NovelToon NovelToon

Pahlawan Terhebat Menjadi Guru Akademi Pahlawan.

Prolog

Manusia dan demon adalah cahaya dan kegelapan yang tidak bisa menyatu. Saat cahaya terang maka kegelapan akan menghilang, saat kegelapan menghitam maka cahaya akan termakan.

Peperangan yang berkecamuk sangat lama, membuat kebencian tertanam mengakar di medan perang. Walaupun sudah sering kali mencoba memangkas nya, kebencian itu akan tumbuh lagi menciptakan perang lainnya.

Dalam peperangan itu, manusia selalu dapat di pukul mundur. Ras demon memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk menghancurkan pasukan manusia.

Itu adalah sihir!

Sihir energi misterius yang dapat mewujudkan atribut elemen. Api, air, petir, angin, dan tanah adalah atribut dari sihir. Sihir dari pihak demon menjadi pembeda yang membuat manusia kian terpojok.

Manusia kemudian mempelajari cara memakai sihir. Teori sihir seketika berkembang di Kerajaan manusia, hingga manusia kini bisa menggunakan sihir dari energi spiritual jiwa. Manusia yang bisa menggunakan sihir lalu dikenal dengan sebutan "Pahlawan". Membuat kedudukan manusia dapat mengimbangi demon dalam peperangan.

Akan tetapi sihir justru memperburuk keadaan dunia, merusak dataran dengan lautan darah, menjadi senjata perusak masal.

Kebencian dibalas kebencian, peperangan bagai lingkaran setan yang tak pernah usai. Banyak hati yang bicara "kapan perang akan berakhir?"

Seakan menjawab panggilan itu, pahlawan muda muncul dengan kekuatan unik yang tidak ada di elemen sebelum nya. Kekuatan hebat yang dapat membuat dataran seketika menjadi putih

Kekuatan maha dahsyat, dimiliki oleh seorang pemuda yang masih sangat belia. Kehadiran nya menjadi angin segar bagi manusia . Di luar lima elemen dasar, dia malah mendapatkan elemen kuat yang bisa menghancurkan satu armada pasukan demon seorang diri, elemen itu adalah elemen es.

Karena kemampuan es nya untuk membeku kan semua hal, semua orang mulai memanggilnya Freaza. Sehingga pahlawan muda baru bernama Freaza pun telah lahir

"Bersama, mari kita raih kedamaian dunia", ucapnya.

Bersama dengan empat rekan seperjuangan, membentuk kelompok penaklukan demon lord demi kedamaian. Lima orang yang kemudian menjadi pilar bagi manusia, menaklukkan banyak tempat yang dikuasai ras demon.

Walaupun berhasil memberantas pasukan lawan, kerugian yang didapat juga cukup besar. Dalam peperangan panjang itu, satu rekan dari Freaza tiada dan banyak pasukan manusia yang juga tewas.

"Pahlawan tanpa nama", begitu lah tulisan nama mereka di prasasti kehormatan kerajaan.

Muak dengan perang yang terus berkecamuk, demon lord dan juga pahlawan terkuat sepanjang masa " Freaza " Sepakat untuk menyelesaikan peperangan ini dengan duel.

"Terlalu banyak nyawa yang hilang, banyak darah yang telah tumpah. Mari kita akhiri disini", ucap Freaza dengan tegas

"Tentu, kita akhiri peperangan penuh kebencian ini"

Duel yang menentukan nasib kedua ras menjadi pertarungan yang menentukan masa depan dunia.

Dan.............!

Freaza menang dalam duel. Kekalahan itu menjadi pukulan telak bagi ras demon, dengan tiada nya demon lord membuat manusia memenangkan perang tiada akhir ini.

Manusia menyambut besar-besaran kemenangan itu, pesta di mana-mana, semua tersenyum bahagia. Tangis darah kini telah usai, sekarang hanya tinggal tangis bahagia mengiringi kemenangan serta tangis pilu untuk menghormati para korban.

Akan tetapi.........!

Pahlawan Freaza menghilang setelah peperangan berakhir, tanpa mengambil gelar kehormatan, tanpa ada yang tahu dimana rimbanya.

Hanya buku novel tentang perjalanan hidupnya menaklukkan demon lord yang menjadi jejak sang pahlawan.

Semua orang kini bertanya-tanya, Dimanakah kini keberadaan sang pahlawan.

Keluarga Estfield

Peperangan telah usai, dua tahun telah berlalu. Sedih dan pilu setelah perang, sudah mulai berangsur-angsur hilang. Semua Manusia mulai mengahadapi kehidupan normal tanpa peperangan.

          Akan tetapi walau telah cukup lama, masih segar diingatan keberadaan Pahlawan hebat yang mengalahkan Demon Lord. Keberadaan Freaza yang masih misteri masih menjadi tanda tanya besar bagi semua umat manusia.

            Sekarang cerita tentang Freaza sangat digemari, novel yang mengisahkan kisah nya menjadi obrolan hangat. Banyak orang yang kini sangat menyukai dan tidak ragu mengeluarkan banyak uang untuk membeli nya.

 Tak terkecuali Leona Estfeild, seorang gadis muda yang mengikuti jejak Freaza dan masuk ke akademi pahlawan. Leona sangat menggemari sosok Freaza hingga kamar nya penuh dengan buku novel tentang Freaza.

          Hari ini seperti biasanya dia membaca tumpukan buku novel Freaza milik nya. Di dalam kamar di atas kasur, dia sangat fokus membaca kata demi kata yang ada di dalam buku. Mata nya seakan tidak berkedip lagi sangking fokus nya, kata dalam buku tercermin dalam bola mata Leona.

"Freaza.....! Dia sungguh hebat", gumam Leona sambil tersenyum membayangkan sosok Freaza nan gagah.

        Leona membaca di atas kasurnya, mengangkat kedua kaki keatas dengan posisi tengkurap. Terlihat juga tumpukan buku di samping tempat dia membaca, dari raut muka nya nampak sekali mood yang sangat baik dari gadis berambut putih perak ini.

            Namun seketika mood baik Leona sirna saat suara ketukan berbunyi dari depan pintu. Senyum nya pudar berganti cemberut, dahi nya mengerinyit sembari menyingkirkan buku yang di baca nya.

"Leona! Kamu ingat kalau kita hari ini akan belanja keperluan rumah kan?"

        "Iya!", balas Leona dengan nada kesal.

        Orang yang berdiri didepan pintu adalah kakak laki-laki dari Leona, Lino Estfeild. Rambut putih bermata biru, persis seperti adiknya hanya saja berbeda dengan adiknya yang seorang ahli sihir hebat, kakak nya adalah orang biasa yang bekerja di toko buku. Lino tidak bisa menggunakan sihir, energi sihir pun dia tidak punya. Mungkin itu yang membuat Leona sedikit tidak menyukai kakak nya.

          Leona sangat suka dengan sihir, fakta kalau kakak nya tidak bisa sihir membuat nya agak kurang menyukai sang kakak.

           Terlepas dari semua itu, Lino adalah sosok kakak yang baik, walau tidak banyak bicara tapi Lino sangat peduli pada Leona. Saat orang tua mereka tiada, Lino bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga demi memenuhi kebutuhan Leona.

"Lagi-lagi kamu baca buku sambil tiduran, itu gak baik untuk mata", ceramah Lino tanpa ekspresi.

        " Bawel, terserah aku mau apa!", ucap Leona seraya menekuk tangan di depan dada, membuang muka menghadap kiri.

"Ya sudah! Tapi kita harus berangkat sekarang. Keperluan dapur sudah menipis, jika tidak di beli nanti tidak ada yang bisa di masak"

         Sudah menjadi kebiasaan keluarga membeli stok keperluan rumah bersama di akhir bulan. Leona mau tidak mau melepaskan buku kesayangan nya. Dipaksa berhenti membaca di tengah-tengah mood yang baik, Leona sangat benci hal itu.

          Mereka berdua lalu pergi bersama. Lino berjalan di depan sang adik yang dari tadi diam tak bicara, saat Lino mencari topik pembicaraan Leona hanya menjawab dengan satu- dua kata singkat

"Bagaimana sekolah mu di Akademi? "

          "Bagus", jawab Leona dengan cuek

"Aku dengar kamu dapat nilai tertinggi di ujian sekolah!?"

           "Ya, begitu lah"

       Tidak ada pembicaraan panjang yang berarti. Leona memang tidak terlalu banyak bicara dengan kakaknya, tidak seperti dulu saat dia sangat menempel pada Lino.

          Dahulu, saat masih sangat kecil Leona sangat manja dengan kakak nya. Dia selalu menggandeng tangan Lino seakan tidak mau melepaskan nya. Tapi semenjak menginjak remaja, dia mulai sedikit menjauhi kakak nya. Mungkin juga karena dia sudah dewasa dan memiliki pemikiran yang jauh lebih luas ketimbang dulu.

Lalu di pertengahan jalan, Leona melihat sosok yang tidak asing. Gadis muda berkuncir dua melambaikan tangan kepada Leona sembari meloncat-loncat bersemangat, tingkah nya layak nya anak kucing peliharaan yang selalu mengeong pada tuan nya.

          Gadis itu bernama Emi Fleanche, teman sekelas Leona di Akademi pahlawan. Dirinya adalah putri dari bangsawan Fleanche dan teman pertama Leona. Latar belakang nya cukup mencolok, tapi dia tidak gengsi untuk berteman dengan siapa saja.

"kakak, aku ikut teman ku", ucap nya seraya berlari menjauh.

        . Bertemu dengan temannya membuat Leona meninggalkan sang kakak belanja sendirian bahkan sebelum Lino mengiyakan perkataan nya, tanpa banyak basa-basi dia langsung pergi begitu saja mengikuti Emi masuk kedalam sebuah Cafe.

             Di dalam Cafe Leona mengobrol panjang lebar, dia terus mengoceh berbeda saat bersama kakak nya tadi. Dia tampak lebih lepas mengekspresikan emosi nya.

"Kakak ku itu pengacau, padahal mood ku lagi bagus tapi dia malah mengganggu", curhat Leona penuh keluh kesah

           "Tapi kan memang kebiasaan kalian belanja bareng di akhir bulan", timpa Emi menenangkan keadaan seraya menyeruput minuman dalam gelas

"Iya sih! Tapi pokoknya aku benci banget sama kakak"

              "apa bener kayak gitu, padahal tampang nya lumayan keren, kalau di pikir-pikir juga sifat dan fisik nya mirip sekali dengan pahlawan favorit mu"

"Gak sama!! Kakak ku itu orang payah yang tidak bisa sihir, sedangkan Freaza itu hebat dalam sihir", Leona mengerutkan dahi berkata tegas.

        Sudah jelas dia marah jika sosok idola nya di samakan dengan kakak nya sendiri. Image nya tentang pahlawan hebat nan gagah seperti Freaza, jika harus di sanding kan dengan kakak nya tentu sangat berbeda jauh.

       Mereka berdua larut dalam pembicaraan panjang, tidak terasa waktu yang berlalu sudah sangat lama. Mereka tidak menyadari tentang apa yang akan menimpa mereka nanti, aura gelap yang mencekam, keadaan yang akan mengubah kembali takdir menghasilkan sejarah yang baru.

Kakakku sang pahlawan?

Aura gelap mencekam dari dalam tanah. Jauh di bawah sana sesuatu yang sudah lama tertidur, mulai perlahan membuka matanya. Tidak satu pun yang menyadari bahaya itu, ancaman yang dapat membawa malapetaka.

Leona Estfeild masih asik mengobrol dengan teman nya, tanpa sadar apa yang akan terjadi, bahaya yang sedang bergerak menuju mereka.

Lalu keadaan yang memicu munculnya sejarah baru memaksa sang pahlawan kembali. Seketika di pusat kota dekat dengan tempat Leona dan Emi, seekor mahluk besar menyemburkan nafas api dari mulut nya muncul membawa kabar buruk bagi kerajaan.

Lonceng kota berbunyi berdentang keras, menyebarkan kabar memberikan status siaga merah. Monster besar mengepakkan sayap lebar, membakar sekitar menjadi lautan api

Naga adalah mahluk legendaris yang di pakai oleh bangsa demon selama beratus-ratus tahun saat peperangan panjang melawan manusia. Akan tetapi setelah peperangan berakhir, banyak naga yang akhirnya memutuskan untuk beristirahat karena tidak dibawah kendali demon lagi.

"Bagaimana bisa? Seharusnya naga sudah lama menghilang!? ", tanya Leona dalam hatinya.

Hati Leona seketika diselimuti rasa gundah, tubuh nya gemetar menyaksikan sendiri naga membakar beberapa rumah. Penduduk sekitar kocar-kacir dibuatnya, tidak ada satupun yang berani bertindak.

"Kita juga sebaiknya pergi dari sini Leona!", ucap Emi menarik tangan Leona.

Akan tetapi Leona enggan bergerak, rasa takut bak awan yang menutupi hati. Kaki nya terlalu gemetar untuk bergerak.

Hingga mereka akhirnya terjebak dalam masalah. Naga menatap mereka berdua seperti melihat mangsa, tatapan predator buas yang tidak akan pernah melepas mangsanya. Tidur lama mungkin sudah membuat sang naga lapar.

Mereka berdua kini terpojok, tidak ada waktu lagi untuk melarikan diri. Tidak ada yang akan menolong, dalam hatinya Leona berpikir salah satu dari mereka harus menjadi umpan.

"Salah satu dari kami harus dapat pergi untuk melapor langsung ke serikat pahlawan", ucap Leona dalam hatinya.

Di saat tubuhnya masih diselimuti rasa takut, hati nya sudah tegas mengambil keputusan. Tekad kuat Leona menjadi pendorong untuk mengusir rasa takut.

" Kamu pergi lah Emi! Aku akan mengulur waktu agar kamu bisa pergi "

"Apa maksud kamu? Kita harus pergi bersama, aku tidak bisa membiarkan mu sendiri", rintih Emi

"Harus ada yang mengulur waktu, kamu laporkan kondisi di sini agar bala bantuan bisa datang", ucap Leona dengan lantang.

Emi awalnya memang agak kontra dengan rencana itu, tapi untuk sekarang dia juga sadar hanya ini lah satu-satunya jalan. Saat Leona bersiap merapal mantra untuk menyerang, Emi segera berlari menuju tempat aman.

" Elemen air, Aqua blast"

Casting sihir dilakukan oleh Leona, menghasilkan tembakan air kencang bertekanan tinggi kearah naga itu. Air tersebut cukup kuat untuk mendorong sedikit tubuh naga yang besar, tapi tidak cukup untuk melukai tubuh naga.

"Kulit nya sangat keras, sihir itu adalah sihir terkuat ku tapi tidak cukup untuk menggores nya", pikir Leona.

Naga mulai mengalihkan pandangan hanya pada Leona, naga itu hanya berfokus pada orang yang tadi menyerang nya. Mungkin naga berpikir suatu hinaan di serang oleh anak sekolahan.

Hentakan kaki naga berdetum keras, tanah bergetar seiring naga berjalan. Leona tidak bisa kemana-mana lagi, bola api besar bersiap untuk menyambar nya.

"Setidaknya aku sudah mengulur waktu untuk Emi", kata Leona berpikir negatif setelah melihat bola api sebesar itu.

Sihir air nya tidak akan cukup untuk memadamkan ai itu, satu tetesan air mata jatuh ke tanah sebagai ucapan perpisahan.

Tepat sebelum bola api menghantamnya, bibir Leona bergerak memanggil nama kakak nya.

Lalu dentuman suara terdengar, bola api sudah menyambar membakar tanah. Tanah merekah akibat tembakan dahsyat naga itu.

"Aku masih hidup?"

Leona perlahan membuka mata nya, melihat api membara di hadapan nya. Seakan-akan tembakan naga itu meleset, hingga dia mengalihkan pandangan nya ke atas.

"Eh? Kakak? ", ucap nya kaget.

Saat Leona menengadah kan kepala nya wajah sang kakak terlihat dengan jelas. Lino menggendong nya layaknya tuan putri, membuat Leona bertanya " Apa yang sebenarnya terjadi? "

kecepatan dari tembakan itu, harusnya tidak mungkin bisa dihindari dengan mudah sambil membawa satu orang dipelukan.

Tapi kini Lino berdiri di sini, menggendong Leona dihadapan musuh yang berdiri gagah. Lino dengan cepat datang dan menyelamatkan Leona, itulah yang terjadi. Tetapi, bagimana bisa? Lino bahkan tidak punya energi sihir, bagaimana dia bisa bergerak cepat dan menyelamatkan sang adik dari bahaya. Harusnya hampir mustahil untuk melakukan itu.

"Berani sekali kau mencoba menyakiti adik ku!! ", ucap Lino dengan nada tinggi penuh amarah.

Lino menatap tajam sang naga, tatapan penuh amarah yang sangat menusuk. Aura Lino juga ikut berbeda dari biasanya, seakan-akan orang yang menggendong Leona sekarang bukanlah kakak nya.

Tatapan Lino di balas dengan raungan keras, naga itu tahu aura Lino sangat mengintimidasi. Merasakan bahaya dihadapan nya, Sang naga kembali mengeluarkan semburan api nya.

"Kakak, larilah!! Kakak tidak akan bisa menahan semburan nya", ucap Leona penuh peduli

" Tenanglah! Akan ku hancurkan dia dan ku buat agar tidak berani macam-macam dengan adikku"

Semburan naga ditembakkan tepat dihadapan Lino. Tapi tidak ada ekspresi apapun dari Lino, dia tidak takut pada ancaman dihadapan, mata nya melihat tanpa berkedip sedikitpun. Tidak ada keraguan dalam hatinya

Lalu Lino menjentikkan jarinya, menciptakan sesuatu kejadian diluar nalar, siapa pun yang melihat ini tidak akan dapat percaya apa yang terjadi. Api menghilang seketika, berubah menjadi bongkahan es besar yang berbentuk kawah gunung. Seakan semburan api tadi telah sepenuhnya menjadi es dan itu semua dilakukan tanpa melakukan casting sihir apapun. Sihir yang di keluarkan sangat cepat hingga tidak terlihat kapan sihir itu keluar.

"Elemen es? Dan tanpa casting? Mustahil, tidak ada yang bisa melakukan ini", ucap Leona tidak percaya, mata nya terbelalak melihat bongkahan kristal es yang menghalau semburan api

Leona tidak dapat mencerna semua yang terjadi, semua terjadi begitu cepat. Bagaimana bisa kakak nya yang tidak punya energi sihir malah mengeluarkan sihir, ditambah tanpa melakukan casting lagi sihir sudah langsung keluar.

Pikiran nya hanya mengarah pada satu hal, elemen es dan tanpa casting, tidak ada yang bisa melakukan. Di dunia ini, hanya ada satu orang yang bisa melakukan sihir tanpa casting, yaitu pahlawan terkuat yang telah menghilang dua tahun yang lalu, Freaza. Tidak ada lagi yang bisa melakukan nya selain Freaza

kalau begitu kemungkinan nya orang yang ada di hadapan Leona. Lino, sang kakak kandung bagi dirinya adalah orang yang sama dengan pahlawan dua tahun yang lalu.

"Kakaku adalah sang pahlawan? ", tanya nya dengan penuh keraguan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!