NovelToon NovelToon

Pelabuhan Cinta Triple R

Bab 01. Cinta Pertama Dan Pandangan Pertama

“Dr. Lucia dan keluarga, bolehkan kita bicara di ruanganku? Ini tentang hasil pemeriksaan terbaru dari pasien Tuan Noland dan Nyonya Julia.”

Suara yang begitu merdu, ditambah dengan sosoknya yang terlihat begitu anggun layaknya malaikat tak bersayap yang mengenakan jas putih. Dimata semua orang wanita itu memang terlihat hanya seorang dokter spesialis biasa yang memiliki paras cantik, tapi di mata Ryuga sosok dokter cantik itu terlihat bagaikan sosok malaikan sekaligus bidadari yang diperintahkan untuk turun ke bumi untuk mengajarkan dirinya tentang apa itu cinta.

“Aku melihat malaikat sekaligus bidadari, karena tidak mungkin ada manusia yang seindah dan secantik itu di dunia ini.” Ryuga hanya mampu mengatakan hal itu di dalam hatinya, sebab kedua saudaranya bisa langsung heboh jika dia mengatakannya secara langsung.

Mungkin inilah yang dinamakan cinta pertama dan pada pandangan pertama yang selalu orang bicarakan. Namun, dibalik indahnya nama cinta pertama itu tersimpan sebuah rumor bahwa cinta pertama sering berakhir dengan perpisahan.

Meski sebenarnya banyak juga cinta pertama yang berakhir bahagia dan bisa bersama sampai hanya maut yang bisa memisahkan. Akan tetapi, benarkah kalau cinta pertama yang berakhir bahagia sangat sulit dicapai?

Maka inilah Ryuga Cano Xavier yang menjadikan cinta pertama dan cinta pada pandangan pertamanya pada seorang Dokter cantik bernama Olivia Jansen, rekan kerja Kakaknya sendiri yaitu Lucia sekaligus dokter yang menangani kondisi Noland dan Julia saat koma.

Dan mungkin juga ini yang dinamakan cinta dalam diam, mengagumi dan mencintai tapi tidak bisa langsung mengutarakannya secara langsung. Hanya bisa mengagumi dan memperhatikannya dalam hati, diam dan dari kejauhan.

“Tentu, Dr. Olivia!”

Jawaban Lucia seketika menyadarkan Ryuga dari lamunannya yang ingin mendekati ataupun berkenalan lebih dekat dengan sosok Dr. Olivia yang berhasil membuat detak jantungnya berdegup sangat kencang. Bahkan senyuman tipisnya sudah mampu membuatnya merasa berada di taman surga.

“Olivia! Bahkan namanya juga seolah melengkapi kecantikan dirinya. Aku ingin lebih mengenalnya, ingin lebih dekat dengannya dan kalau bisa langsung menjadi suaminya. Tapi apakah dia masih sendiri? Bodo amat, jika dia sudah memiliki suami maka aku siap menjadi suami keduanya. Jika dia sudah memiliki kekasih, maka aku bersedia menjadi selingkuhannya. Dan jika dia sudah punya anak, maka aku siap menjadi Papah penggantinya.”

Meski hanya bicara dalam hati, tapi sepertinya sangat jelas sekali bahwa Ryuga sangat tergila-gila dengan sosok Dr. Olivia. Beruntung wajahnya terkesan dingin, sehingga orang lain tidak menyadari bahwa dalam hatinya tengah berbunga-bunga.

“Ashlyn, bisakah kau tetap di sini menjaga Grandpa dan Grandma beserta anak-anak?” pinta Zhia yang tidak ingin meninggalkan mereka tanpa pengawasan.

“Aah, benar! Aku tidak mungkin melakukan dua pilihan di atas. Tapi jika dia seorang single parent, mungkin Papah dan Mamah masih bisa menerimanya. Tidak untuk Pebinor dan Selingkuhan yang ada aku mati muda ditangan keluargaku sendiri.”

Padahal Mamah Zhia tidak mungkin mendengar kata hatinya, tapi membayangkan kemarahan keluarganya terutama kemarahan Mamah Zhia sudah membuat Ryuga seketika sadar diri.

“Tentu, Mah! Ashlyn pasti akan menjaga mereka dengan baik,” balas Ashlyn yang tidak keberatan sama sekali.

...****************...

Setelah mendapat jawaban dari Ashlyn, mereka pun segera bergegas menuju ke ruangan Dr. Olivia berada. Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan pribadi Dr. Olivia tatapan Ryuga terus berpusat menatap semestanya, sang sosok malaikat sekaligus bidadari di hatinya. Dia bahakan mengabaikan ocehan Regis, karena Ryuga tidak ingin melewatkan kesempatan memperhatikan Dr. Olivia secara diam-diam.

Ketika Rayden, Zhia, Luca, Lucia, Levi dan juga Triple R sudah berada di dalam ruangan Dr. Olivia dengan Rayden dan Zhia saja yang duduk berhadapan dengan Dr. Olivia sedangkan yang lainnya hanya berdiri.

Ryuga dengan sengaja memilih posisi yang bisa membuat dirinya memperhatikan Dr. Olivia dengan jelas tanpa disadari oleh yang lainnya terutama Dr. Olivia sendiri. Untuk beberapa saat terlihat Dr. Olivia tengah sibuk memilah dokumen yang dapat diperkirakan bahwa dokumen tersebut milik Noland dan Julia.

“Bahkan melihatnya yang begitu fokus pada pekerjaannya membuat hatiku semakin tidak karu-karuan. Sepertinya aku memang benar-benar telah jatuh hati dalam pesonanya,” batin Ryuga yang diam-diam tersenyum ketika sekilas bayangan dia bersama dengan Dr. Olivia tiba-tiba terlintas dibenaknya.

Ryuga bahkan hampir tidak fokus mendengar penjelasan tentang keadaan Grandpa dan Grandmanya, sebab dia terlalu fokus mengagumi Dr. Olivia di dalam hatinya. Hingga ketika Dr. Olivia dan Lucia langsung membahas kabar buruk tentang kondisi Noland dan Julia. Saat itulah seketika tubuhnya ikut melemas mendengar kabar buruk tentang kondisi Grandpa dan Grandmanya.

Air mata kesedihan sudah mengalir dari pelupuk mata mereka tanpa bisa dihentikan. Zhia bahkan langsung menangis didalam pelukan Rayden, begitu juga dengan Levi yang segera memeluk Lucia yang menangis dalam diam. Ingin sekali Ryuga meminta pelukan pada Dr. Olivia, tapi dia sadar ini adalah pertemuan pertama mereka secara langsung.

“Maaf, kami terpaksa harus mengatakan ini. Namun, sebaiknya kalian menggunakan waktu yang tersisa sebaik mungkin dengan Tuan Noland dan Nyonya Julia,” ujar Dr. Olivia dengan nada bicaranya yang begitu pelan dan dapat Ryuga rasakan bahwa Dr. Olivia sebenarnya tidak tega mengatakan kabar buruk tersebut.

“Kami memang bukan Tuhan yang bisa menentukan hidup dan mati seseorang, tapi mengingat penyakit komplikasi yang mereka derita saat ini dan faktor umur mereka yang sudah lanjut usia. Menurut pengalaman kami besar kemungkinan bahwa keduanya tidak bisa bertahan lama.” Lanjutnya dengan wajah tertunduk karena tak sanggup menatap mata kesedihan dari keluarga ini.

“Apa yang kau bicarakan Dr. Olivia? Kita bahkan belum mencoba melakukan pengobatan terbaik untuk mereka, tapi kenapa kau malah sudah mengatakan hal buruk seperti itu pada Grandpa dan Grandma,” sentak Lucia yang tidak terima dengan perkataan Dr. Olivia.

“Dr. Lucia….” Dr. Olivia mencoba kembali mengingatkan Lucia tapi perkataannya kembali di potong.

“Jika kau tidak bisa melakukan perawatan pada mereka, maka aku yang akan melakukannya sendiri. Dan akan aku buktikan bahwa mereka bisa bertahan lebih lama dari kau kau perkirakan itu!” seru Lucia yang kemudian langsung pergi keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Levi dan Luca segera menyusul kepergian Lucia, sedangkan Triple R yang menenangkan Zhia yang sudah menangis terisak dalam dekapan Rayden yang juga terlihat sangat terpukul. Rayden pun memilih membawa Zhia pergi diikuti oleh Triple R, dia mencoba untuk percaya bahwa Lucia bisa melakukan seperti yang dia katakan.

Sebenarnya Ryuga masih belum puas mengagumi Dr. Olivia secara diam-diam tapi keadaan Mamahnya lebih utama, karena pada akhirnya restu berada di tangannya.

Bersambung, ....

Bab 02. Membayangkan Masa Depan Indah

Ryuga semakin mengurungkan niatnya untuk mendekati dan mengejar Dr. Olivia, apalagi mengingat keluarganya kini harus menghadapi musuh klan mafia mereka yang cukup kuat. Lebih baik memendam perasaannya untuk sementara waktu, daripada harus melibatkan Dr. Olivia dalam bahaya dari para musuhnya maupun keluarganya.

“Benar! Situasi saat ini sangat berbahaya jika aku mendekatinya. Lebih baik tetap seperti ini untuk sementara waktu agar dia juga tetap aman dari ancaman musuh. Selagi membereskan masalah musuh, aku juga bisa mencari tahu tentangnya lebih dulu agar nantinya bisa lebih mudah mengenalnya,” ucap Ryuga dalam hatinya yang telah memutuskan setelah cukup banyak hal yang dia pertimbangkan.

...****************...

Setelah cukup lama menenangkan Mamah Zhia, akhirnya mereka kembali ke ruangan dimana Grandpa dan Grandma dirawat. Disana masih ada Luca, Ashlyn, Zhea, Shea dan Kay yang tengah asyik bercerita. Demi menutupi kesedihan setelah mendengar kabar buruk tentang kondisi Grandpa dan Grandmanya, mereka pun akhirnya memutuskan untuk ikut bergabung dan bercanda ria bersama seakan semuanya baik-baik saja.

Hingga tiba-tiba pintu kembali terbuka, Ryuga sangat berharap bahwa dia bisa kembali melihat Dr. Olivia tapi nyatanya Levi dan Lucia yang datang.

“Aku kira dia yang datang!” batin Ryuga yang harus menelan kekecewaan, karena harapannya tidak terwujud.

“Luca! Lucia, lihatlah ketiga adikmu ini. Bagaimana bisa mereka belum menikah padahal sudah setua ini,” ujar Julia begitu melihat kedatangan Luca, Lucia dan Levi.

“Memang seperti itu, Grandma! Luca bahkan pernah berniat ingin menjodohkan salah satu dari mereka bertiga dengan adiknya Ashlyn, tapi saat hari pertemuan ketiganya malah pada kabur entah kemana,” celetuk Luca yang tersenyum seraya menghampiri sang Grandma, “Padahal adik Ashlyn memiliki perasaan pada salah satu dari kalian,” imbuhnya.

“Kak, kami bertiga itu tampan, mapan dan kaya dengan masa depan yang suudah dijamin oleh Papah! Jadi, tidak perlu dijodohkan seperti itu, diluar sana sudah banyak yang mengantri seperti sedang mengantri sembako gratis,” balas Regis yang membuat semua orang tertawa bahagia. Meski tawa yang penuh kebahagiaan itu berselimut dengan kesedihan yang tidak bisa diungkapkan.

“Lalu kapan kalian bertiga berniat untuk menikah? Menunggu Grandpa dan Grandma sudah tidak ada lagi di dunia ini, hmm?” celetuk Noland yang membuat semua orang yang mengetahui kondisinya menatapnya dengan perasaan tidak suka.

“Menikah? Jika memang harus menikah aku hanya ingin Dr. Olivia yang menjadi pengantinku, ibu dari anak-anakku dan pendamping hidupku sampai maut memisahkan kami berdua.”

Diam-diam Ryuga malah membayangkan dirinya suatu hari nanti akan menikahi Dr. Olivia bahkan sampai membayangkan punya anak dan menua bersama hidup bahagia selamanya, “Astaga, hanya membayangkannya saja sudah membuatku merasa sangat bahagia, apalagi kalau benar-benar menjadi kenyataan. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk mendapatkannya,” lanjutnya masih dalam hati.

“Jangan bicara buruk seperti itu lagi, Pah! Kami semua tidak suka mendengarnya,” ujar Lucia dengan wajah cemberutnya yang membuat Noland dan Julia teringat akan pertemuan mereka dulu dengan Lucia kecil.

“Baiklah, maafkan Grandpa! Tadi Grandpa hanya ingin sedikit bercanda saja dengan kalian, tanpa memahami perasaan kalian,” ucap Noland yang tidak tahan melihat kesedihan di wajah semua anggota keluarganya.

Untuk mencairkan suasana, Shea langsung memeluk Kakek buyutnya. Sementara Zhea yang memeluk Nenek buyutnya, keduanya sengaja bergelayut manja untuk mengalihkan perhatian semua orang. Ditambah dengan kelakuan Kay yang merasa cemburu dengan kedekatan Shea serta Zhea dengan Kakek dan Nenek buyutnya.

“Papah, Kay juga mau memeluk Kakek dan Nenek buyut,” rengek Kay pada Luca dengan wajah memelasnya yang malah terlihat menggemaskan.

“Siapa suruh kau cicit laki-laki sendiri,” ejek Shea seraya menjulurkan lidahnya pada Kay untuk menggodanya.

“Mommy Lucia! Daddy Levi, cepatlah membuat adik laki-laki untuk mereka agar aku tidak menjadi cicit laki-laki satu-satunya di sini,” pinta Kay yang malah meminta langsung pada Levi dan Lucia bukannya memintanya pada orang tuanya sendiri.

“Hai, bocah! Minta saja langsung pada orang tuamu, kenapa malah meminta adik laki-laki dari kami,” sentak Levi yang menghindari kemarahan Lucia yang memang sensitive jika berkaitan dengan kata adik untuk Zhea dan Shea.

“Kalau tidak minta saja pada ketiga Uncle-mu ini.” Sambung Levi seraya menunjuk pada Ryuga, Rayga dan Regis secara bergantian.

“Lah? Kenapa kami lagi yang kena ‘sih? Sejak tadi kami diam ‘loh!” protes Rayga yang tidak terima dengan perkataan Levi.

“Benar, pacar saja kami belum punya, apalagi menikah dan mempunyai anak, _...”

“Haish, sudahlah kenapa jadi membahas pernikahan kita lagi ‘sih? Bisa tidak kita ganti topik saja,” potong Ryuga ketika Regis mulai bicara omong kosong lagi, “Benar, lebih baik ganti topik sebelum aku benar-benar lepas kendali dan mengatakan kepada semua orang bahwa aku ingin melamar dan menikahi Dr. Olivia secepatnya sebelum keduluan pria lain,” sambungnya dalam hati.

“Hahahaa, … Sudahlah kalian bertiga, sebaiknya salah satu dari kalian terima saja penawaran dari Luca untuk menikah dengan Alicia? Mamah tidak keberatan sama sekali ‘kok kalau Alicia menjadi menantu Mamah,” ujar Zhia yang tertawa dengan kelakuan anak-anaknya.

“Mamah…” Ketiga serentak mencoba melakukan protes.

“Jangan sampai itu terjadi! Apalagi kalau yang disukai Alicia adalah aku, lalu bagaimana dengan masa depan yang aku bayangkan dengan Dr. Olivia? Menikah? Punya anak? Hidup bahagia dan menua bersama?” Jujur saja, dalam hati Ryuga semakin tidak tenang jika perkataan Mamah Zhia benar-benar terjadi.

“Apa mau Papah daftarkan kalian ke acara perjodohan yang tengah marak itu, hmm?” ujar Rayden yang sontak membuat ketiganya menggelengkan kepalanya secara serentak.

Semua orang sontak tertawa gemas dengan reaksi yang ditunjukan oleh Triple R. Suasana yang tadinya sempat hening dan terasa tidak nyaman kini kembali menghangat dengan penuh canda tawa dari semua orang.

...****************...

Dan sejak hari itu juga Ryuga mulai diam-diam selalu memperhatikan Dr. Olivia dan kalau ada kesempatan dia akan mencoba untuk lebih dekat dan mengenalnya secara langsung. Namun, sayangnya permasalahan musuhnya membuat Ryuga menjadi sangat sibuk karena harus menangani banyak hal penting. Hingga suatu hari, Ryuga tidak sengaja melihat Dr. Olivia tengah dipaksa oleh seorang pria yang tidak dia kenal sebelumnya.

“Dr. Olivia?” gumam Ryuga yang seperti biasa akan memperhatikan dambaan hatinya dia dari kejauhan sebelum akhirnya melihat kesempatan untuk mendekatinya. Akan tetapi, kali ini sepertinya dia tidak perlu pikir panjang untuk menemuinya.

“Lepaskan! Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak ingin makan siang denganmu.” Terlihat Dr. Olivia kesulitan melepaskan genggaman tangan pria itu dari lengannya.

“Hai, dia bilang lepaskan! Apa kau tuli?” ujar Ryuga yang meremas tangan pria itu dengan kuat hingga membuat pria itu meringis kesakitan.

Bersambung, ....

Bab 03. Ternyata Tak Sesuai Bayangan

“Akh, Sial! Aku tidak memiliki urusannya denganmu—”

“Kau memang tidak memiliki urusan denganku, tapi aku berurusan dengan siapapun yang mengganggunya. Jadi, apa yang menjadi urusannya menjadi urusanku,” potong Ryuga yang semakin memperkuat genggamannya, hingga membuat pria itu terpaksa melepaskan tangan Dr. Olivia yang tampak sudah membekas tangannya.

“Sial, dasar sampah pengganggu! Awas saja kalian berdua,” ancam pria itu yang segera kabur dari sana.

“Cih, dasar pecundang bisanya hanya bicara omong kosong dan setelah itu langsung melarikan diri,” gerutu Ryuga yang menatap kepergian pria itu dengan perasaan kesal.

“Eeh … Kau tidak apa-apa? Perlukah kita mencari perawat untuk mengobatinya, sepertinya akan memar jika kau mengabaikannya.” Seketika Ryuga kembali kesadarannya dan segera memeriksa lengan sang pujaan hati dengan hati-hati layaknya dia tengah memegang sebuah giok kaca yang sangat langka.

“Terima kasih atas bantuan anda, Tuan Ryuga! Tapi anda tidak perlu sampai memanggil perawat. Apa anda lupa bahwa saya salah satu dokter terbaik di sini. Saya masih bisa mengobati luka ini sendiri,” ucap Dr. Olivia yang tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih.

“Apa kau yakin?” Ryuga hanya ingin memastikan wanita yang diam-diam cintai tidak terluka sedikitpun.

“Iya, ini hanya luka kecil! Anda tidak perlu terlalu khawatir.” Dr. Olivia menjawab dengan penuh keyakinan.

“Boleh aku memastikan lukanya agar—”

“Lihatlah, ini hanya luka kecil! Saya baik-baik saja, Tuan Ryuga!” potong Dr. Olivia yang langsung menunjukkan lukanya agar Ryuga berhenti khawatir.

Menyadari bahwa dirinya telah khawatir berlebihan, Ryuga pun hanya bisa mengelus bagian belakang kepalanya dan menghindari tatapan Dr. Olivia. Jujur saja, dia sangat malu sekarang karena ketahuan terlalu perhatian pada pujaan hatinya. Namun, Ryuga juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan wanita pujaannya itu.

“Maaf, mungkin pertanyaanku kali ini sudah melewati batas! Akan tetapi, apakah aku boleh mengetahui siapa pria tadi dan kenapa dia memaksamu sampai seperti itu?” tanya Ryuga dengan tetap menjaga kesopanannya, sebab dia memang belum terlalu dekat dengan Dr. Olivia.

“Hmm … Sepertinya aku tidak harus memberitahukannya kepada anda, bukan?” ujar Dr. Olivia yang menolak secara halus untuk menjelaskan siapa pria tadi.

“Hahaha … Tentu saja, kau tidak perlu menceritakannya kalau kau memang tidak menginginkannya,” balas Ryuga yang entah mengapa bisa tertawa hanya dengan jawaban dari Dr. Olivia.

“Ouhya, Nanti malam akan ada pesta di kediaman Zaen Der. Apakah kau mau datang?” tanya Ryuga yang berniat ingin mengundangnya, meski dia tahu dalam pesta itu akan penuh dengan kejutan.

“Tidak! Aku harus menggantikan Dr. Lucia bertugas dan kau juga tahu, bukan? Kalau aku yang bertanggung jawab atas kondisi Tuan Noland dan Nyonya Julia, jika Dr. Lucia tidak ada,” jelas Dr. Olivia yang mengerti arah pembicaraan Ryuga hingga dia pun harus menolaknya secara halus.

“Benar juga! Baiklah, kalau begitu aku harus pergi sekarang, karena banyak persiapan yang harus aku lakukan untuk pesta nanti malam,” pamit Ryuga yang memang tidak memiliki banyak waktu luang beberapa waktu ini.

“Hmm, sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi!” ucap Dr. Olivia sebelum Ryuga benar-benar pergi.

Hati Ryuga bagaikan di sebuah taman bunga yang tengah bermekaran saat mendapat senyuman manis dari Dr. Olivia. Namun, tidak pernah Ryuga sangka sedikit pun bahwa itu menjadi senyuman terakhir yang dia lihat dari pujaan hatinya.

...****************...

Malam itu, ketika keluarga Xavier tengah fokus pada pesta yang mereka gunakan sebagai umpan agar bisa menemukan ketua ataupun pemimpin musuh yang sesungguhnya. Di malam itu juga, rumah sakit mendapatkan serangan dari musuh yang kebetulan serangan itu bersamaan diwaktu Dr. Olivia melakukan pemeriksaan jam malam.

“Mengapa malam ini penjagaannya semakin ketat? Apakah telah terjadi sesuatu? Entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak,” batin Dr. Olivia yang entah mengapa merasa ragu untuk melakukan pemeriksaan pada dua pasien khususnya, apalagi ditambah dengan penjagaan yang bertambah sangat ketat membuat suasana di sana cukup membuatnya takut.

“Waktunya melakukan pemeriksaan malam, bolehkah kami masuk?” tanya Dr. Olivia yang sudah terbiasa melihat penjagaan khusus di lantai yang di khususkan untuk dua pasiennya itu. Meski malam ini terlihat berbeda, tapi Dr. Olivia berusaha menepis pikiran buruknya.

“Silahkan, Dr. Olivia!” ujar Jack yang memberikan ijinnya.

“Terima kasih,” ucap Dr. Olivia yang berjalan masuk bersama dengan dua perawat yang akan membantunya.

Firasat buruk seseorang memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Tidak lama setelah Dr. Olivia dan dua perawatnya masuk ke dalam ruang rawat Noland dan Julia, tiba-tiba ada sekelompok orang yang lembarkan beberapa gas obat bius ke arah Jack dan yang lainnya. Lalu detik berikutnya sekelompok orang itu melakukan penyerangan secara membabi buta.

Mereka yang tidak sengaja menghirap gas obat bius itu, tentu saja mengalami kesulitan melakukan serangan balasan. Bahkan Jack, Matt dan Max juga tidak bisa mengendalikan rasa kantuk yang melanda mereka.

“Semuanya apapun yang terjadi jangan biarkan mereka melukai Tuan dan Nyonya besar!” seru Jack yang memerintahkan anak buahnya untuk berjuang mempertahankan keamanan mereka.

“Sangat sulit, Jack! Sebab kita semua tanpa sengaja menghirup asap yang mengandung obat bius itu, bahkan aku pun kesulitan untuk mempertahankan kesadaranku!” sela Matt yang berusaha keras melawan rasa kantuknya.

“Kita harus segera meminta bantuan pada yang lainnya,” imbuh Max yang sudah merasa tidak bisa mempertahankan keamanan di sana.

“Kau benar! Kita harus memberitahu Tuan Levi tentang ini,” ujar Jack yang berniat menghubungi Tuannya, tapi belum sempat dia menemukan nomornya tiba-tiba saja seseorang menendang tubuhnya cukup kuat hingga membuatnya terhempas menghantam pintu masuk ruangan rawat tersebut.

“Ingin meminta bantuan kepada siapa, hmm? Apa kalian lupa kau Tuan kalian sedang berpesta dan bersenang-senang di sana. Jadi, lebih baik jangan mengganggu mereka dan tidur saja untuk selamanya,” bisik Pria itu yang ternyata adalah Ryan.

“Kau … Uhuuk ….”

“Jangan berisik! Tidurlah dengan tenang untuk selamanya, biarkan aku melakukan tugas malaikat maut bagi kalian untuk malam ini.” Ryan kembali berbisik setelah berhasil menikam dada dan perut Jack beberapa kali. Jangan lupakan seringainya yang bak seorang psikopat yang selalu menikmati warna darah yang keluar dari tubuh korbannya.

“Hai, mereka sudah kami bereskan! Didalam ada sesuatu yang menyenangkan apakah kau ingin bergabung?” tanya seseorang yang memberitahukan bahwa Matt, Max dan yang lainnya juga telah berhasil dilumpuhkan.

“Tentu saja aku akan bergabung,” sahut Ryan yang kemudian berjalan mengikuti orang itu masuk ke dalam dan membiarkan Jack yang sudah terkapar lemas bersimbah darah, bahkan Matt dan Max sudah tidak sadarkan diri.

Bersambung, ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!