbawa perasaan atas semua perhatian dan kehangatan Adrian selama ini padanya.

"Jadi selama ini... aku hanya mencintai seorang diri, tanpa balasan sedikit pun darimu?"

"Ya! Kau terlalu terbawa perasaan mu sendiri, Alina. Sepertinya kau salah mengartikan kedekatan ku denganmu, kau tidak bisa membedakan mana hubungan dekat sebagai saudara dan dekat sebagai lawan jenis."

Alina mengangguk pedih, tanpa mengatakan apapun lagi wanita itu melewati tubuh Adrian menuju keluar dari taman untuk menemui sang Ayah dan membatalkan rencana pernikahan.

"Tunggu!"

"Ya." Jawab Alina tanpa berbalik dan masih memunggungi Adrian.

"Jangan tunda-tunda lagi, Papamu sengaja mengundang seluruh keluarga ku untuk menentukan tanggal pertunangan dan pernikahan kita. Segera bicara pada Papamu sekarang juga!"

"Oke, aku akan memberikan apa yang kamu mau... Adrian." Jawab Alina dengan suara dingin, bahkan dia hanya memanggil Adrian tanpa embel-embel kakak di depannya.

Adrian tertegun, mendengar suara dingin Alina... jantung lelaki itu tiba-tiba tersentak nyeri.

3. Pernikahan Hanya Diatas Kertas.

Brakkkk!

Mendengar permohonan dari Alina, Papanya melempar barang di atas meja ke lantai. Lelaki itu mengamuk, dengan rahang mengeras.

"Katakan sekali lagi, Alina?! Kau apa? Kau ingin membatalkan rencana pernikahan ini?"

"Pah! Aku baru hari ini mendengar tentang rencana pernikahan ku dengan Adrian...! Kenapa Papa nggak pernah membicarakan nya dengan Alina? Aku juga berhak menentukan hidupku sendiri, Pah!"

"Diam...! Kau tidak bisa lepas tangan Alina, ini juga karena perkataan mu yang mengaku mencintainya! Papa sudah merencanakan pernikahan kalian sejak Papa mengirimnya kuliah ke Aussie...! Dia akan menjadi menantu Papa dan membantu Papa di perusahaan! Kau pikir untuk apa Papa bersusah payah menguliahkan dia ke luar negeri! Hah....! Kau pikir Papa sudi membuang-buang uang jika tidak ada keuntungannya! Kau pikir Papa ini seorang dermawan!"

"Oohh, jadi selama ini Papa enggak pernah ikhlas memberikan uang Papa pada Adrian dan kedua orang tuanya! Jadi Papa mengharapkan imbalan...! Papa sama saja menjual ku demi keuntungan Papa sendiri!"

"Cukup, Alina! Jangan berani menghancurkan rencana yang sudah Papa siapkan selama bertahun-tahun ini...! Jika kau tidak mau menikah dengan Adrian, Papa akan menikahkan Adrian dengan adikmu! Bagi Papa, yang terpenting Adrian menjadi menantu Papa...!"

"PAPA...!"

"Kalau Adrian tidak menikah dengan salah satu putri Papa, maka hidupnya juga keluarganya akan menderita! Papa akan memecat Ayahnya dari perusahaan, kemudian Papa akan menarik segala fasilitas dari mereka. Mobil, rumah, akomodasi lainnya. Bahkan Papa akan menjegal langkah Adrian saat dia ingin melamar pekerjaan di luaran sana dan akan Papa pastikan setiap lamaran bekerjanya akan ditolak! Dia akan menjadi pengangguran seumur hidupnya...!"

Brukkk

Tubuh Alina limbung ke lantai, tak ada lagi tenaga untuk melawan saat mendengar ancaman dari sang Papa yang mampu membuat hidup lelaki yang dicintainya akan menderita seumur hidup.

"Pah... Alina mohon... Lepaskan Adrian. Cari calon menantu lain, Alina janji akan menikah dengan pilihan Papa demi keuntungan Papa. Asal jangan ganggu Adrian dan keluarga nya..." mohon Alina demi lelaki yang bahkan mengatakan dirinya adalah wanita bodoh dan berkata tidak mempunyai perasaan sedikit pun padanya.

"Tidak! Papa hanya menginginkan Adrian! Sekarang Papa akan meminta Adrian melamar adikmu, Calista."

Setelah mengatakan keputusan nya, Agra melangkah menuju keluar dari ruang kerja miliknya.

"Baiklah, aku akan menikah dengan Adrian..."

Akhirnya Alina menyanggupinya, meski dia tahu Adrian akan sangat membencinya karena keputusan nya itu. Tidak mengapa, dibenci seumur hidup oleh lelaki yang dia cintai itu lebih baik daripada harus melihat Adrian dan keluarga lelaki itu menderita karena ulah Papanya.

Agra tersenyum, mendekati putri sulungnya mengusap pelan kepala Alina. "Bagus, ini baru putri Papa."

"Pah... Adrian tidak menginginkanku, dia tidak mencintaiku. Adrian sudah mempunyai kekasih."

"Hiraukan saja! Dengan kau menyodorkan tubuhmu setelah menjadi istrinya, dia akan luluh padamu. Seorang lelaki... cintanya akan kalah oleh naff su dan has_rattnya." Ujar Agra dengan enteng.

"Seperti cinta Papa pada Mama, kalah oleh naff su Papa pada wanita Jallangg itu!"

"Alina! Sudah berapa kali Papa bilang, jangan panggil Ibu tirimu jallaang...! Kau!"

Agra mengangkat tangan lantas menampar pipi Alina.

PLAKKKK

"Akh!" Alina berteriak sakit, dia lantas menggigit bibirnya agar tak menangis.

"Ingat! Kalau kau gagal menikah dengan Adrian, jangankan membuat pemuda itu miskin dan menderita... bahkan Papa mampu merenggut nyawanya! Dan jaga mulutmu... jangan pernah menghina istriku lagi!"

Agra pun pergi meninggalkan Alina yang akhirnya tidak bisa menahan rasa sakitnya. Perempuan itu menangis begitu pilu, kini bahkan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi sandaran nya. Adrian lah satu-satunya orang yang perduli padanya, namun kini... lelaki itu pun sudah menjauh, bahkan Alina tak bisa menggapainya lagi.

"Mama... kenapa Mama nggak bawa aku pergi dengan Mama? Lelaki yang aku harapkan akan menjadi sandaran hidupku, akan menjadi duniaku dan menjadi rumah tempatku pulang... ternyata dia tidak mencintaiku Mama... Maaa...."

Air mata Alina berjatuhan, tetes demi tetes menjadi saksi betapa menderitanya perempuan itu.

.

.

Akhirnya disepakati oleh dua keluarga pertunangan akan dilangsungkan dua minggu lagi, lantas pernikahan akan dilakukan satu bulan setelahnya. Agra menginginkan pernikahan segera dilaksanakan, dia tidak ingin putrinya mengubah keputusan.

Sebenarnya dalam segi kasta, keluarga Adrian tidaklah setara dengan Agra. Ayah Adrian hanya bekerja sebagai Manajer di Perusahaan milik Agra, namun potensi kehebatan Adrian mampu menjadikan Agra tidak lagi mementingkan masalah perbedaan kasta diantara mereka.

Keluarga Adrian memang sangat baik, mereka menyayangi Alina dengan tulus. Apalagi sejak kepergian Ibu Alina, mereka sudah menganggap Alina sebagai bagian dari keluarga mereka.

"Tante harap, Adrian dan kamu saling mencintai selamanya. Lin, jika ada masalah... jangan sungkan dan bicaralah pada Tante. Jangan dipendam sendiri, anggap Tante adalah pengganti Mama mu." Mama Adrian menarik tangan Alina mengelus pelan punggung tangan calon menantunya.

"Iya, Tante."

"Mulai sekarang, panggil Mama."

"I-iya, Mah."

Tak jauh dari mereka, Adrian mengepalkan kedua tangan. Lelaki itu semakin membenci Alina, dengan segala kebohongan-kebohongan wanita itu yang akhirnya menjadikan pernikahan itu tetap lah terjadi.

Sebenarnya Adrian tidak lantas menyalahkan Alina sepenuhnya, sebab dia juga menjadi seorang pengecut karena tidak mampu menolak pernikahan dan hanya mampu mengandalkan penolakan dari Alina. Dia berlindung di belakang punggung seorang wanita, namun karena ego-nya dia tetap menyalahkan Alina.

Adrian mengusap wajahnya kasar, dia sungguh frustasi. Bagaimana caranya dia mengatakan tentang pertunangan dan pernikahan pada kekasihnya?

"Adrian, mari bicara."

Tiba-tiba Alina sudah berada di hadapan lelaki itu.

"Bicara apa lagi?! Ternyata kau pembohong besar, dasar perempuan munafik! Kau serakah dan sangat tidak tahu malu...!" mulut Adrian kembali berucap kasar.

Alina menarik nafas, "Ayo lakukan perjanjian, Adrian. Aku berjanji... pernikahan kita hanya diatas kertas. Kau boleh terus berhubungan dengan kekasihmu, aku tidak akan melarang. Setelah tiga tahun, mari bercerai."

Mata Adrian terbelalak, dia tidak menyangka Alina akan melakukan perjanjian yang menurutnya sungguh tidak masuk akal.

"Jangan bercanda, Alina. Ini tidak lucu!"

"Aku nggak bercanda, Adrian. Selama pernikahan, aku nggak akan menuntut mu menjalani kewajiban mu sebagai seorang suami. Tetapi, aku akan menjalani peranku sebagai seorang istri. Aku juga tidak akan meminta hak-ku sebagai istri padamu, jika kau tidak ingin menyentuh tubuhku... aku enggak akan keberatan."

Sekali lagi Adrian tercengang, apa yang terjadi pada Alina?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!