NovelToon NovelToon

Adventure 3 Women

Episode 1

"Dorrr...."

"Astaga..puriii!!!!" pekik Lola. Ia kaget sebab sahabatnya Puri membuatnya kaget.

"Hehe...sorry-sorry. Kamu serius banget sih, gak dengar gua panggil dari tadi" ucap Puri seraya duduk disebelah kiri Lola.

"Lo lagi baca buku apa sih?" tanya Nita yang ikut duduk disebelah kanan Lola.

Mereka saat ini berada di halaman kampus. Tempat dimana setiap mahasiswa biasanya bersantai. Apalagi pohon-pohon yang lebat membuat sangat nyaman duduk di bawahnya.

Lola, Puri dan Nita adalah sahabat. Mereka sama-sama memiliki hobi yang sama, yaitu berpetualang. Baru 1 Minggu yang lalu mereka dari kota Tato yang sangat jauh dari hiruk piruk kebisingan kota.

Hobi mereka juga sangat didukung oleh orang tua mereka. Yang terpenting ketiganya tidak lalai dalam belajar. Mereka bukan dari kalangan bawah, tapi menengah.

"Enggak. Ini hanya buku pelajaran" jawab Lola

"Ehh... kita jadi ke perpustakaan kota pulang kuliah nanti?" tanya Lola seraya menutup bukunya.

"Jadi" jawab jawab Nita dan Puri mengangguk.

Setelah mereka bersantai disana, mereka akhirnya masuk ke dalam kelas setelah menunggu mata kuliah berikutnya.

Perpustakaan kota

Kini sampailah mereka di perpustakaan kota. Dengan senyum mengembang mereka melangkah masuk dengan bahagia. Perpustakaan adalah tempat favorit kedua mereka setelah berpetualang.

Mencari buku-buku menarik yang mereka baca. Mereka berpisah dibalik rak-rak buku yang tinggi. Saat Lola dengan asik menatap buku-buku yang berjejer, ia tidak sengaja menabrak seorang wanita tua.

Brukk...

"Ehh...maaf nek, aku gak sengaja" ucap Lola seraya membantu wanita itu berdiri.

Lola mengambil tas wanita tua itu dan memberikannya seraya berkata, "Maaf nek, tadi aku tidak melihat nenek. Aku terlalu fokus melihat buku-bukunya" sekalilagi Lola meminta maaf.

"Tidak apa-apa, tapi bolehkah nenek minta tolong padamu?" tanya wanita tua itu.

"Tentu, sebisa mungkin aku akan membantu nenek" jawab Lola.

"Berikan buku ini kepada pria yang memiliki rambut berwarna putih panjang dan selalu menggunakan kalung bergambar naga!" ucap wanita itu seraya memberikan buku kecil pada Lola.

Lola diam mencerna perkataan wanita tua itu. Ia mengambil buku tersebut seraya menatap buku itu dengan intens. Saat akan bertanya, wanita tua itu telah menghilang dari hadapannya.

"Kemana nenek tadi?" tanya Lola pada dirinya seraya menatap sekelilingnya.

"Lola...apa yang kau lakukan?" tanya Puri seraya menghampiri sahabatnya.

"Aku mencari nenek tadi" jawab Lola dengan masih mencari sana sini.

"Nenek siapa?" tanya Nita.

Nita dan Puri mengikuti Lola mengelilingi perpustakaan karena mencari seorang nenek yang entah siapa itu.

"Nenek siapa sih yang kau cari? mana ada nenek-nenek datang di perpustakaan, pasar kali ah" ucap Puri setelah tidak menemukan wanita tua itu.

"Tadi ada. Bahkan dia memberiku buku ini" ucap Lola seraya mengangkat buku itu didepan mata Puri.

"Buku apa itu?" tanya Nita dengan mengambil bukunya.

"Aku juga tidak tahu. Nenek itu bilang aku harus memberikan buku itu pada seorang pria" jawab Lola.

Nita membuka buku itu lembar demi lebih. Alis mengkerut ketika melihat isi didalam buku itu.

"Tulisan apa ini? gambar apa pula ini? aneh sekali. Aku baru melihat tulisan seperti ini. Apa ini tulisan prasejarah?" ucap Nita dengan penuh kebingungan.

"Mana ada tulisan prasejarah seperti ini.Emang kau pernah liat tulisan prasejarah?" ucap Puri.

"Ya engga pernah lah, makanya aku gak tahu"

"Kau tahu apa ini, La?" tanya Puri pada Lola.

"Aku juga tidak tahu. Ini pertama kalinya aku melihat tulisan seperti ini. Sejak tadi aku memang merasa aneh dengan buku ini. Entah kenapa ada hal aneh pada tubuhku ketika menerimanya. Seakan ada energi yang masuk dan membuat tubuhku jadi merasa ringan" jawab Lola.

"Lu mau jadi Superman kali" celutuk Puri

Plakk...

"Orang lagi serius lu malah bercanda. Lagian bukan Superman tapi Superwoman" Nita malah membalas celutukan sahabatnya.

"Ohh..gitu yah. Lola nanti bisa terbang dong?"

"Bisa. Menghancurkan dunia juga bisa. Lola yang terkuat...arkhhh..." Nita mengepalkan tangannya ke udara.

Lola sampai membuang nafas kasar melihat perdebatan yang tidak berfaedah kedua sahabatnya. Ia tengah serius, mereka malah bercanda.

Melihat kedua sahabatnya masih asik berbicar, Lola memilih meninggalkan mereka.. Tak berselang lama Nita dan Puri menyadari kepergian Lola. Mereka mengejarnya yang sudah lumayan jauh.

"Lu kenapa malah ninggalin kita sih?" ucap Puri.

Lola hanya meliriknya dan tidak menjawab. Ia terus berjalan keluar dari perpustakaan.

"Oh ya, besok pagi kita jadikan ke gunung Wiri?" tanya Nita

"Jadi dong. Perlengkapanku sudah siapa" jawab Lola.

"Kita harus membawa cemilan banyak-banyak" ucap Puri

"Pastinya" jawab Lola dan Nita bersamaan, mereka lalu tertawa karena merasa lucu.

 Mereka akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing setelah puas berada di perpustakaan kota.

Keesokan harinya

Di rumah Lola tampak ia sudah siap dengan pakaian gunungya. Tidak lupa dengan topi hitam di kepalanya agar ia tidak terkena matahari.

Ia keluar dari kamar untuk sarapan bersama keluarganya.

"Morning everyone" ucap Lola, lalu duduk disebelah sang adik.

"Kamu sudah mau berangkat kak?" tanya ayah Lola.

"Iya, ayah"

"Lola" panggil ibu Lola.

"Kanapa, Bu?"

"Bolehkah kamu tidak pergi ke gunung saat ini? tahun depan saja ya kamu pergi?. Kamu kan baru saja pulang Minggu kemarin" ucap ibu Lola.

"Memang kenapa, Bu? 3 hari yang lalu aku minta izin sama ibu untuk pergi dan ibu mengizinkan, tapi kenapa sekarang berubah?"

"Bukannya ibu ingin melarangmu, cuman ibu rasa kami perlu istirahat"

"Tidak bisa Bu, aku sudah janjian dengan Puri dan Nita pagi ini. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja, mereka pasti juga merasa kecewa"

Ibu Lola mendengar itu hanya bisa pasrah. Entah kenapa ia merasa berat melepaskan putrinya berpetualang kali ini. Padahal selama ini ia selalu mendukung dan merasa baik-baik saja tanpa menghawatirkan kegiatan putrinya itu.

"Aku hanya 3 hari, Bu. Aku bermalam 1 hari di gunung, setelah itu aku pulang" ucap Lola.

"Buuu...." panggil ayah Lola, ia menatap istrinya agar membiarkan putrinya pergi.

"Terserah kalian saja" ucap ibu Lola seraya duduk di kursi.

"Sudahlah, ayo kita mulai makan. Nanti kamu terlambat perginya" ucap ayah Lola.

Mereka mulai menyantap sarapan mereka dengan diam serta perasaan yang berbeda.

Setelah beberapa menit sarapan mereka telah selesai. Lola mengambil ranselnya di kamar. Memastikan tidak ada yang ia lupa, Lola segera keluar. Namun, saat akan mencapai pintu ia melihat buku yang diberikan wanita tua itu kemarin di atas nakas.

"Apa aku bawa saja buku itu, siapa tahu aku bertemu dengan orang yang nenek itu maksud" pikir Lola.

Ia segera mengambilnya dan memasukkan kedalam tasnya. Apakah ia akan bertemu dengan pria berambut putih itu, padahal nyatanya ia hanya ingin ke gunung. Entah apa arti tulisan di dalamnya, ia pun tak mengerti.

"Lola pergi dulu Bu, Yah.." ucap Lola seraya mencium tangan kedua orang tuanya.

"Jaga dirimu baik-baik. Kalau bisa telpon ibu setiap hari" pesan ibu Lola.

"Kalau ada sinyal, Bu"

"Pasti ada di titik-titik tertentu. Intinya usahakan untuk telpon ibu!"

"Iya, Bu. Aku akan usahakan. Lola pamit..." Lola melambaikan tangannya, lalu mengendarai mobilnya menjemput sahabat-sahabatnya.

Mereka akan menggunakan mobil sampai posko pendaftaran. Mereka akan menulis nama mereka di daftar sebagai peserta pendaki. Dengan cara ini ditakutkan ada yang hilang saat mendaki.

.

.

NEXT

Episode 2

"Yoo...ayo kita naik!!" ucap Puri sedikit keras ketika mereka akan mulai mendaki.

"Lu berisik banget sih!" ucap Lola kesal seraya memukul tangan Puri pelan.

Ia kesal sebab pendaki lainnya menatap kearah mereka.

"Aku terlalu senang, La" ucap Puri

Lola tidak lagi menggubris perkataan sahabatnya. Mereka mulai mendaki gunung itu. Berbagai rumput-rumput liar terkadang membuat mereka sedikit kesusahan untuk berjalan, sebab rumput yang panjang membuat kaki mereka terlilit. Namun itu bukan masalah bagi para pendaki dan itu hal biasa.

3 jam berlalu

Seharusnya mereka sudah sampai di posko ke 2, tapi tanda-tanda posko berada di depan mata belum juga terlihat. Mereka juga tidak melihat pendaki-pendaki lainnya. Padahal ada beberapa orang berada dibelakang mereka sejak tadi.

"Apakah masih jauh? aku butuh istirahat" keluh Puri.

"Aku juga tidak tahu. Seharusnya kita sudah sampai atau dugaanku yang salah. Dari bawah pendakian paling lambat sampai ke posko itu 2 jam, karena di posko itu kita akan diarahkan kembali ke jalur yang berbeda" jelas Lola.

"Tapi kita sudah 3 jam mendaki. Tanda-tanda posko juga tidak terlihat sama sekali. Langit juga mendung, takutnya turun hujan" ucap Nita.

"Kita coba naik lagi, mungkin kita akan melihat posko" ucap Lola.

Kedua sahabatnya setuju dan mereka kembali melanjutkan perjalanan, namun 30 menit mereka mendaki tiba-tiba hujan turun.

"Lola...hujan!!" teriak Puri.

"Kita harus berteduh! kita tidak bisa mendaki dengan keadaan hujan seperti ini" ucap Nita

" Kita mau berteduh dimana, disini hanya ada pohon" ucap Puri

Lola menatap sekitarnya. Ia juga mencari-cari dimana yang bisa mereka tempati untuk berteduh.

Sampai matanya melihat sesuatu disisi kanan mereka. "Ayo kita kesana!" ajak Lola. Ia segera berjalan tanpa menunggu sahabatnya.

Nita dan Puri mengikuti langkah Lola. Lola membawa kedua sahabatnya ke sebuah gua.

"Sementara kita berteduh disini dulu" ucap Lola.

Puri dan Nita mengangguk. Mereka duduk lesehan di tanah tidak jauh dari bibir gua. Mereka terdiam dengan mata sama-sama melihat tetesan air hujan pada dedaunan.

Puri menekuk lututnya, lalu memeluknya. Ia mulai merasa dingin. Apalagi hembusan angin yang juga lumayan kencang.

"Aku dingin" ucap Puri seraya mengusap-usap bahunya. Ia menatap kedua sahabatnya.

"Aku rasa kita masuk sedikit lagi ke dalam, agar angin tidak terlalu terasa" saran Lola.

"Tapi didalam terlalu gelap, La" ucap Nita.

"Benar banget. Aku takut masuk kedalam sana. Hiiii....." Puri bergidik ngeri membayangkan apa yang ada dibalik kegelapan itu.

"Kita punya senter hp kan, lagian hanya sebentar saja sampai hujan reda" ucap Lola.

Ia mengambil HP-nya di tas, lalu menyalakan senternya. Diikuti oleh kedua sahabatnya, Lola berjala lebih dulu dengan sangat hati-hati.

Sampai mereka menemukan tempat yang pas. Puri melihat batu besar memilih duduk disana, namun saat ia menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan untuk ia duduk, tanganya tidak sengaja terpeleset dan jatuh.

"Arkhh...." teriak Puri.

Nita dan Lola yang sedang duduk didepan batu yang ingin Puri duduki seketika berdiri dan memanggil nama Puri.

"Puri!!!.."

Mereka segera menghampirinya untuk melihat keadaan sahabatnya.

"Astaga Puri!" ucap Nita dan Lola kaget. Bagaimana tidak, mereka melihat Puri tengah bergelantungan memegang batu yang ada di sisi lubang.

"Tolong aku!" ucap Puri dengan ketakutan. Ia sungguh sangat takut akan jatuh kedalam lubang yang gelap itu.

Ia tidak menyangka dibalik batu besar yang akan ia duduki tadi ada sebuah lubang besar dan dalam yang tidak ia ketahui.

"Nita, pegang kakiku. Aku akan menarik Puri dan kau menarikku!" perintah Lola

Nita mengungguk. Lola segera tengkurap disisi lubang. Dengan bersamaan itu pula Nita memegang kedua kakinya.

"Puri, gapai tanganku!" pinta Lola dengan mengulurkan tangannya kebawah.

"Aku tidak bisa Lola. Aku akan jatuh kalau melepas batu ini" ucap Puri.

"Tidak Puri!! Kamu harus cepat memegang taganku"

Puri mencobanya. Ia dengan berani melepaskan satu cengkraman pada batu dan berusaha menggapai tangan Lola. Namun ia tidak sampai.

Lola memajukan sedikit lagi tubuhnya kebawah agar bisa menggapai tangan Puri.

Hap...

Lola dan Puri berhasil menggapai tangannya.

"Tarik Nita!!" teriak Lola.

Nita berusaha menariknya, tapi sangat sulit dan berat. Ia sudah terduduk karena tidak bisa menariknya sama sekali.

"Aku tidak kuat" ucap Nita.

"Tarik terus, Nita. Jangan lepas kakiku!" ucap Lola

Lagi-lagi mereka berusaha untuk menarik Puri dari lubang tersebut. Puri dibawah sana sudah tidak kuat bergelantungan.

Lola bisa merasakan tangan Puri yang mulai merosot dan mengendur.

"Kamu kuat Puri!" ucap Lola menguatkan.

Puri juga berusaha, namun rasanya ia sudah tak sanggup. Semakin turun dan tubuh Lola juga ikut tertarik. Nita yang berada paling atas berusaha menahan, namu ia juga ikut terseret.

"Lepas saja, Lola. Setelah ini kalian minta bantuan" ucap Puri pasrah.

"Nggak. Nggak akan aku lepas. Aku masih kuat menahanmu. Biar Nita yang keluar cari pertolongan" ucap Lola.

Ia tidak mau meninggalkan sahabatnya. Jika ia melepaskannya, Puri pasti akan jatuh dan ia tidak tahu seperti apa dibawah sana. Jangan sampai sesuatu yang berbahasa menanti jika ia lepas. Walaupun sebenarnya ia juga sudah merasa lelah dan tidak kuat. Perut dan dadanya juga terasa sakit karena menjadi tumpuan.

"Tidak. Aku juga tidak akan melepasnya. Kalau aku melepasnya yang ada kalian bardua akan jatuh" Nita menggeleng cepat.

Diantara ketiganya tidak ada yang mau melepaskan. Walaupun disisa tenaga mereka. Lambat lain mereka semakin terseret kebawah. Puri menatap Lola dengan menggeleng.

Dari tatapnya itu ia mengatakan tidak akan bisa dan tidak sanggup lagi. Apalagi semakin lama semakin kebawah.

Puri tersenyum menatap sahabatnya. "Aku pasti akan baik-baik saja. Kembali dan mintalah pertolongan. Aku akan menunggu" ucap Puri.

Setelah itu Puri melepaskan genggamannya pada Lola dan jatuh kebawah.

"PURIIII...!!!" Lola berteriak keras.

Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, Lola ingin menjatuhkan tubuhnya kebawah.

"Lola... jangan nekat" teriak Nita. Ia masih berusaha menarik kaki Lola.

Tak berselang lama Nita berhasil menarik Lola. Mereka terdiam menatap kebawah dengan perasaan campur aduk.

"PURII...!!" teriak kedua-nya, tapi tidak ada sahutan sama sekali.

Mereka saling pandang. "Lebih baik kita cari pertolongan" ucap Lola.

Mereka berdiri dan akan bersiap untuk melangkah, namun tiba-tiba tanah yang mereka pijak saat ini tiba-tiba retak dan jatuh. Membuat mereka ikut jatuh.

ARKHHHH....

Teriak Nita dan Lola saat mereka jatuh kebawah.

...----------------...

"Lola!!" teriak ibu Lola dari tidurnya.

Nafasnya tidak teratur. Apa yang sedang ia mimpikan?

"Ibu...ada apa?" tanya ayah Lola dari arah pintu setelah mendengar teriakkan istrinya.

"Ayah....aku memimpikan Lola. Aku mendengarnya berteriak" ucap ibu Lola panik.

"Ibu tenang ya.. itu hanya mimpi. Putri kita pasti baik-baik saja. Ada Nita dan Puri juga bersamanya" ayah Lola menenangkan istrinya dengan mengusap lengannya.

"Tapi ayah..."

"Ibu tenanglah. Lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran, nanti kamu sakit. Aku akan menemanimu" ayah Lola membantu istrinya untuk tidur kembali.

Ia memeluk istrinya agar merasa nyaman. Ibu Lola tetap berusaha berfikir positif walaupun hatinya gundah gulana memikirkan putri sulungnya.

.

.

NEXT

Bab 3

ARKHHHH....

Teriak Nita dan Lola saat mereka jatuh kebawah.

Namun tiba-tiba Brukkkh...

"Auu..." desis Nita.

"Dimana ini?" tanya Lola setelah ia bangun dan menatap sekelilingnya.

"Nita!!" teriak Lola sambil menghampiri Nita.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Lola.

"Yah...aku baik-baik saja. Dimana kita sekarang?"

"Aku juga tidak tahu, tempat ini sangat aneh" jawab Lola.

Ternyata setelah mereka jatuh di lubang saat berada di gua tadi, mereka terjatuh di atas semen tapi dengan kondisi yang sudah tertipu oleh lumut yang tebal, dengan masih seperti didalam gua, tapi keadaannya berbeda.

Ada satu pohon besar tepat diatas mereka, ada juga tangga untuk turun dari posisi mereka saat ini. Mereka seperti berada diatas panggung dengan pohon disana. Batu-batu besar dengan tumbuhan lumut mengelilinginya. Apalagi cahaya yang sangat pas menyorot pohon tersebut.

"Tunggu! apa Puri jatuh disini juga?" Nita batu menyadari sahabatnya.

"Oh yah...bisa saja, ayo kita cari!" ajak Lola.

"PURI!!" teriak kedua-nya bersamaan.

Berkali-kali mereka memanggil sahabatnya itu sambil mencari disekelilingnya. Sampai mereka melihat seseorang tengah tergeletak di atas tanah dengan keadaan tengkurap.

Nita dan Lola saling pandang, mereka sangat yakin jika itu pasti Puri sahabatnya.

"Puri" mereka mendekatinya dan membalik tubuhnya.

Mereka menemukan dengan keadaan tengkurap, dimana di sebelahnya terdapat air yang sangat jernih, hampir mirip seperti kolam yang bulat serta pohon-pohon di sekelilingnya.

Nita dan Lola segera menghampirinya dengan berlari. Nita duduk diatas tanah dengan kakinya melipat ke belakang, lalu membalik tubuh Puri.

"Astaga Puri" Nita menutup mulutnya melihat kening Puri berdarah.

Nita memindahkan kepala Puri diatas pangkuannya, setelah itu ia menepuk-nepuk pipinya agar dia sadar sambil memanggil nama Puri berulang kali. Namun, tidak ada pergerakan sama sekali. Sepertinya Puri terjatuh cukup keras dan terdapat batu kecil di bawahnya.

Sedangkan Lola tidak mengeluarkan suara melihat keadaan sahabatnya. Melihat kening Puri yang masih mengeluarkan darah, Lola segera berdiri dan berjalan ke sekitar menyusuri pinggir air itu. Ia mencari tanaman yang bisa digunakan untuk menghentikan darah yang keluar dari kening Puri.

sampai matanya melihat tumbuhan bulat berwarna putih. Ia mendekati dan menyentuhnya, matanya sedikit membulat saat menyadari tumbuhan itu sangat lembut seperti kapas.

Lola segera mengambil secukupnya. Lalu ia segera kembali ke tempat kedua sahabatnya.

"Kita pakai ini buat menutup kening Puri yang berdarah" Lola menunjukkan tumbuhan itu.

"Dimana kau mendapatkannya?" tanya Nita.

"Tidak jauh dari sini. Cepat bersihkan lukanya dulu sebelum Puri kehabisan darah!" jawab Lola, lalu menyuruh Nita.

Nita mengangguk dan mengambil air di sebelahnya menggunakan kedua tangannya. Nita hanya menyiramnya saja sampai ia merasa cukup bersih. Wajah Puri sampai basah karena siraman Nita yang beberapa kali itu.

Lola menyatukan tumbuhan tersebut lalu memilihkannya dan menempelkan di kening Puri yang berdarah tadi. Mengikatnya menggunakan baju miliknya yang ia robek.

"Syukurlah" ucap Lola pelan.

Nita juga bernafas lega karena bisa menghentikan darah yang keluar dari kening Puri. Mereka terdiam memikirkan apa yang akan mereka lakukan sekarang. Mereka meninggalkan tas mereka di goa. Sementara makanan dan perlengkapan lainnya ada di dalam tas itu.

Tak berselang lama Puri membuka matanya. Ia melihat kedua sahabatnya yang tengah diam menatap air di depan mereka. Ia awalnya kaget melihat kedua sahabatnya disana, karena yang ia tahu hanya dirinya yang jatuh ke lubang.

"Nita, Lola" panggil Puri seraya bangun dari pangkuan Nita.

"Kamu sudah bangun Puri? apa kepalamu masih sakit?" tanya Lola.

"Sudah lebih baik" jawab Puri dengan mengusap keningnya.

"Ayo kita kembali!" ajak Nita seraya berdiri.

"Bagaimana caranya?" tanya Puri yang masih duduk di tanah. Ia mendongak melihat Nita.

"Kita memanjat lubang itu kembali"

"Lubang itu hilang setelah kita jatuh" ucap Puri dan menatap air. Setelah ia terjatuh tadi, ia juga mencari jalan untuk kembali. Melihat lubang di mana mereka jatuh, tapi itu sudah tidak ada dan hanya berubah menjadi langit bersama awan.

"Mana mungkin" Nita masih tidak percaya. Begitupun dengan Lola.

Bagaimana tidak, tempat mereka jatuh tadi masih terlihat. Bahkan ketika ia mengobati kening Puri, pohon itu juga masih ada, tapi kenapa sekarang berubah menjadi hitam dengan banyak pepohonan disana. Tidak ada lagi goa atau bebatuan, hanya ada tumbuhan hijau.

Nita dan Lola saling pandang. Tempat apa yang sebenarnya mereka tempati saat ini.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan, aku tidak mau mati disini" Nita sudah merasa takut sekarang. Ia merasa tempat ini aneh dan ada sihirnya.

"Aku yakin pasti ada jalan keluar dari sini. Ini hanya hutan, kita harus keluar dari hutan" Lola menyakinkan dirinya dan kedua sahabatnya untuk tidak menyerah.

"Kau tidak melihat tempat ini? tempat ini aneh LOLA!! goa tempat kita jatuh bahkan berubah, jangan pura-pura tutup mata akan hal itu. Kita terperangkap disini. Kalau saja kita tidak berteduh di goa itu, kita tidak akan sampai disini" Nita sedikit meninggikan suaranya. Ia sudah katakutan dan menyalahkan Lola karena membawa mereka ke goa itu.

Nita membuat muka ke sisi lain. Ia emosi melihat Lola yang seakan-akan menutup mata apa yang terjadi di depan mereka.

"Jangan menyalahkan Lola, Nita! ini musibah kita. Kita harus bisa berfikir dengan jernih. Kejadian yang menimpa kita juga bukan keinginan Lola. Mana mungkin Lola sengaja membuat kita jatuh di tempat ini" Puri mendekati Nita dan memegang pundaknya.

"Maafkan aku. Aku tahu aku salah disini" Lola menunduk merasa bersalah. Karena dirinya mengajak sahabatnya untuk mendaki dan masuk ke dalam goa, mereka bisa berada di tempat aneh ini.

"Sudahlah! kita jangan seperti ini. Kita harus mencari jalan keluar. Seperti kata Lola, ini hanya hutan" Puri tidak ingin mereka saling menyalahkan.

Setelah mengatakan itu, Puri berlari kearah berlawanan dari air. Ia mengambil tasnya yang tersembunyi di balik rerumputan.

"Dari mana tas itu?" tanya Nita heran

"Aku tidak melepasnya saat kita berada di gua. Waktu jatuh juga aku masih menggendongnya. Kalian memang tidak lihat?"

Nita dan Lola menggeleng bersama. Mereka benar-benar tidak tahu kalau Puri jatuh bersama tasnya.

"Ayo kita jalan!" Puri berjalan lebih dulu memimpin perjalan. Lola tersenyum melihat Puri yang begitu semangat seakan dia tidak kenapa-napa. Padahal Puri baru saja bangun dari pingsannya.

Mereka berjalan tanpa tahu tujuan mereka akan seperti apa nantinya. Sedangkan tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sejak tadi. Mengikuti mereka dan matanya menatap satu di antara ketiganya. Ia menargetkannya, entah apa yang ia mau.

Dia mendahului para wanita dan dengan sangaja membuat jalanan setapak dan menutup jalan sebelumnya. Entah kekuatan apa yang dia miliki sehingga bisa mengendalikan pohon-pohon dan tumbuhan disana. Setelah itu ia dengan cepat meninggalkan tempat itu.

.

.

NEXT

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!