Dibawah hujan deras yang turun dari gelapnya langit di sore hari.
Seorang pemuda terlihat berdiri dengan mata kosong menatap ke kuburan yang berada di depannya.
'Mengapa ini terjadi?'
Dia sangat senang ketika akhirnya dia bangun dari koma, meski samar, dia bisa merasakan sedikit waktu yang berlalu ketika dia koma.
Saat dia sadar, dia mengharapkan untuk segera bertemu dengan kedua orang tuanya dan adik perempuan nya.
Adapun sahabat dan kekasihnya.
Tapi semuanya telah hancur saat dia kembali sadar.
Kecelakaannya saat berusia 13 tahun sebenarnya dilakukan secara sengaja oleh sahabatnya yang menginginkan kekuasaannya.
Kedua orang tuanya juga dijebak dan berakhir mati meninggalkan adik perempuannya sendirian yang kini hanya bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah kafe pinggir jalan.
Kekasihnya juga meninggalkannya dan memutuskan untuk bersama dengan sahabat yang paling dia percayai.
“Kakak..! Maaf! Maaf! Maafkan aku! Andai saja aku lebih baik dalam menangani bisnis ayah dan ibu! Aku pasti tidak akan membiarkannya jatuh di tangan mereka!“
Di sampingnya, adiknya menangis dengan keras, mengusap air matanya yang tidak henti hentinya turun.
Adiknya sebagai orang terakhir yang sadar dan waras di keluarga nya telah bekerja keras untuk mempertahankan bisnis keluarga nya meski dia masih dibawah umur.
Namun, karena dia yang koma di rumah sakit, sahabatnya menggunakannya sebagai sandera dan akhirnya adiknya menyerahkan bisnis keluarga nya dengan imbalan dia akan tetap hidup.
Bagaimana bisa adiknya mengatakan bahwa ini salahnya?
Semuanya adalah salahnya.
Dia telah menjadi beban bagi adiknya.
Adiknya masih berusia 16 tahun, usia dimana dia harusnya hidup bahagia dengan temannya tanpa harus memikirkan keuangan.
Ronan menatap adiknya yang tidak henti hentinya menangis itu, kemudian dengan diam diam membawanya kepelukannya.
“Jangan menangis Riana… aku pasti akan memberi mereka perhitungan atas semua hal ini”
Tidak ada emosi di wajah Ronan, namun di lubuk hatinya, dia penuh dengan amarah dan kesedihan.
'jangan berpikir untuk kabur lagi, aku pasti akan mencari kalian hingga di ujung dunia sekalipun'
Setelah itu, suara petir yang memekakkan telinga muncul dan menyambar suatu daerah. Ronan mengabaikannya dan hanya mendengarkan suara adiknya yang menangis dengan penuh kesedihan.
Dia kemudian membelai rambutnya.
“Jangan menangis, semuanya akan baik baik saja sekarang”
Tatapan Ronan menatap kedepan, dia menatap sebuah panel merah gelap transparan tanpa adanya emosi sedikitpun.
Panel itu memperlihatkan:
Nama: Ronan Adgar
Usia: 18 Tahun
Keterampilan: Tidak Ada
Misi Terselesaikan: 0
***
Keesokan harinya.
Ronan terbangun dari tidurnya, dia saat ini berada di sebuah apartemen sempit yang hanya memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi dan satu dapur yang menyatu dengan ruang tamu.
Ronan melirik ke sampingnya, adiknya sudah tidak terlihat, padahal Ronan yakin dia tidur satu kasur dengan adiknya.
Ronan bangun kemudian dia segera keluar menuju ke ruang tamu, di atas meja terdapat makanan dengan secarik kertas yang tertindis oleh sebuah piring.
Ronan mengabaikan makanan itu kemudian mengambil secarik kertas yang tertindis oleh sebuah piring itu.
-Kakak! Aku akan pergi sekolah, ah ya kamu juga harus sekolah jika tubuhmu sudah baik baik saja, omong omong aku akan pulang terlambat oke? Aku sudah menyiapkan kakak makanan diatas meja jadi uh.. selamat makan!
Itu adalah pesan yang jelas dari Riana.
Ronan kemudian melirik makanan yang dibuat oleh adiknya, sangat sederhana dan murah berbeda dibandingkan balik kehidupannya yang dulu penuh dengan keistimewaan.
“Pulang terlambat ya..?“
Ronan menyipitkan matanya dengan sedih, dia sudah bisa menebak bahwa adiknya terlambat pulang dikarenakan adiknya bekerja di sebuah kafe di pinggir jalan sebagai seorang pelayan.
Dia benar benar kakak yang buruk.
Ronan melirik ke sampingnya, panel sistem masih mengambang disampingnya, namun kali ini memiliki informasi yang berbeda dengan kemarin yang dia lihat.
Misi: Tubuh Host Terlalu Lemah Setelah Kembali Dari Koma, Karena Itu Ayo Perbaiki Tubuh Host!
Detail Misi: Lakukan 10x Push Up, 10x Pull Up Dan Pergilah Lari Santai Sejauh 10 Kilometer.
Sistem ini adalah sesuatu yang Ronan terima ketika dia menghadapi kenyataan pahit tentang kehidupannya setelah sadar dari koma.
Awalnya dia merasa bahwa apa yang dia lihat mungkin saja hanyalah sebuah halusinasi semata-mata.
Tapi, setelah dia merasa sangat menderita karena kenyataan pahit yang datang satu demi satu lainnya, dia kini tidak bisa memikirkan apapun lagi kecuali balas dendam dan merawat adiknya.
Maka dari itu, dia memutuskan untuk mempercayai apa yang dia lihat.
“Olahraga ya..?“
Ronan melirik tubuhnya sendiri, sekarang dia benar benar kurus dan kekurangan gizi. Nah apalagi yang diharapkan dari seorang yang telah koma selama 5 tahun?.
Demi balas dendam Ronan akan melakukan apa saja yang dibutuhkan, fisik yang bagus diperlukan dalam prosesnya jadi Ronan dengan senang hati menerima misi yang sistem berikan padanya.
Ronan kemudian mulai melakukan push up, dia menurunkan tubuhnya yang terasa sangat berat dan menahannya agar tidak berbenturan di lantai, dia kemudian menaikkan tubuhnya lagi dan terus melakukan hal yang sama berulang kali.
“Heugk..! Hufhh…!“
Meski hanya sesaat, Ronan merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tubuhnya sudah berdiam tempat tanpa bergerak sedikitpun selama lima tahun dirumah sakit.
Wajar jika tubuhnya sangat lemah saat ini.
Ronan tidak berkecil hati, dia terus melakukan push up hingga sepuluh kali dan setelah itu, akhirnya berhasil menyelesaikan yang pertama.
Dia berbaring di lantai dengan dada yang naik turun karena kelelahan, tidak ada keringat diwajahnya karena dia melakukan push up sepuluh kali saja.
Setelah itu, Ronan kemudian melakukan pull up sepuluh kali, sama seperti sebelumnya, Ronan merasa sangat kesusahan.
Lengannya terasa sangat sakit.
Sekarang hanya menyisakan lari sejauh 10 kilometer yang mungkin dapat dia lakukan selama dua jam kurang lebih.
Itu waktu yang lama tapi apa boleh buat?
“Nah, ayo berangkat”
Ronan keluar dari apartemen sempit itu, segera terik panas matahari mencapai seluruh tubuhnya, memberikan rasa panas yang menyengat kulit.
Mengabaikan hal itu, Ronan segera menuju ke taman sembari berlari santai.
Dia berlari selama sepuluh menit dan segera keringatnya akhirnya bercucuran, seperti yang seharusnya, dia saat ini sudah sangat lelah.
Tapi Ronan tidak berhenti, dia terus berlari dan berlari hingga mencapai taman yang membutuhkan waktu dua puluh menit.
Di taman itu terdapat beberapa orang yang juga sedang berlari santai.
“Tempat ini masih sama seperti sebelumnya…”
Sebelumnya, Ronan selalu datang ke tempat ini untuk bermain ketika dia masih berusia sepuluh tahun.
Dan selama waktu itu, Ronan menyadari tidak banyak hal yang berubah ditaman ini, malahan taman itu semakin membaik saat ini.
Ronan merasakan perasaan nostalgia. Dia diam sejenak, kemudian segera melanjutkan untuk berlari.
***
Saat ini Ronan duduk disalah satu kursi taman yang terbuat dari kayu. Dia duduk dengan wajah terengah-engah.
Dia pikir dia akan bisa menyelesaikan misi lari 10 km nya dalam dua jam, tapi fisiknya saat ini benar benar lama hingga dia menyelesaikannya dalam tiga puluh menit lebih lama dari yang dia perkirakan.
“Huft.. huft…”
Ronan kemudian mengangkat botol air yang sebelumnya dia beli di toko yang ada di taman, dia membuka tutupnya dan meminumnya dengan rakus.
Dia benar benar kelelahan kali ini.
Disampingnya, sistemnya telah berbunyi.
-Misi harian telah diselesaikan!
-Selamat! Host menerima uang sebesar lima juta rupiah!
-Selamat! Host menerima keterampilan seni bela diri!
Melirik ke arah sistem itu, Ronan tiba tiba mendengar handphone nya berdering menandaskan adanya notifikasi yang muncul.
Ronan segera melirik handphone nya dan mengecek notifikasi tersebut.
-Pengisian Saldo Rekening Sebanyak Lima Juta Rupiah Telah Diterima.
“Ini benar benar nyata.“
Ronan tersenyum puas. Meski jumlah itu kecil dibandingkan dengan apa yang dia miliki di masa lalu, tapi saat ini, jumlah itu sangat besar.
Sambil tersenyum kecil, Ronan kemudian bergumam:
“Status.“
Nama: Ronan Adgar
Usia: 18 Tahun
Keterampilan: Seni Bela Diri.
Misi Terselesaikan: 1
Sekarang Ronan memiliki keterampilan yang dia dapatkan dari sistem.
Tidak menunggu lama, segera Ronan mengecek detail dari keterampilan yang dia dapatkan.
Seni Bela Diri: Tubuh Host Akan Bergerak Dengan Lincah Dan Mengambil Langkah Terbaik Alih Alih Melakukan Gerakan Yang Sia Sia.
“Bukan taekwondo atau sesuatu seperti boxing ya..? Tapi ini sesuatu yang lebih dari semua itu. Langkah terbaik di tiap situasi, apa lagi yang lebih baik dari ini?“
Ronan tersenyum puas.
Namun, saat ini Ronan tidak mengerti dengan bagaimana keterampilan itu akan aktif.
Apakah keterampilan itu akan aktif dalam situasi tertentu? Atau haruskah dia menggumamkan nya layaknya seorang pahlawan yang menggunakan kekuatannya? Atau kekuatan tersebut akan aktif ketika dia menginginkannya?
Nah untuk saat ini Ronan tidak bisa mengetahui hal tersebut.
Karena itu Ronan hanya menghela nafas panjang karena tidak bisa mencoba kemampuannya langsung.
Namun saat itu…:
“Oh? Siapa ini? Kamu sudah sadar?“
Suara seorang pria mencapai telinganya, suaranya agak familiar tapi Ronan tidak ingat siapa itu.
Melirik ke sumber suara itu, Ronan melihat seorang pria dengan tubuh kekar dan rambut coklat kemerahan yang pendek.
“Lama tidak bertemu, apakah kau baik baik saja?“
Pria itu menyeringai, Ronan sendiri hanya diam.
Setelah beberapa saat diam, Ronan akhirnya berbicara;
“Siapa kamu? Apa kita kenal?“
Ucapan Ronan sepertinya entah bagaimana membuat pria itu terkejut. Pria itu tersenyum dengan canggung dengan urat kemarahan yang tertulis di wajahnya.
“Kau sungguh tidak mengingatku?“
Mendengar itu Ronan menggelengkan kepalanya, meski pria di depannya familiar, dia benar benar tidak ingat sama sekali.
“Aku Harun sialan! Sebaiknya kau mengingatnya!“
'Harun? Uh.. harun… harun… ah..!'
Ronan mengangkat kepalanya seakan mengingat sesuatu, dia kemudian menatap pria bernama Harun itu.
“Aku ingat.. kau adalah salah satu pemulung yang pernah meminta uang kepadaku kan? Heh… kau benar benar sudah besar sekarang"
Ronan di masa lalu ingat pernah memberikan uang kepada seorang pemulung di pinggir jalanan dan nama pemulung itu benar benar mirip dengan pria di depannya.
Diam diam Ronan tersenyum, pemulung itu terlihat lebih baik sekarang, dari segi pakaian hingga penampilannya yang tidak lagi kusam.
Namun, sepertinya pria di depannya itu terlihat marah.
“PEMULUNG ITU HARON! DAN AKU HARUN SIALAN! AKU ADALAH BAWAHAN DARI ALBERT! APAKAH KAMU INGAT SEKARANG?!“
Mendengar teriakan pria itu membuat Ronan menjadi serius.
Sepertinya dia salah orang, tapi Ronan langsung melupakan hal itu ketika dia mendengar nama mantan sahabatnya, Albert disebut.
'Bawahan Albert…? Ah, aku ingat'
Ronan akhirnya mengingatnya, jika dahulu Albert tidak bersamanya untuk bermain, maka dipastikan bahwa Albert sedang bersama dengan pria di depannya.
Sungguh, Ronan benar benar baru saja mengingatnya.
“Jadi itu kamu, bagaimana kabarmu?“
Tidak ada lagi sikap santai sebelumnya, sikap Ronan tiba tiba berubah menjadi tenang dengan senyuman kecil di wajahnya.
Ronan khawatir dia tidak akan memiliki kesempatan dalam waktu dekat untuk mencoba keterampilan nya.
Tapi, bukanlah kesempatannya itu datang dengan sendirinya?
Pria itu, Harun terlihat menyeringai.
“Akhirnya kau ingat.., aku disini menghampirimu karena ingin bertanya dengan kehidupanmu, bagaimana? Apakah menurutmu bagus dibawah sana? Kau yang dulunya seorang tuan muda yang dihormati sekarang berada dibawah dengan keadaan sulit”
Melihat pria yang mengejeknya itu Ronan bukannya marah malah tersenyum kecil.
“Heh… kamu mau tau?“
Ronan berdiri, meski dia saat ini tidak setinggi dengan pria Harun itu.
Ronan menatap pria Harun itu kemudian dengan senyuman diwajahnya dia berkata:
“Mengapa kamu tidak merasakannya sendiri saja?“
Harun menjadi terdiam ketika melihat sikap Ronan yang menentangnya.
“Apakah kamu mengejekku? Buang muka tenangmu itu sialan!“
Ronan mengangkat bahu, masih mempertahankan senyuman diwajahnya. Meski Ronan saat ini sudah bukan lagi seorang tuan muda, tapi kharismanya sebagai seorang tuan muda masih ada.
Harun mengeraskan rahangnya saat dia menatap Ronan dengan penuh kemarahan jelas.
“Akan kubuat wajah tenangmu itu berubah menjadi jelek.“
Mengangkat tangannya, Harun melesatkan sebuah pukulan ke arah Ronan. Ronan sendiri hanya diam dan tiba tiba menggeser sedikit tubuhnya kesamping hingga dia mengindari pukulan itu dengan mudahnya.
“Ah, jadi begitu cara kerjanya… sungguh menarik”
Ronan menggumamkan sesuatu yang tidak Harun pahami, tapi Harun saat ini jelas terkejut melihat Ronan yang berhasil menghindari serangannya.
Harun tidak terima dengan hal itu, dia kemudian lanjut melesatkan serangan demi serangan namun berhasil di hindari dengan mudah dan sempurna oleh Ronan.
“Jangan menghindar sialan!“
Ronan tersenyum.
“Eh? Aku tidak mau dipukul”
Harun masih terus melancarkan serangannya tanpa henti hingga akhirnya beberapa menit dia merasa lelah setelah memukul angin.
“Kau! Bagaimana bisa ka-”
Saat Harun mencoba memprotes dengan wajah terengah-engah, tiba tiba sebuah kepalan tangan datang dan memukul wajahnya dengan keras.
Satu pukulan itu membuat Harun kehilangan kesadaran dan berakhir pingsan di taman yang kebetulan sedang sepi itu.
Senyuman di wajah Ronan berangsur-angsur hilang. Dia menatap tangannya dengan tenang.
Terlihat tangannya yang sebelumnya memukul wajah Harun lecet.
“Sepertinya aku benar benar harus terus berolahraga.“
Faktanya, meski Ronan memiliki keterampilan yang luar biasa, sayangnya fisiknya tidak mampu mengimbangi sehingga tangannya menjadi terluka karena dia sendiri yang menyerang.
Dia membutuhkan fisik yang kuat yang mampu mendukung seni bela diri miliknya.
“Omong-omong, aku baru menyadarinya…”
Ronan melirik ke sampingnya, dimana sistem memperlihatkan bahwa dia ternyata telah menyelesaikan satu misi tanpa dia sadari.
***
Seminggu telah berlalu semenjak Ronan menghajar pria bernama Harun itu.
Saat ini, di pantai, dimana terdapat vila mewah yang berdiri menghadap ke laut.
Seorang pemuda sedang bersantai dengan segelas wine di tangannya, dia mengenakan baju pantai yang santai dengan kacamata hitam.
“Jadi, ada apa denganmu?“
Pemuda itu melirik ke belakangnya, terlihat seorang pria berdiri dengan wajah yang tidak bagus, dia adalah Harun.
“Uh.. tidak ada tuan muda, aku hanya jatuh dari tangga”
Orang yang disebut tuan muda itu sendiri adalah Albert Tyfall, sahabat dari Ronan di masa lalu, sekaligus orang yang merebut segala hal yang dimiliki oleh Ronan.
Albert mendengar apa yang di ucapkan oleh Harun dengan bingung, namun setelahnya dia tertawa.
“Pftt…! Apa apaan?! Kau? Kau jatuh dari tangga? Menyedihkan hahaha”
Harun hanya tertawa canggung mendengar ejekan dari Albert, tapi di dalam hatinya Harun merasa sangat kesal.
'Aku pasti akan membunuh bajingan itu!'
***
Di pagi hari itu, di dalam apartemen.
Ronan akhirnya menyelesaikan misinya sekali lagi, misi olahraga nya telah menjadi misi harian saat ini dan tiap hari dia terus menerima banyak hadiah dari sistem.
Saat ini Ronan baru saja kembali dari jogingnya, daripada sebelumnya, tubuh Ronan sudah jauh lebih baik.
Tubuhnya saat ini bisa dibilang sudah normal dengan berat badan yang ideal dan tinggi yang juga ideal.
-Misi Harian Telah Diselesaikan!
-Selamat! Host Menerima Uang Sebanyak Lima Juta Rupiah.
Mungkin karena sistem, tapi perkembangan tubuh Ronan jauh lebih cepat dibandingkan yang lainnya.
Dengan keringat yang penuh di sekujur badannya, Ronan segera berniat ingin pergi di kamar mandi.
Tapi karena hari ini hari libur, Ronan malah melihat adiknya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk.
Tubuhnya basah dengan rambut hitam panjang yang tergerai, bulu matanya lentik saat dia menatap ke arah Ronan.
“Kakak? Baru saja kembali dari olahraga?“
Mendengar itu, Ronan tersenyum dan mengangguk.
“Begitulah, sekarang aku mau mandi”
Riana menanggapi dengan senyuman sambil berkata:
“Ah oke!“
Setelah itu bergegas pergi ke kamar untuk mengenakan pakaian.
Ronan tidak tinggal diam, dia segera masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat itu.
Air dingin yang membasahi tubuhnya benar benar menyegarkan sehingga dia merasa sangat nyaman.
“Omong omong, aku saat ini sudah punya lima puluh juta di rekeningku, aku akan menarik beberapa untuk memberikannya kepada Riana”
Ronan terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum sedih:
“Sekarang, dia juga tidak harus bekerja lagi.“
Dengan sistem yang dia miliki, Ronan tidak perlu lagi khawatir dengan bagaimana dia harus mendapatkan uang untuk Riana.
Sungguh dia benar benar bersyukur dengan adanya sistem dalam hidupnya saat ini.
Selesai mandi, Ronan kemudian segera keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk putih yang serupa dengan milik adiknya.
Di ruang tamu, terlihat adiknya yang sedang tertidur pulas dikursi dengan posisi duduk, wajahnya dia baringkan di atas meja.
'Dia pasti kelelahan…'
Wajah Ronan menggelap ketika dia memikirkan bahwa adiknya sudah hidup seperti ini selama bertahun-tahun sendirian.
Sungguh, kenapa dia harus jatuh koma disaat saat yang paling dibutuhkan?
Ronan mendekati adiknya, dia diam diam menatap wajah adiknya yang tertidur dengan ekspresi rumit di wajahnya.
“Sekali lagi, aku bersumpah akan membuat mereka menderita karena telah membunuh orang tuaku dan membuat adikku menderita.“
Setelah itu Ronan kini pergi ke kamar dan segera mengenakan pakaian biasa yang biasa ditemukan di pasar obral baju.
Selanjutnya, Ronan keluar dan menggendong adiknya, menyudutkannya diatas kasur.
Ronan kemudian menuliskan surat di kertas, karena saat ini dia harus pergi ke bank untuk menarik beberapa uang yang dia miliki di rekening nya.
Setelah itu, Ronan tidak menunggu lama dan segera bergegas menuju ke jalan raya, dia memberhentikan salah satu taksi yang lewat dan meminta taksi itu untuk mengantarnya ke bank terdekat.
Tidak lama akhirnya Ronan sampai di bank terdekat di apartemen nya.
Ronan membayar supir taksi itu menggunakan penghasilan adiknya kemudian turun dari taksi dan menuju masuk ke dalam bank.
Dalam proses penarikannya, sama sekali tidak ada hal yang istimewa terjadi.
Ronan hanya kesana dan menarik uang nya sebanyak lima juta rupiah, kemudian dia meletakkan nya ke dalam dompet miliknya dan keluar dari bank.
Hal yang spesial hanya terjadi ketika akhirnya Ronan keluar dari bank.
Disana, dia melihat beberapa preman yang datang menunggunya.
Terdapat lima dari mereka yang masing masing memiliki sebuah tongkat bisbol di tangan mereka.
Melihat mereka satu persatu Ronan hanya tersenyum kecil.
“Halo adik kecil.. apakah kamu berhasil mendapatkan pinjaman dari bank?“
Mendengar ejekan dari preman botak, Ronan mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
“Paman, aku bukan adikmu.“
Preman botak itu terlihat terkejut dan sedikit kesal saat mendengarkan ucapan Ronan.
“Paman katamu? Aku masih berusia 20 tahun sialan!“
“Oh? Benarkah? Tapi saat ini kamu terlihat seperti seseorang yang akan segera mempunyai cucu kau tau?“
Nah entah bagaimana tapi… seperti inilah Ronan, semenjak dia masih tuan muda hingga sekarang, Ronan adalah tipe orang yang sangat suka memprovokasi musuhnya.
Melihat amarah yang ditujukan kepadanya entah bagaimana membuat Ronan merasakan sedikit kegembiraan.
Seperti… dia lebih unggul dalam hal berkata-kata?
“Aku tidak tau darimana kau belajar bersilat lidah tapi, semua hal itu akan sia sia jika aku bisa memotong lidahmu.“
Preman botak itu mengangkat tongkat bisbolnya dan mengacungkannya ke arah Ronan, jelas itu adalah perintah untuk keempat preman lainnya.
Saat itu, bank cukup ramai sehingga orang orang mulai berkumpul untuk melihat apa yang terjadi, beberapa security yang berada disana terlihat tidak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi saat itu.
Ronan sendiri hanya tersenyum tenang dengan tangannya yang masing masing berada di sakunya.
Disaat yang sama sistemnya berbunyi:
Misi Terdeteksi!
Misi: Ketika Host Pulang Dari Bank, Seorang Preman Menyergap Host! Ayo Ambil Solusi!.
Detail Misi: Kalahkan Kelima Preman Itu Dengan Kondisi Masing Masing Tulang Tangan Mereka Patah 0/5.
Senyuman kecil Ronan berubah menjadi seringai, diam diam Ronan menundukkan kepalanya dengan menyatukan kedua lengannya dihadapan kelima preman itu.
'Terimakasih karena kalian sudah datang'
Namun, karena preman itu tidak mengetahui dengan apa yang Ronan pikirkan, mereka mulai tertawa dengan penuh kemenangan.
“Hahaha! Apa kau ketakutan sekarang? Tidak ada gunanya meminta maaf dasar bodoh!“
Saat itu, salah satu preman yang masih tertawa tiba tiba melesat dengan seringai kemenangan, preman itu mengangkat tongkat bisbolnya dan menyerang Ronan.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!