NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Asri

DOKTER PENGGANTI

Kisah ini meneruskan cerita kisah cinta Asri yang berjudul Jodoh Terakhir, penasaran dengan awal mula kisah cinta Asri silahkan baca di novel ku 😊.

Tinggal di Bandung membuat kehidupan Asri sedikit nyaman, seiringnya waktu berjalan Asri mulai terbiasa hidup tanpa bayangan Sam dan Chandra, saat ini kandungan Asri memasuki usia 6 bulan, Farhan selaku Kakak tiri Asri selalu menjaga Asri dan menjaga identitas Asri.

Usaha Bu Anita kini mulai meningkat, omset serta cabang toko organik miliknya pun sudah ada di beberapa tempat seperti di Jogja, Palembang, dan bandung.

Lia pun sahabat Asri yang telah sadar dari koma beberapa bulan yang lalu telah menjalani aktifitas seperti biasanya, walau akhirnya Ia harus berhenti bekerja, namun impian nya bersama sang suami satu persatu sudah terwujud, Mereka hanya tinggal menunggu momongan saja.

Begitu pun Chandra, hari demi hari Ia lewati tanpa hadirnya seorang Asri dalam hidupnya membuat Ia mulai terbiasa dan rasa cintanya terhadap Rahma sang istri kini semakin tumbuh.

Sedangkan Sam saat ini masih menyimpan rasa cinta yang besar untuk Asri, entah sampai kapan pernikahan tanpa cinta yang Ia jalani bisa berakhir, dan ini lah kisah Mereka di mulai ketika Sam mengetahui siapa Ayah yang di kandung Tini saat ini.

Suasana hening dan angin sepoi-sepoi di atas gedung rumah sakit Asri Medis menemani Asri yang sedang duduk di atas kursi roda sambil melamun, entah apa yang di pikirkan Asri saat ini, tak lama Dokter pribadi Asri datang menghampiri.

"Asri... Kamu sedang apa disini?"

Asri menoleh dan tersenyum lalu menjawab,

"Aku sedang menikmati suasana senja disini Dok"

"Ibu hamil tak baik di luar di waktu senja, kata orang pamali"

Asri tersenyum mendengar nasihat sang Dokter.

"Oh ya, Aku ingin mengatakan sesuatu"

Asri merasa penasaran sesuatu apa yang ingin di utarakan sang Dokter.

"Sesuatu apa Dokter"

"Aku harus pindah praktik di rumah sakit Jakarta"

"Pindah, kapak Dok? Dan Aku bagaimana?

Dokter tersenyum hangat pada Asri, kemudian menjelaskan sesuatu kepada Asri.

"Kamu tenang, akan ada Dokter yang menggantikan Aku disini, Dia dokter muda yang hebat, cekatan, terampil, dan baru saja dia mendapatkan penghargaan sebagai Dokter terbaik di Jakarta, padahal Ia baru saja memulai karirnya selama 5 bulan ini, tapi prestasinya hampir mengalahkan Aku"

Asri hanya terdiam bingung mendengar pujian yang di ucapkan Dokter Rozi untuk Dokter yang akan menggantikannya.

"Memang siapa yang akan menggantikan Dokter untuk menjadi Dokter pribadi ku"

"Saya lupa namanya, tapi nanti juga kamu pasti bertemu dengannya"

"Baik Dok.. kalau memang harus seperti itu, Aku hanya bisa mendoakan Dokter sukses selalu di manapun berada"

Dokter Rozi pun berterimakasih atas doa yang di ucapkan Asri, Dokter Rozi menjelaskan jika kepergiannya akan di lakukan besok, dan dokter pengganti dirinya akan datang siang hari.

"Aku harap Kamu akan cocok dengan pengganti ku, jaga selalu kesehatan Kamu Asri, jangan pernah lagi ingin mencoba menggugurkan kandungan Kamu ya"

Asri terdiam ketika sang Dokter mulai mengingatkan kesalahan yang hampir di lakukan Asri.

"Aku mengerti Dokter, Aku tidak akan sedikitpun mencoba membunuh bayi ini"

Asri bicara sambil mengelus-elus perutnya.

Setelah banyak berbincang Dokter Rozi pun menyuruh Asri untuk kembali ke Kamar rawatnya"

"Baik Dok..."

Dokter Rozi membantu Asri mendorong kursi roda yang di naiki Asri hingga masuk ke kamar rawat.

Mendengar bahwa Dokter Arif akan di pindah tugaskan di rumah sakit bandung, kini Arif menghubungi sang ibu dan kakaknya yang berada di Cirebon.

"Jadi Kamu pindah tugas besok?"

Tanya sang ibu.

"Iya Bu dan katanya Aku disana menjadi Dokter pribadi seorang wanita yang tengah mengandung"

"Oh begitu.. Kalau bisa sempat pulang lah dulu nak ke rumah, tengok ibu dan kakak mu disini"

Setelah wisuda, Arif memang jarang menemui sang ibu di rumah, terlebih jadwal prakteknya kini mulai banyak.

"Insyaallah ibu, nanti Aku sempatkan pulang ke Cirebon sebentar"

Padahal Bu Fatma sudah menjalani operasi cangkok jantung, namun saat ini kondisinya malah menurun, sepertinya tubuh Bu Fatma belum terbiasa menerima keadaan jantung barunya.

"Aku berangkat kerja dulu ya ibu"

Sam berpamitan pada ibunya.

"Hati-hati ya Nak..."

Tini hanya diam berdiri di pintu kamarnya sambil memandangi Sam, semenjak tahu Tini hamil, sifat Sam kini semakin acuh terhadap Tini, Sam masih belum bisa menerima kehamilan Tini.

Saat ini Bu Fatma sedang tidak enak badan, Ia meminta Tini untuk memijat pundaknya juga kepalanya.

"Ibu kenapa belum sembuh juga ya, padahal ibu sudah operasi jantung, tapi sekarang kok malah sakit-sakitan terus Bu"

"Ibu ga tahu, dada ibu masih sering sakit, apa mungkin jantung ini ga bisa menerima kondisi tubuh ibu?"

Bu Fatma bertanya kepada sang menantu.

"Sebaiknya ibu cek lagi ke dokter, tanyakan hal ini Bu"

Tiba-tiba Tini mendapatkan pesan dari Fahmi yang ingin meminta uang untuk biaya rumah sakit pak Faris.

"Aku butuh uang untuk biaya rumah sakit papah selama seminggu, karena dokter mengatakan kondisi Papah semakin memburuk"

Semenjak kehilangan perusahaan dan menjual sebagian saham Pak Faris papah dari Fahmi kini sering sakit-sakitan, sikap Fahmi pun saat ini sudah berubah tidak lagi mabuk-mabukan tidak lagi menghambur-hamburkan uang, Mereka hidup sederhana dan apa adanya.

Tini merasa terganggu dengan pesan tersebut Ia merasa Fahmi akhir-akhir ini sering sekali meminta uang dengan mengancamnya, lalu Tini pamit untuk ke kamarnya sebentar dengan dalih ingin menghubungi sang ibu karena rindu.

Setelah dirasa aman Tini pun menghubungi Fahmi untuk tidak meminta uang terus-menerus dan berhenti mengancamnya.

"Saya kan sudah memberi Kamu uang dua Minggu lalu, dan uang itu ga sedikit Fahmi"

"Saya tahu, tapi papah sy butuh uang untuk berobat, Tini ingat ya, handphone kamu masih berada pada Saya"

Bu Fatma merasa ada yang tidak beres dengan menantunya, sekarang ini menantunya sering sekali menerima telepon atau menelepon dengan sembunyi-sembunyi jauh dari Sam dan Bu Fatma.

Merasa curiga kini Bu Fatma berusaha menguping pembicaraan Tini dari luar pintu kamarnya

"Aduh.. Ga terdengar lagi, bicara apa sih Tini ini?"

Karena usahanya sia-sia Bu Fatma pun menyudahi dan kembali ke kamarnya.

Tak ingin berlama-lama berbicara dengan Fahmi akhirnya Tini mau tak mau memberikan uang yang di minta Fahmi.

"Baik.. saya akan transfer uang yang Kamu minta, setelah ini jangan pernah mengganggu rumah tangga Saya lagi"

Ucap Tini dengan nada menekan Fahmi, Fahmi hanya mengiyakan saja perkataan Tini untuk saat ini, padahal dalam hatinya Ia tidak akan pernah berhenti mengganggu kehidupan Tini, karena Ia menganggap Tini dan pak Herman adalah penyebab kebangkrutan yang di alami papahnya dan sakit-sakitan yang di alami papahnya saat ini.

Saat ini sedang ada perebutan tender proyek keramik yang di adakan di kantor Sam, banyak perusahaan yang datang dan akan bersaing memperebutkan tender tersebut, bahkan Retno pun ikut sebagai peserta.

Pak Herman menyuruh Chandra selaku marketing perusahaan untuk ikut berpartisipasi dalam persaingan proyek tersebut.

"Saya percayakan pekerjaan ini sama Kamu Chandra, saya tahu kualitas Kamu, ingat Saya tidak ingin menerima kegagalan"

"Pak bukankah PT Jaya abadi juga masih milik bapak, kenapa harus takut kalah, jikalau Kita Retno tidak dapat proyeknya bukankah Retro masih mendapatkan royalti dari proyek ini Pak"

"Chan.. Tapi saham di dalamnya bukan sepenuhnya milik Retro, masih ada saham setengahnya milik apk Faris"

Chandra hanya menggelengkan kepalanya melihat keserakahan Pak Herman yang tak mau kalah dari orang lain, tak berlama-lama Chandra langsung mendatang perusahaan PT. Jaya abadi di Cirebon.

Dan pertama kalinya Chandra menginjakkan kakinya di perusahaan bekas milik Pak Faris. Tepat jm 10 pagi semua wakil perusahaan datang bersaing memperebutkan tender proyek keramik, dan disinilah Chandra akhirnya bisa bertemu Sam hingga bertatap wajah.

KABAR ASRI

Chandra berjalan melewati beberapa koridor sesekali pandangannya melirik kesana kemari seraya mencari Sam seseorang yang Ia benci dari dulu karena telah melukai hati orang yang paling Ia cinta.

Sam sudah siap dengan konsep yang akan Ia presentasikan di ruang meeting nanti, Ia bergegas pergi menuju ruang dimana acara akan segera di mulai. Sesampainya Sam di ruang tersebut Ia bertemu Chandra.

"Chandra..."

Ucap nya dalam hati, sambil memandang.

Begitupun Chandra Ia pun memandangi Sam dengan begitu tajamnya, Ia masih ingat betul bagaimana Sam meninggalkan Asri seorang diri.

Chandra ingin sekali menegur Sam, namun saat ini yang Ia pikirkan hanya soal pekerjaan, tak lama pemilik proyek keramik memulai acara Ia mempersilahkan kepada seluruh perwakilan perusahaan untuk mempresentasikan hasil karya nya.

Setelah semua selesai presentasi kini saat nya PT keramik Indonesia mengumumkan pemenang tender ini.

"Terimakasih untuk semua perwakilan yang sudah berusaha semaksimal mungkin menunjukan karya nya kepada Kami, tapi Kami hanya memilih satu di antara kalian yang paling terbaik"

Seluruh perwakilan saat ini sedang merasa tegang termasuk Chandra karena Ia merasa di bawah tekanan pak Herman supaya harus memenangkan tender ini.

"Dan yang kami pilih yaitu perusahaan dari PT. Jaya Abadi"

Semua orang bertepuk tangan atas keberhasilan yang Sam peroleh, semua mengucapkan selamat termasuk Chandra, memang harus di akui kecerdasan Sam belum ada yang menandingi apalagi jika di bandingkan dengan Chandra yang baru masuk dunia marketing beberapa bulan ini.

Kini Chandra mendatangi Sam memberikan selamat kepadanya.

"Selamat Kamu menang"

Sam hanya tersenyum dan menerima jabat tangan Chandra"

Rasanya Sam ingin sekali bertanya tentang kabar Asri pada Chandra, namun Ia menyadari kesalahan yang pernah Ia lakukan, dan Sam berfikir Chandra mungkin tidak akan memberikan informasi mengenai Asri.

Ketika Chandra ingin melangkah Sam langsung memanggil Chandra dan menyapa.

"Chandra tunggu"

Chandra menghentikan langkahnya, bertanya dalam hati apa yang akan Sam katakan saat ini

"Iya.. Ada apa?"

Sam merasa gugup tapi hatinya memberanikan diri.

"Asri apa kabar, apakah Dia sehat, apakah Dia sudah mendapatkan pengganti diriku"

Chandra terdiam memandangi Sam dengan tajam.

"Apa peduli Kamu terhadap Asri, bukankah Dia sudah bukan lagi orang yang Kamu sayang"

Sam sudah tahu pasti ucapan ini yang akan Ia dengar, tapi Sam saat ini masih bungkam merahasiakan alasannya pergi meninggalkan Asri waktu itu.

"Baik dengan jawaban mu ini Aku simpulkan bahwa Asri dalam keadaan baik-baik saja"

Setelah berbicara Sam pergi meninggalkan Chandra tanpa berpamitan, Chandra hanya masih terdiam memandangi Sam dari belakang, di hatinya berkata,

"Jika ku beritahu Asri pergi ke bandung meninggalkan Jakarta selamanya, Aku yakin Kamu pasti akan mencari tahu keberadaan Asri"

Ucap Chandra dalam hatinya, karena sebenarnya Chandra sengaja tak berbicara apapun tentang Asri, Dia masih menjaga rahasia kehamilan Asri saat ini.

Jam makan siang telah tiba, Sam memutuskan untuk pulang sebentar.

"Assalamualaikum"

Bu Fatma menjawab salam Sam.

"Sam.. Kamu pulang mau makan siang ya"

"Iya ibu, Bu hari ini Aku menang tender, ibu tahu Aku tadi berhadapan dengan siapa?"

Tanya Sam memberi teka-teki pada Ibunya.

"Memang Kamu berhadapan dengan siapa?"

"Chandra Bu".

Tini yang dari tadi mendengar percakapan Sam dan ibu nya kini ikut menyahuti ucapan Sam.

"Kamu pasti bertanya tentang kabar Asri" iya kan?"

Sam tak ingin berdebat dengan Tini Ia tak menjawab sedikitpun pertanyaan Tini.

"Sam...jawab Sam, Sam kamu kenapa sih semenjak Kamu tahu Aku hamil, Kamu sekarang tidak pernah bersikap ramah pada ku, bahkan Kamu tidak pernah mau tahu bagaimana kondisi kehamilan Ku"

Sam mulai kesal dengan semua omongan Tini lalu Ia kini menjawab,

"Aku tidak pernah melakukan apapun terhadap Kamu, kecelakaan itu, Aku tidak pernah menganggap nya ada, entahlah Tini Aku merasa itu bukan Anakku"

Tini sangat bersedih mendengar ucapan Sam, sekuat apapun usaha yang Ia lakukan sampai saat ini masih belum juga melunakkan hati Sam menerima Tini juga kandungnya.

"Kamu jahat Sam, jadi Kamu pikir Aku hamil anak siapa?"

Sam diam tak menjawab, Mendengar pertikaian yang terjadi antara Tini dan Sam kini membuat kepala Bu Fatma menjadi sakit.

"Aduh..."

Bu Fatma merasa kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya

"Ibu gak apa-apa, maaf ya Bu, ibu jadi terganggu karena pertikaian ini"

"Ibu gak apa-apa Nak"

Tiba-tiba ada seseorang datang bertamu ke rumah Bu Fatma

"Assalamualaikum.."

Semua menjawab salam itu dan menoleh melihat tamu yang datang, ketika tahu bahwa Arif lah yang datang, Bu Fatma yang tadinya merasa pusing Kini menjadi riang bahagia melihat putra bungsunya pulang ke rumah.

"Ya ampun Arif.. Apa kabar kamu Nak?"

Tanya sang ibu dengan hati yang bahagia, begitu juga dengan Sam Ia sungguh merindukan Arif yang hampir 5 bulan tak pulang-pulang dari Jakarta.

"Ibu, mas Sam Aku rindu kalian"

Arif memeluk sang ibu juga sang kakak, pelukan rindu ini membuat suasana sedikit haru.

Tak lupa juga Arif menyapa Tini kak iparnya.

"Hai mbak Tini, bagaimana kabarnya mbak?"

"Aku baik, bahkan lebih baik ketika Aku tahu Aku hamil saat ini Rif"

Arif sungguh terkejut mendengar berita ini, Ia tak menyangka mengapa bisa Tini hamil, sedangkan yang Ia tahu bahwa sang Kakak tidak pernah mencintai nya.

"Selamat ya mbak"

Ucap basa-basi Arif terhadap Tini.

Setelah itu Bu Fatma menyiapkan makan siang untuk kedua anaknya, lalu Arif mendekati Sam dan membisikkan sesuatu.

"Kak.. Aku punya kabar tentang mbak Asri"

San diam tak bergeming, rasa hatinya kini tak dapat di terka, Ia seperti bersemangat ingin tahu kabar apa yang akan Arif katakan tentang Asri, lalu Sam menjawab,

"Sebaliknya nanti Kita keluar sebentar bicara di luar, disini ada Tini mas tidak bisa leluasa berbicara tentang Asri"

Arif mengerti Ia menganggukkan kepalanya tanpa bicara.

Tak lama setelah makan siang selesai Arif mengajak kakaknya untuk berjalan-jalan mengabiskan waktu karena Ia besok harus pergi ke bandung.

"Ya sudah Kalian pergi sana, Ibu tahu kalian pasti saling merindu"

Bu Fatma sangat mengerti akan kerinduan dua saudara yang sudah lama tak bertemu.

"Aku boleh ikut"

Tiba-tiba Tini meminta ikut, tentu saja Sam menolak mentah-mentah permintaan Tini.

"Tidak, Aku hanya ingin pergi berdua dengan Adik ku, Kamu bisa memisahkan Aku dengan kekasihku, tapi tidak dengan Adik ku"

Tini sungguh tak mengerti dengan pikiran Sam yang jauh seperti itu.

"Aku tidak pernah berniat memisahkan Kamu dengan Arif, sebenarnya apa yang sedang Kamu katakan Sam"

Tak ingin berdebat dengan Tini, Sam langsung menarik tangan Arif, membawa Arif keluar rumah dan pergi bersamanya. Di dalam mobil Sam langsung menanyakan perihal kabar Asri.

"Aku dengar sendiri dari Dokter Farhan mas, bahwa Asri akan pergi ke bandung dan meninggalkan Jakarta Selamanya"

"Jadi Farhan adalah kakak Asri anak dari Pak Fery dan Bu Dian"

Arif menganggukkan kepalanya, lalu kemudian Sam bertanya alamat Dokter Farhan berada.

"Aku tidak tahu Mas, Tapi Aku sudah memberitahu pada Dokter Farhan bahwa mas adalah kekasih mbak Asri, dan aku pernah mendengar Dokter Farhan akan berusaha mempertemukan Mas dengan Mbak Asri suatu saat nanti"

Sam terdiam memikirkan arti dari perkataan Dokter Farhan.

Setelah banyak berbincang dengan sang Adik, Sam memutuskan untuk kembali ke rumah dan melanjutkan pekerjaannya di kantor.

MERASA TERSAINGI

Chandra kini kembali ke Jakarta melaporkan pekerjaan yang di lakukan di Cirebon kepada Pak Herman.

"Apa Kamu kalah Chandra"

"Saya minta maaf Pak Herman, Saya sudah membuat konsep sebagus mungkin tapi PT keramik lebih memilih konsep yang Sam buat"

"Itu artinya konsep Kamu kurang menarik Chan"

Pak Herman berbicara dengan nada cukup menekan Chandra, Ia tak terima jika dirinya di kalahkan dalam persaingan bisnis terlebih yang mengalahkan Dia adalah menantunya sendiri.

"Sudah lah kamu keluar sekarang dari ruangan Saya"

Chandra pun segera keluar dan berjalan dengan lesu seperti tak bergairah, di koridor Ia berpapasan dengan Juvi yang ingin pergi ke ruangan Pak Herman.

"Chan.. Lo kenapa lesu banget?"

"Gue capek Juv"

Chandra menarik nafasnya lalu menghembuskan dengan perlahan.

"Gue sudah dengar Lo kalah tender ya, bisa gue tebak, yang mengalahkan Lo pasti Sam"

Chandra tertawa kecil karena seluruh karyawan Retro sudah tahu siapa yang mengalahkannya, kemudian Chandra menjawab,

"Ya begitulah, mungkin memang yang dikatakan pak Herman ada betul nya, kalau Aku masih jauh tertinggal tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Sam"

Juvi menepuk pundak sahabatnya itu Ia tersenyum lalu memberikan semangat pada Chandra.

"Yang semangat... Seiringnya waktu Lo juga bakalan bisa ngalahin Sam, semua butuh belajar dan proses, Gue ingat betul Sam dulu juga sama seperti Lo, tapi lihat 3 tahun mengabdi pada Retro ilmu yang di dapat dari pak Herman ada gunanya kan?"

Chandra pun tertawa kecil mendengar perkataan Juvi, Ia jadi berfikir seperti senjata makan tuan, karena Sam saat ini bisa mengalahkan pak Herman dengan kecerdasannya.

"Ya sudah Juv, Gue mau pulang sekarang, karena tadi pak Herman mengatakan jika selesai pekerjaan ini, Aku boleh pulang"

Mereka pun berpisah disini.

Sesampainya di rumah Chandra langsung memasuki kamarnya lalu berehat di atas ranjang.

"Em em em... Enak banget ya pulang kerja masih pake kaos kaki sudah nangkring saja di atas kasur, ganti baju dong Chan..."

Rahma menasehati sang suami yang baru pulang kerja.

"Iya maafkan Aku ya"

Chandra segera melepas kaos kaki dan juga mengganti bajunya.

"Chan... Kamu kenapa?"

Rahma merasa Chandra saat ini sedang banyak pikiran.

"Hanya capek saja, tadi Aku bertemu Sam di Cirebon"

Rahma langsung fokus dengan apa yang di katakan Chandra

"Sam, Cirebon? Kamu sengaja menemui Sam kesana"

"Tidak Rahma, urusan pekerjaan, ada tender proyek keramik, dan Kamu tahu, Sam mengalahkan Aku"

Chandra tertawa menceritakan kekalahannya kepada Rahma

"Kamu tidak terima atau Kamu marah, atau Kamu cemburu karena Sam berada jauh dia atas Kamu"

Chandra memandang Rahma ketika Rahma berkata seperti itu.

"Entahlah Rahma, hanya saja, rasanya seperti tersaingi, Aku juga tahu Aku baru terjun di dunia marketing, tapi tak perlu juga kan pak Herman membandingkan kinerja ku dengan Sam"

Rahma hanya tersenyum melihat suaminya bersikap seperti itu.

"Ya sudah Kamu mau makan apa, oh ya.. Bagaimana Kita makan di luar Aku sedang ingin makan Nasi bakar"

Chandra tersenyum lalu Ia mengelus-elus perut Rahma dan berkata,

"Ini anak Papah atau mamahnya yang mau makan nasi bakar?"

Rahma jadi tersenyum-senyum hingga tertawa kecil melihat sang suami mulai tersenyum lagi.

"Gitu dong.. senyum... Jangan manyun terus, sudah deh lupakan soal pekerjaan, Kita manjakan dulu yang ada di perut"

Begitulah kiranya keharmonisan rumah tangga Chandra saat ini, namun ketika Chandra ingin mandi dompet di saku belakangnya tertinggal.

"Ya ampun. Aku sampe lupa menaruh dompet"

Iseng-iseng membuka dompet, Chandra pun melihat foto Asri yang ada di didalamnya, Chandra jadi teringat Asri lagi, dan sekarang Ia merindukan Asri yang entah bagaimana keadaannya saat ini.

"Kamu tidak akan pernah hilang dari pikiran ku, wajah Kamu nama Kamu akan selalu ada di hati Aku, tapi maaf Asri foto mu Aku simpan di belakang dahulu ya, suatu saat jika tuhan mempertemukan Kita kembali, baru Aku akan taruh lagi foto Kamu di sini"

Begitu lah curahan hati Chandra mengenai Asri di balik hatinya.

Setiap hari di rumah sendirian membuat Lia merasa kesepian, Lia pun langsung menghubungi sang ibu mertua.

"Memang Kamu mau main kesini?"

"Iya mah, kalau boleh.. "

Bu Alya akan sangat senang jika Lia main ke rumahnya, karena sejak Kasih berhenti menjadi ART di rumah Bu Alya, Bu Alya sering kesepian tak ada teman bicara, di tambah ketika Lia tersadar dari koma, hanya beberapa hari tinggal di rumah setelah itu Makmun juga Lia pergi dari rumah Bu Alya.

"Ya sudah Kamu hati-hati ya di jalan, mamah tunggu loh"

Tak lama Lia mendapati pesan dari sang Mamah bahwa papah nya akan pulang malam ini, karena tugas dinas nya telah selesai. Lia sangat bahagia mendengar berita baik ini, dan Ia menunggu Makmun pulang dari kerja untuk segera mengantarnya ke rumah orang tuanya.

Setelah itu Lia membeli banyak makanan setengah untuk ibu mertuanya dan lainya untuk kedua orang tuanya, selesai membeli makanan tersebut Lia bergegas menuju rumah Bu Alya.

Sore hari pun tiba, semua karyawan menghentikan pekerjaannya untuk pulang, Makmun membereskan meja kerjanya, lalu bergegas untuk pulang, namun saat Ia sedang berjalan, perutnya terasa sakit seperti kembung.

"Aduh.. Sepertinya telat makan, Aku mampir sebentar deh nanti di warteg terdekat Retro"

Ternyata warteg langganan Makmun telah tutup, Dia pun jadi kebingungan ingin membeli makan di mana, setelah itu ia melanjutkan perjalanan ingin pulang saja, namun tak jauh dari warteg langganannya ada sebuah rumah makan Padang yang mampu menggugah selera makan Makmun.

Makmun pun memarkirkan mobil nya, lalu Ia dengan segera masuk untuk makan sejenak di rumah makan tersebut.

"Mbak... satu porsi ya, makan disini"

Begitu selesai makanan di buat oleh pegawai rumah makan, pelayan tersebut langsung membawakan makanan itu ke pelanggan, namun belum saja sampai di meja Makmun pelayan rumah makan itu menghentikan langkahnya sejenak.

"Apa aku tidak salah lihat, itu kan mas Makmun"

pelayan itu tak jadi memberikan pesanan Makmun, Ia malah menyuruh temannya untuk menggantikannya mengantar pesanan Makmun.

"Aku minta tolong Kamu saja yang antar"

"Aduh Kasih.. Aku juga kan banyak pekerjaan"

"Aku mohon, sekali ini saja, Aku tidak pernah minta ini sebelum nya kan"

Kasih memohon pada teman kerjanya, merasa kasihan akhirnya teman kerja Kasih mau memberikan pesanan Makmun hingga ke meja makan.

"Terimakasih ya Eni"

Makanan pun siap di sajikan di meja makan Makmun, permohonan meminta bergantian mengantar makanan tadi cukup memakan waktu 15 menit, Makmun pun komplain, mengapa pesanannya lama sekali datang.

"Maaf Pak... Tadi teman saya seharusnya nya yang mengantar, tapi Dia tiba-tiba sakit perut"

Makmun melihat kesana kemari mencari karyawan yang di katakan pelayan ini.

Tak ingin ambil pusing, Dia pun langsung menyantap makanan tersebut karena memang rasa lapar Makmun sudah tak tertahankan.

Kasih hanya bisa melihat Makmun makan dari kejauhan, dalam hatinya berkata,

"Mas Makmun tidak boleh sampai melihat Aku disini"

Lima belas menit lamanya Makmun menyantap makanan, tiba-tiba Ia merasakan sakit perut lagi.

"Aduh.. Ini kenapa sakit lagi, padahal sudah makan"

Makmun terus memegangi perutnya, Kasih yang dari tadi memperhatikan Makmun Dia pun merasa tak tega dengan keadaan Makmun.

"Eni.. tolong Kamu berikan ini untuk pelanggan disana"

Kasih memberikan obat mag ditangannya.

"Kamu ini kenapa sih, padahal Kamu hanya tinggal jalan kesana dan memberikan obat ini"

"Aku tidak bisa, tolong lah"

"Emang dia siapa Kasih, kok sepertinya Kamu tidak ingin Dia tahu Kamu ada disini"

Terlalu banyak berdebat kasih dan rekan kerjaannya, sehingga membuat Makmun merasakan ingin buang air besar, Dia pun langsung berlari ke arah toilet, Makmun langsung bertanya kepada karyawan yang ada disitu

"Mbak toilet dimana ya?"

Semua menoleh termasuk Kasih, dan di tempat inilah yang menjadi pertemuan Kasih dengan Makmun.

"Kasih.."

Makmun terkejut melihat Kasih berada disini terlebih Ia melihat Kasih memakai pakaian seperti karyawan di rumah makan ini"

Kasih sepertinya tak bisa lagi bersembunyi di manapun karena Makmun telah melihatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!