The Heaven Hive High School Adalah akademi pendidikan yang paling bergengsi dan berkelas di Rose City. Banyak para remaja yang sangat ingin sekali bersekolah di akademi ini, namun untuk bisa lolos masuk di akademi ini bukanlah hal yang mudah banyak rintangan yang harus dilewati seperti ujian tulis, ujian tata krama, dan sebagainya. Untuk bisa bersekolah di akademi semua murid yang lolos ujian harus menaati aturan peraturan akademi yang sangat ketat ini.
Mungkin saya penulis dari novel ini merasa banyak remaja sekolah kadang-kadang merasa diri mereka adalah orang pilihan karena bisa lolos dan masuk ke akademi ini, namun tidak semua orang senang bisa masuk ke akademi ini contohnya seperti tokoh utama kita, Tiara Sylvia Narendra yang terpaksa bersekolah di akademi ini karena tuntutan ekonomi, banyak yang tidak tahu bahwa Tiara adalah orang pilihan yang sudah sangat dinantikan oleh kepala sekolah akademi ini, paman Dirgantara Wijaya, teman dekat ayah Tiara sekaligus ayah dari sahabat Leon teman dekat nya Tiara.
Ada seorang gadis, namanya Tiara Sylvia Narendra mantan putri konglomerat terpaksa bersekolah di akademi Heaven Hive High School karena tuntutan ekonomi keluarga. Pada saat itu Tiara baru pulang dari sekolah setelah acara wisuda, Tiara dan sekeluarga terkejut melihat kedatangan pria paruh baya di depan rumah Tiara.
Dengan segepok uang tunai beliau menyodorkan uang tersebut di depan Tiara lalu berkata, "Jadilah menantu ku, Tiara!'' dengan nada sombongnya.
Tiara terkejut kemudian bertanya, ''Anda...siapa, ya?''
Ia adalah Tiara Sylvia Narendra, seorang gadis miskin yang mendadak mendapatkan sebuah lamaran dari seorang pria paruh baya kaya raya untuk putra kesayangannya yang kini sebaya dengan nya.
Pria paruh baya itu tampak terkejut mendengar pertanyaan Tiara, ''Tiara sayang, apa kamu lupa. Ini aku, paman Dirgantara sahabat karib ayahmu!.'' Jawabnya seraya menepuk dadanya dengan keras, ''Sewaktu kamu kecil dulu kan sering bermain dengan Leon putra paman!''
Ayah Tiara yang tadinya ikut terkejut pun heran kemudian menghela napas panjang seraya menepuk jidatnya, ''Dasar... Sebelumnya kan aku sudah bilang pada mu, Dirga. Bahwa aku tidak ada niatan sedikitpun untuk menjual dan menjodohkan putri kesayangan ku Tiara pada putra mu itu!.'' tolak ayah ku dengan nada keras nya.
Paman Dirga mengernyitkan alisnya dengan nada sedih beliau berkata, ''Aku mengerti Galuh, aku paham perasaan mu itu. Namun aku juga tahu bahwa kondisi keuangan mu saat ini sedang krisis. Maka dari itu aku menawari kesempatan ini.''
Tiara mendengarkan ucapan paman Dirga dengan cermat sambil berpikir, jika aku menerima tawaran ini apakah kehidupan keluarga ku bisa berjaya dan makmur seperti dulu? pikirnya.
Setelah berpikir matang Tiara memutuskan untuk menerima tawaran paman Dirga tersebut. Tiara mengehela nafas panjang, ''Baiklah paman, aku terima tawaran paman ini.'' jawabnya.
Raut wajah paman Dirga tampak terlihat senang dengan jawaban dari ku, dengan erat beliau memeluk Tiara, '' Terimakasih banyak nak!.'' ucapnya
Berbeda dengan reaksi keluarganya Tiara, ayah dan kedua kakak laki-laki Tiara tampak terlihat sekali bahwa mereka sangat terkejut mendengar jawaban dari nya.
Paman Dirga melepas pelukannya, ''Untuk sisanya, malam ini aku akan segera mengirim ajudan ku ke rumah mu Tiara.''
Usai mendengar jawaban dari ku dengan raut wajah senang paman Dirga masuk ke dalam mobil mewahnya dan meninggalkan mereka bertiga begitu saja. Keadaan rumah Tiara sangat kacau, para kakak laki-laki Tiara diam termenung di kamar mereka dan ayah Tiara juga duduk berkomat-kamit di ruang kerjanya.
Sementara itu di kediaman Dirgantara Wijaya rumah paman Dirga, paman Dirga dan sekeluarga nya berkumpul mempersiapkan persiapan sekolah si bungsu yakni, Leon Dirgantara Wijaya putra kesayangan paman Dirga. Dengan perasaan senang dan gembira paman Dirga membantu Leon menyiapkan peralatan sekolah sambil bersenandung merdu.
Erina Dirgantara Wijaya, putri sulung dari paman Dirga tampaknya bingung dan penasaran melihat sikap paman Dirga hari ini, kak Erina pun bertanya, ''Ada apa pa, tampaknya papa sedang senang hari ini ya?''
Paman Dirga tersenyum kemudian menjawab, ''Erina. Apa kau tahu, Tia sahabat dan teman masa kecil kalian berdua menerima lamaran adikmu Leon!''.
Mendengar hal tersebut Leon sangat terkejut dan mulutnya menganga, berbeda dengan Erina, setelah mendengar kabar tersebut kak Erina tampak terlihat terkejut sekaligus senang akan kabar bahagia itu.
Disisi lain para kakak Tiara dan juga ayah terlihat sangat terkejut dan syok, di kamarnya kakak pertama Daniel menggerutu dan bergumam-gumam setelah kejadian siang tadi.
Tiara menghela nafas panjang melihat sikapnya itu, "kak. Jangan berlebihan begitu dong. Aku menerima tawaran ini kan demi keluarga kita."
Kak Daniel tampak sedih dan tidak berdaya dengan keputusan yang aku ambil ini, dengan nada sedih nya ia memeluk Tiara, "Maafkan kakak Tiara, seandainya saja ini tidak terjadi kakak pasti akan bisa membahagiakan mu adik ku."
Tiara menahan tangis, ia dengan erat memeluk Kak Daniel, kakak pertama nya itu dengan erat, "Aku mengerti kak. Aku tahu kakak hanya ingin yang terbaik untuk ku."
Tiara dan keluarganya berada dalam situasi yang sulit. Meskipun Tiara telah menerima tawaran paman Dirga demi keluarganya, keputusannya itu tidaklah mudah bagi semua orang di sekelilingnya. Konflik dan perasaan campur aduk menghiasi keadaan mereka di tengah keputusan besar yang telah diambil Tiara.
Perasaan Tiara bercampur antara rasa bersalah kepada keluarganya dan kebutuhan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka. Meskipun telah menerima tawaran paman Dirga, Tiara merasa beban moral yang berat atas keputusannya. Namun, di balik kesulitan itu, Tiara tetap bertekad untuk menjalani kehidupan baru yang telah ditawarkan padanya, sembari berharap bahwa keputusannya akan membawa kebaikan bagi keluarganya.
Malam telah tiba, suasana di ruang tamu rumah Tiara terasa sunyi, dingin membeku menunggu kedatangan ajudan paman Dirga.
Setelah menunggu beberapa menit terdengarlah suara ketukan pintu. Dengan hati yang berdebar-debar Tiara perlahan-lahan membuka pintu rumah.
Ajudan paman Dirga yaitu Setya dengan rambut coklat pendek nya ia tersenyum menyapa Tiara, "Selamat malam nona Tiara. Senang bertemu dengan anda semua."
Tiara tampak terlihat sedikit ketakutan dan gerogi, ia menelan ludahnya sendiri kemudian membalas senyum sapa sang ajudan paman Dirga dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang tamu bersama.
Setya melangkah masuk ke dalam ruang tamu dengan sikap yang ramah, lalu duduk di sofa yang tersedia. Tiara duduk di seberangnya, mencoba menenangkan diri. Suasana tegang terasa di udara saat mereka berdua saling menatap, menunggu percakapan berlanjut.
Setya akhirnya memulai pembicaraan, "Nona Tiara, sebelum memulai perihal kesepakatan ini tuan besar meminta anda untuk sekolah di sekolah yang telah beliau dirikan dan juga tuan besar telah mengatur segalanya untuk persiapan Anda ke Heaven Hive High School tempat Anda akan bersekolah. Saya akan membantu Anda dalam proses ini, Nona Tiara."
Tiara mengangguk perlahan, "Terima kasih, Pak Setya. Saya berharap semuanya berjalan lancar."
Setya tersenyum menghibur, "Jangan khawatir, kami akan mendukung Anda sepenuhnya. Sekarang, mari kita atur semua detailnya."
Mereka pun mulai membahas rencana ke depan, meskipun Tiara masih merasa cemas dengan perubahan besar yang akan terjadi dalam hidupnya. Namun, dengan bantuan Setya dan dukungan paman Dirga, Tiara berharap dapat menghadapi semua tantangan yang akan datang.
Penasaran? Nantikan Kelanjutan nya....
Mereka berdiskusi panjang tentang persiapan yang diperlukan untuk Tiara menghadiri Heaven Hive High School. Setya memberikan informasi detail tentang jadwal, tata tertib, dan hal-hal penting lainnya yang perlu diketahui oleh Tiara.Tiara dengan cermat mencatat setiap informasi yang diberikan oleh Setya, mencoba mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk masuk ke lingkungan baru itu. Meskipun hatinya masih gelisah, Tiara berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada apa yang perlu dilakukan.
Setelah pembicaraan selesai, Setya memberikan kontaknya kepada Tiara dan menawarkan bantuan jika ada yang diperlukan."Jangan ragu untuk menghubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan apa pun, Nona Tiara. Kami siap membantu Anda."
Tiara tersenyum mengucapkan terima kasih, "Saya sangat berterima kasih atas bantuan Anda, Pak Setya. Saya akan berusaha sebaik mungkin."Setelah Setya pergi, Tiara kembali duduk sendiri di ruang tamu, merenungkan segala hal yang telah terjadi. Meskipun masih penuh tantangan, Tiara merasa sedikit lega karena ada seseorang yang bersedia membantu dalam perjalanannya ke sekolah baru itu.Dengan tekad yang kuat, Tiara memutuskan untuk menghadapi masa depannya dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa dia akan mampu mengatasi semua rintangan yang akan dihadapinya.
Setelah berdiskusi dengan tuan Setya ajudan paman Dirga perihal perjodohannya dengan Leon, Tiara menghabiskan waktu tiga jam di dalam kamarnya untuk membaca dokumen perjodohannya dengan Leon putra bungsu sahabat ayahnya.
Kulitnya yang berwarna kuning langsat, mata berwarna ungu muda, dan juga rambut ungu panjang itu tampak cantik dan cerah seakan-akan ia seperti tuan putri dari sebuah kerajaan. Tapi sebagai calon menantu dari keluarga kaya Tiara tahu betul betapa beratnya beban itu karena perjodohan ini terpaksa ia terima demi memperbaiki ekonomi keluarganya.
Raut wajah Ririana ibu dari Tiara tampak terlihat khawatir akan keadaan yang sedang dialami oleh putrinya saat ini, dengan tenang beliau duduk di samping Tiara kemudian bertanya, ''Tiara. Apa kamu yakin dengan keputusan mu ini anakku?''
Tiara menganggukkan kepalanya, "Ya ibu. Tiara serius." jawabnya.
Ririana menatap Tiara dengan penuh kasih, merasakan beratnya tanggung jawab yang harus dipikul oleh putrinya. "Kamu tahu, Tiara, ibu selalu ada untukmu. Apapun yang terjadi, kita akan hadapi bersama-sama," ucapnya penuh keyakinan. Tiara tersenyum lega, merasakan dukungan yang begitu besar dari ibunya. Sesuatu yang membuatnya semakin yakin untuk menghadapi masa depannya dengan tegar.
Tiara tersentuh oleh kata-kata ibunya dan menggenggam erat tangan Ririana. "Terima kasih, ibu. Tiara akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuatmu bangga," ucapnya tulus. Ririana tersenyum bangga melihat keteguhan hati putrinya. Mereka berdua saling bertatapan, penuh cinta dan kepercayaan satu sama lain, siap menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka.
Tiara tersenyum lega, ''Terima kasih ibu.'' ucapnya. Di dalam rumah keluarganya mereka berlima berkumpul, dengan tabah dan kuat hati Tiara menjalani hidupnya.
''Tiara, kalau kamu ada apa-apa yang ingin kamu sampaikan pada kami kamu bilang saja ya, jangan kamu pendam sendiri adik kecil. Insyaallah ayah, ibu atau para kakak laki-laki mu ini pasti akan berusaha membantu mu''. tuntut kak Daniel
pagi pun telah tiba hari ini adalah hari pertama Tiara masuk ke akademi Heaven ahaive High school atas permintaan paman Dirga calon mertua Tiara.
Dengan langkah terburu-buru Tiara berlari menuju ke akademi, '' Aduh, kok bisa aku terlambat begini sih....'' keluhnya
Ya'ampun, sepertinya Tiara tokoh utama kita hari ini sedang datang terlambat ke akademi. Apa Tiara bangun kesiangan?
Dilain sisi paman Dirga dan para murid akademi Heaven Hive High School sedang berkumpul di depan pintu akademi untuk menyambut tahun ajaran baru.
Sebelum pelajaran dimulai semua murid akademi diwajibkan untuk berdansa satu sama lain untuk menjalankan tradisi akademi menyambut tahun baru di musim semi ini.
Disaat hampir semua murid akademi berdansa, Leon, tokoh utama pria kita ini tampak nya sedang kebingungan, ''Kenapa Tiara belum datang juga ya, apa dia bangun kesiangan??''
Meskipun raut wajah Leon datar tanpa ekspresi seperti itu, aku tahu betul kalau saat ini ia pasti kebingungan karena hanya dia saja yang saat ini tidak berdansa sedangkan yang lain saat ini sedang berdansa. Leon memandangi pintu masuk gerbang akademi dengan harap-harap cemas, mencari-cari tanda kedatangan Tiara. Hatinya berdebar-debar, khawatir Tiara benar-benar terlambat atau bahkan tidak datang sama sekali.
Dengan nafas terengah-engah tiara memasuki pintu gerbang akademi, ''paman Dirga..., maafkan saya datang terlambat.'' ucapnya.
Semua murid akademi terkejut melihat dan mendengarkan Tiara memanggil kepala akademi dengan nama bukan dengan gelar. Semua murid akademi berbisik-bisik setelah melihat sikap ketidak sopanan Tiara kepada paman Dirga yang saat ini sedang bekerja sebagai kepala akademi sekolah.
Saat Tiara memasuki gerbang akademi, pandangan Leon langsung tertuju padanya. Dengan lega, ia melihat Tiara akhirnya tiba meskipun terlambat. Namun, kelegaannya segera berubah menjadi kekhawatiran saat ia melihat reaksi Tiara yang tidak sopan terhadap Paman Dirga, kepala akademi. Leon langsung merasa gelisah karena tahu konsekuensi dari sikap tersebut bisa sangat serius bagi Tiara.
kak Erina berdebat dalam hatinya antara ingin membantu Tiara atau membiarkannya menghadapi konsekuensi dari perilakunya sendiri.
Namun, kecemasannya terhadap nasib Tiara akhirnya mengalahkan keraguan.
Dengan langkah mantap, kak Erina mendekati Tiara setelah berpisah dari kerumunan murid yang masih mencibir."Dengar, Tiara," bisik kak Erina, mencoba menarik perhatiannya tanpa menarik perhatian orang lain. "Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi sikapmu tadi bisa berdampak buruk. Aku tahu kamu punya alasan, tapi kita harus segera menemui pak kepala sekolah dan menjelaskannya."
Tiara menatap kak Erina dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan ketakutan. "Tapi... tapi apa yang harus aku katakan?" gumamnya khawatir.
"Katakan yang sebenarnya," sahut kak Erina dengan mantap. "Jujurlah. Pak kepala akademi pasti akan mengerti jika kamu berbicara jujur."
Dengan hati yang berdebar, Tiara mengikuti langkah kaki kak Erina menuju kantor Paman Dirga. Mereka berdua sama-sama berharap bahwa semuanya akan berakhir baik-baik saja.
Setelah acara dansa sekolah berakhir kacau Tiara dan kak Erina bergegas pergi ke kantor kepala sekolah.
Dengan raut wajah yang bahagia kak Erina menemani Tiara berkeliling akademi sekolah.
Saat hampir saja mereka berdua sampai di depan pintu kantor kepala sekolah tiba-tiba saja ada seorang murid laki-laki akademi memanggil kak Erina. "Erina, adikmu meminta mu untuk segera ke ruang OSIS!" teriak murid itu.
"Maafkan aku Tiara, sepertinya aku tidak bisa menemani mu pergi ke kantor kepala sekolah. Soalnya ada urusan yang harus aku selesai kan hari ini." ucap kak Erina dengan wajah murung nya yang terlihat datar tanpa ekspresi itu.
Melihat sikap kak Erina, Tiara tertawa kecil tipis, "Mirip Leon dulu waktu kecil." batinnya.
Tiara terkejut sejenak, "Eh, tunggu. Apa?!" tanyanya.
Dengan cepat kak Erina berlari ke arah tempat temannya memanggil. "Maaf, Tiara!" teriak kak Erina.
Tiara terkejut, mulutnya menganga lebar. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini?
Apa Yang Sedang Terjadi?
Dengan hati yang berdetak kencang dan rasa takut Tiara perlahan-lahan berjalan ke arah pintu masuk kantor kepala sekolah.
Ketika Tiara akan mengetuk pintu kantor kepala sekolah tiba-tiba saja ada seorang murid perempuan mengajak Tiara berbicara. Dengan nada sombong nya gadis itu berkata, "Ya ampun Tiara. Lama tidak bertemu. Tidak aku sangka gadis jelek seperti mu bisa lolos masuk ke akademi ini ternyata."
Teman-teman gadis yang disamping gadis itu tampak nya mereka senang menertawai keberadaan Tiara, tokoh utama kita.
Si gadis berambut biru menganggukkan kepalanya, dengan angkuhnya ia menertawai Tiara, "Ya ya... kamu benar sekali. Gadis seperti nya memang tidak pantas masuk ke akademi kita yang suci ini, Helen."
Helena Raynaline Putri, sepupu dari tokoh utama perempuan kita. Rambut coklat ikal, mata berwarna Hijau muda cerah itu ia sedang tersenyum licik menertawakan Tiara.
''Sudahlah Tarah, gadis miskin itu pasti sudah jerah. Lihat itu, dia keringat dingin dan gemetar ketakutan melihat kita, hahaha!''
Dasar Helene licik, apa dia masih kurang telah menghancurkan keluarga ku...?, pikir Tiara.
Lihat saja nanti, kali ini aku tidak akan tinggal diam saja!. pikir Tiara.
''Oh nona Helena yang anggun jelita, tolong ampuni hamba kali ini saja...'' kata Tiara dengan nada kerasnya.
Setelah berpura-pura akting sedih tiara tersenyum licik dan mengejek helena dengan menjulurkan lidahnya, dengan nada keras Tiara berteriak, ''Ah, nona Helena. Ampuni saya... Di akademi kekerasan dilarang nona''
Helena dan ketiga teman perempuannya terkejut dan tersentak melihat kepawaian Tiara.
Tidak lama kemudian ajudan Setya yang saat ini sedang bekerja sebagai wakil kepala akademi sekolah keluar dari pintu kantor ruang kepala akademi, ''Ada apa ini, ada keributan apa ini?'' tanya nya.
''Cih, kali ini kau lolos tiara. Tapi lihat saja nanti, akan ku beri pelajaran kau!'' ujar Helena
Helena dan ketiga teman perempuannya itu lari dari hadapan Tiara. Setelah Helena dan ketiga temannya itu pergi menjauhi Tiara, Tiara menghela nafas lega kemudian ia tertawa terbahak-bahak, ''Rasain, mampus kau. Tidak sia-sia aku dulu mengikuti kelas akting.'' gumamnya.
Ajudan setya berdeham keras, ''Nona Tiara. Saya mohon jaga sikap sopan santun anda di akademi ini.''
''Baik, kak Ajudan.'' jawaban Tiara.
"Bukan kak ajudan, tapi pak wakil kepala akademi sekolah, nona Tiara."
Ajudan Setya bertanya, "Jadi, apakah anda bisa menjelaskan penyebab keributan tadi nona Tiara?"
Tiara menjelaskan dengan suara yang masih agak gemetar, "Mereka, Helena dan teman-temannya, mencemooh dan mengancam saya, Pak Wakil Kepala. Mereka menganggap saya tidak pantas berada di sini dan berusaha membuat saya takut."
Ajudan Setya mengangguk serius, "Saya akan menangani masalah ini. Terima kasih telah memberi tahu saya, Nona Tiara. Silakan masuk ke dalam, kepala sekolah akan segera menyambut Anda."
Tiara masuk ke dalam kantor kepala akademi sekolah, namun ketika ia memasuki kantor ia terkejut melihat raut ekspresi wajah paman Dirga kepala akademi sekolah ini.
Paman Dirga mengernyit kan alis nya ke atas, beliau seperti nya tampak terlihat marah kepada Tiara, "Lamban!."
"Maafkan aku, paman." ucap nya.
Paman Dirga mengetuk meja dengan jarinya sebanyak ketiga kali, "Tiara, dengarkan baik-baik perkataan paman ini. Untuk kali ini saja paman memaafkan kamu, tapi jika lain kali kamu terlambat lagi, tidak ada kata maaf untuk mu Tiara."
Tiara mengangguk mengerti, "Baik paman Dirga, Tiara mengerti." jawabnya.
"Oh iya, ada satu hal lagi yang harus paman sampai kan kepada mu Tiara." katanya.
Tiara bingung, ia bertanya, "Apa itu paman Dirga?" tanya nya.
"Minggu depan pertunangan mu dengan Leon anak paman akan di umumkan disini, jadi persiapkan lah mental mu itu nak. Inilah waktunya kamu menepati janji mu nak." kata paman Dirga.
Tiara mengangguk mengerti, "Baiklah paman Dirga, aku mengerti." jawabnya.
Sementara itu di sisi lain, Leon di ruang OSIS sedang merapikan dokumen, "Aku harap Tiara betah sekolah disini. Aku sudah lama sekali tidak berjumpa dengan nya semenjak aku pindah sekolah dari luar negeri." pikirnya dengan senyuman tipis nya itu.
Setelah Tiara menemui paman Dirga di ruang kantor kepala akademi sekolah ia pun kembali ke ruang kelasnya.
Tiara duduk di tempat duduknya dan menghela nafas lega, "Akhirnya...." gumamnya.
Kemudian ada seorang gadis SMA berambut biru dan murid laki-laki berambut coklat dari kelasnya mengajak Tiara mengobrol, "Hai, aku Sarah dan ini saudara kembar ku Tiko."
"Hei, hebat sekali kamu bisa mengalahkan si helen dan gengnya itu, aku kagum sama kamu." ujar Tiko.
Tiara bingung, "Maksud nya apa ya?" tanya Tiara.
Sarah menjawab, "Kami melihat bagaimana kamu menangani situasi tadi dengan sangat berani. Helena dan gengnya biasanya membuat masalah di sekolah, tapi kamu berhasil membuat mereka mundur. Kami berdua cukup terkesan."
Tiko menambahkan, "Kami pikir kamu pantas mendapat penghargaan untuk itu. Tidak banyak orang yang bisa menghadapi mereka dengan kepala tegak seperti yang kamu lakukan."
Tiara tersenyum, merasa lega bahwa ada orang-orang yang menghargai tindakannya. "Terima kasih, Sarah dan Tiko. Aku hanya ingin menjaga diri sendiri dan menghindari masalah, tapi terima kasih atas dukungannya."
Sarah tersenyum, "Tidak perlu berterima kasih. Kami hanya senang melihat seseorang berani berdiri untuk dirinya sendiri. Jadi, apakah kamu ingin bergabung bersama kami untuk makan siang?"
Tiara merasa senang mendapat tawaran tersebut, "Tentu, aku akan senang bergabung dengan kalian."
Mereka berangkat bersama ke kantin untuk makan siang dan memulai persahabatan baru mereka.
Sesampainya di kantin mereka bertiga duduk di kursi kantin sekolah yang sudah disiapkan.
Ketika membuka kotak bekal Tiara terkejut melihat isi kotak bekal kedua teman baru nya itu, "Ada apa, kenapa tidak makan?" tanya Sarah.
"Oh. Itu, isi bekal kalian luar biasa sekali. Ada daging bakar iga sapi. itu pasti mahal kan?" tanya Tiara.
"Kami beruntung memiliki orang tua yang memanjakan kami," jawab Tiko sambil tersenyum. "Mereka selalu ingin memastikan kami mendapatkan makanan yang baik dan bergizi di sekolah."
Sarah menambahkan, "Tapi jangan khawatir, Tiara. Kami senang berbagi. Silakan ambil sebagian jika kamu mau."
Tiara tersenyum, "Terima kasih, tapi aku sudah membawa bekal sendiri. Tidak apa-apa, aku sudah biasa dengan makanan sederhana."
Mereka pun menghabiskan waktu makan siang sambil berbincang-bincang, dan Tiara merasa senang memiliki teman-teman baru yang ramah seperti Sarah dan Tiko.
Tidak lama kemudian Helen dan gengnya datang ke kantin, Helen melirik isi bekal Tiara lalu tersenyum licik, "Ya ampun, apa ini. Kenapa gadis miskin ini masih tetap disini ya."
Tiara kesal, matanya melotot ke Helen. "Hei, memang nya kenapa kalau aku masih disini hah?!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!