NovelToon NovelToon

11 (Peringatan)

Pertukaran pelajar

Duduk di Sofa empuk dengan tubuh yang tegak dan mimik wajah yang lembut dan sopan, sedang menghadap Guru wali kelas di hadapannya.

" Apakah kamu tertarik dengan pertukaran ini? " Dengan wajah yang sedikit serius " Begini Yesha dari 2.850 siswa hanya terpilih 3 siswa terbaik, termasuk Kamu adalah salah satu siswa terbaik yang terpilih dalam pertukaran pelajar ini "Guru itu menjelaskan agar Yesha menyetujui Permintaan dari pihak sekolahnya.

" Apakah masih ada waktu?  Setidaknya 3 hari"

" Baiklah sepertinya kamu perlu mempertimbangkan keputusan ini, ibu akan memberikan waktu 3 hari setidaknya sebelum 3 hari kamu sudah mengambil keputusan penuh " Tersenyum tipis

" Baik bu " Menundukkan kepalanya sedikit, mengerti apa yang gurunya katakan

****

Memijat kecil kedua sisi dahinya dengan jari tangan kirinya, sebelah tangan kanannya sibuk mengaduk-ngaduk nasi goreng miliknya dengan wajah penuh pikiran.

" 3 hari? Bahkan Orangtuaku belum tahu soal ini " Lirihnya

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu kirinya seketika Yesha menoleh ke Arahnya.

" iss Manda " Dengan wajah bete

" Idih kenapa lo? Tumben masang wajah bete kayak gitu... Mana itu nasi goreng cuman di aduk doang kagak dimakan " Celetuk Manda sahabat Yesha

" Diem, gue lagi banyak pikiran " Meletakkan sendoknya

" Masalah Pertukaran pelajar? "

" Hm "

" Orangtua lo setuju soal ini? Lo juga tahu kan pertukaran pelajar ini hanya diberi waktu 1 tahun belajar disana, sisanya lo juga bakal balik lagi kesini " Menyeret nasi goreng milik Yesha lalu memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

" Lo kira masalah ini sepele? Gue pergi ke caffe dekat rumah pun Ortu gue selalu nelpon gue suruh pulang kerumah. Derita punya Ortu Posesif gini nih "

" Tapi kalo soal pendidikan pasti Ortu lo setuju deh, gimana gak bangga coba Ortu lo, dari ribuan siswa hanya 3 orang siswa yang terpilih dan itu termasuk elo " Mencoba memberikkan masukkan pada sahabatnya agar tidak terlalu stress.

" Iya juga sih, tapi ini Negeri Orang. Bahkan gue belum pernah keluar Negeri. Saking Posesifnya Ortu gue " Menampilkan mimik wajah murung

" Tatap mata gue Sha (Yesha menatap wajah Manda dengan wajah murungnya), Sekarang setelah pulang sekolah lo langsung kasih tahu soal ini. Saat Ortu lo kasih jawaban ke elo, baru dengan terpaksa lo harus ikuti saran dari Ortu lo. Masalahnya ini Pendidikan, gak ada waktu lagi buat mengulang kesempatan emas ini " Menepuk kecil kedua bahu Yesha.

" Oke, Thankyou " Menganggukkan kepalanya sedikit

" Sahabatku yang paling manis " Mencubit gemas pipi kanan Yesha

****

" Yesha pulang " Teriaknya dengan melangkahkan kakinya menuju rumah

" Yesha " Panggil Sang Ayah yang sedang duduk di sofa tamu

Seketika panggilan itu membuat Yesha menoleh ke arahnya, segera untuk melangkahkan kakinya mendekat dengan ayahnya.

"Iya Ayah" lirihnya berdiri menghadap sang Ayah

" Duduklah, ada yang ingin Ayah bicarakan padamu " Menepuk kecil sofa tamu disampingnya.

Dengan cepat Yesha duduk di sebelah Ayahnya tanpa menatap wajahnya.

" Tadi Ayah dapat panggilan dari  pihak sekolah, katanya kamu termasuk dalam pertukaran pelajar? " Menatap lembut wajah Anaknya

" Iya Ayah, kesempatan ini hanya sekali. dan gak akan bisa terulang kembali "

" Tatap Ayah sayang "

Yesha langsung menatap wajah Ayahnya yang selalu menyayangi dirinya ini.

" Kau ingin menyetujuinya? " Menunggu jawaban Yesha

" Iya Ayah "

" Ayah pun menyetujuinya sayang (seketika bibir Yesha sedikit mengembang mendengar kalimat yang diucapkan sang Ayah) jangan perdulikan Ayah dan ibumu, prioritaskan pendidikanmu. Ayah pun selalu mendukung keputusan terbaikmu " Tersenyum dengan mengelus pucuk rambut Yesha

" Terimakasih Ayah, tapi.... Ibu? "

" Soal itu gampang, Ayah akan bicara dengan ibumu "

" Oke Ayah " Tersenyum menatap wajah Ayahnya

Makan malam sudah tersedia di meja makan, semua anggota keluarga Yesha berkumpul di meja makan, untuk menyantap makanannya.

Seketika hening hanya dentingan piring dan sendok yang saling bertabrakan hingga menimbulkan suara.

Hingga Ayah Yesha membukakan suara memecahkan keheningan di meja makan.

" Nita, Yesha dan aku setuju dengan pertukaran pelajar ini" Mendengar kalimat yang diucapkan sang suami, Nita berhenti mengunyah makanannya di dalam mulut, lalu wajahnya langsung menoleh kearah suaminya di sebelah dirinya.

" Apa maksudmu? " Ingin mendengar sekali lagi yang terucap di dalam mulut suaminya, takut ia salah dengar.

" Yesha dan aku menyetujui pertukaran pelajar itu,biarkanlah Yesha hidup mandiri disana. Dia butuh hidup yang normal seperti teman yang lainnya. "

" Maksudmu Aku selalu mengekang Yesha begitu? Bahkan aku memberi waktu dirinya untuk main dengan Teman-temannya, bahkan sekolah, acara diluar sekolah. Aku selalu mengizinkannya. " Ucapnya dengan sedikit emosi

" Jika seperti itu, biarkan anak kita pergi ke Korea untuk mengikuti pertukaran pelajar itu. Hanya 1 tahun saja. Yesha akan kembali lagi ke indonesia. "

" Aku tidak mengizinkannya " Jawabnya dengan ketus

Tiba-tiba diantara percekcokan antara suami dan istri ini, Rico memotong pembicaraan mereka.

" Ibu ingin Yesha seperti diriku? "

" Apa yang kamu katakan Rico? " Membuat dirinya semakin naik pitam

" Hanya dengan ucapanmu aku tidak jadi pergi sekolah diluar negeri hanya demi menemani dirimu di indonesia. Alhasil... aku hanya kuliah biasa disini, padahal aku sudah bermimpi akan kuliah di Jepang. Tapi ibu... Hanya keegoisanmu aku hanya menjadi mahasiswa biasa di negeri sendiri " Tatapan Rico yang memerah membuat Sang Ayah menyela kata-kata Rico

" Cukup Rico, kau membuat hati Ibumu terluka "

" Bagaimana pendapat ayah soal diriku? apa aku salah? Sekarang Yesha mempunyai mimpi sama seperti diriku. Aku tidak akan membiarkan adikku merasakan hal yang sama seperti yang aku alami. Jadi ibu harus berusaha melepaskan sementara anakmu ini, demi pendidikannya " Beranjak dari Kursi tidak melanjutkan makan malamnya karena dari situasi seperti ini membuatnya tidak berselera.

" Rico, habiskan makananmu " Teriak sang Ayah

Apakah ini salahnya? Apakah demi kebaikan keluarga ini Yesha harus mengalah dengan ibunya?

Kesempatan ini tidak akan datang 2 kali, baru kali ini Yesha mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sementara ke Negeri orang.

Dari 3 orang hanya 1 orang yang tidak setuju dengan pertukaran pelajar ini, apalagi ini adalah orang yang selalu mengurus dirinya hingga dewasa.

" Bu, Yesha Mohon... Tolong izinkan Yesha kesana. Hanya 1 tahun Yesha belajar disana. Jika ibu merindukan Yesha atau khawatir dengan Yesha, ibu bisa menghubungi Yesha. Ini adalah impian Yesha "Menundukkan Kepalanya agar mereka berdua tidak melihat Yesha meneteskan air matanya.

Mimik muka sang ibu terlihat bingung antara dirinya harus egois atau mengalah. Tatapan mata sang ibu melihat Yesha menunduk karena ucapan kasarnya, membuat situasi ini menjadi kacau balau.

Teringat hanya demi keegoisan dirinya sendiri, mengorbankan Rico yang tidak jadi menempuh pendidikan Perguruan Tinggi di Jepang, jika kalian tahu Rico mendapatkan Beasiswa dari Jepang, hanya saja dengan penolakan tegas dari sang ibu. Rico mengalah dan melanjutkan Perguruan Tingginya di Indonesia.

Pertimbangan

Drettt.... Drettt....

Dip...

"Hm"

" Bagaimana? " Tanya Manda di balik telpon

" Bagaimana apanya? " Tidak mengerti apa yang dibicarakan Manda

" Dasar otak udang, gue nanya soal pertukaran pelajar itu. Ortu lo ngizinin gak? "

" Cuma Ayah sama Kakak gue " Jawab dengan nada lesu

" Ibu lo? "

" Seperti biasa " Jawab singkat

"yang sabar, pasti ibu lo bakal luluh deh percaya sama gue " Menyakinkan Yesha

"Hm"

Tiba-tiba Yesha membelalakkan matanya mendengar ucapan Manda yang terdengar oleh Yesha dibalik Telponnya.

" Kampret lu " Terkejut mendengar ucapan Manda

" Hehe... Bukain dong pintu Rumah lo, gue kedinginan nih " Dengan suara imutnya

" Dasar Hantu, tiba-tiba datang kerumah gue tanpa bilang-bilang " Sudah biasa Yesha menghadapi kelakuan Sahabatnya ini.

Dip... ( Yesha mengakhiri sambungan Telponnya)

Dengan cepat Yesha beranjak dari Kasurnya, lalu berjalan keluar menghampiri sahabatnya yang sedang berkunjung ke rumahnya tengah malam.

Ceklek... ( membukakan pintu Rumah Depan )

" Heheh... Hay sahabatku yang paling manis " Rayuan Manda membuat Kupingnya memanas

" Berisik lo " Meninggalkan Manda di depan pintu

Dengan cepat Manda menutup pintunya, lalu berjalan cepat menyusul Yesha ke kamarnya.

°°°°

Mereka berdua terbahak-bahak melihat film adegan kocak di Laptop milik Yesha.

Selain menonton film, mereka menyiapkan cemilan di sampingnya. Tanpa cemilan terasa ada yang kurang jika sedang menonton film, benar bukan? 

" Bangke... Dia dorong cowoknya ke selokan? Ihh jorok mana airnya keruh gitu " Mimik wajah Manda tergambarkan bagaimana jijiknya melihat adegan tersebut

" Udah nonton aja, gak usah komentar " Menjepit bibir Manda dengan tangan kanan Yesha

" Sakit.... " Teriak Manda

" Rasain " Melepaskan tangannya dari bibir Manda

Seketika Manda penasaran dengan sekolah Yesha nanti disana, Apakah sekolahnya lebih elit dibandingkan dengan sekolahnya disini?

Manda sedikit menyenggol bahu Yesha yang sedang fokus dengan Film di laptopnya.

" Sha " Panggil Manda

" Apasih "

" Lo tahu sekolah dikorea itu? Lebih elit yang kayak disini gak? " Menunggu jawaban Yesha

" Kayaknya sih, sempet denger sekolah itu sekolah paling elit bagian nomor urut ke 3 " Jawabnya dengan memasukkan sepotong cemilan kecil kedalam mulutnya.

" Buset... Berarti lo beruntung banget bisa masuk kesana, walaupun cuma 1 tahun aja " Bangga dengan sahabatnya ini

" Biasa aja sih "

" Dih kalo gue jadi lo, gue langsung Deal buat belajar disana "

(Akupun berharap bisa belajar disana, bahkan itu adalah impianku bisa belajar di luar Negeri) batin yang terucap didalam hati Yesha.

°°°°

Mempersiapkan pakaian seragamnya untuk dihari Rabu, seragam batik berwarna Biru tua dengan Rok span putih sepaha.

Btw Manda sudah pulang sekitar pukul 3 pagi, memang nekat anak ini. Seperti biasa dengan sebutan The Real Ghost.

Perfect... Yesha sudah sangat cantik dengan sedikit polesan makeup tipis, begitu juga Rambut yang dikuncir kuda, tidak lupa poni yang lumayan panjang dibiarkan terbelah di bagian tengah.

Saat ingin berjalan keluar kamar, Yesha melupakan sesuatu yang penting. Yesha Belum memakai Parfum favoritnya, Yaitu Dior Sauvage. 

Harumnya seperti alam liar yang belum terjamah di bawah langit malam yang biru, Sauvage Parfum melepaskan aksen smoky dari vanilla absolute dan nota kacang tonka lezat yang menyampaikan aroma maskulinitas percaya diri dan sensual.

Penasaran seharum apa Parfum yang dipakai oleh Yesha saat ini.

Menuruni anak tangga berjalan menuju meja makan terlihat ada 2 orang laki-laki yang sedang sibuk menyantap makanannya, yaitu Ayah dan kakaknya.

" Selamat pagi Ayah, kakak " menyapa mereka dengan senyuman tipisnya.

" Pagi " jawab Rico dengan wajah datarnya

" Pagi sayang, cepat sarapan nanti keburu telat sekolahnya " Ucap lembut Sang Ayah

Mendaratkan bokongnya di atas kursi meja makan, kedua tangannya sibuk mengoles Roti panggangnya dengan selai blueberry kesukaannya.

Seketika ada yang kurang, jika ada Ayah dan kakaknya disini. Lalu dimana Ibunya? Dia tidak ikut untuk sarapan bersama?

" Ayah,dimana Ibu? Ibu tidak ikut sarapan bersama? " Menunggu jawaban dari mulut sang Ayah

" Ibu sedang dikamar, kayaknya lagi gak enak badan sayang "

" Kenapa Ayah baru kasih tahu Yesha sekarang? Ibu sakit apa? Demam? " Terpampang kekhawatiran dari wajah Yesha saat ini.

Segera Yesha beranjak dari kursinya berjalan menuju kamar Ibunya, tetapi terhalang dengan Ucapan sang Ayah yang membuat Tubuh Yesha terdiam di tempat.

" Ibumu sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa sayang, ibumu hanya ingin sendiri saat ini "

Apakah masalah ini masih berlanjut? Sebegitu rumitnya masalah ini kah? Sampai-sampai Ibunya tidak ingin bertemu dengan Siapa-siapa begitupun dengan dirinya.

Membalikkan tubuhnya,lalu menatap wajah Sang Ayah.

" Ibu tidak mau bertemu dengan Yesha Ayah? Apakah hanya dengan masalah pertukaran pelajar itu ibu sampai tidak mau bertemu dengan Yesha? " Geram Yesha dengan emosi yang sudah tidak terkontrol.

" Bukan begitu sayang " Mencoba menjelaskan bahwa memang ibunya sedang sakit demam, tetapi bukan karena Ibunya tidak ingin bertemu dengannya. Melainkan Nita tidak ingin anaknya khawatir dengan kondisi Nita saat ini.

" Lalu? Jika ini memang masalah bagi keluarga kita, aku akan berusaha untuk menolak persetujuan itu kepada pihak sekolah " terlihat bola mata Yesha memerah akibat menahan tangisnya.

Berjalan cepat menuju luar Rumah dan tidak mau mendengarkan panggilan Sang Ayah yang dari tadi memanggilnya.

" Sayang....Yesha... Dengar dulu penjelasan Ayah sayang " Ucapnya dengan sedikit berteriak.

Tanpa disadari Rico yang melihat keributan didepan matanya ini hanya santai tidak bereaksi apa-apa.

Hanya saja Rico mengucapkan satu kalimat pada Sang Ayah membuat ia membisu ditempat.

" Tak lama, jika ia menolak persetujuan itu. Yesha akan menjadi Anak biasa sama seperti diriku " maksud dari kata "Anak biasa" anak pelajar di Negeri sendiri. Tidak ada kata spesialnya jika Anak itu sekolah di Negaranya  sendiri menurut Pandangan Rico.

Beranjak dari Kursinya lalu meninggalkan Ayahnya di meja makan.

" Kamu mau kemana? " Tanya sang Ayah

" Terpaksa harus belajar agar menjadi Anak yang teladan " melanjutkan langkahnya menuju luar Rumah. Lalu Rico melajukan Motor kesayangannya.

Rhama melihat Anaknya yang menjadi seperti ini, hanya bisa pasrah. Merasa didikan darinya sia-sia baginya.

Mengacak-acak rambutnya hingga berantakkan, mata terpejam erat mencoba mengontrol air mata yang terus mengalir.

" Akan aku usahakan agar Yesha belajar dikorea " Lirih sambil menghapus airmata dikedua matanya dengan kedua tangannya.

°°°°

Bremmm...... Ckiiitt....

Rico memarkirkan motornya di parkiran khusus Motor, tidak lupa mengunci Stang motornya agar tidak terjadi yang tidak diinginkan.

Berjalan masuk menuju Kantin, duduk di tempat meja makan Kantin di ujung kiri yang kini sedang kosong.

Merogoh sakunya yang ternyata ada ponsel berwarna hitam miliknya, dilayar ponselnya ternyata ada pesan dari seseorang yang membuat Rico menggertakkan giginya. Seperti sedang menahan Amarah yang dipendam.

" Tak akan kubiarkan kau kabur " Isi pesan yang ada di layar ponsel milik Rico.

Tiba-tiba ada sekelompok 3 pria menghampiri Rico, ia yang sadar hanya acuh tak acuh pada mereka.

Brakk..... (Menggebrakan meja membuat timbul suara yang sangat keras dan kini semua mahasiswa yang ada disana menoleh ke arah mereka.

" Rico, Bukankah dia yang tidak jadi kuliah di Jepang? " Ucapnya dengan kata Ejekan.

" Ia Bos, bisa-bisanya dia menolak mentah-mentah Beasiswa dari Jepang, dan sekarang malah kuliah disini " Ucap Marshel

" Diibaratkan dikasih Ayam malah minta tempe " Ujar Dito dengan tertawa cekikikan.

Arya seketika mencengkram kedua rahangnya dengan sangat keras membuat Rico menahan sakit di bagian rahangnya.

Tatapan mereka seketika bertemu, mata yang sedikit memerah dengan genangan air bening di area kedua matanya.

" Singkirkan tangan menjijikan ini di wajahku " Geram Rico

Arya yang melihat perubahan diwajahnya, bukannya ia merasa takut. Malah membuat ia merasa bersemangat untuk mengganggu Rico.

Cengkraman itu ia lepaskan dengan keras, lalu Arya tiba-tiba mendekatkan wajahnya di hadapan Rico, dengan mengatakan sesuatu yang membuat Rico menahan Amarahnya.

" Tidak akan kubiarkan kau lolos dari tanganku " Bisik Arya dengan menyunggingkan senyumannya

Perpisahan dengan sahabatnya

Langkah demi langkah Nita berjalan menuju kamar mandi, ia tidak tahan menahan kencingnya dari tadi.

Pandangan mata yang selalu berputar-putar, kedua kaki yang sulit digerakkan, bahkan tubuh yang sedikit melemah.

Nita berusaha mandiri menuju kamar mandi. Tiba-tiba Pintu kamar terbuka lebar, terlihat Pria Tinggi besar dan tampan menatap dirinya dengan wajah yang khawatir.

" Sayang, mau kekamar mandi? Sini aku antarkan. Kenapa kamu tidak bilang padaku jika ingin kekamar mandi " Menahan kedua lengannya disamping Nita agar tidak terjatuh.

Seketika Nita menolak bantuan dari Rhama suaminya.

" Lepaskan tanganmu, aku bisa sendiri " Melepaskan paksa pegangan dari kedua tangan Rhama

Rhama yang tidak tahan dengan sikap Istrinya, langsung mengangkat tubuhnya kedalam kamar mandi.

Membelalakkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka, betapa terkejutnya Nita secara tiba-tiba Suaminya membopong dirinya kedalam Kamar mandi.

" Sudah sampai kan? Baiklah aku akan tunggu di luar, jika sudah selesai panggil aku " Meninggalkan Nita sendirian di kamar Mandi.

Memutarkan kedua bola matanya, sikap suaminya selalu seperti itu sejak dulu. Pemaksa namun perhatian.

5 menit sudah berlalu, Rhama belum mendengar panggilan dari Istrinya. Apakah dia pingsan didalam?

Jantungnya berdetak dengan kencang, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Seketika Rhama beranjak dari Sofa empuknya, lalu menghampiri Nita yang berada didalam kamar mandi.

Tok... Tok... Tok... 

" Sayang? Apakah sudah selesai? " Tidak mendengar jawaban dari mulut Nita

Merasa ada yang tidak beres, Rhama terpaksa membukakan pintu kamar mandinya lalu masuk untuk menemui Istrinya.

" Nita... " Terlihat istrinya terkapar lemas di lantai keramik kamar mandi dengan menutup kedua matanya.

Dengan cepat Rhama membopong tubuhnya untuk dipindahkan ke Ranjang.

Meletakkan tubuhnya dengan hati-hati lalu  menepuk-nepuk pelan pipi kiri Nita, agar terbangun dari tidurnya.

" Nita.... Sayang.... Bangun, Astaga wajahnya sangat panas sekali " Panik sepanik-paniknya melihat wajah istri berubah warna menjadi merah padam, ini pasti demamnya sudah sangat parah

Terpaksa Rhama mengubungi Dokter Pribadinya untuk datang

" Dokter, Cepat kemari istriku pingsan " Desak Rhama

" Baiklah saya akan segara kesana " Jawaban di balik telepon

°°°

" Baiklah sampai sini aja pelajaran kita kali ini, silahkan kalian segera istirahat " Ujar Bu Hana dengan senyuman tipis lalu meninggalkan kelasnya.

Menutup semua buku-buku yang ia pakai tadi, lalu memasukkannya kepala Tas berwarna hitam putih.

" Sha, ayo kekantin cacing diperut gue udah pada demo nih " Rengekan Manda

" Hm, Ayo " Beranjak dari kursinya lalu berjalan mendahului Manda, dengan cepat Manda mengikuti langkah Yesha di depannya.

Saat mereka berdua berada di Koridor lantai 2, tiba-tiba ada yang memanggil Yesha dibelakangnya dengan jarak yang sedikit jauh.

Seketika Yesha menolehkan pandangannya Ke sumber suara tersebut.

" Iya Bu? " Sahut Yesha

" Tidak sibukkan? Ikut ibu kekantor " Sambung Bu Ratih ia adalah kepala sekolahnya.

Manda seketika cemberut, karena tidak jadi kekantin bersama dengannya.

" Gue kesana dulu sebentar, nanti gue nyusul kekantin " Berlari kecil menuju Kantor guru

" Iss ini masalah pertukaran pelajar masih belum kelar juga? apa salahnya bilang setuju. Kelarkan? " Kesal Manda lalu berjalan menuju kantin.

°°°

Kini Yesha dan kepala sekolah sedang duduk berhadapan.

Tidak jauh, pasti Ini menyangkut Pertukaran pelajar itu.

Yesha Bingung antara setuju dan tidak setuju, karena sebagian keluarga Yesha setuju akan hal ini, disisi lain ibunya tidak mengizinkan dirinya untuk sekolah di Korea.

" Begini Yesha ibu tidak akan memperpanjang penjelasan lagi, ibu hanya ingin persetujuan dari kamu langsung, apakah orang tuamu setuju akan hal ini? "Menunggu jawaban dari Yesha

Dalam beberapa detik Yesha tidak membuka suara, ia bingung dengan dirinya sendiri. Tetapi jika dipikirkan kembali, bukankah ini seharusnya menjadi keputusannya?

Pendidikan bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk dirinya sendiri. Jika ibunya melarang terhadap impiannya, bukankah itu menjadi tantangannya?

Ayah dan kakaknya pun mendukung dalam masalah ni, berarti dirinya punya benteng dalam pertahanan. Yesha yakin jika dirinya menyetujui keputusan ini, lambat laun ibunya pasti akan menyetujuinya.

" Bagaimana Yesha? " Masih setia menunggu jawaban dari Yesha.

" Iya bu, saya menyetujuinya " Jawabnya dengan penuh keyakinan

Setelah mengatakannya, entah mengapa perasaan ini kini kian melega.

Dalam beberapa hari Yesha memendam untuk belum siap mengatakan bahwa ia sangat ingin mengikuti pertukaran pelajar itu, tapi kini saat sudah mengatakannya ia merasakan sangat senang.

" Akhirnya, dari sekian lama kamu menyetujuinya juga. Baiklah saya akan memberitahukan kepada pihak sekolah sana, bahwa kamu menyetujui kesepakatan ini " Tersenyum ramah

" Terimakasih bu, baiklah jika tidak ada untuk di pertanyakan, Bolehkah saya keluar bu? Teman saya sedang menunggu dikantin " Ucap tersenyum kikuk.

" Baiklah silahkan " Mengangguk kecil

°°°°

Dorr..... 

Seketika jantung Manda yang tadinya berada ditempatnya kini serasa pindah ke dengkul.

Yesha sengaja mengagetkan Manda, dari tadi ia melihat Manda murung terus. Pasti bosan menunggu dirinya kembali.

" Heheh... Jangan melamun, Anak yang paling cantik "Mencubit kecil pipi kanan Manda

" Sakiittt..iihhhh.... " Berlari Melepaskan jari tangan Yesha yang menempel di kulit wajah Manda.

Menyodorkan mie goreng yang Manda pesan serta minuman jus Mangga, Yesha pun langsung menyantap makanan yang Manda pesan.

Yesha Fokus dengan makanannya, dirinya pun menoleh.

" Kenapa? " Tanya Yesha

" Gimana? " Tanya balik Manda

" Gimana apanya? "

" Lo tuh di panggil Bu kepsek ngapain? Main catur? " Kesal Manda

" Ohhh, Biasa " Lanjut menyantap Mie gorengnya

" Terus? Lo masih bimbang? "

" Gue setuju lah, masa nolak "

Manda mendengar ucapan Yesha mendadak seperti patung, bahkan tidak berkedip sama sekali.

Membuat Yesha menoleh kesamping terlihat Manda masih memandang dirinya.

" Kenapa? " Bingung dengan ekspresi Manda saat ini

Seketika bibir Manda melengkung ke bawah juga mata sedikit Nanar, melihat perubahan Manda tersebut, Yesha tiba-tiba panik.

" Eh? Lo kenapa? Gue salah ngomong? " Mengusap pipi kanan Manda

Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah, bibinya bergetar, pipinya basah oleh air matanya dan sedikit menundukkan kepalanya.

Yesha menganggap ini serius, bukan apa-apa. Tidak biasanya Manda seperti ini.

Mensejajarkan sedikit Wajah Manda dengannya, terlihat Matanya sedikit memerah akibat menangis.

" Lo sedih karena gue nanti belajar disana? Cuma 1 tahun aja kok, nanti juga balik lagi kesini " Mengusap air mata Manda

" Cuma lo yang selalu nemenin gue, gue harus nunggu lo 1 tahun. 1 hari aja gue gak ketemu lo serasa 1 abad " Cicitnya lagi dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Melihat momen langka yang jarang Yesha lihat, Yesha menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan tangan kirinya.

Membuat Manda bingung kenapa Yesha menahan tawanya, padahal ini lagi momen- momen sedihnya.

Dengan cepat Manda memukul kecil lengan kanan Yesha, membuat Yesha sedikit meringis.

" Ihh sakit... " Dengan suara lucunya

" Tahu ah, sebel.... Sana pergi jauh dari gue " Sedikit mendorong bahu Yesha

Tanpa basa-basi Yesha memeluk tubuh Manda dengan Erat, pelukannya sangat erat membuat Manda sedikit kesulitan bernafas.

" Yakk..... Gue susah nafas " Berusaha melepaskan pelukan Yesha

" Gak "

" Iya...iya gue gak marah lagi " Ucapnya dengan kesal

Perlahan Yesha melepaskan pelukannya dari Manda.

" Gue cuma sebentar, gak lama kok.1 tahun pasti gak kerasa waktunya " Senyum manis

" Deal ya, kalo lo udah balik kesini jangan lupa kontek gue. " Menunjukkan jari kelingkingnya

" Janji, gue kalo udah dikorea pun juga bakal ngabarin lo kok " Mengaitkan jari kelingking dengan jari kelingking Manda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!