NovelToon NovelToon

MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Pernyataan Cinta

"Aku mencintaimu! Entah sejak kapan rasa itu tumbuh di dalam hatiku. Aku merasa segala hal terasa begtu indah saat bersamamu. Jadi, maukah kau menjadi pelengkap hari-hari indahku?" ucap seorang pemuda tampan seraya menyodorkan sebuah bucket bunga ditangannya.

"Ya, aku mau!" jawab suara lantang seorang gadis muda dengan tersenyum manis.

Sontak pemuda itu menoleh ke belakang. "Keyra...! Kebetulan sekali kau ada di sini", katanya seraya mendekati Keyra. "Menurutmu, bagaimana caraku menyatakan cinta barusan? Kira-kira Diandra akan menerimaku, nggak?" tanya Dirga, pria yang telah disukai oleh Keyra sejak usia 10 tahun itu.

Sementara Keyra termangu mendengar perkataan Dirga barusan Jadi selama ini kak Dirga menyukai Diandra? batin Keyra.

"Bagaimana Kei?" desak Dirga.

"Um, bagus kak! Kei yakin Diandra pasti langsung menerima pernyataan cinta kakak", sahut Keyra dengan tersenyum, namun siapa sangka di balik sorot matanya menyimpan kesedihan yang amat dalam. 'Kalau gitu Kei pamit ya kak. Masih ada mata kuliah yang harus Kei ikuti pagi ini", lanjutnya seraya berlari kencang ke sembarang arah.

"Eh, tunggu Kei - !" Dirga terpaksa menghentikan ucapannya, karena Keyra sudah jauh dari jangkauan matanya, "Kayaknya ada yang aneh dengan Keyra hari ini", katanya bergumam dengan mengkerutkan kening.

*-*

Brukk

"Aww..." ringis Keyra seraya mengusap jidatnya. Lalu dia mendongak, menatap pria bertubuh tinggi yang telah menghalangi jalannya.

"KAU!" kesal Keyra pada pria tampan yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

"Pantesan dari tadi bulu kudukku serasa merinding. Ternyata habis kena seruduk makhluk jadi-jadian!" keluh Albian, pria yang menjadi rival Keyra itu sejak duduk di bangku kelas 2 SMA.

"Kau yang makhluk jadi-jadian!" balas Keyra dengan tatapan penuh kebencian. "Aku bahkan terkena sial, setiap ketemu makhluk astral sepertimu!"

"Coba lihat sekelilingmu!" titah Albian seraya memutar paksa kepala Keyra.

"Jangan pegang-pegang!" berontak Keyra dengan mencoba menepis tangan Albian. Namun Keyra gagal melakukannya. Dia pun terpaksa menuruti ucapan Albian dan memperhatikan sekelilingnya. Eh, dia benar! Kenapa aku bisa sampai ke fakultas kedokteran? tanya Keyra dalam batin.

"Masih mengelak?" sergah Albian dengan sedikit mencondongkan tubuhnya.

"Emangnya kenapa kalau aku datang ke sini? Toh penghuni fakultas kedokteran bukan cuma kamu doang!" ketus Keyra seraya menatap tajam Albian.

Tatapan mereka pun saling mengunci, namun bukan tatapan penuh cinta, melainkan tatapan kebencian.

"Apa kau terpesona dengan ketampananku?"

"Cuih, tak sudi!" cibir Keyra. Lalu dia berlari kencang meninggalkan Albian.

Albian menatap gadis mungil yang sedang berlari semakin jauh itu dengan muka cengo. Tanpa dia sadari sudut bibirnya mulai tertarik ke atas hingga membentuk senyuman tipis, namun masih terlihat jelas.

"Apa kau menyukainya, Al?" tanya Rudy, sahabat Albian yang sedari tadi berdiri tepat disampingnya.

Sontak Albian mengalihkan pandangannya. "Jangan asal bicara! Dia itu musuh bebuyutanku!"

"Aku tidak asal bicara, Al! Hampir setiap hari aku menyaksikan kalian bertengkar. Jadi, aku bisa lihat sendiri, bagaimana caramu menatapnya. Lebih baik kau jujur dengan perasaanmu!" sergah Rudy seraya menoleh pada Albian. "Aku lihat-lihat kalian itu cocok juga."

"Aku rasa kau perlu memeriksakan diri ke spesialis mata!" kesal Albian seraya beranjak dari posisinya berdiri.

Rudy termangu kala mendengar jawaban Albian. "Al, tunggu aku!" seru Rudy dengan mengejar langkah Albian. "Al. Apa hubungan kalian memang tidak bisa diperbaiki lagi?" tanyanya sesaat setelah langkahnya sejajar dengan Albian.

"Bisa! Asalkan dia memohon maaf dariku!"

Rudy menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya membayangkan wajah garang Keyra. "Itu sama saja dengan kata mustahil", gumamnya bergidik ngeri.

Tanpa mereka sadari ada sepasang iris coklat yang menatap kepergian Albian dan Rudy dengan tatapan penuh arti.

*-*

20 menit kemudian.

Di koridor kampus, Keyra berjalan seraya menatap seorang wanita yang datang dari arah berlawanan.

Wanita itu bergegas menghampiri Keyra. "Kei!" sapanya dengan tersenyum menampilkan gigi gingsulnya.

"Oh, hai Diandra?" sahut Keyra malas, namun dia tetap memaksakan senyumannya.

"Baru saja aku mau mendatangi kelasmu", lanjut Diandra seraya menghela nafas panjang.

Keyra mengernyitkan keningnya, menatap saudara sepupunya itu yang jarang sekali mencarinya di kelas. "Ada perlu apa?"

"Kak Dirga mengajakku ketemuan!" seru Diandra girang seraya menggenggam tangan Keyra, namun Keyra tidak menunjukkan reaksi apapun. "Mungkin menurutmu ini hal biasa. Tapi menurutku ini sangat spesial, karena kak Dirga memintaku datang seorang diri", lanjut Diandra yang tiada henti berbicara dengan ceria.

Tahan Kei, tahan! Ucap Keyra dalam batin. Lalu dia berusaha tersenyum seraya berkata, "Kalau begitu pergilah! Jangan biarkan kak Dirga menunggu lama!" balas Keyra sambil menyentak lembut genggaman tangan Diandra. "Maaf aku masih ada urusan!" katanya dengan buru-buru pergi.

"Kei, tunggu dulu! Kei - !" teriak Diandra kencang, namun Keyra mengabaikannya. Dianda hanya bisa menatap punggung Keyra yang hampir tak terlihat itu dengan tatapan dingin. Lalu dia bergegas pergi menemui Dirga.

Sementara Keyra sudah sampai di ujung lorong kampus. Dia terus berjalan dengan mulut komat kamit dan raut muka murung. "Dia pasti sengaja!" keluh Keyra dengan nada kesal. Keyra belum bisa menerima kenyataan, pria yang dia sukai malah menyukai sepupunya sendiri. "Kenapa hari ini begitu sial sih? Arrgggh!" pekik Keyra seraya mengacak kasar rambutnya.

"Mungkin pagi tadi kau belum mandi!" sela suara pria yang tak asing lagi bagi Keyra..

Namun Keyra tidak marah mendengar perkataan Albian barusan. Dia malah berpura-pura bingung sambil celingak celinguk, seolah sedang mencari sesuatu disekitarnya. "Ada suaranya, tapi tidak ada wujudnya! Ah, sial! Apa makhluk astral sekarang sangat berkembang baik di kampus ini ya?" lanjut Keyra dengan bergidik ngeri.

Pletak.

"Aww... " ringis Keyra seraya memegang jidatnya.

"Sekarang, apa masih belum kelihatan wujudnya?" tanya Albian dengan bersedekap.

Keyra mengusap jidatnya yang sebenarnya tidak sakit. "Lebih baik aku segera pergi!" katanya seraya berbalik badan.

Albian gegas menarik tali tas Keyra, hingga menahan bobot tubuh gadis mungil itu.

"Hei, lepaskan!" teriak Keyra dengan emosi.

"Aku punya nama!"

"Siapapun di sana, aku tidak pernah mengganggu kalian, jadi tolong jangan ganggu aku ya", mohon Keyra dengan mengatupkan kedua tangannya.

Albian semakin jengah melihat sikap Keyra. Dia gegas melepaskan tali tas Keyra dan pergi begitu saja, tanpa mengatakan apapun pada Keyra.

"Tumben ngalah", gumam Keyra dengan tatapan curiga. "Tapi bagus deh, nggak ada pengganggu", lanjutnya seraya mengayunkan langkahnya.

*-*

Setelah 20 menit dalam perjalanan pulang, akhirnya Keyra tiba di rumah.

"Putri cantik mama sudah pulang", ucap Vivi, ibunya Keyra seraya berjalan mendekatinya.

"Iya, ma. Hari ini cukup melelahkan."

"Kenapa sayang?"

"Pokoknya hari ini Kei bete banget!"

"Kalau gitu kamu pergi ganti baju dulu. Setelah itu kita makan siang bareng, ada yang mau mama dan papa omongin sama kamu."

Keyra mengernyitkan keningnya, menatap curiga pada ekspresi serius sang ibu. "Hubungan papa dan mama baik-baik saja kan?"

"Hus, kamu ini ya!" sahut Vivi seraya mencubit gemas hidung Keyra.

"Abis, kata-kata mama mencurigakan", protes Keyra.

"Sekarang kamu pergi ganti baju dulu!"

"Iya, siap ma!" sahut Keyra dengan tersenyum. Lalu dia buru-buru mengayunkan langkahnya menuju lantai 2.

Dijodohkan

"Apa?" pekik Keyra seraya bangkit dari tempat duduknya. Keyra serasa tidak percaya dengan perkataan sang ibu, yang baru saja dia dengar.

Vivi gegas menarik tangan Keyra seraya berkata dengan lembut, "Duduk dulu, sayang."

Keyra terpaksa menuruti ucapan sang ibu. Dia pun duduk dengan gelisah.

"Mama tahu kalau pernikahan ini sangat tiba-tiba, tapi kami tidak punya pilihan lain sayang. Keluarga kita telah berhutang budi pada mereka."

"Jadi hanya karna balas budi, ma? Tidak bisakah kita membalasnya dengan hal yang setimpal?"

"Apa kamu pikir segampang itu, nak? Bagaimana kita bisa mengembalikan nyawa yang telah hilang?"

Keyra terperangah mendengar ucapan sang ibu. "Mak- maksud mama apa?"

Vivi membuang nafasnya dengan kasar sebelum mulai menceritakan kejadian 10 tahun yang lalu. "Almarhum papa dari calon suami kamu itu, telah menolong papa dari kecelakaan yang hampir saja menimpa papamu."

Keyra mengernyitkan keningnya, menatap sang ibu dengan raut wajah serius.

"Mamamu benar sayang. Jika bukan karena pak Sony yang buru-buru mendorong papa, maka reruntuhan dari bangunan itu sudah menimpa papa. Tapi sangat disayangkan, justru pak Sony yang celaka", sesal Dedy kala mengingat kejadian waktu itu.

Keyra membisu mendengar ucapan ayahnya. Namun sesaat kemudian dia terpikirkan satu hal. "Kei tau, kita nggak akan mungkin bisa membalas kebaikan yang dilakukan oleh pak Sony. Tapi Kei rasa masih ada cara lain untuk membalasnya. Bagaimana kalau papa memberikan anaknya pak Sony sebuah jabatan yang penting diperusahaan papa."

"Papa tidak setuju!"

"Tapi pa, Kei belum mau menikah! Kei masih 20 tahun, masih banyak impian yang harus Kei kejar."

"Termasuk mengejar kakak Dirgamu itu?" sela Vivi.

Keyra membisu mendengar pertanyaan sang ibu. Hatinya kembali sedih mengingat kejadian pagi ini.

"Selama ini mama diam bukan berarti mama tidak peduli dengan apa yang sudah Kei lakukan. Mama selalu memperhatikan semua gerak-gerik Kei, termasuk sikap Kei ke Dirga. Mama bisa lihat Kei sangat menyukai Dirga. Bahkan Kei rela mengambil jurusan yang tidak Kei sukai, hanya untuk bisa bertemu dengannya setiap hari. Tapi apa Kei tau bagaimana perasaannya Dirga? Apakah dia juga menyukaimu?"

Tangis Keyra seketika pecah mendengar pertanyaan sang ibu. Dia pun bangkit dari tempat duduknya dan bergegas meninggalkan ruangan itu.

"Kei... Kei!" panggil Vivi berulang kali, namun Keyra mengabaikan panggilannya.

"Sudahlah ma. Biarkan dia tenang dulu", ucap Dedy, yang tidak ingin memaksakan keinginan mereka pada putri kesayangannya itu.

"Tapi pa - "

Dedy memberi isyarat dengan tatapan matanya, hingga membuat Vivi menghentikan ucapannya. Namun dia tetap saja khawatir Keyra mengunci kamarnya dan melakukan hal buruk di dalam sana.

*-*

Satu jam kemudian, Keyra terusik oleh suara mobil yang sangat dia kenal dengan jelas. Dia pun berlari menuju balkon kamarnya. Netranya terbelalak kala melihat Diandra turun dari mobil milik Dirga.

"Apa mereka sudah jadian?" gumamnya penasaran.

"Kei!" panggil Diandra dengan melambaikan tangannya.

Sontak Keyra kelabakan, karena merasa dirinya telah tertangkap basah tengah mengintai dari atas balkon. "Em, hai", balas Keyra dengan tersenyum canggung.

Dirga pun tersenyum kala melihat senyuman Keyra. Dia melambaikan tangannya seraya berkata, "Hai, Kei. Kakak langsung pulang ya."

"Um, iya kak", balas Keyra.

Setelah Keyra menyelesaikan ucapannya, Dirga pun bergegas masuk ke dalam mobil. "Sampai ketemu nanti sore ya", ucap Dirga yang membuat netra Keyra terbelalak.

"Apa mereka sudah pacaran?" gumam Keyra lirih seraya menatap mobil Dirga memasuki gerbang rumah besar yang berada tepat di sisi kanan rumah milik keluarga Keyra.

"Kei, tunggu aku di sana!" teriak Diandra dengan memberi isyarat menggunakan jarinya.

Keyra sama sekali tidak membalas ucapan Diandra, namun dia masih tetap berdiri diposisinya.

Setelah beberapa menit berlalu, terdengar suara ketukan pada pintu kamar Keyra. Dengan terpaksa Keyra beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu.

Ceklek.

"Kei!" pekik Diandra girang saat pintu kamar Keyra terbuka lebar.

"Ada apa?" tanya Keyra dingin sambil berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu, tapi sebaiknya kita bicara di dalam kamarmu saja."

Keyra gegas menghalangi Diandra yang mencoba menerobos masuk. "Katakan di sini saja! Aku masih sibuk dengan tugas kampus."

Raut wajah bahagia Diandra seketika berubah sendu. "Oh, baiklah. Aku akan menunggu sampai kau tidak sibuk lagi!"

"Aku tidak janji!"

Sontak Diandra membisu kala mendengar jawaban Keyra. "Um, baiklah. Aku tidak akan mengganggumu lagi", katanya seraya pergi dari hadapan Keyra.

Keyra menutup kembali pintu kamarnya. Hatinya begitu sakit, meskipun dia belum mendengarkan pengakuan Diandra, tentang hubungannya dengan Dirga.

Andai saja aku punya keberanian untuk mengatakan perasaanku pada kak Dirga. Mungkin kak Dirga mau mempertimbangkan untuk menerima cintaku. Batin Keyra lirih. Lalu dia berjalan menuju kamar mandi.

*-*

2 jam kemudian.

"Kei! Kei!" suara seseorang memanggil namanya terdengar samar di telinga Keyra. Dia pun mencoba membuka matanya.

"Apa aku tertidur di sini?" ucap suara parau Keyra seraya mengucek matanya. Lalu dia keluar dari dalam bathup dan menyelesaikan ritual mandinya.

Setelah berpakaian rapi, Keyra menghampiri pintu kamarnya yang akan hancur jika dia tidak bergegas membukanya.

"Mama!" ucap Keyra kala jidatnya hampir saja jadi landasan kepalan tangan sang ibu.

Vivi langsung menghamburkan dirinya, memeluk erat Keyra yang sedari tadi dia cemaskan. "Syukurlah kau baik-baik saja", katanya seraya menghela nafas berat.

Keyra curiga dengan apa yang membuat sang ibu begitu cemas. "Jangan-jangan tadi mama sempat mengira Kei sudah melakukan hal yang tidak-tidak ya?"

"Iya sayang. Mama pikir kamu melakukan hal nekad, makanya mama panik."

"Emangnya Kei mau melakukan hal nekad apa tante?" tanya Diandra yang kebetulan melewati pintu kamar Keyra.

"Bukan apa-apa kok sayang. Gimana kuliahmu hari ini?" ucap Vivi mengalihkan perhatian Diandra.

"Em, seperti biasa tante. Tapi sore ini Diandra harus pergi ke rumah teman, mau ngerjain tugas kelompok, jadi Diandra sekalian minta izin", katanya dengan sopan.

Tugas kelompok? Bukannya tadi Diandra janjian sama kak Dirga ya? Kenapa Diandra berbohong? Batin Keyra bertanya-tanya.

"Oke sayang! Kalau gitu kamu perginya di antar sama pak Heru ya", sahut Vivi.

"Diandra di jemput sama teman, tante."

"Oh, gitu ya. Tapi kamu harus tetap waspada, karena kamu itu anak gadis tante yang sangat cantik."

Diandra tersenyum mendengar penuturan Vivi. "Tante juga sangat cantik, meski kita beda generasi."

Vivi membalas dengan tersenyum. "Kamu paling bisa muji tante."

"Kei juga ma", sela Keyra tak terima dengan ucapan sang ibu.

"Kamu kan anak mama. Sudah pasti kamu lebih sering muji mama", balas Vivi seraya mencubit gemas hidung Keyra.

Pemandangan yang begitu mesra itu membuat Diandra sedikit iri. Hatinya pun pilu kala mengingat kembali sang ibu yang telah tiada. "Ehem, maaf tante. Diandra mau siap-siap dulu", katanya dengan senyum dipaksakan.

"Oke sayang."

Diandra beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu kamarnya.

Sementara Vivi tampak menyadari kelalaiannya "Aduh! Mama hampir saja lupa kasi tahu kamu, kalau calon suamimu sudah nungguin di ruang tamu."

"Apa?" kaget Keyra.

Menikah

Keyra tidak menyangka, perjodohannya akan datang secepat ini.

"Kenapa dia tiba-tiba datang sih, ma?"

"Mama kan sudah kasi tahu kamu sebelumnya."

"Iya, tapi bukan mendadak gini ma!" protes Keyra. Dia tampak kebingungan, karena belum mempersiapkan alasan untuk menolak calon suaminya tersebut.

"Sudah! Kamu temui aja dulu, mana tau kalian emang cocok."

Keyra menatap sang ibu dengan raut wajah panik. "Ini bukan perkara cocok atau tidak ma", sahutnya seraya menggigit ujung jari jempolnya.

"Sudah mama bilang. Kamu temui aja dulu!"

"Iya deh ma", jawab Keyra pasrah. Lalu dia berjalan mengikuti sang ibu menuruni anak tangga.

*-*

Keyra terperangah kala menatap punggung pria yang sedang asyik mengobrol dengan sang ayah. Apa karena terlalu membenci pria jadi-jadian itu, makanya aku merasa pria ini persis dengannya. Batin Keyra seraya berjalan menuju sofa.

"Ini dia yang di tunggu-tunggu", ucap Dedy kala melihat Keyra berjalan ke arah dirinya.

"Cantik!" puji calon ibu mertua Keyra.

Keyra membalas pujian dari sang calon mertua dengan tersenyum ramah. "Terimakasih tante", jawabnya. Namun saat pandangannya beralih pada sang calon suami, netra Keyra seketika terbelalak.

"Kau!" tunjuk Keyra dan Albian bersamaan.

Sontak kedua orangtua mereka membelalak.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Vivi dan mamanya Albian hampir bersamaan.

"Tidak!" jawab Keyra dan Albian kompak.

Vivi dan calon besannya saling menatap. Mereka curiga Albian dan Keyra berkata bohong.

"Tapi, kenapa tadi kalian saling menunjuk?" tanya Vivi penuh selidik.

"Ehem, itu karena kita musuhan ma! Jadi siapa yang sudi kenal dengannya! Lagipula kita tidak mungkin menikah, karena kita adalah musuh bebuyutan forever!" jawab Keyra enteng.

Dedy yang sudah jengah mendengar pembelaan diri dari putri dan calon menantunya itu, akhirnya angkat bicara. "Kenapa kalian bermusuhan? Sementara papa dan papanya Albian adalah sahabat baik."

"Dia yang mulai dulu pa!" tuduh Keyra dengan menatap tajam Albian.

Orang tua Keyra dan ibunya Albian menatap Keyra dan Albian secara bergantian dengan raut wajah bingung.

'Mama nggak paham! Tolong kalian jelaskan pada kami", mohon Vivi.

Ali-ali menjelaskan, Keyra dan Albian malah saling menatap dengan penuh kebencian.

"Maaf tante. Bagaimana kalau Diandra saja yang menjelaskan?" sela Diandra yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu.

Sontak semua mata teralihkan pada Diandra.

"Siapa gadis cantik ini?" tanya ibunya Albian dengan tersenyum.

"Dia keponakan saya, jeng", jawab Vivi

Diandra tersenyum ramah menatap ibunya Albian. "Maafkan atas kelancangan saya tante. Tadi saya kebetulan lewat dan tidak sengaja mendengar masalah permusuhan antara Keyra dan Albian."

"Oh, tidak apa-apa sayang. Tante malah senang kalau kamu mau menjelaskannya."

Diandra berjalan mendekati ibunya Albian. Sementara Keyra dan Albian menatap Diandra dengan raut wajah serius.

"Kejadiannya dua tahun yang lalu, tante. Waktu itu kita sama-sama duduk di kelas 2 SMA."

Flashback on

Siang itu Albian menerima sepucuk surat cinta atas nama Keyra. Albian tidak pernah menyangka seorang Keyra juga melakukan persis para penggemarnya.

"Surat cinta dari siapa Al?" tanya Diandra yang saat itu duduk persis di belakang Albian.

"Sepupumu", jawab Albian tanpa ekspresi.

"Ah, yang benar Al? Mana mungkin sepupuku mau melakukan itu!"

"Nah, baca sendiri!" sahut Albian kesal seraya menyodorkan kertas wangi berwarna pink itu pada Diandra.

Dengan cepat Diandra meraihnya dari tangan Albian. Netranya terbelalak membaca isi surat Keyra. "Keyra nggak akan mungkin menulis kata-kata seperti ini", ujar Diandra.

"Kamu bandingin aja dengan tulisannya ini!" sahut Albian dengan memberikan notulen rapat OSIS yang di tulis oleh Keyra sendiri.

"Tulisannya sih emang mirip."

"Bukan hanya mirip. Tapi kertasnya juga sama!"

"Oh, iya. Ternyata kertasnya juga sama", sahut Diandra seraya membolak balik buku milik Keyra.

"Jàdi, itu memang surat dari sepupumu kan?"

Diandra membalas dengan menganggukkan kepala. "Em, ini emang milik Kei. Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan melakukan sesuai keinginannya!"

"Apa kau yakin Al?"

Albian membalas Diandra hanya dengan berdehem. Lalu dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantin. Sementara Diandra mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di kantin, Albian gegas mencari-cari keberadaan Keyra. "Nah, itu dia!" gumamnya seraya berjalan mendekati Keyra.

Semua mata para siswi pengagum sang ketua OSIS tampan tersebut, seakan tak berkedip kala menatap Albian yang masih terlihat gagah, meski rambutnya sedikit berantakan kala berjalan dengan langkah terburu-buru.

"Apa dia sedang berjalan ke arahku?" tanya salah seorang siswi yang terkenal karena geng cantiknya. Lalu dia menantikan Albian mendekatinya dengan raut wajah bahagia, Namun hanya dalam sekejap, raut wajah bahagianya berubah kesal kala Albian berjalan melewatinya.

"Maaf, anda terlalu percaya diri!" ledek Diandra yang sedari tadi mengekori Albian.

Chika, ketua geng cantik itu merasa kesal mendengar ledekan Diandra. "Cih, hanya modal numpang hidup saja sudah berani meremehkanku", balasnya dengan tersenyum sinis.

Sontak Diandra menghentikan langkahnya. Lalu dia membalas Chika dengan tersenyum sinis pula. "Cih, hidup cuma mengandalin harta orang tua saja sudah merasa lebih hebat. Situ sehat?" sahutnya dengan tatapan tajam, hingga tiba-tiba terdengar suara riuh dari arah meja Keyra.

Diandra dan Chika pun mengabaikan pertengkaran satu sama lain. Mereka gegas menghampiri Keyra.

"Darimana kau mendapatkan surat ini?" tanya Keyra dengan emosi.

"Kau yang menaruhnya di meja belajarku."

Keyra langsung merobek surat cinta yang baru saja di baca oleh Albian. Lalu dia pergi meninggalkan Albian tanpa penjelasan apapun.

Flashback off

"Jadi sejak kejadian itu Kei dan Albian nggak pernah akur, tante. Mereka selalu saja ribut meski itu hal sepele sekalipun."

Ibunya Albian membalas dengan manggut-manggut. "Em, tante ngerti. Sepertinya yang terjadi antara Bian dan Kei hanya sebuah kesalahpahaman saja."

"Ini bukan salah paham ma", sanggah Albian. "Surat itu memang dia yang tulis. Bian yakin dia memang sengaja ingin membuat Bian malu di depan banyak siswa."

"Kamu juga aneh! Kenapa surat cinta kamu baca di tempat keramaian?" protes Diana, ibunya Albian.

"Bian hanya ngikutin apa yang di minta di dalam surat itu ma. Jika tidak, maka - "

"Bohong!" sela Keyra. "Dia memang sengaja mau mempermalukan Kei, tante."

Albian kesal, Keyra memotong ucapannya. "Belum jadi istri saja, sudah berani tidak sopan."

"Siapa yang sudi jadi istrimu!"

"Sudah cukup Bian, Kei! Bagaimana pun juga Bian tetap salah!"

"Tapi ma - "

Dedy mulai berdehem, memotong ucapan Albian. "Albian, jangan diteruskan lagi!" sela Dedy dengan nada tegas. "Kalian hanya salah paham saja. Jadi mari kita selesaikan kesalahpahaman ini!"

Albian melirik ke arah Keyra yang juga sedang melirik dirinya. Namun tiba-tiba mereka saling memutus pandangan masing-masing.

"Bagaimana caranya om?" tanya Albian dengan raut wajah serius.

"Dengan menikah!"

Sontak Albian dan Keyra sama-sama terbelalak mendengar jawaban Dedy.

"Tapi, kita nggak mung - "

"Nggak mungkin akur kan maksud kamu?" sela Dedy yang membuat Albian membisu. "Itu cuma alasan kamu saja kan Bian? Sebenarnya kamu suka sama Kei", tebaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!