“Selamat, Ibu Chiara! Saat ini anda tengah mengandung dengan usia kandungan yang hampir memasuki 6 minggu.”
Ucapan Dokter itu membuat Chiara kehabisan kata-kata, dia merasa terkejut sekaligus bahagia mendengar kabar bahagia bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu setelah tiga tahun lamanya menjalani kehidupan pernikahan dengan Riko.
“Apa, Dok? Benarkah saat ini ada bayi di dalam perutku?” tanya Chia yang masih tidak percaya akan kabar itu.
“Benar, Ibu Chiara! Anda sedang mengandung dan janinnya bahkan sangat sehat,” jawab Dokter itu membenarkan.
“Aku hamil! Mas Riko pasti sangat bahagia mendengar kabar ini,” gumam Chia yang tiada hentinya mengembangkan senyumannya sembari membelai lembut perutnya yang masih rata.
Selesai melakukan pemeriksaan, Chia pun menebus obatnya. Chia kemudian mengunjungi sebuah tempat untuk membeli hadiah perayaan pernikahannya. Meski dia sudah memiliki hadiah terbaik yaitu kabar kehamilannya. Akan tetapi, Chia merasa ada yang kurang sehingga dia memutuskan untuk membeli barang lain.
“Aku yakin Mas Riko pasti akan menyukai hadiah dariku kali ini. Jam ini pasti akan sangat serasi dengan setelan jas yang aku buatkan khusus untuknya.”
“Sayang, kita berikan kejutan untuk Papah ‘yah!”
“Terima kasih sudah hadir di dalam perut, Mamah! Papahmu pasti akan sangat bahagia dengan kehadiranmu di sini.”
Wanita cantik itu lalu berjalan pergi meninggalkan sebuah toko jam dengan merk terkenal dengan wajah berseri yang penuh kebahagiaan. Namanya Chiara Syafira tapi biasa di panggil dengan sebutan Chia, seorang desainer muda yang sudah menikah di usianya yang masih 25 Tahun. Pernikahan itu memang berawal dari perjodohan yang di lakukan orang tuanya.
Namun, setelah satu tahun berlalu Chiara akhirnya sudah menerima sosok Jeriko Aldebaran. Pria tampan berusia 30 tahun yang berkerja di perusahaan milik ayahnya sebagai seorang Direktur utama, bahkan kini Chia sangat mencintai suaminya itu. Chia sendiri merupakan putri kedua dari pasangan Yudha Bagaskara dengan Sasmita Andhira.
Yudha sendiri merupakan seorang Ceo dari CH Company yang bergerak dalam bidang fashion dan cosmetic terkenal. Chia juga memiliki seorang Kakak perempuan bernama Shakira Anastasya yang usianya hanya berselisih dua tahun darinya. Berbeda dengan Chia yang lebih memilih untuk menyalurkan hobinya sebagai pekerjaan, Kira lebih memilih untuk menempati posisi Direktur Executive di perusahaan Papahnya.
Dan hari ini merupakan hari peringatan tiga tahun pernikahannya. Karena itulah Chia membelikan sebuah jam tangan mahal serta membuatkan sebuah setelan jas dengan tangannya sendiri untuk Riko kenakan di hari perayaan mereka nanti malam.
“Aah, … Aku hampir lupa! Papah memintaku untuk mampir ke kantornya. Sekalian aku memberikan hadiah ini pada Mas Riko di sana,” gumam Chia yang sudah terlihat sangat bahagia hanya untuk membayangkan wajah Riko saja.
...****************...
Chia lalu melangkahkan kakinya memasuki perusahaan yang cukup besar itu, bahkan beberapa staff di sana langsung menyapanya dengan ramah. Tanpa perlu bertanya lagi Chia langsung menuju ke ruangan dimana suaminya berada. Namun, seketika langkah kaki Chia terhenti dan tubuhnya seakan mematung tepat di depan pintu ruangan suaminya.
Air mata Chia perlahan jatuh saat matanya melihat sebuah pemandang yang sekalipun tidak pernah dia bayangkan selama ini. Dimana Chia melihat dengan kedua bola matanya sendiri, Riko sedang bermesraan dengan Kira yang statusnya adalah Kakaknya sendiri.
“A-apa yang Mas Riko dan Kak Kira lakukan?” lirih Chia dengan suara dan bahkan tubuh gemetar hebat, bahkan paper bag yang sejak tadi di tangannya entah sejak kapan sudah terjadi seperti air matanya.
“Ti-tidak … Ini tidak mungkin!”
“Tidak mungkin suami dan Kakakku sendiri mempunyai hubungan di belakangku, …”
Belum selesai dengan keterkejutannya melihat kemesraan Riko dan Kira, Chia kembali di kejutkan dengan keberadaan kedua orang tuanya yang ternyata berada di dalam ruangan Riko juga. Namun, baik Papah maupun Mamahnya malah seperti sudah terbiasa melihat kedekatan Riko dan Kira yang layaknya sepasang kekasih.
“Pah, kapan kita akan melenyapkan Chia? Jika Papah terus menundanya seperti ini, lalu bagaimana dengan nasib cucu Papah di dalam perutku sekarang yang semakin hari perutku akan semakin membesar!” ungkap Kira yang saat itu berada dalam pangkuan Riko.
“Jika Chia masih hidup, maka Riko akan terus menjadi suaminya! Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan anak ini?” cecar Kira, sedangkan Chia harus menutup mulutnya rapat-rapat agar suara isakannya tidak terdengar oleh orang yang berada di dalam sana.
“Jadi, memang benar kalau Kak Kira dan Mas Riko selama ini berselingkuh di belakang aku. Bahkan saat ini Kak Kira tengah mengandung anak dari Mas Riko. Kenapa kalian begitu tega melakukan ini padaku,” batin Chia.
Sungguh perasaan Chia saat itu seakan tercabik-cabik, setelah mengetahui perselingkuhan suaminya dengan saudarinya sendiri. Bahkan Kira sampai mengandung anak dari Riko, hingga sebuah percakapan di antara mereka membuat Chia tersadar dan mengetahui semua fakta yang sebenarnya tentang dirinya.
“Bagaimana kalau malam ini? Bukankah hari ini adalah hari pernikahan Riko dengan Chia? Sudah pasti gadis bodoh itu sedang mempersiapkan makan malam untuk kami berdua seperti biasa. Kita bisa memasukkan racun ke dalam makanannya untuk membunuhnya tanpa di ketahui siapapun,” ujar Sasmita Andhira, istri dari Yudha yang secara tidak langsung Ibu dari Kira dan Chia.
Hingga sebuah kenyataan pahit harus kembali Chia dengar secara langsung dari orang-orang yang sudah menjadi keluarganya selama ini. Mita kembali berkata, “Aku sungguh merasa jijik setiap kali dia memanggilku sebagai Mamahnya. Padahal dia merupakan anak diluar nikah dari adikmu yang gila itu!”
“Jika bukan karena harta warisan dari saudaramu yang sangat banyak ini untuk dia, maka aku tidak akan sudi menganggapnya sebagai anak kita! Karena anak kita cuma satu yaitu Kira,” lanjut Mita penuh penegasan.
Tubuh Chia semakin lemas saat mendengar pengakuan Mita yang mengatakan bahwa dia adalah bukanlah anak kandung Yudha dan Mita, melainkan anak dari wanita yang selama ini dia anggap sebagai Bibinya. Dan mirisnya lagi, Chia anak di luar nikah yang tidak di ketahui siapa ayah kandungnya. Bahkan Yudha dan Mita mau menganggapnya sebagai anak hanya untuk mengincar harta warisan yang ditinggalkan ibunya itu.
“Benar, Pah! Lagi pula jika Chia mati kapan pun, semua harta warisannya pasti akan jatuh ke tanganku sebagai suaminya karena dia tidak memiliki anak dariku.” Riko, suami Chia sendiri bahkan juga menginginkan kematiannya.
Degh ….
“Aku memang menyiapkan kejutan untuk merayakan ulang tahun kita dan kabar tentang kehamilanku. Tapi kalian … malah menyiapkan scenario kematianku?” Sungguh kenyataan yang begitu menyakitkan ini sangat membuat hati Chia sangat sesak, sakit dan bahkan perasaan kecewa.
Bersambung, ....
Detik itu juga, hati dan perasaan Chia hancur tanpa tersisa sedikitpun. Pria yang Chia anggap sangat mencintainya, ternyata hanya mencintai Kakaknya. Orang tua yang Chia anggap sebagai tempatnya berlindung dan berkeluh kesah tenyata hanya paman dan bibinya. Kakak yang sangat disayanginya, ternyata mengkhianatinya. Dan mereka semua kini hanya menginginkan kematiannya agar bisa menguasai harta itu.
“Aku tahu! Tapi kita tidak bisa menggunakan racun untuk melenyapkannya, karena itu bisa menjadi masalah untuk kita semua jika dilakukan otopsi pada tubuhnya. Tapi lain halnya kalau penyebab kematiannya adalah kecelakaan mobil.”
Tubuh Chia seketika jatuh ke lantai saat mendengar Papahnya sendiri juga menginginkan kematiannya. Akibatnya semua orang di dalam ruangan itu langsung menyadari keberadaannya. Dengan raut wajah panik dan ketakutan, Chia segera bangkit dan pergi dari sana.
Bugh, …
“Siapa di sana?”
Itu adalah suara Riko yang sepertinya berjalan menuju arah pintu untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka. Namun, Riko membuka pintu tidak ada siapapun di sana. Dan ketika Riko hendak berbalik masuk dalam ruangannya lagi, pandangan matanya langsung tertuju pada sebuah paper bag yang tergelatak di depan ruangannya.
“Sial! Apakah Chia mendengar semua pembicaraan kami,” umpat Riko.
Dia langsung menyadari bahwa Chia baru saja berada di depan pintu ruangannya dan sudah pasti mendengar apa yang mereka bicarakan. Riko pun segera berlari menuju lift untuk mengejar Chia, tapi sepertinya Chia sudah berada di dalam lift yang sedang turun ke lantai bawah. Tanpa buang waktu, Riko pun langsung menuju tangga darurat sambil menghubungi Kira untuk memberitahukan bahwa Chia telah mengetahui semua rencana mereka.
“Sayang, kamu ada dimana?” tanya Kira begitu sambungan telepon itu terhubung.
“Aku sedang mengejar, Chia! Sepertinya dia telah mendengar semua rencana kita untuk melenyapkannya,” jelas Riko masih dalam keadaan berlari menuruni tangga.
“Apa? Jangan katakan kalau suara tadi adalah Chia?” seru Kira yang menyadarkan Yudha bahwa dia sendiri yang meminta Chia untuk mengunjungi kantornya hari ini.
“Astaga, bagaimana aku bisa lupa bahwa aku sendiri yang menyuruhnya untuk datang hari ini,” ujar Yudha yang terlihat ikut panik.
“Ck, … Kamu ini bagaimana ‘sih! Bagaimana kalau gadis itu merekam pembicaraan kita dan melaporkan kita semua kekantor polisi, Hah!” bentak Mita yang tidak ingin mendekam di penjara, karena kebodohan suaminya sendiri.
“Maaf, Kira! Aku tidak punya waktu untuk bicara banyak sekarang! Aku harus menghentikan Chia secepatnya,” ujar Riko yang langsung memutuskan sambungan teleponnya.
“Aish, … Papah ini bagaimana bisa seceroboh ini ‘sih!” Kira sendiri pun menjadi kesal dengan Papahnya itu.
“Kalian tenang saja, kita singkirkan dia sekarang saja! Papah memiliki beberapa kenalan anggota gangster yang bisa membantu kita melenyapkan Chia. Dengan uang kita bisa melakukan apapun, termasuk membunuh seseorang,” ujar Yudha.
Kemudian, dia meraih ponselnya dari balik jas mahal yang dikenakannya. Yudha langsung menghubungi sebuah nomor yang berada di kontak ponselnya, lalu tak lama sambungan telepon itu terhubung.
“Aku memiliki pekerjaan penting untukmu?” Kata Yudha saat panggilan itu di terima oleh orang di seberang sana.
“Katakan apa yang harus aku lakukan dan berapa bayarannya?” sahut orang itu yang sepertinya tidak suka berbasa basi.
“Lenyapkan keponakanku yang bernama Chiara, kau tahu bagaimana rupanya bukan? Buat dia mati dalam sebuah kecelakaan. Harga nyawa anak itu adalah satu milyar, apakah kau mau menerima pekerjaan ini?” ujar Yudha memberikan penawaran sudah pasti tidak akan di tolak oleh orang itu.
“Baiklah, beritahu aku dimana lokasi targetku saat ini!” Benar saja, orang itu langsung menerima seolah nyawa orang lain begitu tidak berharga baginya.
“Dia baru saja meninggalkan perusahaanku! Setelah itu, kau bisa menemukannya sendiri, bukan?” Yudha menyerahkan sisanya pada orang tersebut.
“Hmm, … Baiklah, kau akan mendengar hasilnya dalam waktu tiga jam!” Kata pria dalam sambungan telepon itu dengan penuh percaya diri.
“Bagus! Aku akan segera mengirimkan bayarannya padamu, jika hasilnya sudah aku terima,” ujar Yudha seraya menyeringai penuh kemenangan.
Setelah itu, sambungan telepon itu pun terputus. Kini mereka hanya tinggal menunggu selama tiga jam yang di janjikan itu berlalu. Yudha tampak tenang, karena dia percaya orang bayarannya bisa melakukan tugasnya dengan baik. Berbeda dengan istri dan anaknya yang takut kalau orang-orang itu gagal melenyapkan Chia dan berakhir membawa mereka ke penjara.
...****************...
Sedangkan disisi lain, Chia terus berusaha menghindari kejaran Riko dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya. Hatinya benar-benar hancur menerima semua kenyataan yang baru saja dia dapatkan itu.
“Tidak! Aku tidak boleh tertangkap, Hiks ….”
“Aku harus meminta bantuan orang lain untuk menyelamatkan aku dan anak di dalam perutku.”
Hanya satu yang Chia pikirkan saat itu yaitu pergi sejauh mungkin untuk menyelamatkan dirinya dan calon bayinya dari kekejaman Riko serta keluarganya sendiri. Chia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai dia tidak menyadari ada mobil lain yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.
BRAKKK, …
Suara tabrakan yang begitu keras terdengar sampai memekikkan telinga. Sudah di pastikan mobil yang Chia kendarai menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya. Saat itu, kondisi Chia sudah terluka parah. Darah segar mengalir dari kepalanya dan juga membasahi sela kakinya.
Riko yang menyaksikan kecelakaan itu, langsung menghentikan mobilnya dan keluar untuk memastikan keadaan Chia. Namun, ternyata tidak berhenti sampai di situ saja dimana sebuah mobil lain tiba-tiba melaju dengan cepat dan langsung menabrak mobil Chia dari arah belakang.
BRAKK, …
Percikan api mulai membakar ketiga mobil yang mengalami kecelakaan itu. Dimana Chia akhirnya terjebak di tengahnya dalam keadaan tidak berdaya. Sebelum api itu semakin menyebar membakar mobil dan tubuhnya, Chia terus menatap Riko dengan keadaannya yang sudah sangat putus asa. Melihat Riko yang tengah berakting berusaha menyelamatkannya, padahal dapat Chia lihat bahwa pria berstatus suaminya itu tengah tersenyum puas melihat kematiannya.
Di akhir hidupnya Chia berkata, “Jika aku di berikan kesempatan untuk hidup kembali! Maka aku akan membalaskan perbuatan keji kalian ini, padaku dan anakku yang tidak bersalah! Aku akan membuat hidup kalian semua lebih menderita dari kematian!”
“Selamat tinggal istriku yang bodoh, Chiara Syafira!” Dapat Chia lihat dengan jelas bahwa Riko tersenyum puas melihat kematiannya.
“Tuhan, berikan aku salah satu keajaibanmu! Aku sungguh tidak terima aku dan anakku harus mati seperti ini. Tolong berikan aku kesempatan untuk membalas perbuatan mereka. Aku memohon padamu, Tuhan!” Permohonan dan permintaan dengan perasaan putus asa Chia panjatkan dengan sepenuh hatinya dan diiringi air mata darah yang mengalir membasahi wajah cantiknya.
Duaaarrr, ….
Bersambung, ....
Duaaarrr, ….
Bersamaan dengan perkataan terakhir Chia, mobilnya seketika meledak dan membakar habis semua yang ada di dalamnya termasuk tubuh Chia yang masih berada di dalam mobil itu. Semua orang berteriak histeris melihat kecelakaan tragis itu, apalagi melihat ada satu wanita yang berada di dalam salah satu mobil tersebut. Berbeda dengan Riko yang diam-diam tersenyum puas melihat kematian Chia yang secara tragis.
“Kita berhasil! Chia mungkin sudah berada di neraka saat ini.” Riko bahkan langsung mengirimkan pesan kepada Kira perihal kematian Chia.
...----------------...
“TIDAK!”
Suara teriakan Chia yang terbangun dari dari tidurnya mengejutkan semua orang di dalam ruangan yang tampak sangat mewah itu. Mereka bahkan menatap Chia dengan bingung, pasalnya pengantin yang sedang mereka rias itu tiba-tiba saja membuka mata dan berteriak.
Tanpa sadar tubuh Chia gemetar ketakutan, ingatan tentang kecelakaan mobil dan kematian tragisnya membuatnya tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Bahkan Chia sampai tidak menyadari keberadaan orang-orang yang menatapnya dengan bingung.
“Hiks, … Kenapa kalian semau melakukan ini padaku?”
“Kenapa?”
“Kenapa kalian membunuhku dan anakku?”
Chia terus bergumam sendiri sambil memeluk tubuhnya yang semakin bergetar ketakutan. Rasa sakit, kecewa, marah dan kehilangan serta terkhianati bercampur menjadi satu. Chia terus memeluk perutnya dimana anaknya pernah berada di dalam sana.
“Apakah kamu bermimpi buruk, Chia?” tanya seorang wanita paruh baya yang terasa tidak asing membuat Chia menolehkan tatapannya yang basah oleh air mata.
“Benar, ini pasti efek kelelahan karena kamu terlalu bersemangat menyiapkan pesta pernikahan hari ini,” imbuh wanita yang satunya.
“Para pembunuhku dan anakku!” batin Chia penuh dendam yang begitu membara.
Untuk sesaat Chia memang sempat terpaku melihat keberadaan Mita dan Kira di hadapannya dengan mengenakan gaun yang seingat Chia hanya di pakai saat pernikahannya dengan Riko di laksanakan. Bahkan keduanya tampak menunjukan kasih sayang palsu yang Chia dapatkan selama ini. Hingga Chia menyadari bahwa dirinya sedang mengenakan sebuah gaun pengantin yang dia gunakan untuk pernikahannya dengan Riko.
“Tunggu! Kenapa aku menggunakan gaun pengantin ini lagi? Bukankah aku sudah mati dalam kecelakaan yang di rencanakan oleh keluarga dan suamiku sendiri?” batin Chia yang masih berusaha mencerna semuanya.
“Sebenarnya apa yang terjadi?”
“Mengapa aku bisa berada di sini lagi?”
“Apakah aku sedang di perlihatkan tentang kenangan masa laluku sebelum rohku di kirim ke alam baka?”
“Bahkan para iblis berwujud manusia ini juga berada di sisiku sekarang?”
Chia terus melamun dan bertanya-tanya di dalam hatinya dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya. Seharusnya dia memang sudah mati, karena rasa sakit dan panasnya api yang membakarnya dalam kecelakaan itu sangat jelas dia rasakan. Lalu kenapa Chia merasa apa yang di sekelilingnya sekarang adalah nyata.
“Chia, kenapa kau malah melamun?” Suara Kira menyadarkan Chia dari lamunannya dan melontarkan tatapan penuh kebencian pada dua wanita yang ikut merencanakan kematiannya itu.
“Lihatlah, kenapa kamu malah menangis di hari pernikahanmu! Jadinya, riasan wajahmu menjadi rusak begini.”
Mita berniat ingin membantu Chia menghapus sisa air mata dipipinya. Namun, Chia malah menepisnya dengan kasar bahkan tatapan matanya menunjukan sebuah kebencian yang begitu besar kepada Mita dan Kira. Siapa orang yang tidak akan membenci pembunuh dirinya dan juga calon anaknya yang tidak melakukan kesalahan apapun kepada mereka semua.
“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!” ketus Chia dengan tatapan tajamnya.
“Chia, ada apa denganmu? Kenapa kau menepis tangan Mamah dengan kasar seperti ini?” tanya Kira yang tidak terima akan perlakuan Chia kepada Mamahnya.
“Kau yakin kalau wanita ini Mamahku juga?” Bukannya menjawab Chia malah semakin mengatakan hal yang membuat Mita dan Kira sangat terkejut.
“Apa maksudmu. Chia?”
“Kenapa kamu menjadi bersikap seperti ini pada Mamahmu sendiri?”
“Apakah kamu begitu tertekan dengan semua persiapan pernikahanmu dengan Riko? Tenang saja, hari ini semuanya akan berakhir dan kau akan resmi menjadi istrinya,” cecar Kira yang seolah sangat mendukung hubungan Chia dan Riko.
“Pernikahan?”
Chia dengan cepat meraih ponselnya yang berada di atas meja rias. Dia memeriksa hari, tanggal, bulan dan tahun yang tertera di layar ponselnya. Detik itu juga, Chia menyadari bahwa sepertinya dia sedang kembali pada hari pernikahannya yang terjadi tiga tahun yang lalu. Chia kembali memperhatikan sekelilingnya dengan seksama dan semuanya masih sama persis seperti dulu kecuali kejadian penolakannya tadi atas sentuhan Mita.
“Benarkah aku sedang mengulang waktu?”
“Apakah Tuhan sedang menunjukan keajaibannya padaku?”
“Benarkah Tuhan benar-benar telah mengabulkan doaku?”
“Memberiku kesempatan untuk membalas perbuatan kejam mereka dengan membuatku mengulang kembali waktu?”
Lagi-lagi berbagai pertanyaan muncul di benak Chia yang masih belum dapat mempercayai semua itu. Sementara itu, Mita dan Kira hanya memperhatikan sikap Chia yang semakin aneh setelah bangun dari tidurnya saat di rias tadi. Tampak Mita dan Kira saling melempar pandangan satu sama akan perubahan sikap Chia yang jauh dari Chia yang biasanya.
“Benarkah hari ini adalah hari pernikahanku?” tanya Chia entah kepada siapapun yang mau menjawabnya, karena dia ingin memastikannya sekali lagi.
“Apa kamu sudah melupakan hari yang paling kau tunggu-tunggu selama satu bulan ini?” Bukannya menjawab Kira malah seolah menyindir Chia secara halus, Chia yang begitu bersemangat untuk melangsungkan pertunangan dengan Riko atas perjodohan orang tuanya.
Chia mengabaikan perkataan Kira, lalu bergumam, “Aku harus memastikannya sendiri bahwa semua ini bukanlah sebuah mimpi!”
Untuk lebih memastikannya, Chia langsung meraih sebuah alat pencukur alis di depannya dan menggoreskan alat tersebut di pergelangan tangannya. Chia pun memekik kesakitan saat merasakan rasa sakit itu memang nyata dan begitu juga dengan semua yang terjadi. Lain halnya dengan Mamah Mita, Kira dan semua orang di sana yang terkejut dengan aksi nekad Chia.
“Akhh, …” pekik Chia saat rasa sakit dari luka goresan itu mulai dia rasakan.
“CHIA!?” seru Mita dan Kira yang terkejut dnegan aksi gila Chia, bahkan semua orang di dalam ruangan itu sama terkejutnya.
“Hahahaa, …” Chia lagi-lagi mengabaikan semua orang dan malah tertawa bahagia.
“Aku benar-benar kembali? Aku kembali mengulang waktu satu tahun yang lalu. Tuhan memberikan keajaibannya dan memberiku kesempatan untuk balas dendam pada orang-orang yang telah menyakitiku di masa lalu!” ungkap Chia dalam hatinya yang kini percaya bahwa dirinya memang telah mengulang waktunya, tapi disisi lain dia sangat bahagia karena Tuhan mengabulkan permintaannya.
“Chia, apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu melukai tanganmu di hari pernikahanmu sendiri?” Pertanyaan dari Mita menyadarkan Chia bahwa bukan saatnya dia terlena dengan keajaiban yang Tuhan berikan padanya.
Bersambung, ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!