Beberapa jam sebelum acara pertunangan di mulai, seorang pelayan datang membawa beberapa gelas minuman dan memberikan salah satu minuman kepada wanita cantik yang sudah siap mengenakan gaun pertunangan. Tanpa curiga sedikitpun wanita itu menghabiskan air di dalam gelas tersebut kebetulan juga dirinya sedang merasa haus. Tak lama, setelah itu ia merasakan gelisah dan badannya terasa panas. Pelayan tadi langsung sigap memberikan bantuan kepadanya dan membawa dirinya menuju salah satu kamar hotel yang sudah dipesankan oleh seseorang.
Nasib baik melindungi wanita cantik itu. Pelayan tersebut justru salah membawanya masuk ke dalam kamar yang bukan dipesan oleh seseorang.
“Nona, maafkan saya ! “
Setelah merebahkan bobot wanita cantik di sebuah kasur single king, pelayan itu langsung pergi meninggalkannya yang sudah menahan rasa panas dan gelisah yang menggebu.
Tak lama pintu terbuka dari luar, seorang pria dalam keadaan gelisah masuk ke dalam dan menutup pintu kamarnya dengan sedikit kasar.
“Ahhhhh, panas sekali ! Sialll !! Berani-beraninya mereka menjebakku !! “
“Ahhhhhh !!!! “
Perlahan pria itu melepaskan dasi yang mengikat lehernya dan membuangnya ke sembarang arah. Berjalan sedikit oleng, setengah sadar pria itu dapat melihat seorang wanita tanpa busana terbaring seperti cacing kepanasan.
Karena sama-sama merasa kepanasan, pria itu tanpa ba-bi-bu langsung saja menerkam wanita yang sudah terbaring tanpa busana dan saat itu terjadilah malam panas yang panjang untuk keduanya.
Pagi hari di salah satu kamar hotel, seorang wanita cantik mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk menerobos retina matanya. Saat kedua matanya sudah bisa menyesuaikan cahaya di ruangan tersebut, wanita itu merasakan sekujur tubuhnya sakit.
Saat ia ingin mendudukkan dirinya, wanita itu meringis saat merasakan perih di area kewanitaannya. Merasa tak beres, wanita itu langsung melihat dirinya. Betapa terkejutnya saat dirinya tak lagi mengenakan pakaiannya.
Setelah mengumpulkan kesadarannya, wanita cantik itu turun dari tempat tidur, tangannya meraih pakaian yang berserakan di lantai. Setelah memakainya dengan benar, wanita itu keluar kamar dengan langkah yang tertatih, namun sebelum itu iya menemukan sebuah surat dan cek senilai tak terduga di atas meja.
“Ssshhhh ! Ini…. “ wanita itu langsung mengambil kertas dan cek tersebut.
“Maaf, telah menodai mu. Ambil cek ini dan cairkan uangnya. Suatu saat aku akan segera mencari mu…“
Setelah membaca surat tersebut, wanita itu keluar dari kamar hotel dengan jalan tertatih.
Sesampainya di rumah, wanita itu masuk dengan langkah pelan. Nyeri di area kewanitaannya membuatnya harus meringis sepanjang jalan.
“AURORAAA !!! APA YANG KAMU LAKUKAN !!! “
PLAK !!!
“Mama… . “ Aurora Sanjaya memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari ibu kandungnya.
Di sebelah ibunya, Lea Sanjaya adik tirinya tersenyum sinis menatap kakak tirinya. Aurora yang masih belum bisa memahami suasana di hadapannya saat ini. Dia masih berfokus dengan rasa tamparan yang di dapat dari ibu kandungnya.
“Kak Aurora.. “
“Kau !! Kau perempuan menjijikan yang aku kenal ! Kau sangat murahan, Aurora !! “ sentak pria itu.
“Jeng Rika ! Saya benar-benar malu memiliki calon menantu seperti Aurora ! “ ujar seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan orang tua Aurora.
“Kakak, kenapa kamu seperti ini ! Kamu membuat keluarga kita malu ! “ ujar Lea sedih.
Wanita itu tanpa malu mempererat lingkaran tangannya di tangan pria yang merupakan tunangan Aurora. Memperlihatkan bahwa pria yang merupakan calon tunangan kakak tirinya sekarang sudah menjadi miliknya.
“Mah, dengerin Aurora ! Ma—
PLAK ! Wajah Aurora kembali mendapatkan tamparan keras dari ibunya.
“Tidak ada yang perlu kami dengarkan, Aurora ! Kamu sudah membuat mama malu ! “ ujar Rika marah.
“Seharusnya tadi malam kalian sudah melangsungkan pertunangan, tapi kamu malah mengkhianati Rexo ! “ sentak Rika marah kepada putri kandungnya, membuat dirinya harus malu di hadapan sahabat dan para tamu undangan.
“Tapi tak apa jeng Rika, saya sudah menemukan menantu yang baik seperti Lea. “ ujar Dea, ibu kandung Rexo.
Aurora tak terkejut lagi mendengar ungkapan dari orang tua mantan kekasihnya karena ia sudah mengetahui pengkhianatan itu sehari sebelum malam acara pertunangan Aurora dengan Rexo.
Ia mendengar sendiri, bagaimana adik yang dirinya sayangi menangis dan memohon kepada calon tunangannya untuk membatalkan pertunangan dirinya dan Rexo. Awalnya Aurora merasa terkejut dan dikhianati, apalagi adik tirinya mengaku hamil anak Rexo, kekasihnya kala itu.
Seminggu setelah kejadian malam panas itu, Aurora merasa sedikit tidak enak badan. Dirinya selalu berada di dalam kamar, sesekali perutnya terasa mual membuat tubuhnya terasa lemas.
Sedangkan keluarganya saat ini tengah sibuk membahas persiapan pernikahan Rexo dan Lea yang akan mereka gelar dua hari lagi.
“Uhhh, perutku terasa mual ! Tanggal berapa sekarang ? “ ujarnya dalam hati.
Tangan kanannya meraih benda pipih di atas meja. Perlahan, jari-jari lentiknya menggulir dan membuka menu kalender. Aurora menatap ragu kalender tersebut.
“A–aku sudah telat li–lima ha–hari… “ ucapnya terkejut, air matanya lolos begitu saja.
“A–Aku harus memeriksanya, tapi aku takut kalau harus ke rumah sakit. “ ucapnya panik.
Ia memukul pelan ponsel di telapak tangannya, sambil berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mengetahui apakah dirinya hamil atau memang hormonnya yang sedang tidak lancar.
Ctakkk !!! Aurora menjentikkan jarinya saat mengingat sesuatu. “ Aku harus beli testpack di apotik ! “.
Aurora bangkit dari duduknya, mengambil tas selempangnya dan pergi keluar kamar tanpa menyapa keluarga mantan kekasihnya.
“Lihatlah, pergi main nyelonong ! Tidak ada sopan santun ! “ sindir Dea kepada mantan kekasih putranya.
“Sudahlah, mama ! Mungkin kakak Aurora masih tidak terima bila Rexo lebih memilih Lea sebagai istrinya… “ ujarnya manja sesekali mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit.
“Kamu memang anak yang baik, tidak salah mama memilih kamu menjadi istri untuk putra mama yang tampan ini… “ puji Dea membuat Lea seperti mendapatkan hembusan angin segar.
Sementara itu, Aurora sudah berada di depan apotik. Dirinya ragu untuk masuk ke dalam, apa yang akan ia katakan jika ingin membeli testpack.
Setelah berperang dengan isi pikirannya, Aurora memberanikan diri masuk dan bertanya kepada karyawan apotek.
“Halo selamat siang, ada yang bisa kami bantu ? “ tanya salah satu karyawan apotik.
“Hmmmm… “ Aurora ragu untuk menanyakan testpack. “ a–aaa, ada test pack mbak ? “ tanyanya gugup.
“Oh, mbaknya mau beli test pack. “ Aurora mengangguk malu.
“Makanya mba, kalau pacaran jangan bablas ! “ seru salah satu customer apotik.
“Titipan teman saya mbak, minta saya beliin test pack, “ ujar Aurora berbohong.
“Mbaknya atau temannya ? Banyak loh mbak yang model omongannya seperti mbak. Biar nggak malu gitu… “ celetuk salah satu customer apotik.
Karyawan apotek langsung mengalihkan pembicaraan, mendengar julid orang-orang membuatnya pusing.
“Oh oke mba, mau model yang gimana ? “
“Model nya banyak ya mbak ? “ tanya Aurora bingung. “ Banyak mbak, mau yang biasa atau yang luar biasa ? “ tanya karyawan apotek sedikit bercanda, karena ia melihat bahwa pelanggannya sedikit malu untuk berbicara mengenai test pack.
“Yang akurat deh mbak, kan luar biasa hehe.. “ Aurora terkekeh untuk mengurangi rasa gugupnya.
Setelah membayar, Aurora langsung kembali ke rumah dengan sedikit menekan gas melajukan kendaraan roda empatnya.
“Ini, cara pakainya harus pagi. Tapi aku penasaran hasilnya. Apa aku coba dulu terus biarkan semalaman, pasti hasilnya sama saja.. “
Aurora membaca petunjuk tersebut, dan langsung mempraktekannya di kamar mandi. Ia menyimpan dua benda itu di atas wastafel kamar mandinya. “Huftt.. “
*
*
*
*
Keesokan harinya, Aurora bangun lebih awal untuk melihat hasil pemeriksaannya. Wanita itu memegang stick test pack dengan wajah yang sudah basah terkena air matanya.
Aurora menangis, melihat hasilnya yang menunjukan dua garis.
“A–aku hamil… . “ lirihnya.
“APAAAAA ?!!! KAMU HAMILLL !! “
Degh ! Aurora spontan membalikan badannya, ia terkejut melihat mama dan saudara tirinya yang berada di dalam kamarnya.
PLAKKK !! Wajah Aurora tertoreh ke kanan akibat tamparan keras dari ibunya.
“DASAR WANITA LIAR ! SUDAH BIKIN MALU SEKARANG BIKIN AIB DI KELUARGA INI ! “
“ SEKARANG JUGA PERGI KAMU DARI RUMAHKU !! JANGAN PERNAH TAMPAKKAN WAJAHMU DI HADAPANKU LAGI ! AKU TAK SUDI MEMILIKI ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH !! “
“PERGI DARI RUMAHKU ! INGAT JANGAN MEMBAWA APAPUN DARI RUMAH INI DAN JANGAN GUNAKAN NAMA SANJAYA DI BELAKANG NAMAMU ! HARI INI AKU MEMUTUSKAN HUBUNGAN IBU DAN ANAK ! PUTRIKU SEKARANG HANYA LEA SEORANG !! “
Degh ! Air mata Aurora kembali mengalir deras, rasa sakit hatinya belum pulih kini kembali tersayat oleh perkataan ibu kandungnya.
“Mama… . “
“Jangan panggil aku dengan sebutan mama ! Kamu bukan anakku lagi ! Sekarang keluar dari rumahku !! “
“ Rino, cepat usir kak Aurora ! Mama sudah mengusirnya ! “ titah Lea kepada Rino pekerja rendahan yang selalu dijadikan babu oleh Lea.
Rino langsung membawa Aurora keluar dari rumah. “ Nona, ini untuk nona. Pakailah, maaf saya tidak bisa membantu banyak. Tapi nona, bisa datang ke alamat ini… “ Rino memberikan sebuah amplop yang berisi sedikit uang dan kertas yang berisi alamat.
Setelah mengatakan itu, Rino langsung pergi meninggalkan Aurora yang menatap punggung Rino. Tak lama, Aurora berjalan meninggalkan rumah yang penuh kenangan bersama keluarganya.
“Apapun yang terjadi Bunda tetap membesarkan kamu“
...***...
Happy Reading
Sejak beberapa bulan lalu,dimana Aurora diusir, wanita itu memilih tinggal di rumah sederhana milik Rino yang bekerja di rumahnya.
Setiap hari, Rino datang ke rumahnya untuk membawa barang-barang yang dibutuhkan oleh ibu hamil.
“Kak Aurora, Rino pergi sebentar ! Mau beli susu hamil buat kakak. Rino lihat sudah habis di lemari ! “
“Biar kakak saja yang beli, kamu pergilah ke rumah. Nanti orang-orang mama tahu kalau kamu memberikan kakak tempat tinggal disini.. “
Ya, sejak itu juga, Aurora meminta Rino untuk memanggilnya kakak sehingga keduanya terlihat seperti kakak dan adik. Rino dengan senang hati memanggil anak majikannya dengan panggilan kakak, karena ia sama sekali tidak memiliki keluarga lagi setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
*
*
*
*
Sedangkan ditempat lain, seorang pria tampan sedang mengeluh. Ia merasa perutnya seperti di aduk-aduk. Wajah tampannya terlihat sangat pucat, bahkan beberapa kali ia merengek seperti bayi kelaparan membuat asistennya pusing tujuh keliling.
“Tuan, anda sebenarnya kenapa ? Anda merengek seperti bayi, mengatakan perut diaduk-aduk tapi tidak boker, anda sebenarnya kenapa tuannnnn ???!!! Apa perlu saya panggilkan dokter pribadi anda untuk memeriksa keadaan tuan saat ini ???? “
“Diamlah, Vino ! Kamu cerewet sekali ! “
“Saya cerewet karena saya peduli sama anda, tuan ! “
“Ngomong sekali lagi, saya potong gaji kamu ! “ ancam pria itu.
Ceklek ! Brak ! Pintu terbuka dengan sangat kasar. Seorang wanita berpenampilan seksi masuk dengan wajah merah dan dibelakangnya seorang wanita berprofesi sebagai sekretaris CEO datang dengan raut wajah penuh khawatir.
“Tuan, maafkan saya ! Nona ini memaksa untuk masuk ! “
“Gara ! Apa yang kamu lakukan ! Kenapa karyawanmu melarangku untuk masuk ke perusahaanmu ! “ ujar wanita itu kesal, ia berjalan menghampiri Anggara.
Namun, naasnya Anggara mengalami mual-mual. “ Berhenti disanaaaaa !!! Huekkk !!! Badanmu bau jigonggggg !!! Jauh-jauh dariku !! “ teriak Anggara menutup hidungnya.
Wanita seksi itu langsung mengendus-endus badannya membuat Vino menahan tawanya.
“Apa ?! Ada yang lucu ?! “ sentak wanita itu.
“Keluar dari ruanganku ! Bau jigong mu membuat perutku terasa mual !! “ sentak Anggara, ingin muntah.
Wanita seksi itu tak mengindahkan larangan Anggara, ia terus menghampiri Anggara dengan percaya diri. Namun, kepercayaan dirinya hilang saat Anggara memuntahkan cairan bening tepat di wajahnya.
“Huekkkkk !! “
“AKHHHHHHHHHHH !!!! GaraYYYYYYY !!! “ teriak wanita itu membuat Vino dan sekretaris Anggara tertawa terbahak-bahak.
“BHUAAHAHAHAAHHAAH ! “
*
*
*
*
*
“Kamu itu ! Disuruh periksa nggak mau, sekarang kamu membuat wanita pilihan mommy dan daddy menangis. “
“Itu pilihan kalian, bukan pilihan Gara.. “ bantah Anggara, sungguh ia sangat muak dengan perjodohan yang dibuat oleh kedua orang tuanya.
Keduanya sudah sangat ingin memiliki cucu, membuat Anggara kesal luar biasa. Bahkan Anggara sendiri bingung dengan keadaannya beberapa bulan ini yang sering menginginkan sesuatu, merasa mual ketika semua orang menggunakan parfum yang menyengat. Banyak wanita cantik yang datang menghampirinya, namun tidak pernah sekalipun digubris.
“Gara, kapan kamu akan menikah ? Mommy sudah sangat ingin menimang cucu… “
“Mooommmm, pertanyaannya bisa diganti nggak ? “
“Kenapa diganti ? “ tanya Arumi kepada putranya heran.
“Gara pusing dengarnya. Tunggu —, “
“Tunggu apa ?” tanya Arumi merajuk.
“Mommy sudah gatal ingin menimang cucu ! Menunggu kamu menemukan wanita itu, sampai kapan ? Keburu berkarat batangmu !“
“Eh ?!! “
*
*
*
*
*
Beberapa hari berlalu, perut Aurora sudah terlihat sangat besar. Aurora tak pernah mengecek kandungan walau Rino terus saja membujuk kakaknya itu untuk melakukan pemeriksaan.
Dirinya juga sudah sangat penasaran dengan kehamilan kakaknya itu.
“Kak, perut kakak terlihat lebih besar. Apa kakak hamil banyak anak ? “ tanya Rino polos.
“Hamil banyak anak bagaimana ? “ tanya Aurora mengelus perutnya yang terlihat sangat besar.
“Semacam hamil kembar gitu, tetangga depan sana kemarin baru habis lahiran, anaknya kembar lagi. Apa jangan-jangan kakak juga hamil kembar ? “
“Hussss ngawur kamu, mungkin ini karena kakak banyak makan. Soalnya porsi makan kakak tiga kali lebih banyak dari biasanya. “ jelas Aurora.
“Benar juga ya kak. Nggak papa deh, yang penting kakak dan ponakan aku sehat-sehat… “
“Amin… “
Sore harinya, Rino berpamitan untuk kembali ke rumah orang tua Aurora. Dirinya tadi meminta izin untuk bertemu temannya, sehingga majikannya memberikan izin padanya.
“Mama… … perut Lea terasa nggak nyaman ! “ rengek Lea kepada Dea.
“Aduh, kamu jangan banyak bergerak. Biar mama panggilkan bibi untuk memijat kakimu. Pasti pegalkan ! “
“Tinggal dua hari lagi kamu akan melahirkan, mama nggak sabar nimang cucu… “
“Lea juga mah… “
Lea merasa senang, inilah yang dirinya tunggu-tunggu. Menikmati semua kebahagian kakak tirinya, mendapatkan suami yang tampan dan royal , mertua yang perhatian, harta yang melimpah dan tentunya kasih sayang dari mama tirinya.
Dirinya sangat senang membuat kakak tirinya hidup susah, kini ia memerintah seseorang untuk mencari keberadaan kakak tirinya itu. Ia ingin lihat seberapa menderitanya sang kakak saat tidak menggunakan fasilitas mewah dari mama Rika.
“Ya, hallo ! “ seru Lea mengangkat telepon yang masuk.
Dea meninggalkan menantunya dikamar, sedangkan dirinya menyusul sang suami masuk ke dalam kamar mereka.
“Kami sudah menemukan keberadaan kakak tiri nona… “
“Bagus ! Dimana dia tinggal sekarang ? “ tanya Lea dengan senyuman sinisnya. Orang suruhan Lea langsung mengatakan dimana Aurora tinggal dan faktanya ia sangat terkejut.
“APA ??! “
*
*
*
*
*
“Kamu saya pecat, Rino ! Beraninya kamu menampung anak tak tahu diri itu ! Kamu pakai uang gajimu untuk anak itu ?! Kamu gila !! “
“Maaf nyonya, tapi itu uang gajian saya. Wajar saya memberikannya kepada Kak Aurora “
“Aurora kamu panggil kakak, “ Rika menggelengkan kepalanya. “ Sekarang kamu pergi dari rumah saya ! Kamu sudah saya pecat ! “
Rino mengangguk dan pergi begitu saja, sedangkan suami baru Rika langsung pergi tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Mas mau kemana ? “ teriak Rika kepada suaminya.
“Nyari angin ! “ dustanya.
“Kenapa nyari angin, aku disini ada ! “
Pria itu menatap istrinya, melihat penampilan istrinya tak membuatnya bergairah. Dirinya hanya melihat Aurora saja sudah bergairah, maka dari itu tujuannya pergi adalah mencari keberadaan Aurora.
*
*
*
*
*
Aurora kini sedang mendudukkan dirinya disofa sambil menonton film, sambil minum susu hamilnya yang terakhir karena dirinya belum sempat membelinya lagi. Sesekali Aurora mengusap perutnya yang sudah mulai membesar, dirinya masih kepikiran dengan ucapan Rino.
“Apa benar aku hamil anak kembar ? Tapi rasanya tidak mungkin .. keluargaku sama sekali tidak memiliki keturunan anak kembar … “ ucapnya lirih.
Tok !
Tok !
Tok !
Terdengar suara pintu diketuk dari luar Aurora yang sedang menonton segera beranjak dari duduknya berjalan pelan menuju pintu rumah.
Ceklek !
“Rino ?! “ Aurora kaget melihat penampilan Rino yang berantakan, wajahnya babak belur, bibir dan hidungnya mengeluarkan darah.
“Kamu kenapa dek ? “ tanya Aurora khawatir.
“Ki–kita masuk dulu kak ! “ Rino sedikit mendorong tubuh Aurora untuk masuk ke dalam, sedangkan dirinya menutup dan mengunci pintu rumah dengan tergesa-gesa.
Sesekali ia melihat keluar melalui jendela, menyibak sedikit gorden jendelanya untuk melihat keadaan luar “ semoga kakak aman tinggal disini.. “
“Rino ! “
“Eh, kakak ?! “
“Kamu, lihatin apa sih ? “ Rino menggeleng.
Ia mengajak Aurora untuk duduk, wajahnya sedikit ngilu. Beberapa kali meringis perih. Aurora memaksa Rino untuk menceritakan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi. Mendengar cerita Rino, membuat Aurora merasa bersalah.
Aurora langsung saja mengompres wajah adiknya itu dan memberinya obat agar memar di wajah Rino menghilang walau harus menunggu beberapa hari.
“Anggara, kamu mau kemana ?” tanya Arumi kepada putranya yang terlihat mengenakan kaos oblong dan celana selutut.
Namun, Anggara tidak menggubris pertanyaan mommynya. Ia pergi begitu saja, menghampiri Vino yang menunggunya di depan mobil. Malas berdebat, apalagi ada wanita yang duduk disebelah mommy membuat Anggara muak.
“Garaaaaa !!! dengar mama ngomong nggak?! “
“Kenapa mukanya ditekuk gitu, bro ? “ tanya Vino basa basi.
“Ayo, jalan ! Kakak sudah tidak sabar, ingin mencicipi bakso di depan minimarket itu ! “
“Semakin kesini semakin aneh, ngidam kali ya.. “ gumam Vino heran melihat kelakuan sahabatnya itu.
“Vinooooooo !!! Buruannnn !! “ teriak Anggara di dalam mobil.
“Yaaaa sabarrrrrr !!! “
Di sisi lain, Aurora dan Rino berhenti di salah satu minimarket yang cukup jauh dari tempat kediaman mereka. Setelah memarkirkan motor, keduanya langsung masuk ke dalam minimarket untuk mencari susu hamil dan kebutuhan lainnya.
Aurora dan Rino berpencar, Rino memilih mencari kebutuhan rumah yang berada di ruangan lain sedangkan Aurora memilih mencari susu hamil untuk dirinya.
Aurora menatap rak susu hamil yang tersusun rapi di depannya. Ia mencari susu yang sesuai dengan bulan kehamilannya. Saat tangannya terangkat ingin mengambil satu kotak susu yang tersisa tiba-tiba ada sebuah tangan lain yang merebut kotak susu tersebut.
“Eh ?! “
Aurora sontak mengalihkan pandangannya, begitu juga dengan wanita itu. Namun, saat melihat siapa yang merebut kotak susunya, Aurora merubah raut wajahnya datar.
“Ups ! Lihat siapa yang aku temui hari ini ? “ ujar wanita itu menatap Aurora dengan tatapan merendahkan.
Lea, adik tiri Aurora memandang Aurora dari atas hingga bawah. “Kak Aurora, kenapa penampilanmu seperti badut. Rambut cepol, pakai daster, sandal jepit hahaha… Apa ini style kamu sekarang ? “.
Aurora tak peduli dengan apa yang dikatakan, Lea. Ia hanya diam menatap datar Lea yang sedang mentertawakan dirinya.
“Semakin miskin, wajah tidak terawat ! Memang pantas menyandang wanita miskin ! “
“Kamu lihat kak, semenjak kejadian itu hidupku semakin berjaya. Apa yang kamu miliki dulu sekarang sudah menjadi milikku seutuhnya ! “
Aurora mengangguk. “ Iya bagus, kalau semuanya jadi milik kamu. Jadi, kamu nggak perlu ganggu hidupku lagi kan ? Sekarang, enyahlah dari hadapanku ! “
Lea tak terima, ia belum puas menghina Aurora. Apalagi saat tahu, Aurora hidupnya masih baik-baik saja membuat Lea tak terima.
“Kamu hamil kak ? “
“Kamu nggak buta kan ? “ balas Aurora membuat Lea membulatkan matanya.
“Suami kakak dimana, kenapa nggak nemenin kakak belanja ? Tidak seperti suamiku yang selalu menemani aku belanja… “ sindir Lea, ia ingin semua orang tahu bahwa Aurora hamil diluar nikah.
Aurora melihat sekelilingnya, ada beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya dan Lea. Aurora tahu jika Lea ingin mempermalukan dirinya.
“Kamu terlalu perhatian denganku, suamiku tidak seperti suamimu yang memiliki banyak waktu. Suamiku bekerja untuk memenuhi kebutuhan istrinya dan bayi dalam kandungan kami.. “ balas Aurora sendu dan menghayati perannya untuk membalikan keadaan.
“Oh, aku kira wanita itu hamil diluar nikah. Ternyata suaminya sedang sibuk bekerja. “
“Iya, wajar saja suaminya tidak menemani. Wong kerja buat anak bininya.. “
Desas desus pelanggan minimarket, membuat Aurora tenang dan senang akhirnya asumsi orang-orang berubah menjadi positif untuknya berbeda dengan Lea ia tak terima mendengar asumsi orang-orang.
“Kalian jangan percaya ! Wanita di hadapan saya ini adalah seorang pelakor ! Dia mencoba merebut suami saya dan bahkan dia berani mengatakan bahwa, dia hamil anak suami saya ! “.
Aurora menganga mendengar perkataan Lea, “ sejak kapan aku menjadi seorang pelakor ? Apa kamu mengatai dirimu sendiri ? “ tanya Aurora heran.
“Mbak, kalau mbak yang memakai daster itu seorang pelakor apa mbaknya ada bukti ? “ tanya salah satu pelanggan yang berdiri tak jauh dari Lea.
Lea terdiam. Melihat diamnya Lea, Aurora kembali membuka suaranya membuat Lea semakin tersudut dihadapan orang-orang . “ Kalau aku pelakor, lalu kamu apa ? Wanita yang tega merebut calon tunangan kakaknya, sendiri. Wanita yang memohon kepada calon tunangan kakaknya untuk membatalkan pertunangannya dengan sang kakak, agar pria yang sebentar lagi akan menjadi tunangan kakaknya itu membatalkan pertunangan dengan kakaknya dan beralih bertanggung jawab karena telah membuatmu hamil. Begitu maksudmu, Lea ?“
Mendengar ucapan Aurora, Lea menjadi panik. Orang-orang malah menggunjing dirinya sebagai pelakor. Rexo yang mendengar suara istrinya yang berteriak segera menghampiri.
“Lea ! Lea ada apa, kamu kenapa Lea ? “ tanyanya setelah berada di hadapan sang istri.
Aurora yang melihat bagaimana mantannya perhatian dengan adik tirinya tidak lagi merasa sakit hati. Ia malah tersenyum sinis melihat Lea berakting tidak sedang baik-baik saja dihadapan Rexo.
Merasa muak dengan adegan itu, Aurora memilih pergi bersama dengan bubarnya ibu-ibu.
“Masss, hiks.. Kak Aurora membuatku malu.. Di–dia memfitnah a-aku hikssss… “
“A–Aurora ada disini ? “ tanya Rexo menatap wajah istrinya. Lea mengangguk, namun tiba-tiba Lea merasakan sakit dibagian perutnya membuat ia meringis.
“Akhhh !!! Massss perutku sakitttt !! “ teriak Lea kesakitan.
Tanpa pikir panjang, Rexo membopong tubuh istrinya dan membawanya ke mobil meninggalkan barang belanjaannya yang belum sempat dibayar.
Melihat kepergian Rexo dan Lea, Aurora kembali ketempat tadi dan mengambil kotak susu yang direbut oleh Lea.
“Hehehe, aman deh susunya ! “ujar Aurora memegang kotak susu itu.
“Kak ! Susunya udah ? “ tanya Rino tiba-tiba membuat Aurora terkejut. “Astaga, kamu ini ngagetin aja ! “.
Aurora mengajak Rino untuk ke kasir membayar barang belanjaan mereka, dan setelah itu meninggalkan minimarket.
“Hmmm, sepertinya aku ingin bakso itu ! “ tunjuk Aurora kepada Rino.
“Ayo, mumpung masih disini ! “ seru Rino membawa kakaknya menyebrang jalan dimana lapak bakso itu jualan.
*
*
*
*
*
“Pak, bakso uratnya dua ya.. “
“Eh, kenapa dua ! Pak saya mau lima mangkok ya ! “ seru Aurora membuat Rino dan penjual bakso itu terperangah tak percaya.
“Se–Serius ini lima mangkok ? “ tanya penjual bakso bingung.
“Serius pak, saya sama bayi saya mau lima mangkok… “ Rino yang mendengar itu menggaruk kepalanya.
Tak lama setelah keduanya memesan lima bakso, datanglah dua pria dewasa yang juga memesan bakso, namun porsi baksonya hanya tersisa untuk satu orang.
“Maaf, nak Vino ! Baksonya cuma cukup untuk satu orang lagi… “
“Loh, tumben banget pak. “ ujar Vino kaget.
“Iya, soalnya udah diborong lima mangkuk sama mbak hamil diujung sana.. “ pandangan keduanya mengarah kepada sosok wanita hamil yang menikmati satu mangkuk bakso, dan masih tersisa tiga mangkuk yang belum tersentuh.
“Kamu beli sana satu mangkuk, aku pengen dua porsi dari wanita itu ! “ ujar Anggara kepada sahabatnya itu. Entah mengapa dirinya sangat menginginkan porsi bakso dari wanita itu, dan sahabatnya harus bisa mendapatkan porsi bakso itu dari wanita hamil.
“Terus aku makannya apa kalau kamu maunya dua ?! “ ujar Vino gregetan.
“Ya, jangan makan. Gitu aja ribet ! “
“Kamu ini, kayak orang lagi ngidam ! Katakan padaku, gadis mana yang kamu hamilin ! “ ucap Vino kesal tanpa sadar ia telah membuat Anggara terdiam.
“Heh ?! Diam lagi, oke-oke aku beli sama wanita itu. Kalau dikasih, kalau nggak jangan nangis ! “ ujar Vino saat melihat wajah sahabatnya seperti akan menangis.
“Gitu dong dari tadi ! “
Vino dengan langkah lebar menghampiri meja Aurora dan Rini. Kedua orang itu kaget melihat seorang pria tampan datang langsung membeli dua porsi bakso milik Aurora.
“Mbak, saya beli dua mangkuk itu ya ! “ ujar Vino tanpa basa basi langsung mengatakan ingin membeli dua mangkuk bakso.
“Nggak bisa gitu dong, bang ! “
“Tapi dek, porsinya sisa satu mangkuk, sedangkan teman saya lagi pengen makan tiga porsi.. “ jelas Vino berusaha agar wanita hamil itu mau memberikan dua porsi bakso untuk dirinya.
“Teman abang ngidam ? “ tanya Aurora heran.
Vino sontak menganggukkan kepalanya. Ia menunjuk dimana Anggara sedang menatap mereka dengan wajah penuh harap.
“Istrinya lagi hamil ya bang ? “ Vino terpaksa mengangguk untuk mendapatkan dua porsi bakso, raut wajah Aurora mendadak sendu, mendadak rasa ingin makan bakso dalam jumlah porsi banyak menguap begitu saja tapi, Aurora tak mau rugi.
Ia menatap Rino dan Vino bergantian, ia memberikan bukan cuma dua porsi melainkan tiga porsi sekaligus membuat Vino menatap tak percaya. Rino ingin protes tetapi Aurora mencegahnya, kemudian Aurora menatap pria itu seraya mengatakan pria itu harus membayar mahal tiga porsi bakso, waktu dan rasa ngidamnya yang mendadak menguar.
“Berapa yang harus saya bayar ? “
*
*
*
*
Sedangkan di depan ruang operasi, Rexo dan keluarganya sedang menunggu Lea yang berjuang di meja operasi. Rexo meminta sang dokter untuk melakukan operasi cesar sesuai keinginan istrinya.
“Rexo, bagaimana bisa Lea kontraksi di minimarket ? Untung menantuku brojol di rumah sakit bukan di minimarket ! Mau simpan dimana wajah mama, jika itu terjadi ! “
“Mama, ini semua karena Aurora ! Dia yang membuat istriku seperti ini ! Dia penyebab semua ini ! “
“Apa ?! Aurora !!! Benar-benar licik wanita itu ! Rika tolong ajarkan putrimu itu dalam bersikap ! “ sentak Dea marah.
“Maaf Dea, tapi Aurora sudah tidak ada lagi hubungannya denganku. Putriku hanya Lea, tidak ada yang lain ! “ ungkap Rika tak terima.
Ketiganya sama-sama diam, hingga suara bayi terdengar sampai keluar.
oeeekkk !! oekkk !! oekkk !!!
“Mama ! Bayiku lahir ! Bayi ku sudah lahir !! “ Aku sudah menjadi seorang ayah !! “ ujarnya senang, Rexo sangat bahagia begitu juga dengan dua keluarga itu.
“Putriku sudah jadi ibu… “ ucap Loren ayah kandung Lea, suami kedua Rika.
“Iya mas, putri kita sudah menjadi ibu… “ ucapnya tak kalah senang, Rika memeluk tubuh suaminya dengan erat.
Sementara itu, Anggara dan Vino tengah menikmati bakso yang mereka beli dari wanita hamil.
“Untung banyak hari ini, “ ujar Aurora senang.
“Harusnya kakak bilang seratus juta, lumayan kita bisa buka usaha ! “ celetuk Rino.
“Harusnya gitu, tapi kakak tidak punya atm sekarang. Bagaimana jika mereka memintanya untuk di transfer, mau transfer kemana ? “
“Benar juga, ya! Ya, kali transfernya pinjam rekening orang “
“Rugi dong ! “
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!