NovelToon NovelToon

Racun Kesesatan

Bab 1 Diusir

Di hari kelulusannya, Genya pulang ke rumah paman dan bibinya dengan sangat bahagia karena dia lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya.

Sejak kematian ayahnya setahun yang lalu, Genya tinggal bersama paman dan bibinya. Merekalah yang membiayai pendidikan Genya sampai dia lulus SMA.

Ibunya Genya telah meninggal saat Genya berumur 10 tahun karena terkena kanker rahim stadium akhir. Saat itu Genya tinggal bersama ayahnya, namun ayahnya juga menyusul ibunya setahun yang lalu.

Ayahnya menjadi korban perampokan di bandara saat mau pergi menuju Malaysia. Kini Genya telah menjadi seorang gadis 18 tahun yang yatim piatu.

Begitu sampai di pintu depan rumah pamannya, Genya tak sengaja mendengar pertengkaran antara paman dan bibinya mengenai dirinya.

"Tenanglah sayang! Dimana Kage akan tinggal jika kita mengusirnya seperti itu?" Kata pamannya.

Kage adalah nama panggilan Genya yang berarti 'Kakak Genya', karena di antara para sepupunya dialah yang paling tua.

DEG!

Genya menghentikan langkahnya, dia berdiam diri di depan pintu rumah tanpa berani untuk mengetuknya.

"Huh! Siapa yang perduli? Sekarang kan dia sudah lulus, seharusnya dia sudah bisa mencari makan sendiri! Bebanku sudah begitu banyak, aku tidak mau menambah beban lebih banyak lagi!" Kata bibinya Genya yang terdengar begitu jelas sampai ke telinganya.

Tangan Genya gemetar, dia menggigit bibirnya. Dia tidak menyangka jika keberadaannya disana ternyata hanya sebagai beban paman dan bibinya.

Genya memberanikan diri membuka pintu rumah pamannya itu.

"Paman! Bibi! Aku pulang!" Kata Genya dengan senyum cerah di wajahnya.

"Ah Genya, selamat datang kembali. Bagaimana hasil raport mu?" Pamannya Genya bertanya dengan senyum menyungging di bibirnya.

"Ah pas sekali! Apa tadi kau mendengarnya?" Tanya bibinya Genya mendekati Genya dengan ekspresi benci.

Genya terdiam

"Hei sayang! Apa yang kau katakan? Genya baru saja datang!" Kata pamannya Genya menenangkan istrinya itu.

Namun, istrinya itu tidak menggubris perkataan suaminya. Dia tetap fokus kepada Genya yang hanya terdiam tak bersuara.

"Ah melihatmu yang diam begini, sepertinya kau sudah mendengarnya. Baguslah, sekarang kami tidak perlu menjelaskan apapun lagi, jika sudah mengerti maka pergilah dari sini!" Kata bibinya.

Bibinya berjalan menuju kamar Genya dan kemudian keluar membawa koper besar yang berisi pakaian dan semua barang yang dimiliki oleh Genya.

Ternyata bibinya sudah mengemas semua pakaian Genya sejak Genya pergi ke sekolah.

Tak terasa Genya meneteskan air matanya, dia tidak menyangka jika di hari kelulusannya sekarang ,bukannya mendapatkan ucapan selamat, melainkan diusir oleh bibinya.

"Sherly! Cukup!" Pamannya Genya memegang tangan istrinya yang mendorong koper pakaian.

"Apa? Kenapa? Kau memarahiku sekarang hanya untuk gadis ini?" Tanya bibinya Genya yang bernama Sherly itu.

"Hari ini kau sudah sangat keterlaluan! Memangnya apa salah Genya sampai kau begitu membencinya seperti itu? Setidaknya bicaralah baik-baik dengannya!" Kata pamannya memarahi istrinya itu.

Istrinya menghempaskan koper milik Genya, yang kemudian dia pergi ke kamarnya karena tidak terima dengan teguran suaminya barusan.

"Ahh dasar... Sifatnya masih saja seperti anak-anak!" Gumam pamannya Genya yang bernama Yudi itu menghela nafas panjang.

"Tidak apa-apa paman, bibi benar... Sekarang aku sudah bisa mandiri, terimakasih sudah merawat ku selama ini. Aku pergi paman" kata Genya yang mulai menarik koper yang di bawakan oleh bibinya tadi.

"Tunggu nak!" Paman Yudi menarik tangan Genya dan memberikan segepok uang tunai sebanyak 3 juta.

"Paman?" Genya menatap uang yang terasa tebal di tangannya itu

"Maafkan paman nak, hanya segitu yang bisa paman beri untuk bekal selama sebulan." Kata paman Genya memeluk Genya dengan penuh kasih sayang.

Paman Yudi sangat menyayangi Genya, tapi istrinya tidak menyukai Genya. Dengan kehadiran Genya di rumah itu, dia dan istrinya jadi sering bertengkar hanya tentang masalah Genya saja.

Genya ijin mengganti bajunya dan kemudian pamit pergi meninggalkan rumah itu.

Di depan rumah, Tata kecil baru saja datang dari bermain. Dia terkejut melihat kakak sepupunya itu pergi dengan membawa koper besar.

"Kage! Kage mau pergi kemana?" Tanya Tata

"Kage ga kemana-mana kok, Kage sekarang kan sudah lulus. Kage mau hidup mandiri mulai sekarang" sahut Genya.

Dia berjongkok sambil memeluk adik sepupunya itu.

"Kage jangan lupa ya, Kage bilang kalau Kage bakal ngajak Tata jalan-jalan ke restoran mewah nanti" Kata Tata

"Iya Kage ingat kok, nanti setelah Kage punya uang yang banyakk, Kage bakal dateng nyemput Tata. Kita bakal jalan-jalan kemanapun Tata mau, okey?"

Genya mengelus rambut kuncirnya Tata sambil mencium lembut pipi sepupunya yang begitu gemoy.

"Okey janji ya!" Tata mengulurkan jari kelingkingnya.

Genya menggaetkan jari kelingkingnya sambil tersenyum dia berkata,

"Iya Kage janji!"

"Tata kemarilah!" Kata paman Yudi memanggil putri bungsunya itu.

"Iya ayah! Dadahh Kage! Kage harus ingat janji kita berdua!" Teriak Tata sambil melambaikan tangannya.

Genya mulai berjalan meninggalkan rumah pamannya. Dia terus berjalan tanpa tau tujuannya kemana.

"Astaga perutku lapar..." Gumam Genya sembari memegangi perutnya yang mulai bernyanyi karena lapar.

Dia pergi memasuki sebuah toko, dia membeli se-cup mie instan dengan sebotol air mineral.

Setelah mengisi perutnya, dia kembali berjalan dan terus berjalan hingga hari menjelang sore.

Genya tidak memiliki teman dekat ataupun kenalan yang bisa dia mintai tolong. Bahkan sekarang ponselnya tidak berisi kuota atau pulsa untuk menghubungi seseorang.

Kakinya pegal, beberapa desa sudah ia lewati. Banyak orang memandanginya karena pergi membawa koper dengan berjalan kaki.

Beberapa orang sudah Genya tanyai, tentang tempat tinggal murah di sekitaran sini. Tapi orang-orang bilang jika di desa seperti ini tidak ada kos ataupun rumah kontrak dengan harga murah.

Orang-orang menyarankan agar Genya beristirahat di penginapan saja. Tapi Genya tidak mau menginap di penginapan karena biayanya mahal dan hanya untuk satu malam saja.

Dia tidak mau menyia-nyiakan uang hanya untuk menginap di penginapan.

Sesampainya di sebuah taman bermain, Genya menghentikan langkahnya. Kakinya gemetar dan lecet, dia sudah tidak sanggup berjalan lagi karena hari sudah mulai gelap.

Banyak orang yang melihatnya disana, tapi tidak ada yang berbaik hati menanyakan kondisi Genya ataupun menawarkan tempat untuk dirinya menginap.

Genya merenung menatap langit malam yang begitu cerah, bintang-bintang bertaburan di atas langit.

Genya tersenyum dan tertawa, dia menertawakan nasibnya yang begitu sial. Melihat dirinya sekarang, dia sangat mirip dengan seekor kucing jalanan yang terlantarkan.

Dia menyeka air matanya, dia tertawa sambil mengeluarkan air mata. Hidupnya terasa begitu berat, tapi dia masih berfikir jika banyak orang yang hidup bahkan lebih malang dari dirinya.

Dia memakai jaketnya dan membaringkan tubuhnya di kursi taman yang panjang. Angin malam yang dingin berhembus membelai rambutnya yang panjang bergelombang.

Sangat disayangkan, gadis cantik yang masih muda itu memiliki nasib yang begitu buruk. Dia berharap seseorang datang menyelamatkan nya suatu saat nanti.

Bab 2 Pasangan Tua yang Baik Hati

Di pagi hari nya, matahari masih belum muncul. Genya masih tidur terlelap di kursi taman bermain.

Seorang nenek berumur paruh baya yang berjalan menuju pasar terkejut melihat seseorang yang tidur di kursi taman bermain.

Nenek itu mendekati Genya, ia mencoba untuk membangunkan gadis muda itu dengan lembut. Dia menggoyang-goyangkan tubuh Genya yang terasa begitu kurus itu.

Genya perlahan membuka matanya, dia begitu terkejut saat melihat wajah nenek-nenek begitu dekat dengan wajahnya.

"Kyaaa! Maafkan saya!" Kata Genya berteriak

"Nak... Kenapa kau tidur di tempat seperti ini?" Tanya si nenek

"Sa-saya hanya numpang tidur semalam saja!" Sahut Genya yang ketakutan, dia memeluk koper baju yang dibawanya.

"Astaga, apa kau kabur dari rumah?" Tanya si nenek yang kemudian duduk di samping Genya.

"Tidak" Sahut Genya yang menggeser pantatnya sedikit kesamping menjaga jarak dengan si nenek.

"Kalau bukan kabur, jangan bilang kau diusir? Omoo, semoga aku salah bicara" Kata si nenek menutup mulutnya karena merasa telah salah bicara.

Tapi Genya terdiam begitu mendengar pertanyaan dari si nenek. Dia tidak berani mengiyakan kalau dia benar-benar telah diusir oleh keluarganya kemarin.

"Ternyata dugaanku benar ya? Apa kau belum menentukan arah tujuanmu? Bagaimana kalau kau tinggal di rumahku untuk sementara?" Kata si nenek memberikan penawaran yang membuat Genya terkejut.

"A-apa boleh?" Tanya Genya bahagia begitu mendengar ajakan dari si nenek yang begitu baik memberinya tumpangan sementara.

"Tentu saja jika kau mau, aku hanya tinggal berdua dengan suamiku. Aku tidak memiliki niat jahat, kau bisa memikirkannya" Kata si nenek

"Aku mau nek! Terimakasih nek! Aku akan membalas kebaikanmu suatu saat nanti!" Kata Genya yang berdiri dan kemudian membungkukkan badannya ke hadapan si nenek sebagai tanda hormat dan terimakasihnya.

"Tidak apa! Tunggulah disini, aku akan datang sebentar lagi" Kata si nenek yang mulai berdiri dan kemudian pergi menuju pasar untuk membeli bahan makanan hari ini.

Dengan wajah penuh harapan, Genya menunggu si nenek datang hingga matahari pun mulai muncul dan bergerak naik.

Setelah lama menunggu si nenek, akhirnya Genya kembali memancarkan senyumannya yang manis begitu melihat si nenek terlihat datang dari arah berlawanan.

Genya mengikuti si nenek menuju rumahnya, dia tidak menaruh kecurigaan sedikitpun. Karena dari awal si nenek sudah mengatakan kalau dia tidak ada maksud jahat begitu mengajak Genya ke rumahnya.

......................

"Istriku, kau sudah datang? Loh loh, siapa gadis kecil yang bersamamu ini?" Tanya si kakek yang datang dari belakang rumah membawa cangkul dengan handuk kecil di lehernya.

"Oh ini, aku menemukannya di taman depan. Nasibnya sangat malang sehingga aku tak tega untuk meninggalkannya begitu saja" Sahut si nenek yang mulai masuk ke dalam rumah.

Rumah yang sudah tua tapi masih sangat bagus terawat.

"Halo kakek, aku Genya. Terimakasih telah memberiku tumpangan" Kata Genya membungkuk di depan si kakek, si kakek pun tersenyum dan mempersilakan Genya memasuki rumahnya.

Si nenek mulai memasak, peralatan rumah juga terlihat begitu modern. Bahkan perabotan dapurnya lebih banyak daripada yang dimiliki paman dan bibinya Genya.

Genya niat membantu tapi tidak di ijinkan oleh si nenek, nenek mengantarkan Genya menuju kamar kosong yang ada di pojok rumah mereka.

Setelah selesai memasak, Genya makan bersama kakek dan nenek yang sudah menolongnya itu.

Si kakek bercerita kalau mereka tidak memiliki seorang anak, jadi mereka sangat ingin memiliki anak dan cucu.

"Kau bisa tinggal disini lebih lama lagi nak, sampai kapanpun yang kau inginkan. Anggap saja kami adalah kakek dan nenekmu" kata si kakek

Genya begitu terharu mendengar perkataan si kakek dan nenek yang sangat baik kepadanya. Dia tidak menyangka jika masih ada orang baik yang mau menerimanya begitu saja.

Bahkan mereka yang tidak memiliki hubungan darah dengan kita bisa menerima kita lebih baik daripada keluarga kita sendiri.

Saat sedang makan, Genya menceritakan tentang keluarganya, dan cerita tentang bagaimana dia bisa di usir oleh bibinya. Kakek dan nenek mendengarkan cerita Genya dengan seksama.

Akhirnya Genya benar-benar tinggal di rumah itu, dia membantu si kakek berkebun sayuran di halaman belakang rumah mereka yang begitu luas dan memiliki tanah yang subur. Dia juga membantu si nenek memasak dan mencuci pakaian.

......................

Malam telah berlalu, sekarang hari sudah pagi. Genya bersiap pergi untuk menaruh lamaran pekerjaan di sebuah kafe yang di beritahukan oleh temannya saat lusa yang lalu.

Kafe itu tidak jauh dari rumah si nenek sekarang, hanya sekitar 7 menitan dengan menggunakan bus umum.

Katanya kafe itu sedang membutuhkan 5 orang karyawan, Genya berharap dia mendapatkan keberuntungan dengan diterimanya dia bekerja di kafe incarannya itu.

Setelah sarapan, Genya berpamitan kepada kakek dan nenek untuk pergi melamar pekerjaan di kafe terdekat. Genya merasa sekarang dirinya telah menemukan sebuah keluarga baru yang mau menerima dirinya.

Dengan membawa ijazah SMA dan surat lamaran yang ditulis tangan, Genya berdoa agar keberuntungan berpihak padanya hari ini.

Saat Genya sudah berjalan begitu jauh, hingga tak terlihat lagi. Si nenek memberikan kode kepada si kakek, mereka berdua memasuki rumah dan mulai berdiskusi.

"Eh bukankah gadis itu adalah gadis yang dicari oleh Tuan?" Kata si nenek berbisik ke telinga suaminya.

"Iya aku juga merasa begitu. Karena saat mendengar nama ayahnya dan bagaimana ayahnya bisa meninggal, kurasa dialah orang yang dicari oleh Tuan!" Sahut si kakek yakin dengan penilaiannya.

"Jadi bagaimana? Apa kita harus memberitahu tuan tentang hal ini?" Tanya si nenek

"Mau bagaimanapun, kita tidak bisa terus menyembunyikan gadis itu seperti sekarang ini. Jika sampai ketahuan oleh Tuan, tamatlah riwayat kita!" Kata si kakek seperti ketakutan begitu memikirkan seseorang yang mereka sebut 'Tuan' itu.

"Entah kenapa aku merasa kasihan kepada gadis kecil yang masih polos itu. Bagaimana jika kita membiarkan nya pergi dengan segera, dan kita akan pura-pura tidak mengenalinya lagi setelah itu?" Tanya si nenek memberikan pendapatnya.

"Aku tidak setuju dengan saranmu itu istriku, apa yang kita lakukan sekarang semuanya terlalu beresiko." Kata si kakek tidak setuju

"Andai saja aku tau sejak pertama kali melihatnya, aku tidak akan berbaik hati menawarkan tempat tinggal untuk gadis bermasalah itu" kata si nenek menyesal karena telah menemukan Genya saat di taman kemarin.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kita kan tidak bisa mengenali orang hanya dengan mengetahui namanya saja." Kata si kakek menenangkan.

"Jadi bagaimana?" Tanya si nenek kembali bimbang.

"Kita tidak bisa terus menyembunyikan gadis itu. Keputusan terbaik adalah memberitahu Tuan dengan segera. Yang aku inginkan hanyalah kehidupan damai kita" kata si kakek

Mereka berdua saling tatap menatap begitu lama, mereka masih ragu dengan keputusan yang akan mereka pilih.

Si nenek dengan gemetar mengambil telepon rumahnya. Dia menekan-nekan tombol angka yang ada, tangannya begitu lancar menekan-nekan tombol angka tersebut.

Hati si nenek berdebar kencang begitu mendengar dering telepon yang menandakan kalau telepon tersebut telah tersambung ke nomor telepon orang yang di hubungi oleh si kakek dan nenek itu.

Bab 3 Sebuah Kebetulan

Di suatu tempat, di dalam rumah mewah berlantai tiga, terlihat seorang lelaki muda yang duduk di sofa ruang tamu.

Badannya kekar berbentuk, bulu matanya sangat lentik, bibirnya manis, dan wajahnya benar-benar tampan. Pria itu bisa disebut pria sempurna idaman para wanita.

Sambil menegak sebotol anggur merah berkualitas, dia menikmati suasana paginya dengan begitu tenang.

Asap rokok mengepul memenuhi seisi ruangan, dengan seksi laki-laki itu mengibaskan rambutnya yang basah dengan penuh pesona.

Saat sedang bersantai dengan tenang, ponsel yang ada di atas meja pun berdering. Seseorang telah mencoba menghubungi nya.

"Oho siapa ini?" Kata pria itu yang mengambil ponselnya dari atas meja.

"Obaba? Kenapa si nenek tua bangka yang sudah lama menghilang ini tiba-tiba menghubungi ku?" Tanya si pria yang kemudian menerima panggilan telepon dari si nenek.

"Nenekku sayang~ Apa kau merindukan cucumu yang tampan ini?" Kata si pria itu dengan nada meledek

"Tuan, saya ingin melaporkan sesuatu" kata si nenek lewat telepon

"Apa itu?" Tanya si pria penasaran

"Putri dari Betran sedang berada di rumahku" Kata si nenek yang suaranya terdengar gemetar.

"Huh? Hahahahaha! Entah ini takdir atau hanya sekedar kebetulan, tapi ini benar-benar tidak terduga! Hahahaha! Tapi, jika kau berani membohongiku sekarang, aku tidak akan memaafkan mu Baba." Kata pria itu yang tadinya tertawa bahagia, tiba-tiba berubah nada menjadi berat dan mengancam.

"Mana berani saya membohongi anda Tuan" Sahut si nenek meyakinkan

"Ahaha, baiklah. Terimakasih atas informasi mu yang benar-benar bagus ini, hadiah apa yang kau inginkan bersama dengan suamimu itu?" Tanya si pria

"Tidak perlu hadiah apapun Tuan, bisa membantu Tuan adalah sebuah kehormatan bagi kami" kata si nenek yang begitu memuja-muja lelaki yang di telponnya itu.

"Astaga, katakan apapun yang kalian inginkan nanti. Sampai jumpa nanti Sofu Baba!" Kata pria yang kemudian menutup teleponnya.

Setelah menaruh kembali ponselnya di atas meja, laki-laki itu menyeringai. Dia begitu puas dengan hasil laporan si kakek nenek itu.

"Putri Betran ~ Putri Betran ~ Kira-kira berapa umur putrinya sekarang ya? Aku harus menghubungi Theo" Kata lelaki itu berbicara dengan nada bernyanyi.

Dia kembali mengambil ponselnya, kemudian mengetikkan suatu pesan dan mengirimnya ke seseorang yang bernama Theo.

......................

Sementara itu, sekarang Genya sudah sampai di kafe yang dia tuju. Karena masih pagi, kafe masih tidak begitu ramai dan Genya melihat salah satu karyawan sedang menyapu di depan kafe.

"Permisi, apa benar kafe ini sedang membutuhkan karyawan?" Tanya si Genya gugup

"Ohh mau melamar kerja disini?" Tanya si karyawan

"Iyaa" sahut si Genya

"Astaga, mari mari kesini. Kami memang sedang membutuhkan tenaga baru, karena karyawan lama sudah pada resign mencari pekerjaan baru." Kata si karyawan yang menaruh sapunya dan kemudian mengajak Genya masuk ke dalam.

Di dalam, Genya di wawancarai oleh si karyawan senior tentang kesiapannya bekerja di kafe ini.

Genya menyerahkan foto copy ijazah nya dan juga surat lamaran pekerjaan yang dia tulis sendiri.

"Kau baru saja lulus lusa kemarin? Apa kau tidak lanjut kuliah? Atau kau berkuliah dan hanya mengambil part time di kafe ini?" Tanya si karyawan senior menanyai Genya.

"Saya tidak kuliah karena tidak ada biaya, saya ingin menjadi karyawan tetap bukan part time!" Kata Genya bersemangat.

"Ahh aku suka semangatmu, kalau begitu kau bisa bekerja sekarang atau mulai besok. Untuk jam kerjanya, aku akan memberikanmu shift pagi, karena kalau malam anak gadis seperti mu akan berbahaya begitu jam pulang. Bagaimana?" Tanya si karyawan senior yang langsung menerima Genya bekerja di kafe itu.

"Benarkah? Saya sangat berterimakasih karena telah menerima saya bekerja" kata Genya yang terlihat mau menangis saking senangnya.

"Oiya untuk jam kerjanya, kafe kamu buka dari jam 8 pagi kau bisa datang lebih awal untuk persiapan. Kalau shift kerjamu, kau akan berkerja dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Untuk gaji awalmu adalah 1,2 juta dan akan terus naik setiap 3 bulan" kata si karyawan.

Genya yang bersemangat kerja tidak memikirkan soal gaji, gaji segitu menurutnya sudah sangat banyak. Setelah wawancaranya selesai, Genya pamit pulang dan akan bekerja mulai besok.

Wajahnya yang cantik menjadi makin cantik saat dia tersenyum bahagia begitu keterima kerja dengan mudahnya. Genya tidak sabar memberitahukan kabar baik ini kepada kakek dan nenek yang telah membantunya.

......................

Sesampainya di rumah si kakek nenek, Genya segera memberitahukan kabar gembira itu kepada mereka. Si kakek dan si nenek pun turut bahagia begitu mendengar gadis malang ini mendapatkan keberuntungan nya.

"Selamat ya nak, bekerja lah dengan giat dan penuh semangat." Kata si kakek menyemangati Genya didukung oleh anggukan kepala dari si nenek

"Ini semua berkat kalian! Jika tidak ada kalian.... Hiks-hiks" Genya menangis terharu begitu memikirkan kebaikan si kakek dan si nenek yang menolongnya.

"Jangan menangis nak..." Si nenek memeluk Genya dengan penuh kasih sayang.

Walau cuma sehari Genya bersama mereka, tapi mereka sudah menganggap Genya sebagai cucu mereka sendiri. Genya adalah anak yang baik berwajah cantik, hanya saja nasib baik tidak berpihak padanya.

Si kakek dan nenek entah kenapa mereka merasa menyesal karena telah memberitahukan 'Tuan' nya itu tentang kehadiran Genya di antara mereka.

Mereka tau, jika sudah berada di dekapan Tuan mereka. Siapapun tidak akan bisa berkutik lagi, tidak akan bisa lepas, sekalipun bisa lepas tapi itu tidak akan bisa utuh seperti semula.

"Kenapa kau harus lahir sebagai anaknya Betran?" Gumam si nenek sambil tetap memeluk Genya.

"Maaf?" Genya bertanya karena tidak mendengar dengan jelas apa yang si nenek katakan. Dia mengusap air matanya dan kemudian melepaskan pelukannya dari si nenek.

"Bukan apa-apa kok, sekarang sebaiknya kau beristirahat. Besok kau mulai bekerja kan?" Kata si nenek mengelus rambut Genya yang begitu lembut dan tebal lurus itu.

Mereka bertiga terlihat sudah seperti keluarga. Walau pertemuan mereka tidak begitu bagus, tapi mereka terlihat begitu saling menyayangi satu sama lain.

......................

Di lain tempat, seorang lelaki bernama Theo sedang bersama perempuan yang bernama Kinna di sebuah kamar hotel.

Theo mendapatkan pesan dari seseorang yang di panggil 'Tuan'.

"Siapa itu sayang?" Tanya si Kinna yang baru saja habis mandi, dan dia naik ke kasur sambil memeluk lengannya Theo yang kekar.

"Pesan dari Tuan" jawab Theo mengernyitkan dahinya.

"Apa yang dia katakan?" Tanya si Kinna penasaran.

"Dia menyuruhku mengawasi anak perempuannya Betran dan membawa gadis itu ke hadapannya" jelas Theo.

"Kenapa tidak dia sendiri yang melakukannya?" Tanya si Kinna.

"Kalau aku jadi boss, aku juga tidak akan turun langsung ke lapangan" sahut si Theo membuat perempuan yang bersamanya itu tertawa mendengar perkataannya.

"Haha, jangan pernah berharap kau menjadi boss. Sebelum hal itu terjadi, mungkin kepalamu sudah melayang duluan" Kata Kinna menertawakan Theo.

"Jujur saja, apa kau menyukai Tuan?" Tanya Theo kepada Kinna yang membuatnya terkejut.

"Kau sudah mengetahui hal itu, kenapa kau menanyakannya lagi?" Jawab Kinna yang kemudian mengambil rokoknya.

"Kalau kau menyukainya, kenapa kau tidak pernah tidur dengannya? Kenapa kau selalu menghubungi ku untuk berhubungan denganmu?" Tanya si Theo marah.

"Itu karena Tuan tidak pernah mau menyentuhku, cintaku hanya bertepuk sebelah tangan kepadanya." Kata Kinna yang kemudian mencium Theo.

"Aku akan pergi sekarang " kata Theo memakai pakaiannya dan kemudian pergi meninggalkan Kinna sendirian.

Kinna hanya diam menatap kepergian Theo dengan ekspresi kecewanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!