Perjalanan
Pembuka Jalan
Aku selalu melalui jalan ini, pergi dan pulang tak berbeda. Begitu juga hati, masih saja merasa tidak ada yang bisa mengubahnya.
Hidup telah menawarkan banyak pilihan yang lain tetapi hati menolaknya. Senyum kuberikan pada semua bahkan tanpa diminta tetapi tak satupun yang bisa melihat dibalik cangkang ini. Kerinduan....
Tiba-tiba ponselku bergetar....
sebuah pesan singkat masuk..
Diana
Hari ini kamu gak ke kantor, Lana?
Lana
Oh, gak. Aku ditugaskan ke kantor pusat.
Lana
Gimana kantor? Rame, gak? Ada siapa saja?
Aku terbiasa menggunakan mode ceria pada siapapun. Tidak ada yang boleh melihat isi di dalam tempurung ini.
Diana
Cuma ada aku, Bu Jenny, dan Roy di ruangan.
Diana
Sepertinya yang lain sedang wfh atau ada kegiatan luar kantor.
Lana
Sepi lah yaa tanpa aku.. hahahaa
Diana
Kamu sih gak bilang bakal ikutan acara sharing session. Kalau tahu gitu aku juga ikut.
Lana
Wkwkk... maaf lah yaa
Lana
Ini juga mendadak diminta Pak Herry.
Diana
Rame gak di sana? Ada yang kamu kenal gak?
Aku menoleh ke kanan dan kiri. Mencoba mencari raut wajah yang kutahu. Ada satu, dua orang temanku di kantor sebelumnya. Ketika mata kami saling berpapasan, kami saling melempar senyum dan mengangguk.
Lana
Ada temanku di kantor sebelumnya, nih. Kayaknya sedang menuju ke arahku. Sudah dulu, yaa...
Kursi Kosong
Anggi
Lanaa.... lama tak bersua
Anggi yang berjalan paling depan menghampiriku. Dia adalah teman satu bidang ketika aku berada di kantor lama. Anggi juga nampak seceria aku. Tapi aku tahu, kehidupannya juga tidak mudah. Telah menikah namun belum dikaruniai anak setelah 4 tahun pernikahan sungguh tak mudah.
Seto adalah suami Anggi. Aku bahkan lebih dahulu mengenal Seto daripada Anggi. Dulu aku dan Seto satu SMA.
Anggi
Seperti biasa, sibuk bekerja.
Lana
Woii, Bram. Tambah kinclong aja!
Bram
Kamu juga tambah awet muda
Bram
Jangan kelamaan yaa menikmati kesendirian
Bram menatap Anggi sembari cekekekan
Aku menimpali dengan berusaha mengikuti jalan cerita yang disuguhkan mereka.
Anggi langsung duduk di sebelah kursiku.
Sementara Bram nampak sedang mencari seseorang di sudut tempat awal mereka duduk.
Aku menoleh ke arah Bram berteriak. Bisa jadi orang itu sosok yang juga kukenal. Namanya memang masih asing di telingaku.
Seorang laki-laki bergerak ke arah kami. Aku tak berani memandanginya lama. Seulas senyum basa-basi kusunggingkan tanpa menatap langsung ke laki-laki itu. Toh, aku tak mengenalnya. Mungkin ini pertemuan kami yang pertama sekaligus terakhir.
Mending Duduk di Kursi Belakang
Laki-laki yang bernama Erja itu duduk di sebelah Bram. Di antara kami ada Anggi dan Bram. Aku tak bisa jelas melihatnya. Tetapi kesan pertamaku padanya sangat menarik. Dari fisiknya membuatku tertarik.
Rambutnya biasa saja namun rapi. Perawakannya tidak pula klimis tetapi tidak terkesan berantakan. Rahangnya keras dengan ujung hidung yang tajam. Kulitnya tidak terlalu putih namun tidak nampak dekil.
Bram
Ini Lana, temanku....
Tiba-tiba Bram menyebut namaku membuatku menoleh
Tapi pandanganku bukan melayang pada Bram melainkan sosok di sebelahnya
Laki-laki itu jelas ogah-ogahan menyambut perkenalan kami. Kulihat raut mukanya tak berubah. Bahkan senyum tipis pun sama sekali tak tersungging basa-basi.
Kusebut kembali namaku meski tidak dipinta
Sekali lagi kutatap mata sipit itu sama sekali tak memandang ke arahku.
Kutunggu tak pula ada tambahan kata yang keluar
Aku mengangguk, Erja membuang muka
Anggi
Mau tau gak kabar Pak Karyo?
Anggi benar-benar teman sejati
Menyelamatkan dari bencana rasa malu
Lana
Oh iya, gimana, gimana kabarnya?
Aku langsung memasang mode ceria seperti biasa
Sungguh memang tak tahu malu
Anggi
Masih di tempat yang samaa....
Anggi
Bosnya sudah ganti 2 kali, lhoo
Lana
Wkwkk... iyaa, aku juga dengar kabar itu
Lana
Kabarnya bos yang sekarang jutek banget yaa
Lana
Saklek gitu dengan aturan
Lana
Kasihan juga Pak Karyo
Bram
Erja, kamu lagi diomongin tuh!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!