NovelToon NovelToon

Eleanora & Dunia Baru ?

#Episode 01 (•͈⁠ᴗ⁠•͈)

Bumi, Abad 21.

Pukul sebelas malam...

Di Sebuah pulau yang belum dihuni oleh manusia dan masih di huni oleh hewan beserta tanaman, terdapat perkelahian antara Eleanora dan juga Elexa.

Alexa tengah berlari menyerang Eleanora dengan tatapan ingin membunuh. Pedang di tangannya nampak sangat ingin mencabik-cabik tubuh milik Eleanora yang saat ini hanya di bekali oleh sebuah belati saja.

"Tang.. Tang... Tangg...." Bunyi Pedang dan belati yang tengah bersahut-sahutan.

Eleanora tentu meladeni serangan Alexa dengan sangat cekatan.

Pedang yang di gunakan oleh Alexa ditangkis dengan mudah oleh Eleanora menggunakan belati. Alexa terus menyerang dengan sangat agresif. Namun dengan cekatan, semuanya ditepis dengan mudah. Padahal senjata yang paling menguntungkan saat ini adalah pedang, namun dengan pergerakan Eleanora saat ini menunjukkan bahwa pengalaman dan teknik bertarung lebih diuntungkan.

"Tang.. Tang... Tangg...."

"Bukan begitu Alexa..” Ucap Eleanora sambil menggelengkan kepalanya. “Kau terlalu kaku di pergelangan tangan kirimu. Apakah Kau masih belum bisa mengatasi tangan yang tidak dominan itu ?" Nasehat Eleanora seperti tengah melatih Alexa seperti hari-hari sebelumnya.

"Tcih ! Ini bukan latihan. Dan lagi, berhenti memanggilku Alexa!"

"Tang ...!"

"Maaf, kedua hal itu sudah menjadi kebiasaanku..."

"Tang... Tang... Tang...."

"...Manusia harus terbiasa terlebih dahulu. Jika pemberitahuan nya mendadak seperti ini, Aku belum bisa menyesuaikan nya." Sambung Eleanora yang tetap meladeni sahutan-sahutan pedang Alexa

"Tang.. Tang..."

"Manusia ? Ku rasa kau tidak tampak seperti manusia. Kau melanggar hukum duniawi dengan memiliki seribu keahlian !"

"Terimakasih. Aku anggap itu pujian." Sahut Eleanora tersenyum puas, Walaupun saat ini tengah menahan rasa sakit di seluruh tubuh karena terdapat empat peluru yang tengah bersarang di beberapa organnya. Dan satu peluru yang paling memberikan rasa nyeri adalah peluru yang tengah bersarang di sebelah jantung Eleanora.

Bukan hanya peluru. Sejak pukul tiga sore, Alexa dan empat orang lainnya menyerang Eleanora secara bersamaan.

Mereka berlima bukanlah tandingan bagi Eleanora, namun kedatangan mereka pada saat Eleanora sudah seminggu di pulau ini, melawan Hewan-Hewan buas dan beracun bak di Amazon. Eleanora di paksa untuk tidak tidur dan harus terus terjaga untuk bertarung. Jika tidak, nyawa nya hilang. Dalam keadaan tubuh yang tidak mencapai 20% dari seharusnya, Eleanora berhasil di sudutkan.

Untuk apa Eleanora pergi ke pulau yang berbahaya seperti itu ? Tentu saja untuk mencari Tanaman obat yang dapat mengobati Adiknya Alexa yang di vonis terkena racun mematikan. Siapa sangka bahwa semua itu di rancang oleh para pengkhianatan ini ?

"Tang... Tang... Tang..."

"Tcih. Dasar sombong !"

Eleanora tersenyum dengan perkataan Alexa. “Kau harus memiliki kekuatan seperti Ku, baru boleh bersikap sombong.”

"...TANG...." Alexa menggunakan tangan kiri untuk menjauhi belati dari jangkauannya, lalu berputar dan menyerang Eleanora dengan siku.

"BHUKK..." Siku Alexa menghantam Dada Eleanora. Sialnya, hantaman itu mengenai tempat yang paling nyeri.

"Uhuuuukk...!" Batuk Eleanora di sertai dengan muntahan darah. Kuda-kuda nya tidak seimbang, Dan Eleanora tampak oleng ke depan.

"Hahaha... Ini yang terakhir !" Ucap Alexa dengan tatapan yang menggila dan menyambut Eleanora yang terjatuh ke arahnya dengan pedang.

"Sruukkkhh.." "Uuhuukkk !!!"

Lagi, Eleanora muntah darah.

Pedang yang panjang itu berhasil menembus jantung Eleanora. Alexa tidak mencabut pedang yang sudah dia hunuskan. Dia meninggalkan pedang itu tetap tertancap di tubuh Eleanora bagaikan hiasan.

Alexa pun mengibaskan rambutnya dan berjalan ke arah empat orang yang menunggunya dibawah pohon. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dari Eleanora.

Posisi mereka saat ini, Eleanora masih mematung dengan posisi berdirinya. Sedangkan Alexa dan kawan-kawan tengah tertawa dan bersuka cita atas keberhasilan mereka.

“Yeay..!! Kita berhasil membunuh Wanita itu..”

“Hahaha.. Siapa sangka wanita yang di juluki Ratu Dunia gelap dalam ruang lingkup dunia Mafia mati konyol seperti saat ini ?!”

“Julukan itu memang benar sih. Dia sudah bertarung tanpa istirahat sedikitpun di pulau yang belum di jamah ini, namun Dia dapat bertarung melawan kita berlima hampir delapan jam.”

“Apa kalian melupakan hal ini ? Eleanora itu bukan manusia. Manusia apa yang mendekati kata sempurna?” Cetus Alexa sinis. Dia membenci fakta bahwa Eleanora masih bisa meladeni pertarungan dengan mereka selama hampir delapan jam. Bahkan hampir mengalahkan mereka jika saja mereka tidak memiliki pistol yang sudah di olesi racun.

“..A..Alexa..?!”

Yang di panggil pun mengerutkan keningnya. Empat yang lain hanya terkejut. Apa-apaan ? Pedang sudah menembus jantungnya, kenapa Dia belum mati ?

“Huuhhh...” Hembus Alexa sambil memegang leher belakang. Entah kenapa, Darah tinggi nya tidak dapat terkontrol lagi.

“Mati... Apa sesusah itu untuk mati ?!” Teriak Alexa sambil membulatkan mata penuh amarah ke arah Eleanora.

“Srreekkhh...” Eleanora menarik pedang yang menancap di tubuhnya.

Kini, Eleanora tersenyum dengan wajah lelahnya.

“Alexa... Di kehidupan selanjutnya... Jangan membiarkan Target Mu... Memiliki kesempatan...” Nasehat Eleanora yang kini tengah menatap netra Alexa.

“Kesempatan ? Apa maksud-“

“Mari... Kita bertemu di Neraka.!!” Cetusnya sambil mengangkat tangan ke atas dengan tersenyum puas.

“..???.....”

Mereka berlima menajamkan penglihatan dan fokus pada benda kecil yang di pegang Eleanora. Cahaya rembulan yang kurang terang sedikit mempersulit mereka.

“Tunggu.. Benda kecil apa-“

Belum selesai Dia berucap, Eleanora sudah menjatuhkan tubuhnya ke belakang. Di belakangnya hanya terdapat sebuah jurang yang entah berapa ketinggiannya.

Klik.

Usai menekan tombol itu, Tanah yang dipijak Alexa dan yang lainnya tampak bergetar. Sedetik kemudian...

BOOOM..!!

Ledakan dahsyat itu menghancurkan sebagian dari pulau. Dahsyatnya ledakan, mengacaukan gravitasi dan menghempaskan tubuh Eleanora ke tempat lain. Yang seharusnya terjatuh ke bawah, malah terhempas ke jalur lain.

“Bom yang indah... Semua nya sesuai dengan perkiraan Ku.. Sayang sekali Aku belum memberitahu Kakek tentang rakitan ini. Rakitan bom yang tidak akan menciptakan radiasi... Terserahlah... Setidaknya, Aku mati bersama kelima pengkhianat itu...” Batin Eleanora, dan secara perlahan menghembuskan nafas terakhirnya.

Sedangkan raga nya ? Eleanora tak peduli. Semuanya terserah saja pada gravitasi.

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

"...........Nora..."

".....Leanora..."

"..Eleanora, bangun!"

Yang dipanggil pun perlahan membuka matanya.

Secara perlahan, penglihatannya menelaah keadaan sekitar yang diterangi oleh cahaya rembulan. Semuanya dilihat dengan teliti.. Bukan cuma indera penglihatan, indera lainnya pun dipaksa untuk sadar.

Dinginnya suhu malam hari seakan menusuk sampai kedalam tulang belulang. Angin yang bertiup, dan suara hewan-hewan yang menyerukan bahwa mereka penghuni hutan dimalam hari pun terdengar.

Perlahan, Eleanora mengangkat kedua tangannya. Posisinya saat ini terduduk di tanah. Eleanora mengamati pakaian yang dikenakan oleh tubuhnya dari dada hingga kaki. Dan faktanya,

".. Ini... Ini bukan pakaian ku ! Apa-apaan model pakaian ini ? Aku tidak pernah memiliki model pakaian yang seperti ini !"

Lalu, pendengaran Eleanora menangkap bunyi yang lain. Bunyi air yang tengah mengalir.

"Sungai ?" Ucapnya dan berjalan mendekat ke asal suara.

"Ughhh.. Kenapa tubuh ini terasa sakit di mana-mana? Dan lagi, kenapa susah sekali menggerakkan tubuh ? Apa Aku memang selemah ini ?" Sambung nya sambil terus mendekati sungai.

Pantulan wajahnya terlihat diatas air yang tampak jernih. Cahaya rembulan benar-benar membantu penglihatan Eleanora saat ini.

“..???!!!!” Eleanora cukup kaget dengan yang Dia lihat.

Netra nya tidak berbohong, namun yang Eleanora rasakan saat ini juga bukan sebuah kebohongan.

Eleanora terus melihat wajahnya di pantulan air. Pantulan wajah diatas air menampakkan wajah yang sama dengan wajah nya. Namun, Eleanora merasakan sebuah perbedaan.

Jika memang ini wajahnya, kenapa tubuhnya terasa sangat lemah ? Rasa nyeri di sekujur tubuh juga tidak sama dengan yang Eleanora rasakan beberapa saat sebelumnya. Lalu kenapa Dia tiba-tiba mengenakan sebuah pakaian yang tidak Familiar ?

”Tunggu...” Netra nya terbelalak. Tersirat sebuah dugaan yang tidak ingin di setujui oleh Eleanora. Mulutnya sudah terbuka, namun enggan untuk bersuara. Tapi lidahnya bergerak mengikuti kemauan otak.

“Apa... Apa Aku bereinkarnasi ? Secepat ini ?!" Ucap Eleanora akhirnya sambil menyeka wajah dengan kasar.

Dia frustasi dengan fakta ini. Kenyataan apa yang tiba-tiba ? Sekalipun bereinkarnasi, memangnya harus secepat ini ? Padahal Elanora berharap untuk beristirahat di Neraka (?) dulu untuk beberapa saat.

“Whuusss...” Hembusan angin malam membuat rambutnya yang terurai berkibar dengan perlahan. Baru saja ingin menikmati angin malam untuk rileks sejenak, indra perasa Eleanora merasakan sesuatu.

“Siapa ?!” Ucap Eleanora dengan tatapan yang sudah menajam ke arah yang di rasa Nya terdapat sesuatu. Tatapan matanya penuh akan intimidasi. Tangannya sudah meremas sebuah batu sebagai bentuk pertahanan diri.

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

*

Hai Guys👋😊 Ini Karya pertama Aku. Benar-benar Bukan jiplakan, karena hasil haluan Author😌💃

Kalau kalian suka bisa Like, komen, dan tambahkan favorit ya🤩. Kalo kalian gak suka, bisa langsung di skip. Tak ada paksaan, Author hanya pengen nulis aja🫠

Silahkan berikan kritikan dan saran yang membangun. Mau hate komen juga silahkan, toh Author tinggal abaikan 😌 Oke, kalau suka langsung ke bab berikutnya ya. Terimakasih❤️‍🔥

#Episode 02 (•͈⁠ᴗ⁠•͈)

Tatapan yang menajam disertai dengan intimidasi itu perlahan menghilang saat Eleanora melihat makhluk imut yang tengah melihatnya dengan netra yang tampak amat polos.

Sambil memiringkan kepalanya, Eleanora berkata “Panda ?!” dibarengi dengan sedikit kebimbangan.

“Eleanora...” Ucap Panda itu yang berjalan mendekatinya.

“Kau bisa berbicara ? Itupun bahasa manusia ? Tunggu...” Sesaat Eleanora tersadar akan sesuatu. “Suara ini.. Kau yang membangunkan Ku tadi ?”

“Emm...” Jawab Si panda mengangguk.

“Sebenarnya-“

“Eleanora... Ada yang ingin bertemu.” Sela Si Panda yang sudah meletakkan tangannya di atas tangan Eleanora.

“Dengan Ku ? Siapa-“

“Sriinggg...!” Perkataan Eleanora terhenti karena sebuah cahaya yang nampak.

Cahaya yang tiba-tiba mendominasi penglihatan itu membawa Jiwa Eleanora ke suatu tempat.

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

*

^^^*^^^

Disebuah ruangan putih, luas dan kosong, jiwa Eleanora berdiri mengamati sekitarnya. Kedua tangannya diangkat, dan Eleanora pun dapat melihat bahwa ini adalah jiwanya.

"Ini jiwaku. Aku merasa nyaman dengan ini. Berarti benar, tadi itu hanya tubuh yang mirip saja." Ucap Eleanora merasa cukup lega bahwa dia tidak bereinkarnasi secepat ini.

"Haii..." Sapa seseorang dari belakang, yang membuat Eleanora berbalik.

"......” Eleanora terdiam beberapa detik sebelum berucap.

“Jadi, Kau adalah Jiwa dari tubuh yang ku tempati beberapa saat yang lalu kan ?”

"Emmm...” Jawabnya sambil mengangguk dengan tersenyum anggun, “...Rupanya Kau sangat peka terhadap hal seperti ini." Sambungnya lagi.

“Dari pada peka, bukankah setiap orang lebih paham proporsi tubuh masing-masing ? Aku dapat merasakan dengan jelas perbedaan di antara tubuh kita. Bahkan anak kembar saja tetap memiliki sesuatu yang membedakan mereka sekalipun di sebut bak pinang di belah dua.”

“......”

Hening... Untuk beberapa saat, Di antara jiwa-jiwa itu tak ada yang bersuara. Sedangkan jiwa panda ? Dia hanya melayang di sekitar kepala jiwa yang kini ada di hadapan Eleanora.

“Kau yang ingin bertemu dengan Ku kan ? Apa yang Kau inginkan ?” Tukas Eleanora mengakhiri keheningan.

"Maaf mengatakan ini tiba-tiba... Aku akan mengirim Mu kembali ke raga yang kau tempati sebelum dipanggil oleh Hewan Roh milik Ku. Tapi, bisakah Kau mengabulkan dua permintaan dariku ?" Tawar nya dengan wajah yang tampak gelisah. Wajah yang seolah tengah di kejar oleh waktu yang semakin menipis.

Walaupun wajah nya tampak gelisah, tidak menjadikan Eleanora untuk merasakan Iba sedikitpun.

"Kenapa Kau tidak mengirim jiwa Mu sendiri ? Kau bisa melakukan dua hal yang ingin Kau pinta pada Ku. Bahkan Kau bisa melakukan banyak hal. Maksud perkataan Ku, kenapa harus Aku ?"

"Ah... Ada beberapa hal yang tidak bisa Kukatakan saat ini... Apa Kau sungguh tidak ingin hidup lagi ? Kau hanya perlu melakukan dua hal yang Aku inginkan, selebihnya Kau bisa hidup sesuai dengan kemauan Mu."

"....." Eleanora terdiam.

Dia tau ini tawaran yang bagus dan menggiurkan. Namun, kehidupan di abad 21 membebaninya. Entahlah, Eleanora sedang menimang-nimang tawaran yang diberikan oleh Jiwa di hadapannya.

"Apa yang kau inginkan ?" Tanya Eleanora usai memutuskan sesuatu, dan disambut dengan senyuman dari dua jiwa di hadapannya.

"Yang pertama.. Tolong balaskan dendamku !"

"Dendam ? Pada siapa ?"

"Pada Ibu dan adik tiriku."

"Hanya pada mereka berdua ?"

"Tidak. Balaskan dendam pada mereka yang juga mengkhianati Ku. Untuk lebih jelasnya, Kau akan mendapatkan ingatanku sebelum masuk ke tubuhku nanti. Panda akan memberitahukan semua yang terjadi pada Ku selama ini."

"Haah.. Baiklah.. Memang agak merepotkan, tapi akan Aku lakukan."

"Lalu permintaan Ku yang kedua-"

"Sebentar." Sela Eleanora yang teringat sesuatu.

"Sebelum mengatakan permintaan kedua Mu, Kau juga harus memenuhi permintaanku terlebih dahulu." Tegas Eleanora.

"Apa permintaan Mu ?"

"Aku ingin kau memindahkan seluruh kekuatan yang dimiliki oleh tubuhku dari abad 21 ke tubuh yang akan Aku tempati."

"Itu... Agak sulit..." Jawab nya ragu. Jemari-jemarinya bertautan satu sama lain dengan gelisah. Waktu mereka sudah hampir habis, tetapi Dia harus menyelesaikan kesepakatan ini.

"Agak sulit bukan berarti tidak bisa kan ?" Eleanora meyakinkan.

Yang memberikan tawaran kepada Eleanora itu tampak ragu dan gelisah. Eleanora pun memutuskan untuk angkat bicara.

"Begini.. Aku orangnya tidak suka pilih-pilih. Seandainya tubuhmu itu berusia enam atau tujuh tahun, Aku akan menerima tawaranmu tanpa permintaan apapun. Karena Aku dapat melatih tubuhmu seperti Aku melatih tubuhku berdasarkan pelatihan yang diberikan Oleh Ayah dan Ibu yang mengadopsi Ku di abad 21....”

“...Tapi jangankan melatih tubuhmu, Aku perkirakan usiamu sudah lebih dari 20 tahun. Walaupun hanya Aku tempati selama beberapa menit, Aku dapat merasakan bahwa tubuhmu sangat lemah. Kita berdua memiliki Wajah yang sama, namun jika dibandingkan dengan Aku di Abad 21, tubuhmu itu bukan apa-apa. Jika Kau menjadi musuhku, Aku hanya perlu membunuhmu tanpa usaha sama sekali..." Eleanora berhenti sejenak.

"...Lalu, Dilihat dari jiwa Mu juga, Kau memiliki jemari yang gemulai. Postur tubuh Mu menggambarkan bahwa kau adalah seorang Nona dari keluarga terhormat. Aku yakin jemari itu hanya di gunakan untuk menulis dan menganyam sesuatu. Jangankan pedang, belati saja pasti sulit." Lanjut Eleanora sambil menyilangkan tangan.

Bukannya Eleanora ingin menjatuhkan mental jiwa yang ada di depannya. Namun, keinginan tanpa persiapan yang matang sama saja dengan bunuh diri.

Jiwa yang mendengarkan perkataan Eleanora pun tertegun sejenak. Lalu Dia mulai berbisik-bisik dengan jiwa panda yang sejak tadi melayang di sekitar kepalanya. Setelah berdiskusi, Dia pun angkat suara.

"Baiklah.. Kami akan mengabulkan permintaan Mu."

"Baguslah. Aku suka kesepakatan yang tidak berat sebelah."

"Terimakasih.."

"Tunggu.. Katakan permintaan kedua Mu dulu. Maaf karena Aku memotong perkataan Mu tadi."

Yang di tanya pun tersenyum lagi. Senyuman nya kali ini terkesan berbeda. "Tolong rawat anakku dengan baik. Besarkan dia dengan kasih sayang seorang Ibu. Dia belum mendapatkan kasih sayang itu karena beberapa hal."

"Oh, jadi begi- APA ?! Anak ?! Kau sudah melahirkan ? Jangan-jangan, Kau baru saja selesai-"

"Aku bukan mati karena persalinan.” Selanya sebelum Eleanora pergi terlalu jauh. “Persalinan itu terjadi enam tahun yang lalu. Aku mati karena masuk dalam jebakan Ibu dan adik tiriku untuk yang kesekian kalinya." Sambungnya lagi memperjelas.

"......" Eleanora pun terdiam sambil terus menatap jiwa yang ada di depannya.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku memang bodoh. Aku terlalu-"

"Tidak. Aku tidak berpikir begitu. Aku hanya teringat tentang adikku di abad 21 yang juga mengkhianati Ku." Potong Eleanora.

"...Setelah dipikir-pikir usai bertarung dengannya, kurasa semua kesialan yang terjadi di hidup Ku dimulai sejak Ayah dan Ibu mengadopsi anak kecil yang Aku selamatkan. Pasti Dia juga yang menyebabkan kematian Ayah dan Ibu... Sungguh, kenapa aku tidak Peka saat itu ?" Ucap Eleanora sambil tersenyum masam. Terdapat rasa sakit yang menyayat hati jika diingat kembali.

“Kau yakin tidak keberatan dengan permintaan Ku ini ?”

“Emmm...” Eleanora mengangguk. “Aku ingin menikmati hidupku. Sekuat dan sepintar apapun Aku sebelumnya, Aku terlalu tegas pada diri sendiri. Sehingga, terdapat ribuan hal yang baru Aku sadari saat Mereka sudah meninggal.”

“Eleanora, semoga beruntung.. Saat menikmati hidupmu, tolong libatkan anakku di dalamnya.”

“Hahaha.. Tentu saja, Kenapa Kau takut sekali Aku melupakan kesepakatan Kita.”

“Whusss.....” Angin yang tiba-tiba masuk langsung memudarkan keberadaan jiwa wanita itu dan juga panda.

“Waktu Mu sudah habis ?”

“..Ya... Karena dimensi ini diciptakan oleh kekuatan Ku dan kekuatan Nya yang tidak seberapa... Tidak sama seperti seseorang...”

“Seseorang ?” Jiwa itu tersenyum dan memilih untuk mengatakan hal lain.

“Eleanora.. Mendekat Lah.. Letakkan tangan Mu di tangan Ku ini.”

Eleanora pun menurut.

Tap.!

Kedua tangan itu sudah bersentuhan.

“Eleanora...” Panggil si panda.

“Iya ?”

“Sepertinya Kau akan membutuhkan infomasi ini. Bunga Cahaya Rembulan akan mekar di tebing yang dekat dengan sungai tempat Mu berbaring. Terdapat pohon apel yang paling rimbun, duduklah di situ saat menjelang malam hari. Perhatikan tebing itu. Kau akan mengetahui Bunga Cahaya Rembulan saat sekali lihat. Besok malam pasti akan mekar.”

“Terimakasih... Aku pasti membutuhkan informasi itu saat mendapatkan ingatan dari Tuan Mu- Oia... Sebelum benar-benar menghilang, apakah Aku boleh tau namamu dari mulut Mu sendiri ?"

Eleanora baru saja teringat. Sudah di ujung percakapan, Eleanora belum mengetahui nama dari patner bicaranya ini.

"Namaku Eleanora...."

"Apa ?!"

Jiwa itu tersenyum lagi dan berkata, "Kau tidak salah dengar. Namaku Eleanora Jeanette Iveltto."

"Bagaimana bisa-" Perkataan Eleanora terhenti saat penglihatannya dipaksa menghitam dan jiwanya seakan ditarik secara paksa ke suatu tempat.

...*...

...*...

...*...

...*...

“Eleanora....” Panggilnya.

“Suara ini.. Panda ?!” Batin Eleanora yang secara perlahan membuka matanya.

Jiwa nya kini tengah melayang di sebuah tempat yang penuh akan hamparan kegelapan.

“Tahanlah Eleanora... Ingatan ini akan memberikan rasa sakit pada jiwa dan pikiranmu.”

Sebelum Eleanora merespon, ingatan-ingatan sudah menerjang pikirannya. Semua ingatan itu seolah tengah berlomba-lomba untuk masuk lebih dulu. Membuat Elenora amat kesakitan.

“Tu...Tunggu... Satu per satu... Ughhh... Kumohon... Pelan-pelan...” Ringis Eleanora yang kini meremas rambutnya dengan amat kuat.

Walaupun Ingatan masuk secara berdesak-desakkan, Eleanora dapat memahami setiap ingatan itu. Kinerja Otak yang dipaksa untuk memahami semua ingatan yang masuk secara bersamaan itulah yang menciptakan rasa sakit yang luar biasa. Walaupun terasa sangat sakit, Eleanora tidak meneteskan air mata nya.

Dia hanya merasa sakit pada otak, bukan pada hati. Begitulah seharusnya, hingga Eleanora mendapati beberapa ingatan yang memicu emosional yang tak pernah Ia rasakan selama ini..

“Hikss.... Ayah.... Ibu...” Rengeknya dengan derai air mata.

Perlahan, semua ingatan telah didapati. Eleanora masih mengambang di ruangan yang di penuhi oleh hamparan kegelapan itu.

“Ugghhhh...” Ringis Eleanora saat merasa jiwanya ditarik secara paksa, lagi ! Seolah-olah enggan untuk memberikan waktu istirahat bagi Eleanora.

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

Hai lagi Guys 👋😊 Masih suka sama cerita Author ? Kalo gitu jangan lupa dukungannya dalam bentuk like dan komen ya 🥰.. Author bakal tambah semangat kalo kalian berkomentar. Terimakasih 😌❤️🔥

#Episode 03 (•͈⁠ᴗ⁠•͈)

“Hikss.... Ayah.... Ibu...” Rengeknya dengan derai air mata.

Apa yang membuat Eleanora menangis ? Tampaknya, ada hubungan dengan orang tua nya di abad 21. Tapi, bukankah saat ini Eleanora tengah mendapatkan ingatan Orang lain ?

Ingatan seperti apa yang dapat mendorong rasa emosional seorang Eleanora muncul lagi setelah terkubur lama ?

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

Tubuh yang akan Eleanora tempati ini, memiliki nama dan wajah yang sama dengan dirinya di abad 21. Ya, nama Wanita itu adalah Eleanora Jeanette Iveltto yang saat ini berusia 23 tahun.

Gadis ini merupakan anak yang lahir dari Grand Duchess Sofia Eveldes Iveltto, satu-satunya Grand Duchess yang dicintai dengan sepenuh hati oleh Grand Duke Perez Jonatte Iveltto.

Grand Duchess Sofia adalah wanita yang memiliki tubuh lemah sejak kecil. Namun kondisi tubuhnya itu semakin melemah setelah kelahiran sang putri, Eleanora.

Saat Eleanora berumur tiga tahun, Sang Ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Grand Duke Iveltto yang terpukul dengan kepergian Sang Istri tercinta, tidak menjadikan nya Membenci Eleanora. Bahkan Dia berusaha memberikan yang terbaik untuk putri kecilnya itu. Namun, sosok seorang Ibu tetap tak bisa diberikan oleh Sang Grand Duke.

Grand Duke yang merasa cemas pun memilih untuk menikah dengan Jennie Dorez, putri dari seorang Baron yang juga sudah memiliki satu anak bernama Sandra Dorez.

Saat pernikahan itu terjadi, Eleanora berusia Tujuh tahun sedangkan Sandra Lima tahun.

Pernikahan yang awalnya dilakukan agar Putri tercintanya tidak kehilangan sosok seorang Ibu, malah membawa sesuatu yang tidak diharapkan oleh sang Grand Duke.

Eleanora yang merasa senang akhirnya memiliki seorang ibu benar-benar mendengarkan setiap perkataan Jennie. Yang pada akhirnya membuat hubungan Eleanora dengan sang Ayah mulai merenggang.

***

~> Eleanora tujuh tahun

“Tuan Grand Duke tampak lelah usai melakukan pembasmian Monster Eleanora. Kau tidak boleh mengganggunya. Biarkan Ayahmu istirahat. Paham ~ ?”

Eleanora tersenyum lebar sambil mengangguk patuh. “Baik Ibu.”

~> Eleanora delapan tahun

“Ibu... kenapa Ibu bersedih ?”

“Ah.. Bukan apa-apa.. Hanya saja Tuan Grand Duke tidak mengijinkan Ibu untuk dekat lagi dengan Eleanora. Tuan Grand Duke merasa bahwa Ibu memberikan pengaruh buruk untuk Mu. Maka, untuk kedepannya, Eleanora tidak boleh mengunjungi Ibu lagi. Jangan dekat-dekat dengan Ibu. Jika tidak, Tuan Grand Duke akan marah pada Ibu.”

“Ayah Jahat.!! Eleanora akan menemui Ayah.”

“Jangan. Nanti Tuan Grand Duke akan lebih marah karena merasa Ibu mengadu kepada Eleanora..”

“Tidak. Eleanora akan membuat Ayah tidak mencampuri Urusan Eleanora lagi.” Sanggahnya dan berjalan dengan amarah.

Jennie melihat kepergian Eleanora dengan wajah yang tersenyum puas. “Hahaha.. Dasar anak bodoh.” Cetusnya sambil meneguk secangkir teh.

Eleanora yang menghampiri Tuan Grand Duke pun di sambut dengan sangat baik di ruang kerja. Namun, sambutan itu langsung berubah menjadi medan perang antara Anak berusia delapan tahun bersama Ayahnya.

“Ayah ..!” Teriak gadis itu sampai wajah nya memerah.

“Sayang ? Siapa yang membuatmu-“

“Aku benci Ayah.!” Potongnya dengan suara lantang.

“Jangan menggangu hidup Eleanora.! Jangan mencampuri apapun yang akan Eleanora lakukan ke depannya. Jika tidak..” Pikirannya kalut. Gadis itu tak tau ancaman apa yang harus Dia berikan untuk Tuan Grand Duke. Hinga akhirnya, mulutnya itu mencomot apa saja yang terlintas di dalam benak.

“...Jika tidak, Eleanora akan seperti Ibu yang akan berakhir di dalam tanah.!” Sambungnya yang juga tampak kaget dengan perkataannya sendiri.

“........”

Suasana terdiam yang mencekam itu menggerogoti ruang kerja Tuan Grand Duke. Eleanora saja terdiam, apalagi Tuan Grand Duke dan sekretarisnya. Dimana gadis ini mempelajari perkataan kejam seperti itu?

Eleanora meninggalkan ruang kerja Ayahnya dan berlari ke dalam kamar. Dia merasa kesal dengan dirinya dan dilampiaskan dengan menangis seorang diri.

Tuan Grand Duke menyadari perubahan sikap Eleanora dimulai sejak kedatangan Jennie. Tuan Grand Duke ingin menceraikan Jennie. Tampak sangat mudah karena Dia memiliki kekuasaan dan uang yang melimpah. Sayangnya, semua itu sudah terlambat.

Tuan Grand Duke terlambat menyadari dan membuat Dirinya tak bisa melakukan apa-apa pada Jennie yang pada saat ini sudah berhasil melekatkan Eleanora pada dirinya.

~> Eleanora sepuluh tahun

“Eleaora...Kenapa Kau membuat Adikmu menangis ?”

“Dia... Dia bilang Ayah membenciku... Dia terus mengatakan kata-kata kasar dan membuatku menolak tubuhnya..” Jelas anak kecil itu sambil meremas ujung gaunnya sambil menahan tangis.

“Eleanora... Kau harus mengalah pada Adikmu. Jika tidak, Ibu akan pergi.” Ucap nya sambil menunjukkan ekspresi kecewa

“Tidak..!!” Teriaknya sambil memeluk Jennie. “Eleanora akan patuh. Eleanora akan mengalah. Jangan pergi Ibu... Hikss...”

“Baiklah.. Kalau begitu sekarang habiskan teh milik Mu dan tidurlah...”

“Tapi... Tapi teh itu pahit, Ibu... Eleanora tidak suka... Juga, sehabis meminum teh, tubuh Eleanora terasa aneh.” Jelasnya dengan gelisah.

Jennie menunduk dengan ekspresi sedihnya dan berkata “Apakah Eleanora tidak suka dengan teh yang di buat oleh Ibu Mu ini ?”

“Su... Suka.. Ibu jangan bersedih.. Eleanora akan meminum teh nya.”

Walau badannya bergetar, gadis itu tetap meneguk habis teh yang terasa amat pahit itu. Dampak teh kali ini membuat kepalanya terasa pusing. Wajahnya langsung pucat pasih. Nafasnya mulai tak stabil.

“Eleanora... Kau masih ingat janji Kita kan ?”

“Em... Kita harus merahasiakan... Semua yang terjadi antara Eleanora dan Ibu... Agar... Agar hubungan Kita semakin dekat..” Jelasnya yang tengah kesulitan mengatur nafas.

Jennie pun menggendong Eleanora dan membaringkannya di atas tempat tidur. Malam ini, tubuh gadis itu tampak demam dan juga kejang-kejang. Sayangnya, tak ada seorang dokter ataupun utusan kuil yang datang. Semuanya di diatur dengan sangat rapi oleh Jennie hingga Tuan rumah pun tak mengetahui hal ini.

***

Gadis polos itu terus melakukan apapun yang diberitahukan Oleh Ibu tirinya. Hingga pada saat umurnya menginjak enam belas tahun, Eleanora dan Ayahnya benar-benar bagaikan dua orang asing di dalam kediaman Grand Duke. Jennie dan Sandra terus melakukan banyak tipu muslihat pada Eleanora sehingga hidupnya benar-benar dipenuhi kesialan.

Rasa tamak dan haus akan kasih sayang seorang Ibu, membuat Eleanora seakan lupa bahwa dia juga memerlukan kasih sayang seorang Ayah.

Saat dia baru menyadari akan hal itu diumur nya yang ke Tujuh belas dan berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan sang Ayah, Eleanora dihadapkan pada kenyataan bahwa Ibu dan Adik tirinya adalah penyebab semua kesialan yang terjadi selama ini.

Eleanora dapat mengetahui semuanya lantaran dia melakukan kontrak dengan Hewan Roh, Si panda. Yang kekuatannya adalah memberitahukan kenyataan yang terjadi atau Kejadian mutlak.

Rasa penyesalan yang besar pun menyelimuti Eleanora. Sudah banyak kata-kata jahat yang dia lontarkan untuk Sang Ayah karena hasutan dari Jennie, sehingga Eleanora merasa kesal pada dirinya sendiri.

Kekesalan dan kekecewaan itu dia lampiaskan dengan meminum alkohol di sebuah Bar. Kadar alkohol yang tidak pernah dikonsumsi nya selama ini membuat Eleanora Mabuk berat, dan berakhir di sebuah ranjang dengan pria yang entah siapa.

Saat membuka mata di pagi hari dan berniat bergegas pulang, Eleanora terkejut dengan lambang yang terdapat di pakaian yang tergeletak sembarangan di lantai.

Pria asing itu adalah Grand Duke Aaliziar . Salah Satu Grand Duke dari tiga Grand Duke yang menjadi pilar pembentukan Kekaisaran Elion ini.

Eleanora bergegas pulang lantaran tidak mau terseret lebih dalam lagi karena kecerobohan nya.

Sebulan setelah nya, hubungan panas dimalam itu membuat Eleanora mengandung. Dia tidak tau bahwa jika harus meminum obat kontrasepsi sehabis melakukan hubungan panas. Hal ini dapat terjadi karena memang Eleanora tidak memiliki ilmu apapun di bidang seperti itu.

Sang Ayah yang baru pulang dari memberantas monster di wilayah perbatasan, langsung dihampiri oleh Eleanora. Eleanora mengatakan ingin menenangkan diri dengan pergi ke kuil yang dibangun oleh Ibu nya. Eleanora meminta waktu selama satu tahun. Sang Grand Duke yang ingin bertanya kenapa selama itu, langsung enggan untuk bersuara lantaran hubungannya dengan Sang Putri yang sudah tak seperti dulu lagi. Grand Duke takut jika ucapannya akan di manipulasi lagi Oleh Jennie. Tanpa mengetahui bahwa Eleanora sudah sadar akan semuanya.

Masalah yang membelenggu mereka saat ini adalah komunikasi terbuka. Sepertinya Jennie se jeli itu sampai dapat memperkirakan apa saja yang akan terjadi sekaliun sikap dan tindakannya di ketahui di masa depan.

***

Sang Grand Duke pun mengijinkan kepergian Eleanora ke kuil setelah mempersiapkan area kuil agar Eleanora dapat hidup dengan aman selama beristirahat setahun.

Yang mengetahui tentang kehamilan Eleanora hanya tiga orang dari pihak kuil yang benar-benar dapat di percaya oleh Eleanora karena mereka merupakan pelayan yang pernah melayani Ibunya, Sang Grand Duchess Sofia.

***

Delapan bulan kemudian, Eleanora melahirkan seorang bayi kecil nan manis berjenis kelamin laki-laki. Eleanora tak menyangka bahwa dia bisa memberikan kehidupan baru di umurnya yang ke 17 tahun ini.

Tiga orang dari pihak kuil itu merasa amat gembira dengan proses bersalin Eleanora yang berjalan lancar. Namun sayangnya, 10 jam setelah bersalin, Kuil di kepung oleh Prajurit bayaran yang datang untuk membunuh Eleanora dan anaknya yang baru lahir.

Prajurit bayaran itu adalah prajurit yang di bayar oleh Jennie. Entah siapa yang memberitahunya, intinya Jennie ingin membunuh Eleanora dan anaknya agar dapat membuat Drama baru bahwa Eleanora mati lantaran sebuah persalinan yang tidak diketahui oleh dirinya dan Grand Duke. Ini adalah kesempatan emas bagi Jennie, lantaran kematian Eleanora dapat membuat Putrinya Sandra menjadi Penerus dari Wilayah Grand Duke Iveltto yang luas dan kaya ini.

Eleanora yang langsung mengetahui maksud dikirimnya para prajurit ini langsung melarikan diri ke hutan yang berada di belakang kuil sambil menggendong anaknya. Dia ditemani oleh Hewan Roh milik nya.

Saat sudah sampai di Gua yang di beritahukan oleh Pemimpin Kuil, Eleanora langsung masuk dan bersembunyi didalamnya. Karena baru selesai bersalin dan langsung mendapatkan kejutan seperti ini, membuat keadaan tubuh Eleanora mengalami Drop yang membuatnya bahkan tidak bisa berdiri lagi.

Panda mengatakan bahwa Hanya satu jam saja pihak kuil dapat menahan Para prajurit itu, selebihnya mereka akan menyusuri hutan. Eleanora terperangah dengan kenyataan ini. Hingga akhirnya dengan berat hati Eleanora membaluti Putranya dengan kain yang lebih tebal, dan merapikan penampilannya.

"Hikss.... Maafkan Ibu yang tidak becus ini sayang... Kau akan hidup tanpa gangguan apapun jika berada di sisi Ayah Mu. Entah kapan Ibu dapat bertemu dengan Mu lagi, tapi yang jelas Ibu sangat menyayangi Mu. Hiks... Maafkan Ibu..." Ucap Eleanora sambil mengecup Putranya cukup lama. Dia memeluk bayi itu dengan penuh kasih sayang.

Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh Panda, Eleanora membuat Sebuah portal agar Putra nya dapat dipindahkan ke kediaman Grand Duke Aaliziar.

Saat Panda akan mengantarkan Putra Eleanora kedalam kediaman Grand Duke Aaliziar, Bayi itu menangis dengan sangat kencang. Bayi itu juga merasa sedih dengan perpisahan ini. Dia sudah bersama sang Ibu selama sembilan bulan. Dan saat Dia baru bernafas 10 jam di samping Ibunya, Dia harus berpisah ? Perasaannya juga pasti terhubung dengan Eleanora.

Eleanora semakin tertegun dengan tangisan anaknya. Namun Panda tetap mengantarkan Putra Eleanora ke kediaman Grand Duke Aaliziar, lantaran keadaan mereka benar-benar disudutkan.

***

Singkat Cerita, Panda berhasil menyusup masuk kedalam kediaman Grand Duke Aaliziar. Entah bagaimana sehingga Panda yang kecil nan lucu itu dapat melewati pelindung sihir yang sangat ketat di kediaman Grand Duke Aaliziar. Intinya, Dia meletakkan bayi itu di teras kamar milik Tuan Grand Duke Aaliziar.

Tangisan Bayi itu saat akan ditinggal oleh Panda kembali pecah, dan suaranya itu berhasil membangunkan Grand Duke Aaliziar. Panda pun langsung tersedot kembali kedalam Gua, lantaran kekuatan Spiritual milik Eleanora hampir habis.

Saat Panda tengah berusaha menjaga Eleanora yang sudah kehilangan kesadaran, Suara endapan kaki pun terdengar. Panda sudah sangat takut jika harus melawan Prajurit yang kekuatan nya lebih besar dari nya. Namun Panda tidak ada niatan untuk meninggalkan Eleanora sedikitpun.

Syukurlah yang datang adalah Grand Duke Iveltto dan prajurit nya. Pihak kuil mengirim permintaan tolong bahwa kuil diserbu dan Tuan Grand Duke Iveltto pun langsung turun tangan ke tempat kejadian. Eleanora dapat terselamatkan dan dibawa pulang ke Kediaman Iveltto.

Tiga orang dari pihak Kuil pun ikut pergi ke Kediaman Iveltto, lantaran mereka ingin memastikan Eleanora baik-baik saja dan kejadian tentang persalinan itu harus di tutup rapat-rapat.

Semua jejak persalinan sudah dihilangkan sebelum para prajurit melakukan penyerbuan di Kuil, sehingga Jennie seperti terbakar api dimalam hari lantaran rencananya tidak berjalan lancar.

Sejak kejadian itu, Eleanora hanya terkurung didalam kamarnya. Kondisi tubuhnya semakin melemah dari hari ke hari. Kekuatan suci dari pihak kuil hanya dapat membuat nya bertahan, bukan sembuh dari kondisinya.

Tuan Grand Duke Iveltto ingin mengobati Eleanora dengan Kekuatan yang lain namun Eleanora menolak. Dia takut jika dirinya yang pernah bersalin akan ketahuan saat di hadapkan oleh Para Dokter yang handal.

Apalagi bisa saja Jennie menyarankan seorang Dokter yang kemampuannya akan mengungkapkan fakta tentang tubuh nya yang harus di rahasiakan. Eleanora sudah tidak ingin membuat Ayahnya kecewa lagi dengan fakta ini.

Eleanora juga tidak bisa menggali informasi tentang Anaknya yang berada di kediaman Grand Duke Aaliziar, karena pasti Jennie akan mengetahui semua gerak-gerik nya.

***

Lalu enam tahun kemudian, terdengar kabar bahwa Bunga Cahaya Rembulan akan mekar di wilayah kekuasaan Grand Duke Iveltto. Bunga Cahaya rembulan adalah Bunga yang dapat mengobati penyakit apapun. Bunga ini hanya tumbuh dan mekar sekali setahun ditempat yang berbeda-beda. Sehingga peramal pun diandalkan dalam hal berburu keberuntungan. Itupun belum menjamin sebuah keberhasilan.

Eleanora tampak tergesa-gesa dalam mencari informasi tentang Bunga Cahaya rembulan. Sehingga lagi-lagi dia diarahkan ke jurang oleh Jennie dan Sandra. Grand Duke Iveltto tampaknya tidak tahu tentang Bunga Cahaya rembulan yang akan mekar diwilayahnya, lantaran Dia pergi untuk melakukan pembasmian monster lagi diperbatasan wilayahnya.

Yang tujuan awalnya untuk sembuh, malah mendatangkan maut bagi Eleanora. Dia dikejar oleh empat Bandit, dua diantara mereka berada di level dua dalam tingkatan penyihir, dan dua lainnya mahir menggunakan pedang.

Alhasil, Eleanora memilih lompat ke dalam jurang yang dalam dari pada disetubuhi oleh empat bandit yang dari matanya saja terlihat penuh akan nafs* yang tidak wajar.

Dengan bantuan Panda, tubuh Eleanora tidak mengalami remuk. Hanya saja, tubuhnya penuh akan luka sayatan-sayatan kecil karena Panda hanya mengurangi kecepatan jatuh, bukan menghentikan Eleanora di atas tumpukan awan. Bahkan kepala Eleanora berbenturan dengan ranting-ranting pohon yang besar dan yang terakhir adalah sebuah batu yang ada di tempatnya mendarat.

Pendarahan dan juga kondisi tubuh yang mengalami penurunan fungsi karena rasa syok dan takut yang berlebihan, membuat keinginan Eleanora untuk bertahan hidup menghilang.

Dia pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan sangat menyedihkan. Sebelum benar-benar mati, Panda memindahkan tubuhnya ke dekat sungai, ke tempat yang memungkinkan tubuh itu berada dekat dengan Bunga Cahaya Rembulan yang akan mekar besok malam. Walaupun tindakan Panda terkesan sia-sia, namun Panda kekeh ingin melakukan nya.

Siapa tahu keberuntungan muncul setelah penderitaan yang berkepanjangan bukan ?

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

"Ciit.. Cit.. Cit..."

Kicauan burung di pagi hari berhasil menembus Pendengaran Eleanora dan membangunkannya.

Pandangan Eleanora menerawang sekitar, dan benar saja bahwa dia masih berada di dekat air sungai. Kondisi Eleanora tidak dalam keadaan bugar. Karena memang kondisi fisik dan kinerja otaknya yang baru saja di keroyok oleh berbagai hal.

Ingatan-ingatan yang baru saja Dia dapatkan membebani kepalanya yang belum sembuh dari geger otak ringan karena benturan dan pendarahan.

"Haahh...." Eleanora pun menghela nafas panjang dengan wajah lesunya. Satu tangannya Menyeka wajah dengan kasar.

“..?!...” Namun pergerakannya terhenti saat tangannya itu bersentuhan dengan air.

“Air mata ?” Kata Eleanora melihat tangannya yang basah.

“Hahaha... Aku Pasti menangis karena ingatan itu...” Gumamnya dengan pandangan menerawang ke depan sambil mengingat kembali wajah Grand Duke Iveltto dan Grand Duchess Sofia.

"...Aku memang akan membalaskan dendam dan merawat Anakmu. Tapi kenapa orang-orang yang ada didalam ingatan Mu memiliki rupa dan nama yang sama dengan orang-orang yang berada di abad 21 yang Ku kenal ? Apakah ada sesuatu yang belum Kau beritahukan Pada Ku, Eleanora ?" Ujarnya sambil melihat ke langit. Berharap mendapatkan jawaban dari Jiwa Eleanora maupun si Panda.

“.......”

Hening... Akhirnya, Eleanora pun menarik kesimpulan dan sebuah keputusan.

"Jadi, Aku adalah Eleanora dari Bumi Abad 21 yang sekarang tengah hidup di tubuh Eleanora di dunia yang bukan bagian dari Bumi. Lantas, Aku ini siapa ? Jiwa dan tubuh ini berasal dari dua tempat yang berbeda. Haahh... Entahlah. Kepala ku sakit memikirkan hal ini. Untuk sementara, sebaiknya Aku abaikan saja."

Ada banyak hal mengganjal yang tidak bisa Dia tuntaskan di benaknya. Keputusannya untuk memilih abai tentu saja bijak untuk saat ini.

Selanjutnya, apa yang akan Eleanora lakukan ? Semenarik apa balas dendam yang akan di lakukan olehnya ?

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

~> Grand Duke Perez Jonatte

~> Grand Duchess Sofia Eveldes Iveltto,

~> Eleanora Jeanette Iveltto

~> Jennie Dorez

~> Sandra Dorez

...*...

Kalau penasaran, langsung ke part selanjutnya Guys😌 Jangan lupa Like dan Komennya ya, biar Author tambah semangat 🥰❤️🔥 Btw, Makasih yang masih stay dengan dukungan like dan komentar nya ya.. Auntor senang banget.❤️‍🔥

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!