NovelToon NovelToon

Istri Kedua

PERNIKAHA ARTIYA DAN REZZA

"Sudah siap belum nduk(sebutan anak perempuan dari jawa)" tanya bu Suriyah

"Sudah bude" jawab Tiya

"Yawis ayo sudah ditunggu sama pak Penghulu dan calon suamimu nduk"

kata bu Suriyah sambil memegang lengan Artiya dengan penuh kasih sayang.

Bu Suriyah adalah budenya Artiya kakak dari ibu Tiya yang sudah meninggal dunia saat Tiya berumur duabelas tahun, sebab kecelakaan motor, berboncengan dengan bapak Tiya waktu mereka mau ke pasar.

Akibat kecelakaan itu bapak dan ibu Tiya meninggal ditempat.

Tragis memang.

Setelah Tiya menjadi yatim piatu dia diasuh oleh paman dan bibinya,

yang menyayanginya seperti anaknya sendiri,mereka tak membeda bedakan Tiya dengan anak kandungnya sendiri.

Bu Suriyah dan Pak Sudiman mempunyai seorang anak gadis yang dua tahun lebih muda dari Artiya.

"Ayo nduk duduk disebelah calon suamimu" ucap bu Suriyah.

Dengan malu malu Tiya duduk disebelah calon suaminya yang sedari tadi sudah duduk bersila didepan pak Penghulu.

?

"wah ayu tenan mantuku,ra(nggak) salah milih aku yo jeng" ucap bu Sanusi kepada bu Suriyah.

"iyo jeng",

"matursuwun(trimakasih) tenan(sekali) lhoo jeng udah mau menjadikan ponakkanku Tiya mantumu",

"aku lega mulai sekarang Tiya sudah ada yang njaga",

"ada yang melindungi dan menyayangi" ucap bu Suriyah terharu.

Sore ini kurang lebih jam empat adalah waktu ijab kabul Artiya dan Rezza.Tiya merasa bahagia sebab dia akan menikah dengan Rezza laki laki yang Tiya cintai secara diam diam sejak duduk dibangku SMP.

Namun berbeda dengan Rezza yang mau dijodohkan dengan Tiya karna ancaman sang ibu yang tidak akan mau mengakui Rezza sebagai anaknya dan dia akan dicoret dari ahli waris jika Rezza menolak menikah dengan Tiya sehingga mau tidak mau Rezza menerima perjodohan ini.

Menurut Rezza Tiya hanyalah wanita biasa biasa aja,yang sama sekali tidak menarik jauh dari kata modis, berkerudung dan suka pake rok sama sekali jauh dari seleranya.

Berbeda dengan Amelia kekasih hatinya yang cantik,manja dan modis,memiliki tinggi badan yang proporsional pokoknya berbanding terbalik dengan penampilan Tiya.

Amelia adalah anak kuliahan yang baru menginjak semester satu mengambil jurusan tata busana,itulah kenapa Amel pandai bergaya,umurnyapun baru sembilan belas tahun.

Diatas pelaminan Tiya tampak bahagia mendapat ucapan dari para tamu undangan yang sedari tadi mengantri untuk memberi ucapan selamat padanya dan Rezza yang sekarang resmi menjadi suaminya, walaupun merasa lelah Tiya tetap tersenyum manis dan terlihat sangat bahagia.

Berbeda dengan suaminya yang terlihat gelisah dan kaku sedari tadi waktu ijab kabul.

Tiya mengira kalau suaminya seperti itu karena merasa tegang waktu mengucap ijab kabul tadi.

Tiyapun bertanya kepada suaminya

"mas apa kamu lelah?"

tidak ada sahutan dari Rezza,sampai tiga kali Tiya bertanya pada suaminya itu, namun hasilnya sama suaminya diam membisu.

Tiyapun merasa cemas dengan keadaan suaminya,kemudian Tiya menggoyang goyangkan lengan Rezza, hingga Rezza kaget dan menoleh kearah Tiya menunjukkan rasa tak senangnya

" ya", " ada apa?"

tanya Rezza ketus

"apa kamu baik baik saja mas?"

" dari tadi aku panggil panggil kamu nggak ngerespon"

ucap Tiya lembut,

"mmeemmm"

jawab Rezza malas dan terkesan ketus

Tiyapun terdiam tak berani bertanya lagi melihat sikap suaminya yang dingin dan ketus terhadapnya,dia mengira suaminya itu sedang merasa lelah saja.

Diujung ruangan terlihat seorang gadis,

matanya berkaca kaca tampak begitu kecewa memandang kearah pelaminan,

dia masih tak percaya klau kekasih hatinya yang berdiri disana sebagai pengantin laki laki,

bersanding dengan sodara sepupunya Tiya.

Ya...Tiya adalah adik sepupu Amelia,umur mereka terpaut dua tahun,

walaupun Amelia kakak sepupu, tapi Tiya 2 tahun lebih tua darinya.

Amel merasa marah dengan Tiya,menurutnya Tiya merebut kekasih hatinya,sedari dulu Amel memang kurang suka dengan Tiya sebab orang tua Amel selalu membanggakan Tiya,mengunggul unggulkan Tiya karna kemandirianya,kesederhanaanya,kepintarannya dalam pendidikan.

Selalu saja Tiya yang lebih unggu.Hal itu membuat Amel merasa dinomer duakan oleh kedua orang tuanya, padahal itu perasaan Amel sendiri saja.

Dan sekarang Tiya malah merebut kekasih hatinya sehingga membuat Amel bertambah kesal kepada Tiya.

Diatas pelaminan Rezza menyadari keadaan Amel yang menyedihkan diujung sana, hingga membuat Rezza kalut.

Rezza merasa bersalah karna telah menghianati Amel.Ingin rasanya Rezza lari memeluk kekasih hatinya itu yang ia pacari sejak setahun yang lalu.

Rezza dan Amel berpacaran secara diam diam dikarenakan orang tua Amel melarang amel berpacaran dulu,

mereka ingin anak gadisnya fokus kependidikan saja dulu,karena orang tua Amel takut jika Amel pacaran akan kebablasan.Kalau hal itu terjadi tentu orang tua Amel akan menanggung malu.

Setelah resepsi usai,didalam ruangan itu hanya tinggal keluarga dan kerabat jauh sang mempelai ,mereka masih asyik berbincang bincang sebab jarang jarang mereka bisa berkumpul dan saling melepas rindu disebabkan mereka semua tinggal diluar kota.

Karena Tiya sudah sangat lelah diapun berpamitan pada semua untuk kembali kekamar pengantin.Tiya membuka pintu kamar dan merasa takjub dengan dekorasi kamar pengantinya.

Tiya tersipu sendiri membayangkan sebentar lagi ia dan Suaminya akan tidur diranjang yang sama dan dipenuhi kelopak mawar merah,dan Tiyapun tak berani membayangkan hal apa yang selanjutnya akan terjadi.

Tiyapun buru buru masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket dan tidak karuan rasanya karena lelah,setelah mengambil air wudu Tiyapun keluar dengan handuk yang melilit badannya.

Karena terburu buru Tiya lupa membawa baju gantinya,

Tiya terperanjat melihat suaminya yang sudah terbaring terlentang dikamar tidur dengan mata terpejam,

bukannya Rezza tak tau kalau Tiya keluar dari kamar mandi,Rezza sengaja pura pura tidur guna menghindari bertegur sapa dengan Tiya,

Rezza merasa malas dan sedang tidak bersemangat meladeni Tiya, hatinya sedang kalut,

Rezza merasa sangat bersalah kepada Amelia.

Pelan pelan Tiya berjalan untuk mengambil baju dalam kopernya, lalu diapun masuk kekamar mandi lagi untuk berganti.

Diatas tempat tidur pikiran Rezza menerawang ,terbayang pada kejadian tadi diruang Resepsi.

Setelah Tiya pamit kembali kekamar buru buru Rezza menghampiri Amelia yang sedang duduk diujung ruangan yang agak gelap menangis dalam kekecewaan yang teramat dalam.

Kemudian Rezza menghampiri Amelia, dan Rezzapun memeluk tubuh langsing kekasihnya itu dengan erat.

"sayang maafkan aku ya..", "aku bersalah padamu",

"Ibuku memaksaku menikah dengan Tiya"

"berkali kali aku sudah menolaknya tapi Ibu mengancamku"

" aku tidak akan diakui sebagai anak dan namaku akan dicoret dari ahli waris keluarga kalo aku tak menerima perjodohan ini",

"sayang".

"Aku tidak mau hal itu terjadi",

"aku janji jika harta warisan ibu sudah diserahkan kepadaku"

"pasti Tiya aku ceraikan"

"aku tak mencintainya sama sekali",

"aku hanya cinta sama kamu sayang.."

"aku mohon maafkan aku ya..sayang"

Rezza mengiba pada Amelia, hati Rezza bagai disayat sayat pisau melihat kekasih yang sangat dia cintai terluka hatinya karena penghianatan Rezza.

"sudahlah mas"

"sudah ratusan kali kamu mengatakan itu padaku"

"aku kecewa sama kamu mas"

"kenapa kamu tidak meyakinkan ibumu?",

"kenapa kamu tidak mau menceritakan hubungan kita kepada ibumu mas?",

"kenapa kamu tidak mau mengatakan pada ibumu kalau akulah wanita yang kamu cintai?",

"bukan Tiya wanita perebut itu"

sambil terisak isak Ameliya mengungkapkan semua rasa kemarahannya.

"aku akan pergi jauh darimu mas"

"aku benci kalian semua"

"aku benci kalian semua..."

sambil menangis Amelia mendorong tubuh Rezza yang memelukknya dan Amelpun lari keluar dari ruangan itu,

Rezza ingin sekali mengejar Amelia, namun dari belakang bu Sanusi memanggilnya.

"Rezza mau kemana kamu, buru buru begitu?"

tanya bu sanusi heran.

"itu pakdemu sama budemu pengin ngobrol sama kamu,mereka masih kangen denganmu Zaa"

"mereka jauh jauh datang kesini pengin berbagi kebahagiaan denganmu Zaa!" ucap bu Sanusi.

Rezzapun melangkah gontai tanpa semangat mengikuti langkah ibunya dari belakang,tanpa berkata sepatah katapun.

"Zaa kamu kenapa kok lemes gitu?" tanya bude Heru

"Capek bude.." jawab Rezza singkat tanpa semangat,

"Ooohhh...pakde kira kamu lagi patah hati le(sebutan untuk anak laki laki dijawa)"

"wong mukamu mbok tekuk koyo koran bekas gitu lho(orang mukamu kamu tekuk kayak koran bekas gitu lho)..hee...hee...he..."

goda pakde heru pada Rezza.

"Wwee..lha,kamu ini pie to mas, sak karepmu dewe wae nik ngomong(kamu ini gimana to mas,seenakmu sendiri kalo ngomong)"

"wong keponakkanmu itukan baru aja dadi manten kok wes patah hati(orang keponakanmu itu baru saja menikah kok sudah patah hati),ngawur wae to koe(kamu) kui(itu) mas"

sanggah bude Heru.

" Iyo aku tau nik kui bune(iya aku tau kalo itu bu)",

"Rezza patah hatine kui(itu),mergo(sebab) ditinggal istrinya kembali kekamare ngono(gitu) lho bune,maksudku"

"pie to koe kui bune..kok ra mudeng(gimana to kamu itu bu..kok nggak ngerti), he he he "

Pakde Heru berucap sambil menepuk nepuk bahu Rezza seolah memahami apa yang ada dibenak Rezza.

Rezza hanya tersenyum terpaksa tanpa berkata sepatah katapun.

"Ya sudah kamu nyusul istrimu sana saja",

"nik capek estirahar wae le( kalo capek istirahat saja le)".

"njih pakde(iya pakde)" jawan Rezza singkat,

Dengan malas Rezza melangkah kakinya menuju kamar pengantinya.

Sesampainya dikamar, Rezzapun membantingkan tubuhnya ketempat tidur dengan kasar,

tak lama kemudian Rezza mendengar pintu kamar mandi terbuka

"ceklik"

namun Rezza pura pura tertidur.

Tiya keluar kamar mandi dengan berbalut handuk untuk menutupi tubuhnya,sebab dia lupa membawa baju gantinya tadi saat masuk kekamar mandi.

Tiya melihat kearah suaminya yang tidur terlentang,

dengan pelan Tiya menghampiri suaminya ,

Tiya mulai membuka sepatu dan kaus kaki suaminya dengan pelan,kemudian menyelimuti tubuh suaminya.

setelah itu Tiyapun mengambil baju gantinya lalu masuk kembali kekamar mandi,selesai berganti baju Tiya menunaikan ibadah sholat isya' yang belum ia kerjakan.

SURAT PERJANJIAN

Setelah menunaikan kewajiban nya kepada sang pencipta Tiyapun bergegas membaringkan tubuhnya yang terasa lelah disamping Rezza suaminya.

Tiya menatap Rezza dengan penuh kekaguman dan kelembutan,

" sungguh tampan kamu mas",

"semoga kamu menjadi imamku hingga ajal menjemputku ya mas"gumam Tiya namun masih bisa didengar jelas oleh Rezza.

Karena sudah terlalu lelah Tiyapun terlelap dalam tidurnya.

berbeda dengan Rezza yang sedari tadi hanya pura-pura tidur,lalu diapun berkata dengan pelan,

"mimpi aja kamu Tiya",

"siapa juga yang ingin bersamamu sampai kamu mati".

"gue mau kawin sama kamu tu sebab terpaksa,bukan karena cinta" gumam Rezza pelan penuh kebencian pada wanita yang baru dinikahinya beberapa jam yang lalu.

Tentu saja Artiya tak menderangnya, sebab dia sudah dibuai alam mimpi indahnya.

Kemudian Rezzapun beranjak bangun dari tidurnya lalu berpindah tidur disofa.

Azan subuh telah berkumandang,Tiyapun bergegas bangun untuk mengambil air wudu.

Setelah mengambil air wudu Tiya baru sadar kalau suaminya berpindah tidur kesofa,

Tiyapun menghampiri suaminya untuk membangunkannya dan mengajak menunaikan sholat subuh bersama.

"mas...mas Rezza.."

"bangun mas"

"udah waktunya subuh ni", "ayo kota sholat bareng"

"mas...mas Rezza..."

Tiyapun berusaha membangunkan suaminya berkali kali,

dengan lembut Tiya mengusap usap rambut suaminya supaya bangun,namun Rezzapun tak bergeming sedikitpun dari tidurnya.

"pasti kamu sangat lelah ya mas" ucap Tiya lembut,

"ya sudah aku subuh duluan ya...nanti aku bangunkan lagi"

kemudian Tiya menunaikan sholat subuh sendiri.Diatas sofa Rezza membuka matanya,dia melihat Tiya sedang khusyuk bersimpuh diatas sajadahnya.

Sewaktu dibangunkan Tiya tadi bunkanya Rezza tak bisa bangun tapi Rezza lebih merasa malas mengikuti keinginan Tiya untuk sholat bersama.

Kemudian Rezza bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri,cepat cepat Rezza menyelesaikan mandinya dan ingin segera keluar dari kamar hotel yang suasananya sangat membosankan bagi Rezza.

Keluar kamar mandi Rezza melihat Tiya sedang membereskan tempat tidur,

"sudah selesai mas?"tanya Tiya ramah,

"eeemmm" jawab Rezza enggan dan dingin.

"tadi ibu kesini mas,nyuruh kita turun untuk sarapan bersama",

"soalnya para kerabat akan segera pulang kekota masing masing mas, setelah sarapan" ucap Tiya pada suaminya ,

" mandi sana!",aku mau turun dulu" ketus Rezza kepada istrinya.

"Iya mas",Tiya menjawab dengan nada lembut,

"mas turun dulu aja nggak enak sama semua kalau kelamaan" lanjut Tiya sambil tersenyum kearah suaminya.

"mangkanya buruan mandi sono!,banyak omong kamu!"ketus Rezza pada istrinya.

Tanpa menunggu jawaban dari istrinya Rezzapun bergegas keluar kamar.Tiya tak mengambil hati atas sikap suaminya yang berkata dengan kasar barusan,

Tiyapun bergegas mandi dan berpakaian, tak lupa Tiya mengenakan kerudungnya,cepat-cepat Tiya turun dan bergabung dengan keluarga suaminya untuk sarapan.

" lhaaaaa....ini yang ditunggu-tunggu dari tadi udah muncul" ucap salah seorang kerabat,

dengan malu-malu Tiya menghampiri para kerabat yang sudah duduk dimeja masing masing untuk sarapan bersama,

"ngapunten pakde nunggu lama njih?"(maaf pakde sudah menunggu lama ya?)"tanya Tiya,

"ra po-po nduk(ndak pa pa nduk)",

"kami maklum kamu itukan manten(pengantin) anyar(baru)",

"mesti, pengin berdua-duaan terus he he he ,"

"nggak mau terganggu sama kami,mangkanya kami mau cepet-cepet pulang"

" ben(supaya)) kalian punya waktu berdua duaan"

" he he he "

"ben ndang bati nduk(supaya cepet isi nduk) " ucap pakde Heru yang membuat tawa semua orang disana.

Seketika pipi Tiya dan Rezza bersemu merah,mereka merasa malu sebab semua orang pasti mendengar kata kata dari pakde Heru barusan,

" pakde ini ngomong apa" sahut Rezza kesal.

" sudah sudah jangan bikin pengantin baru kita tersipu sipu lagi",

"ayo ndang(segera) sarapan wes(sudah) lapar aku" ucap bude Heru menyudahi.

Setelah sarapan selesai kemudian berbincang bincang sebentar, para kerabatpun berpamitan satu persatu untuk pulang kekota masing-masing,

tinggallah Bu Sanusi, Rezza,Artiya,Pakde dan bude Sudiman.

"Zaa...Tiya... ibu,sama pakde dan budemu juga maupulang dulu",

"kalian sudah ibu cek inkan menginap sampai besuk"

" supaya kalian ada waktu untuk berdua",

"yang rukun",

"ajak jalan jalan istrimu Zaa.."perintah bu Sanusi pada putranya,

"jangan dikamar terus nanti ndak bosan"lanjut bu Sanusi,

Sesaat kemudian bu Suriyah memanggil keponakannya untuk memberi nasehat,

"Nduk Tiya sini"

"njih(iya) bude" jawab tiya.

"nduk sekarang koe(kamu) sudah jadi seorang istri"

"layani suamimu dengan ikhlas,dengan sabar,dan lembut yo nduk",

"kalau suamimu lagi marah koe(kamu) kudu(harus) ngalah",

"jaga sikap dan perilakumu terhadap suami dan mertuamu yo nduk"

,"mertuamu itu sangat menyayangimu" "jangan kecewakan dia, anggap bu Sanusi itu ibumu sendiri yo nduk",

"baik baik jaga dirimu ya nduk",

"sekarang kamu sudah ada yang melindungi dan menjagamu"

" bude sama pakde sangat bersyukur dan bahagia nduk,kamu bisa mendapaikan keluarga baru yang sangat menyayangimu dan menerimamu apa adanya"

ucap bu Suriyah dengan mata berkaca kacah,

"njih(iya) bude",

"Tiya ucapkan terimakasih sekali pada bude dan pakde yang sudah membesarkan Tiya dengan penuh kasih sayang seperti orang tua kandung Tiya sendiri",

"maafkan Tiya yang belum bisa membalas jasa jasa pakde dan bude selama ini",

" Tiya juga mau minta maaf jika selama ini Tiya menjadi beban bagi pakde dan bude",

"Tiya hanya bisa mendo'akan pakde dan bude", " semoga Allah selalu memberi kesehatan,dan kebahagiaan untuk pakde dan bude"

dengan terbata bata Tiyapun berkata sambil menahan tangis.

"Aamiin"

sahut pakde Sudiman terharu.ùu

"sudah semestinya kami merawatmu nduk,setelah kedua otang tuamu meninggal", "kamu jadi tanggung jawab kami, sebab kami adalah walimu",

"uwis(sudah)...uwis(sudah)...jangan tangis..tangisan lagi..."

ini hari bahagianyamu dan nak Rezza jangan dibikin sedih..sedihan lagi "

"pakde do'akan semoga kalian jadi keluarga yang sakinah,mawadah dan warahmah yo nduk"

"pakde sama bude pamit dulu,jaga diri kalian baik baik yo nduk"

sambung pak sudiman.

Setelah bu Sanusi,bu Suriyah dan pak Sudiman pergi Tiya dan Rezza kembali kekamar hoteh.

(didalam kamar)

"aku pengin ngomong sama kamu "

"ngomong aja mas,ada apa?"

"denger baik baik,sebenernya aku mau dijodohkan sama kamu tu sebab aku diancam sama ibuku",

Mata Tiya terbelalak mendeñgar ucapan suaminya itu,

"aku sama sekali nggak cinta sama kamu",

"sebenarnya aku sudah punya pacar yang sangat aku cintai", "dia lebih baik dari pada kamu dipandang darisudut manapun", kata Rezza sinis sambil melihat Tiya dari bawah keatas,

"dan kamipun sebenarnya berencana mau bertunangan"

" tapi ibu tak merestui kami"

walopun ibu tau hubungan kami ibu malah menjodohkanku denganmu",

"sekarang dia sangat kecewa dan terluka sebab aku nikahnya sama kamu"

"jadi setelah kita pulang besuk aku mau kamu menandatangani surat perjanjian yang sudah aku siapkan untukmu"

"setelah enam bulan pernikahan aku akan menceraikanmu",

"jangan kawatir aku juga tidak akan menyentuhmu sedikitpun", "kamu itu bukan seleraku", " ngerti kamu",kata kata Rezza penuh penekanan.

"dan setelah kita cerai aku akan memberimu uang tunjangan yang banyak"

" dengan uang itu kamu bisa membeli rumah ataupun membuka usaha", "terserah apa yang mau kamu lakukan"

" aku tak akan mengecewakanmu mengenai jumlahnya", ucap Rezza penuh percaya diri,

takperlu lagi hidup susah kayak kemaren kemaren",

"kamu bisa beli baju baru yang bagus", "kamu juga bisa merawat diri kamu kesalon"

"pokoknya kamu bisa lakukan apapun sesukamu aku juga tak akan perduli",

"asal kamu mau tanda tangani surat perjanjian itu hidupmu bakalan senang " lanjut Rezza dengan sombongnya,

ya sudah aku mau keluar", " jangan harap aku kembali malam ini", " aku tidur diluar"

"Besuk pagi aku akan kesini langsung menjemputmu untuk pulang kerumah"

"ingat perjanjian ini hanya antara kau dan aku",

"jangan pernah menceritakan jerjanjian ini pada siapapun terutama pada ibuku ataupun keluargamu"

"ingat...itu...kalau ibuku ataupun keluargamu sampai tau tentang hal ini",

"aku pastikan kau akan menerima akibatnya dan pastinya aku akan membencimu seumur hidupku " ancam Rezza dingin,

"ngerti kamu"

Rezzapun berlalu keluar kamar hotel tanpa menghiraukan Tiya yang seperti patung dengan pandangan nanar.

Bagai tersambar petir disiang bolo Artiya mendengar kata kata suaminya barusan,lidah Tiya terasa kelu,airmata Tiya meluncur tanpa bisa dihentikan,hatinya terasa sakit dan pedih mendengar pengakuan suaminya barusan.

Sepanjang hari hingga malam Tiya hanya bisa menangis dan menangis, mengingat kata kata yang terucap dari mulut suaminya sendiri,yang semula ia anggap seperti dewa dari yunani itu,yang ia cintai sedari Tiya masih diSMP itu.

Tiyapun tak menyangka, dibalik ketampanan wajah Rezza dan kesempurnaan fisiknya tersimpan kata kata berbisa untuk dirinya,

orang yang selama ini Tiya kagumi dan cintai ternyata membencinya.

Tiya baru sadar sedari kemarin suaminya bersikap dingin dan acuh tak acuh padanya adalah sebab suaminya membencinya.

Jangankan membalas perasaan yang ia pendam selama ini, ternyata orang yang sudah resmi sebagai suaminya itu justru membencinya,sangat membencinya.

Hanya diwaktu sholat saja Tiya bangun untuk menunaikan ibadah,diakir sholatnya Tiyapun menumpahkan segala keluh kesah yang ia rasakan kepada sang Pencipta,

Tiya memohon agar diberi kesabaran atas ujian yang Allah berikan padanya.

Yang Tiya bisa saat ini hanyalah menangis sambil beristigfar berkali kali, hingga Tiya merasa lelah kemudiam terlelap diatas sajadahnya.

Jam 4.25menit terdengar suara azan subuh,Tiyapun terbangun dari atas sajadahnya,

Tiya masih mengenakan mukena kemudian dia melepasnya dan mengambil air wudu untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

Setelah sholat dan berdo'a Tiya melanjutkan untuk mengaji supaya hatinya merasa tenang dan iklas.

Tanpa Tiya sadari ada seseorang yang masuk kedalam kamar kemudian duduk menunggu Tiya selesai mengaji.

Tentu saja orang itu adalah Rezza, suami Artiya yang baru kemaren siang meluncurkan kata kata seperti bom bardir yang meluluh lantahkan hati seorang Artiya.

PULANG KERUMAH MERTUA

"Sudah selesai?" tanya Rezza,

"sudah" jawab Tiya singkat

"sudah sarapan?"

"belum"

" mau makan apa?"

" nggak usah,ayo pulang sekarang" jawab Tiya pelan

Sekilas Rezza menatap wajah Tiya,terlihat mata Tiya bengkak,kemudian Rezzapun bertanya kepada Tiya "kamu nggak pa-pa?"

" nggak"jawab Tiya singkat

Rezza sedikit merasa bersalah kepada Tiya,kemudian Rezzapun membantu Tiya membawa koper koper mereka menuju mobil Rezza yang berada diparkiran, kemudian memasukkannya kebagasi mobil.

didalam mobil

" bener nggak mau sarapan dulu?"tanya Rezza kembali sambil fokus menyetir

lama... Tiya terdiam dan tak kunjung menjawab pertanyaan Rezza,

Rezzapun memberanikan diri untuk menoleh kesamping kiri,

ternyata Tiya melihat kearah jendela mobil sambil termenung,

seketika Rezza nenepikan mobilnya dan kembali bertanya

"Tiya kamu mau sarapan apa?" berkali kali Rezza bertanya namun tetap tak ada jawaban,

kemudian Rezza menggoyang goyangkan bahu Tiya hingga Tiya terlonjak kaget

"iya....kenapa mas?" sepontan Tiya bertanya

"aku tanya sedari tadi kamu nggak denger ya?"ucap Rezza kesal

"nggak tu" jawab Tiya lesu

" aku tanya kamu mau sarapan apa?"

"ooohhh....tadikan udah aku bilang nggak usah,kita langsung pulang aja".

Rezzapun kembali mengemudikan mobilnya dengan cepat sebab merasa kesal dengan sikap Tiya yang acuh tak acuh padanya.

Suasana dalam mobil hening kembali hingga takterasa merekapun sampai dihalaman rumah ibunya Rezza.

Sebelum keluar mobil Rezza mengingatkan Tiya untuk bersikap biasa biasa saja,jangan sampai bu Sanusi melihat keanehan antara mereka berdua,

Rezza juga meminta Tiya untuk berakting bahagia seperti layaknya pengantin baru dihadapan bu Sanusi,karena bu Sanusi punya riwayat penyakit jantung.

Rezza tak mau ibunya terkena serangan jantung jika melihat ataupun mendengar kenyataan pernikahan yang dijalani anak dan menantunya hanyalah akting belaka.

Didepan pintu, Rezza dan Tiya sudah disambut bahagia oleh bu Sanusi

" jam segini kok dah nyampe?kenapa nggak jalan jalan dulu?"

"sudah makan belum?" ,"gimana malam pertama kalian?", "ibu sudah nggak sabar menimang cucu lagi", "ibu kesepian dirumah ini.." ucap bu sanusi tanpa henti.

"ibukan sudah punya 2 cucu si Ivan sama Laura" jawab Rezza malas,

"merekakan diBelanda",

"wong bapaknya wong londo",

"lagian mereka jarang dibawa pulang sama mbakyumu", "kamu nikah aja mbakyumu nggak bisa pulang kebangetan tenan ".

"Rezza sama Tiya belum sempet sarapan bu"

ucap Rezza mengalihkan topik pembicaraan ibunya.

"weellaaa...wong nginepnya aja dihotel kok jam segini belum sarapan pie to Zaa"

" iki hampir masuk solat zuhur lho..."

"kamu itu kebangetan Rezza,emang kamu nggak punya duit buat beliin istrimu makanan", "pasti duitmu itu habis diporotin sama anak manja itu"

bu sanusi mengomeli anak,tak sadar keceplosan dalam kata katanya,

seketika bu Sanusi menutup mulutnya

" ibu siapin makanan yang enak untuk kalian", "biar koper koper kalian dinaikkan kekamar sama mbok Sugi".

Dimeja makan Tiya sebenarnya tak berselera makan hatinya sungguh sakit mengingat kenyataan bahwa suami yang ia cintai secara diam diam sedari Tiya SMP ternyata tak memiliki sedikitpun rasa cinta kepada Tiya justru suaminya membencinya,

bahkan suami yang ia nikahi berkata blak blakan jika dia telah memiliki seseorang yang dicintainya yang lebih baik darinya,

tanpa mempertimbanngkan perasaan Tiya.

Namun karena dia menghargai usaha ibu mertuanya ,Tiya menghabiskan makanan yang diambil bu Sanusi untukknya.

Rezza makan dengan lahapnya sebab dia melewatkan sarapanya karena Tiya menolak untuk sarapan tadi.

Tiya dan Rezza bertemu sewaktu Tiya masih duduk dibangku SMP sedang Rezza sudah duduk dibangku SMU,usia mereka terpaut lima taun.

Dulu sewaktu masih sekolah mereka sering bertemu,

sebab mereka sering mengantar bu Sanusi berkunjung kerumah bu Suriyah,begitupun sebaliknya.

Bu Sanusi dan bu Suriyah adalah teman baik sedari mereka muda,jadi mereka tetap menjaga tali silaturahmi hingga saat ini.

Tiya cenderung anak pendiam dan pemalu,berbeda dengan anak kandung bu Suriyah yaitu Ameliya, Amel anak yang ceria,centil,manja,kekinian dan gaul.

Amel selalu menomersatukan penampilan sehingga dia menjadi anak yang terlihat menyenangkan,

hal itupun membuat Amel menjadi anak yang malas mengerjakan pekerjaan rumah,seperti memasak, nyuci baju,mengepel menurut Amel pekerjaan pekerjaan seperti itu adalah pekerjaan yang membosankan dan sama sekali tidak menyenangkan.

Sifat amel sungguh bertolak belakang dengan Tiya.

Awalnya bu Suriyah ingin menjodohkan Amel dengan Rezza namun ternyata bu Sanusi lebih memilih Tiya yang rajin,kalem dan ndak neko neko.

Karena bu Sanusi lebih memilih Tiya,bu Suriyahpun tidak masalah karena bu Suriyah menyayangi Tiya seperti anaknya sendiri.

Dibandingkan dengan Amel, Tiya lebih rajin membantu semua pekerjaan bu Suriyah dan pak Sudiman.

Dulu sewaktu Rezza masih dibangku SMU Rezza menganggap Amel masih anak-anak,ya waktu itu Amel masih dibangku SD.

Setelah Rezza lulus Rezza melanjutkan kuliahnya diBelanda mengikuti kakaknya yang sudah menetap disana,setiap liburan Rezza pulang keIndonesia untuk melepas rindu pada ibunya.

Sewaktu liburan bu Sanusi sering mengajak Rezza berkunjung kerumah bu Suriyah tujuanya untuk mempererat talisilaturahim dua sahabat itu,diwaktu itulah Rezza bertemu kembali dengan Tiya maupun Amel.

Rezza terpesona dengan perubahan Amel yang semakin cantik dan menyenangkan,

Amelpun sama terpesonanya dengan ketampanan Rezza yang rupawan dan memiliki fisik yang lumayan tinggi terlihat sungguh gagah.

Disisi lain Tiyapun mengagumi kesempurnaan seorang Rezza yang begitu sopan dan mulai menyimpan rasa cintanya untuk Rezza.

Bu Sanusi sedang asyik mengobrol dengan bu Suriyah,diteras rumah Rezza dan Amelpun sedang asyik bersenda gurau,sedang Tiya hanya duduk terdiam mendengar percakapan mereka seolah olah Tiya hanyalah figuran.

Sebelum pulang Rezza dan Amel sempat bertukar nomer telpun,begitulah hubungan Amel dan Rezza berlanjut hingga Rezza kembali keBelanda untuk menyelesaikan pendidikannya.

**** ******* ****

Selesai makan dan membantu mbok sugi membereskan meja makan Tiya meminta ijin untuk istirahat dikamar,

sedangkan Rezza masih duduk dimeja makan menemani ibunya.

" Za kok ibu lihat istrimu itu nggak berseri seri layaknya pengantin baru?"tanya bu sanusi curiga,

Rezza agak tegang, mendengar pertanyaan dari ibunya yang sangat peka,

sama sekali tak menyangka ibunya akan menyadari keadaan Artiya,

" mungkin karena kecapekan bu" jawab Rezza sekenanya,

"apa kamu tak membiarkannya istrimu tidur semalem Zaa?"

,"kebangetan kamu", "ibu memang pengin istrimu itu cepet cepet hamil tapi ya jangan lembur sampai pagi gitu dong",

"mentang mentang masih baru main giling aja kayak mesin", "kan kasihan istrimu kecapekan",

"dasar anak muda jaman sekarang",

"nggak ada peka pekanya", "udah tau rasanya terus kebablasan".omel bu Sanusi panjang lebar pada anakknya.

"Siapa juga yang lembur to bu",

"ibu ini ada ada aja ngomongnya"jawab Rezza kesal,

Rezzapun malas mendengarkan omelan dari ibunya.

Kemudian Rezza bangun dari duduknya berpindah keruang tengah sambil mengotak atik hpnya mengirim pesan singkat kepada sahabatnya.

"Bu aku mau keluar sebentar ya mau kerumah teman" Rezza meminta ijin pada ibunya.

" harusnya yang dateng kerumah itu teman tamanmu Zaa", "wong kamu baru kemaren nikah lho",

"masak kamu yang pergi kerumah temanmu ",

"istrimu itu lho ditemani diajak ngobrol soal masa depan kalian",

"kok malah mau pergi", "pie to kamu ini Za!" omel bu Sanusi pada putranya.

"ada urusan penting bu",

"nggak bisa ditunda lagi"jawab Rezza sambil berlalu.

"Ya sudah jangan lama lama,cepet pulang"

Didalam kamar Tiya duduk bersandar sambil termenung,memikirkan kata kata suaminya kemarin.Tiya bertanya tanya dalam hati siapa wanita yang sudah mengisi hati suaminya,

kenapa nasipnya malang sekali,cintanya ternyata bertèpuk sebelah tangan,bagaimana Tiya akan menjelaskan keapa pakde dan budenya nanti jika Tiya bercerai setelah enam bulan pernikahan,

pasti keluarganya akan menanggun malu.airmata Tiyapun mengalir tampa bisa dibendung mengingat wajah tua pakde Sudiman dan bude Suriyah,

baru kemarin mereka mewanti wanti kepada Tiya agar menjadi istri yang baik untuk suaminya.

Tiya merasa sangat pening jika mengingat semua itu.Dalam tangisnya Tiyapun beristigfar memohon diberi kelapangan hati dan memohon supaya hati suaminya dibalikkan oleh Allah,dari benci menjadi cinta.

Entah sebab lelah atau apa Tiyapun tertidur sambil duduk bersandar disofa kamar Rezza.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!