"Cuci itu baju ! Jangan sampe ada yang ketinggalan ! Kamu itu di sini sudah makan gratis , mau belagu pula sok menjadi ratu ! Kamu kira anak saya kerja banting tulang cuman buat kamu habis-habiskan hm ? Kamu shopping ? Kamu leha-leha di kasur gitu ? " Cerca seorang wanita paruh baya sambil berkacak pinggang .
Nisa tersenyum miris mendengar nya ,bahkan uang gaji suami nya juga dirinya tidak pernah mencicipi nya sedikit pun . Jika suami nya gajian , juga ibu mertua nya lah yang selalu mengambil uang nya dan mengatur semua keperluan nya . Bahkan Nisa tidak di kasih uang sepeser pun .
Miris , miris sekali nasib wanita malang itu, jika ingin sesuatu, Nisa harus pergi ke warung bakso di sebelah rumah mertua nya , wanita itu membantu pekerjaan di sana, dan mendapatkan upah . Barulah Nisa bisa membeli sesuatu . .
"Kenapa ?! Kamu mau marah ha ? Silakan marah ? Mau ngadu sama suami mu , ngadu saja sana , saya tidak takut "
Ya mana mungkin takut, karena suami nya juga sama , jika Nisa mengaduhkan sikap sewenang-wenang ibu nya itu ,pria itu malah akan memakai Nisa .
Sakit ,itu yang Nisa rasakan , rasanya dirinya tidak sanggup lagi menghadapi semua ini , namun apa boleh buat , dirinya harus tetap bertahan, ini semua karena anak yang sedang di dalam kandungan nya itu .
"Sana nyuci ! Jangan tidur aja kamu ! Sementang hamil mau sok males kamu ! " Wanita paruh baya bernam Mirna itu dengan sengaja menendang ember besar yang berisi baju-baju kotor milik wanita itu dan anak gadis nya -- adik suami Nisa. Sungguh Nisa sampai memejamkan kedua bola mata nya .
"Astaghfirullah " lirih Nisa .
Anisa meraih baju-baju yang sudah berserakan itu , lalu mengumpulkan nya menjadi satu kembali . Wanita itu langsung bergegas pergi ke sumur dan mencuci nya .
Setelah menyuci baju dan menjemur nya , Nisa sungguh sangat kelelahan, wanita itu bergegas ke dapur untuk mengambil air minum , namun sayang lagi-lagi dirinya harus menghadapi sikap mertua nya .
"He ! Enak saja mau minum ! Sana pergi dulu ke pasar ! Beli sayuran ! Kamu itu mau enak nya saja ! Saya belum makan sama Kemuning ." Teriak Mirna .
"Bu , Nisa mau minum dulu , sebentar saja , nanti Nisa bakalan pergi ke pasar kok " ucap Nisa .
Mirna mendengus kesal mendengar nya . "Enggak ada , Enggak ada ! Saya sudah lapar , cepet kamu pergi sana ! Nanti Kemuning bangun belum ada makanan kan kasihan ."
Nisa menghela nafas nya dengan kasar , mau tidak mau dirinya menuruti kemauan ibu mertua nya itu .
Di raih nya catatan kecil yang ada di meja makan beserta uang nya , lantas Nisa membaca nya terlebih dulu sebelum dirinya benar-benar pergi .
"Buk , ini enggak cukup uang nya , uang nya kurang , harga ayam sudah naik buk " ucap Nisa saat menimbang-nimbang harga belanjaan itu .
"Saya enggak mau tau , pokok nya uang itu harus cukup . Karena hari ini Kemuning mau makan ayam " ucap Mirna tidak mau di bantah.
"Buk bagaimana bisa ? Sedangkan aku tidak ada uang sama sekali ." Ucap Nisa.
Mirna tertawa mendengar nya. "Kamu pikir ibuk bodoh ha?! Kamu setiap siang membantu Sira jualan . Cih jadi budak Sira! Tapi ibuk enggak peduli. Yang terpenting kamu pasti punya uang simpanan kan ?"
"Buk itu uang buat periksa kandungan besok buk . " Ucap Nisa .
Mirna mana peduli. "Saya enggak mau tau ya ! Pokok nya harus cukup ! Masalah besok kamu periksa kandungan enggak peduli juga saya anak-anak kamu juga kok , bukan anak saya ."
Enteng sekali ucapan nya itu , tidak tahukah itu menyakitkan perasaan orang lain .
"Astaghfirullah " Nisa langsung beristighfar , sungguh mulut mertua nya itu pedas sekali . Hati nya berdenyut nyeri mendengar nya .
"Buk, ini cucu ibuk " lirih Nisa, air mata nya sudah mengalir deras .
"Cucu ?! Saya enggak pernah minta cucu ya sama kamu wanita miskin ! Saya tidak pernah sudih punya keturunan dari wanita miskin seperti kamu !
"Kenapa lah Doni mau menikah sama mau . Cantik enggak , berpendidikan juga enggak , anak orang miskin pula " ucap Mirna .
Pedas sekali ucapan nya , tanpa peduli perasaan orang lain . Sungguh kejam , kejam sekali .
"Udah jangan banyak drama ! Ke buru anak saya bangun , kamu malah nangis terus. Saya enggak butuh tangisan kamu . Perut saya enggak kenyang karena makan tangisan kamu" cetus Mirna .
Nisa mengurut dada nya , berusaha untuk sabar , dan tetap haru bersikap sopan pada mertua nya itu. Bagaimana pun mertua nya tatap orang yang harus dirinya hormati .
Menyeka air mata nya , Nisa langsung meraih catatan itu beserta uang yang entah cukup atau tidak .
"Buk , Nisa pamit dulu ya " ucap Nisa sambil meriah tangan Mirna lalu mengecup punggung tangan itu .
"Hm " hanya itu, dan wanita itu langsung meraih lap , dan mengelap punggung tangan nya yang habis di cium oleh Nisa .
Nisa yang melihat nya hanya bisa tersenyum kecut, sudah biasa bagi Nisa saat mendapatkan perlakuan seperti ini dari ibu mertua nya. Bahkan bukan hanya diriny saja , tapi seluruh keluarga Doni memperlakukan Nisa seperti itu.
Alasan nya sangat sederhana , karena dirinya orang susah dan dari keluarga miskin , mereka tidak pernah mau menganggap ada seorang Nisa , walaupun Nisa berbuat baik .
Nisa berjalan menyusuri jalanan yang sempit penuh lobang akibat aspal yang sudah retak , terlebih hujan semalam mengguyur, membuat jalanan berlubang itu di penuhi oleh air .
Sesekali dirinya menyapa tentangga yang melewati dirinya . Nisa terus tersenyum walau mereka terkesan julid pada dirinya.
"Lihat tuh Nisa ! Pasti mau foya-foya ke pasar . Aku taku banget sifat nya. Suami nya cuman kuli di suruh kerja lembur sampe malem , di rumah mertu nya di suruh membersihkan rumah , mencuci baju nya. Dasar anak orang miskin enggak tau di untung" ucap salah satu tetangga Nisa .
"Buk Kokom kok tau sih ?" Salah satunya tidak percaya dengan perkataan yang di lontarkan oleh Kokom, karena mereka lihat Nisa ini anak nya baik . "Aku lihat anak nya kalem gitu sih , enggak banyak tingkah. Pakai baju juga sederhana , enggak yang berlebihan . Emas saja enggak pernah makai, malah aku pernah lihat Mirna gelang emas nya banyak-banyak loh" sambung nya yang memang jujur apa adanya pernah melihat Mirna memakai gelang emas .
Kokom mendengus . "Itu Mirna di pinjemin sama Doni . Kamu enggak tau aja , Nisa itu pelit nya minta ampun , kata Mirna saja Doni mohon-mohon dulu baru di kasih pinjem . Wis kalian enggak tau saja bagaimana tuh sifat perempuan. Emang di depan kita aja lagak nya lugu dan polos , di belakang mana tau kita . Tuh lihat " Kokom menunjuk-nunjuk ke arah Nisa yang lewat beberapa meter dari mereka gosip .
B"Bawa uang banyak , beli baju mahal , ganti baju , habis itu makan di restoran , jalan-jalan . Baru pulang ekting lagi deh "
Kokom tersenyum puas saat melihat para ibu-ibu teman gosip nya termakan gosipan nya . Mereka semua lalu meng-gibah Nisa .
Nisa yang memang mendengar nya karena suara para ibu-ibu itu besar langsung mengelus dada nya. Sungguh dirinya harus banyak stok sabar untuk saat sekarang ini . .
Nisa merenggangkan otot-otot tubuh nya saat sudah sampai di rumah . Perut nya terasa kram , akibat berjalan terlalu jauh menuju ke pasar .
Mau naik ojek , tapi Nisa tidak punya biaya nya . Tadi saja uang belanja yang di berikan oleh ibu mertua nya kurang , mau tidak mau Nisa mengambil uang nya dan membeli barang yang memang sudah ada di catatan itu .
Padahal uang itu untuk mengecek kandungan nya esok hari , namun karena uang nya sudah habis , terpaksa setelah selesai memasak makanan , Nisa harus bekerja di warung bakso buk Sira.
Terpaksa itu yang harus Nisa lakukan, Nisa harus bekerja demi bisa memeriksakan kandungannya esok hari.
Padahal tubuhnya sudah lelah letih ingin sekali Nisa berbaring di atas ranjang , Namun semua itu hanya angan-angannya saja. Nisa yakin ketika dirinya beristirahat ibu mertua nya akan datang dan langsung memarahi dirinya .
Sudah biasa , dan hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Nisa .
Nisa mengusap peluh yang ada di dahinya, wanita berambut di ikat asal itu langsung duduk lesehan di atas lantai , sesaat setelah selesai memasak .
"Wow , enak banget , aroma nya wangi banget, dek Nisa masak apa nih?" Celetuk Wina , istri dari Abang nya Doni .
Nisa tersenyum simpul . "Masak ayam kecap mbak, silahkan cicipi. "
Wina mengangguk , lalu menarik kursi dan duduk di sana .
"Win , makan yang banyak . Kamu harus makan yang bergizi biar cepet hamil . Ibuk udah enggak sabar loh mau menimang cucu ." Mirna datang sambil membawa sepiring buah-buahan dan di letakkan di depan Wina .
Wina -- istri dari Dani Abang nya Doni itu memang belum hamil- hamil . Padahal keduanya sudah menikah hampir delapan tahunan . Sedangkan Nisa sudah hamil , saat bulan ke tiga menikah .
Wina tersenyum manis , sambil meraih nasi dan juga lauk-pauk itu . "Iya buk . Ibuk tenang saja , sebentar lagi aku bakalan hamil . Dan ibuk bisa menimang cucu" sahut nya .
"Senang sekali ibuk mendengar nya Win . Ibuk selalu berdoa agar kamu bahagia , dan kamu bisa lemas punya anak " Mirna mengusap perut rata milik Wina .
Nisa yang melihat pemandangan itu tersenyum kecut. Dirinya yang hamil tapi ibuk mertuanya tidak pernah mengharapkan kehadiran bayi nya . Nisa tidak pernah mendapatkan kasih sayang sedikit pun dari mertua nya .
Lain dengan Wina selalu mendapatkan kasih sayang , dan perhatian dari ibuk mertua nya itu . Bahkan masalah anak saja , ibuk mertua nya malah mengharapkan anak dari menantu tertua nya itu .
Miris sekali rasa nya. Sudah hamil dan memberikan yang terbaik , namun dirinya tidak di anggap .
"Oiya , sebentar lagi kan ibuk dapat cucu dari Nisa . Ibuk bisa nimang cucu dulu dong " ucap Wina di sela makan nya .
Mirna berdecak tidak suka saat mendengar nya . "Malas ! Kamu enggak tau apa , ibuk itu enggak suka sama dia . Ibuk enggak peduli . Mau dia hamil apa enggak bukan urusan ibuk . Alasan nya , dia itu miskin , sedangkan kamu kaya Wina , kamu itu anak pak RT , lah dia , cuman anak tukang pangkas doang . Cih , enggak sudih ibuk mendapatkan cucu dari wanita anak tukang pangkas seperti dia .
"Entah kenapa , bisa Doni menikah dengan doa , padahal berulangkali ibuk selalu menentang nya dulu . Doni emang keras kepala , alasan cantik doang . Kalau duit enggak punya kan sama saja . Lihat sekarang " Mirna lalu menunjuk ke arah Nisa yang tengah duduk lesehan di lantai , sambil menundukkan kepalanya .
"Lusuh kan dia sekarang ! Udah jelek juga . Ibuk jamin , sebentar lagi bakalan di cerai sama Doni " sambung Mirna sarkas .
Hancur sudah pertahanan Nisa , Nisa langsung menangis saat mendengar kata-kata pedas yang terlontar dari mulut wanita paruh baya itu . Kejam sekali kata-kata nya . Langsung menembus ke relung hati Nisa .
Nisa yang hamil , perasaan nya bisa langsung sensitif, tapi orang-orang di sekitar nya tidak mau menghiraukan itu .
Nisa langsung bangkit dari duduk nya , tanpa sekata apa pun, dirinya langsung pergi dari sana . Biarlah di anggap tidak sopan , tapi hatinya terlalu terluka karena penghinaan itu .
Sedangkan Wina , tersenyum menyeringai saat melihat nya . Wanita itu sangat suka jika Nisa di perlakukan seperti itu oleh ibuk mertua nya . Karena sebenarnya dirinya tidak pernah suka dengan wanita itu . Wina benci dan pura-pura suka di depan Nisa dan orang-orang , agar tidak kentara sekali jika dia tidak menyukai nya .
Dia benci , karena Nisa bisa hamil, sedangkan dirinya belum bisa hamil . Wina takut keluarga sang suami menyayangi wanita miskin itu , tapi Wina harus bersyukur , karena keluarga suami nya selalu memandang seseorang dari harta dan martabat .
"Cih, baru di bilang gitu aja udah nangis . Dasar cengeng . Udah kamu enggak usah hiraukan dia . Makan yang banyak ," Mirna langsung mengambil lauk lagi untuk Wina , menantu kesayangan nya itu .
Wina tersenyum manis . "Terimakasih buk " sahut Wina .
"Loh mbak Wina kapan datang ? Kok enggak tau Muning . " Kemuning datang dan langsung menyalami Wina .
"Baru saja . Oiya tadi mbak membawa makanan ringan untuk kamu dan ibuk . Tapi masih ada di sepeda motor . Sebentar mbak ambilkan dulu ." Wina langsung bangkit dan menuju ke sepeda motor milik nya yang terparkir apik di depan rumah sederhana milik Mirna .
Kemuning langsung tersenyum sumringah . "Lihat buk, mbak Wina selalu saja membelikan aku oleh-oleh kalau kemari , beda banget sama mbak Nisa . Tau nya menumpang saja . Tidak bisa membelikan apa-apa untukku ." Celetuk Kemuning .
Kemuning ini memang sama juga , tidak suka dengan Nisa , gadis berusia tujuh belas tahun itu sangat membenci Nisa .
" Itu lah Muning , ibuk kan sudah bilang, mereka itu berbeda . Kalau mbak Wina itu kaya , Nisa itu miskin , orang bapak nya saja tukang pangkas kok, darimana dia uang mau belikan kita sesuatu . Untuk makan saja susah . Lihat mbak mu Wina , dia anak pak RT . Uang nya banyak lah , bisa dengan leluasa membelikan kita apa pun . " Timpal Mirna .
Kemuning mengangguk kan kepala nya. "Ibuk rayu bang Doni dong . Suruh ceraiin aja mbak Nisa . Cari wanita lain yang kaya. Orang bang Doni ganteng pasti banyak yang mau . "
"Ibuk udah usaha buat Nisa buruk di depan Abang mu itu. Tapi ya gimana , Abang mu masih di buta kan sama cinta , masih cinta kali dia sama Nisa . Tapi kamu tenang saja . Sebentar lagi ibuk yakin , Abang mu akan cerai sama Nisa . "
Kemuning tersenyum senang saat mendengar nya , itu memang yang di harapkan oleh dirinya . Benci sekali dirinya dengan Nisa itu .
"Ini , silahkan di makan " ucap Wina sambil memberikan sekresek makanan ringan ke Kemuning .
Kemuning menyambut nya dengan antusias . "Wah , makasih banyak mbak ."
Lalu mata nya tanpa sengaja melirik ke arah depan sana , tepat saat Nisa baru keluar dari dalam kamar nya. "Enggak kayak yang itu, enggak punya uang , miskin, mana mampu beliin aku kayak yang mbak Wina beliin " sengaja sekali suara nya di keras kan agar Nisa bisa mendengar nya .
Nisa hanya bisa beristighfar dan berlalu pergi dari rumah itu .
Nisa menghiraukan semua perkataan yang terlontar dari mulut mereka semua nya . Dirinya tidak ambil pusing , walaupun kenyataannya , rasa sesak di dalam dada nya itu ada . Tapi Nisa mencoba menahan rasa sesak itu .
Untuk apa dirinya bersedih, karena semua itu hanya akan mempengaruhi pikiran nya , apa lagi saat ini dirinya tengah hamil .
Mereka juga sudah biasa menghina nya seperti itu. Bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Nisa .
Berjalan beberapa langkah saja , Nisa sudah sampai di tempat tujuan nya. Yaitu warung bakso Sira , satu-satunya wanita paruh baya yang menyukai Nisa .
Sebenarnya Sira itu masih ada sangkut pautnya saudara dengan keluarga Doni . Lebih tepatnya kakak sepupu ibu Mirna . Namun, karena Mirna merasa jika hidup nya Sira itu lebih baik dari dirinya , wanita itu selalu memusuhi Sira .
Bahkan Mirna dengan terang-terangan membenci saudara sepupu nya itu .
Aneh memang , tapi bude Sira tidak pernah marah dan selalu bersikap baik pada wanita itu .
"Assalamualaikum bude "
"Wa'alaikum salam , wah ada bumil , sini nak masuk sayang ." Lihatlah, wanita paruh baya itu menyambut kedatangan Nisa dengan ramah , bahkan rela meninggalkan pekerjaan nya demi menghampiri Nisa dan menanyakan kabar nya . Padahal mereka baru saja bertemu kemarin .
"Bagaimana kabar kamu nak ? " Sira mengelus perut buncit Nisa dan langsung menuntun Nisa untuk duduk di kursi yang memang ada di sana .
Nisa tersenyum, senang sekali dirinya mendapatkan perhatian dari wanita ini . Ada rasa hangat yang menjalar di sekujur tubuh nya . Berjauhan dari kedua orang tua nya , membuat Nisa sangat merindukan kasih sayang seperti ini . Apa lagi perlakuan yang dirinya dapatkan dari keluarga suami nya . Membuat Nisa rasanya ingin pergi saja .
Tapi sayang , Nisa tidak bisa melakukan nya . Nisa terlalu baik , untuk melakukan hal seperti itu .
Perasaan Nisa itu sangat emosional saat ini , entah kenapa Nisa tiba-tiba mengetes air mata nya , padahal sudah dirinya tahan sejak tadi . Namun nyatanya air mata itu tiba-tiba jatuh . Mungkin efek dari kehamilan nya yang meningkat kan rasa emosional di dalam dirinya .
"Kok kamu menangis sayang ?" Sira langsung tersentak saat melihat Nisa menangis , segeralah dirinya memanggil Desi -- anak nya untuk mengganti kan dirinya berjualan bakso ,
"Des , bantu gantiin ibu jualan dulu ya " ucap Sira.
Dan Desi anak Sira ini sangatlah berbeda dari Kemuning , gadis yang berusia sama dengan Kemuning itu mengangguk patuh , bahkan dirinya sangat baik dan selalu bersikap ramah dengan Nisa .
"Iya buk . Eh mbak Nisa nya kenapa buk ? Kok nangis ?" Tanya Desi sesaat melewati tempat Sira dan Nisa .
"Enggak apa-apa , mungkin mbak mu kelelahan saja nak . Yaudah sana kamu bantu berjualan dulu ya . Ibuk enggak lama kok . Itu ada yang beli" tunjuk Sira saat melihat ada pelanggan yang datang .
Warung Sira ini terbilang sangat ramai pembeli nya . Tak jarang sampai pembeli dari luaran desa yang datang . Kata mereka bakso buatan Sira ini sangat lezat , dan Nisa mengakui nya itu .
Setelah Desi pergi, Sira meraih satu gelas yang sudah berisi air putih , lalu memberikan nya kepada Nisa . "Di minum dulu Nis ." Ucap nya dengan lembut.
Nisa mengangguk kan kepala nya , lalu meraih gelas itu dan langsung meminum nya hingga habis . Rasanya sedikit ada yang legah di dalam dada nya . Rasa sesak itu berkurang sedikit .
"Kamu kenapa nak ? Mertua mu berbuat ulah lagi ?" Tanya Sira yang memang sudah hafal dengan sifat Mirna . Karena Sira pernah memergoki Mirna sedang memarahi Nisa . Sira sempat menegur suadara sepupunya itu , namun dirinya malah berakhir menjadi amukan wanita paruh baya itu .
Siapa yang tega melihat wanita hamil seperti Nisa di perlakukan seperti itu oleh Mirna . Bahkan anak wanita itu , yang notabene nya sebagai suami Nisa , hanya diam saja saat istri nya di perlakukan seperti itu.
Kejam , bagi Sira mereka sangatlah kejam , meminta anak orang hanya untuk di perlakukan seperti itu . Sungguh hati mereka entah terbuat dari apa . Susah payah kedua orang tua nya membesarkan anak nya , dan selalu berdoa agar anak nya kelak bahagia , namun nyatanya malah hidup anak nya di jadikan seperti ini .
Nisa menggeleng kan kepala nya , "enggak bude . Tapi Nisa lagi kangen aja sama ibuk dan bapak. " Sahut Nisa .
Sira mengangguk kan kepala nya , lalu tangannya mengelus kepala Nisa yang tertutup oleh hijab lusuh dengan sayang . Sira tau jika itu hanya alibi Nisa saja, Nisa tau semuanya , namun dirinya lebih memilih diam , dan tidak mau mengungkit nya . Agar Nisa tidak semakin kepikiran .
Sungguh malang perempuan ini . Dulu awal mula mengenal Nisa , wanita ini tidak selusuh sekarang , walaupun kedua orang tua nya tidak mampu, tapi Nisa menjadi gadis yang cantik dan terawat .
Orang tua nya selalu memanjakan Nisa . Walaupun bukan dengan barang-barang mewah dan mahal . Hanya sederhana .
"Yaudah , Minggu ini bude antar kamu pulang mau ? Bude juga mau berkunjung ke rumah orang tua kamu , bude kangen sama masakan ibuk kamu " ucap Sira .
"Emm, nanti Nisa minta ijin sama bang Doni dulu ya bude . "
Dan selalu, wanita itu akan menjawab nya seperti itu. Sungguh wanita yang mulia .
Tapi Sira tidak habis pikir kenapa suami dan mertua nya bisa memperlakukan wanita sebaik Nisa seperti itu.
Sira tersenyum, "iya nak ." Lalu bangkit dari duduk nya dan mengambilkan nasi serta lauk pauk yang di masak nya siang ini .
Sira meletakkan nya di atas meja di depan Nisa . "Makan Nis . Bude tau kamu lapar " ucap Sira .
Ya lagi-lagi Sira tau bahwa Nisa pasti kelaparan . Walaupun Nisa tidak pernah memberitahu nya dan selalu menyangkal nya , tapi Sira tau .
Seperti ini .
"Nisa baru makan bude , tadi ibuk masak ayam kecap " ucap Nisa .
Sira tersenyum tipis , dirinya tau kalau Nisa berbohong, dan menutupi nya . Hati nya rasa nya amat sesak , melihat kebaikan wanita ini .
"Di makan nak , wanita hamil pasti sering merasa lapar . Bude tadi masak makanan spesial untuk kamu nak "
Air liur Nisa rasa nya ingin menetes saat melihat makanan di depannya , dirinya yang memang kelaparan dari pagi belum makan apa pun rasanya ingin melahap saja . Namun sekali lagi, Nisa tidak mau menjatuhkan Marwah keluarga suami nya .
"Bude nanti saja , Nisa akan bantu Desi dulu baru Nisa makan " ucap Nisa yang akan bangkit dari duduk nya. Namun langsung di tahan oleh Sira .
"Makan dulu nak , Desi biar bude yang bantu . Nanti kalau sudah selesai makan nya , kamu bisa langsung ke depan ya nak . Jangan menolak rezeki Nis , enggak baik ." Ucap Sira .
Dan akhirnya Nisa menurut , Nisa memakan makanan yang di meja itu dengan lahap .
Sira langsung berlalu menghampiri anak nya yang ada di depan , tidak jauh , Desi masih bisa melihat nya .
Desi langsung memeluk tubuh ibu nya dengan erat . "Ya Allah buk, terbuat dari apa hati wanita sebaik mbak Nisa " Isak Desi saat melihat Nisa . Sungguh hatinya rasa nya sangat sesak .
Sira mengangguk kan kepala nya , diam-diam bulir bening jatuh menetes di pelupuk mata nya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!