NovelToon NovelToon

Ta'Aruf Cinta

Bab 01

Assalamu'alaikum, selamat membaca!

🍀

Jika tidak bisa memberikan kebahagiaan maka janganlah melukai perasaannya, Dan jika tidak bisa membuatnya tersenyum maka jangan buat ia menangis.☘️

Rezeki, jodoh, dan maut adalah rahasia illahi. Dan semua apapun yang hidup, yang mengalir, maupun yang jatuh atas segala kehendak-Nya. Manusia hanya bisa berencana, tapi lagi-lagi hanya Allah yang dapat berkendak.

Semua makhluk ciptaan-Nya apa-pun yang dilakukan tak luput dari pengawasan-Nya. Tak terkecuali daun yang jatuh, pun tak luput dari kehendak-Nya.

Seperti halnya jodoh. Seorang wanita berusia 23 tahun, bernama Arum Setyaningsih. Ketika dalam masa traumanya yang dilematis tak berkesudahan akibat teror yang pernah ia dapatkan dari seorang pemuda bernama Edo yang pernah akan mempersuntingnya akan tetapi karena suatu hal Arum menolaknya, Edo tidak terima atas penolakannya dengan niat jahatnya Edo hampir saja menodai Arum.

Dan hampir semua laki-laki yang pernah sahabatnya kenalkan padanya, Arum menolak. Bukan tanpa sebab dan akibat, pikiran dan hatinya masih merasakan trauma yang Edo layangkan beberapa tahun ini.

"Rum, ayolah ku kenalkan sama salah satu temanku, eh persisnya tetangga ku deng,” kata Rani, mencomblangkan teman laki-lakinya yang ingin menjalani ta'arufan dengan wanita asli Jogja.

Arum menyangsikan perkenalkan itu, ia enggan untuk menanggapinya. "Ran, kamu nggak ada putus asanya. Mending kamu dulu aja yah.”

Rani berdecak kesal, akan sikap dingin temannya itu, "Hey, mau sampai kapan kamu begini, Rum? Sudahlah lupakan masa lalu. Kamu mau jadi perawan tua?”

Arum mengangkat bahunya acuh, percaya tidak percaya wanita yang kini berhijab marun menutupi rikmanya, dengan memadu padankan abaya hitam menutupi lekukan tubuhnya dengan pakaian syar'i, "Rani, teman baikku. Insyaallah aku nggak akan jadi perawan tua,”

Tanpa aba-aba, Rani mengambil buku yang di pegang Arum dan menyelipkan selembar foto di antara buku, dan memberikan kepada pemiliknya "Lihat nanti foto ini, baru kamu ambil keputusan!” telak Rani, ia pun pergi dari koridor sekolah tempat Arum mengajar.

Arum hanya bisa menghela nafas, dan menggelengkan kepalanya. Entah apa yang membuat Rani begitu antusias untuk menjodohkannya, apa karena tidak tega melihat Arum senantiasa jomblo dan merasakan trauma yang berkepanjangan.

Arum kembali masuk kedalam kelas untuk memberikan mata pelajaran kepada muridnya.

🍂

Arum merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah sholat isya. Arum berharap pertemuannya dengan Dimas nanti tidak membawa keburukan untuknya dan tidak membawa keburukan untuk Dimas.

Pertemuan yang sudah di atur oleh temannya, si biang keladi. Rani tentu saja, semangat Rani membuat Arum pasrah akan pertemuan dirinya dengan laki-laki yang sudah Arum ketahui namanya, ‘Dimas.

"Ya Allah, kupasrahkan jodohku pada-Mu."

Arum pun beranjak dan berjalan menuju jendela kamar, membuka pintu jendela. Angin malam semilir pelan, menerpa wajah yang polos yang tidak memakai makeup.

Menatap kearah langit, terlihat Bulan sabit. Dengan perkisaran tanggal jawa. Mungkin masih tanggal 7.

Seperti mata orang-orang China." gumamnya.

Arum teringat akan Firman Allah dalam surah Ar-Rahman. di dalamnya tergambar jelas tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

"Semua yang ada di langit dan di bumi memohon kepada Allah. Setiap saat Allah membuat keputusan." (Qs. Ar-Rahman 29)

"Wahai manusia dan Jin, nikmat mana di antara nikmat-nikmat Tuhanmu yang kamu ingkari." (Qs. Ar-Rahman. 30)

"Subhanallah sungguh indah penciptaan-Mu ya Rabb." ucapnya lirih.

Tok Tok

"Rum." suara Ibu membuyarkan lamunannya.

"Nggeh Bu? (Iya Bu?)" Jawab Arum.

Arum pun berjalan menuju pintu, dan membukanya, lalu ia melihat Ibu berdiri di depan pintu sambil menyunggingkan senyum.

"Ibu mau pergi kondangan di rumah Pak selamet. Nanti tolong kunci pintunya yah?" kata Ibu yang sudah siap dengan pakaian gamisnya berwarna kuning kunyit.

"Iya Bu? memm.. Bu oleh-oleh poci-poci?" jawab Arum tersenyum seperti anak kecil. Entah kenapa ketika Ibu akan pergi kerumah orang yang mempunyai hajat. Arum selalu meminta oleh-oleh poci-poci atau bisa di sebut jenang ketan yang dibungkus daun pisang dengan srundeng di bagian tengahnya. Manis dan gurih. (Entah di daerah teman-teman namanya apa jajanan itu)

"Iya kalau ada, kalau ndak ada?" jawab Ibu dengan logat jawanya.

"Apa aja Bu, Yang pentin Ibu sehat?" jawab Arum kalau ibu selalu memberi jawaban yang sama ketika ia bertanya oleh-oleh.

"Ibu pergi dulu yah." salam Ibu dan berjalan menuju pintu depan yang sudah ada Bapak berdiri di sana.

Arum pun berjalan mengikuti Ibu di belakangnya untuk mengunci pintu.

"Nduk jangan lupa kunci pintunya." ucap Bapak yang menatap kearah Putri sulungnya.

"Nggeh Pak, Bapak kalih Ibu Hati-hati. Lan Pak gandeng Ibu nggeh, wedine gamis Ibu nyrimbet teng Samparanne Ibu? ("Iya Pak, Bapak Sam Ibu Hati-hati. Dan Pak gandeng Ibu ya, takutnya gamis Ibu nyrimbet di kaki Ibu?") kata Arum sambil cengengesan mengingat ketika Ibu sedang berjalan selalu saja hampir terjatuh karena sebuah gamis.

"Ibu sama Bapak berangkat dulu." ucap Ibu.

"Assalamualaikum." Salam keduanya.

"Waalaikumsalam Pak, Bu." jawab Arum menatap punggung kedua orangtuanya. Lalu masuk dan mengunci pintu.

Arum pun kembali ke kamarnya yang terdengar hanya detikan suara jam dinding kamar. Lalu ia pun menyetel sholawat di ponselnya, untuk menghilangkan rasa sepi, yang ia putar sholawat Huwannur Cover by Ai Khadijah

Dimas seperti apakah dirimu." gumamnya.

Arum melihat data-data siswanya dan teringat ucapan Rani soal Dimas. Arum di beritahu Rani kalau wajah Dimas tampan nan rupawan.

"Kenapa kamu tidak jatuh cinta padanya Ran." goda Arum pada Rani saat itu.

"Hatiku tidak untuknya Rum." jawab Rani acuh.

"Kalau bicara soal hati. Allah Maha membolak-balikkan hati Ran?" kata Arum santai.

"Entahlah Rum." sahut Rani seraya mengangkat bahunya acuh.

Lalu Arum teringat akan foto yang pernah Rani selipkan di buku pelajaran IPA milik muridnya. "Lihatlah foto ini, lalu putuskan setelah kamu bertemu dengannya." ucap Rani saat itu ketika mendatangi tempat Arum mengajar.

Arum pun mengambil buku IPA yang ia taruh di laci meja kecil di samping tempat tidur.

Arum membuka lembaran demi lembaran halaman, dan ia melihat sebuah foto, dan mengambilnya. Lalu Arum menatap foto laki-laki yang bermata agak sipit namun juga tidak seperti kebanyakan orang China. ”Seperti bulan sabit yang ku lihat tadi.” gumamnya.

"Rani tidak bilang kalau dia bermata sipit. Apa Rani salah memberikanku foto."

Arum mengangkat kedua bahunya. "Entahlah." dan meletakkan foto itu di atas meja.

*

Bersambung

*

Semoga teman-teman suka dengan novel pertama ku☺️

Bab 02

☘️ Semoga kesabaran ini membawa kebaikan bagi diriku dan bagi dirimu☘️

🍂

Dimas Ardi Wijaya adalah lelaki 27 tahun. keturunan Jawa dan Thionghoa. Mamanya China papanya Jawa. dia lahir di Jawa dan besar di China.

Karena Mamanya belum ingin pindah ke Indonesia, takut meninggalkan neneknya Dimas yang hanya seorang diri setelah kakeknya Dimas meninggal lima belas tahun yang lalu.

Alhasil papanya Dimas harus pulang pergi ke Indonesia dan China. Karena Pabrik tekstil yang di berbagai wilayah di Indonesia. Untung ada adik Papanya yang membantu mengelola pabrik tekstil selama Papanya Dimas di China.

Papa dan Mamanya Dimas memang berbeda keyakinan, tapi tidak menyurutkan cinta mereka. Mereka juga tidak mempermasalahkan keyakinan apa yang nantinya anaknya anut.

Dimas yang memang mengikuti keyakinan Papanya yang seorang Muslim. Tapi dia juga menghargai keyakinan Mamanya.

Dimas mengenal Rani yang memang rumah orangtua Rani dan Dimas bersebelahan di Jogja.

Kini Dimas lah yang mengelola pabrik tekstil Papanya. Setelah Papanya meninggal 4 tahun yang lalu.

Dulu sewaktu Papanya Dimas pulang pergi Indonesia China. Dimas sering ikut sang Papa ke Jogja. dari situlah Rani dan Dimas mulai akrab. tapi tidak sedikit pun Rani atau pun Dimas mempunyai perasaan suka. karena Rani yang memang sudah bertunangan.

Dimas adalah laki-laki yang akan di kenalkan Rani kepada Arum.

Masih dengan membujuk Arum.

"Rum, ayolah aku kenalkan dengan temanku."

"Ahh ayolah Ran, kenapa kamu selalu seperti ini." jawab Arum malas

"hey, aku kasihan padamu sampai kapan kamu akan menutup hatimu," Arum masih saja diam tak bergeming. "apa jangan-jangan kamu Lesbian." tanya Rani dengan tatapan ke Arum penuh menyelidik.

Sentak Arum kaget yang sedang menyeruput es kelapanya sampai menyemburkan ke wajah Rani. "Ha ha ha.. apaan sih kamu Ran, enak aja kamu bilang aku lesbian, gini-gini aku masih normal," jawab Arum sambil terbahak-bahak.

"Ahh si Arum mah jorok, biasa aja Rum, sampai-sampai kamu tega nyembur tuh es kelapa di wajah cantik ku." jawab Rani sambil mengelap wajahnya dengan tisu.

"Maaf, maaf." jawab Arum yang masih menahan tawa melihat wajah Rani yang lucu karena Rani agak tembem.

**

Pertemuan di rumah Arum, pun ikut di saksikan Mak comblangnya si Rani. Di dalam rumah bergaya Jawa, seorang pemuda tengah duduk di antara pemilik rumah di ruang tamu.

Arum masih saja bersikap dingin, seolah pertemuan ini bukanlah keinginannya. Teh hangat yang di buatnya masih mengepulkan uap.

Rani melirik Arm juga melirik Dimas, ia melirik sambil mengulum senyum, membuat Arum yang melihatnya membulatkan matanya, "Puas!” gumamnya.

Wanita bertubuh agak subur itu hanya cengengesan nggak jelas. Ya, Rani sahabat Arum sangat antusias bisa di katakan ia senang. Akhirnya pertemuan ini terjadi.

"Kedatangan saya kesini, saya ingin bisa mengenal putri Bapak?” ujar Dimas, menatap orangtua Arum.

Bapak serta Ibu biasa Arum memanggilnya pun manggut-manggut.

"Bapak rasa, langsung tanyakan saja kepada Arum.” kata Bapak, memilih menanyakan perihal keniatan Dimas untuk mengenalnya.

Dengan curi-curi pandang, Arum hanya mengangguk.

**

Dari pertemuan itu, Arum sering menerima pesan dari Dimas.

Suatu hari, lelaki yang bernama Dimas ini mengirimi Arum sebuah pesan singkat melalui ponsel. Arum menanggapinya datar. setelah itu mereka sering mengirim pesan.

📱"Entahlah Rum, aku suka sekali Jogja banyak kota yang aku singgahi. Tapi tetap Jogja adalah kota terbaik yang pernah aku tahu. orang- orang ramah, daerah adem, kulinernya mantap, pendidikannya bagus, pusat syi'arnya banyak. aku ingin suatu hari bisa menetap di Jogja selamanya." begitu ucapnya

📱"Aku biasa menginap di kosan temanku, di daerah Bantul, Bantul itu tidak pernah sepi yah."

🍂

Di lain hari meskipun Dimas maupun Arum jarang sekali bertemu. Dimas tak pernah lupa untuk selalu mengirimi Arum kabar. Entah hanya via pesan seperti saat ini. Dimas berkata kepada gadis yang selalu menutupi rikmanya dengan hijab syar'i tanpa gadis itu tanya.

Terkadang Dimas menyapa Arum melalui pesan singkat, "Selamat pagi Jogja." Arum menanggapinya dingin, terkesan tidak peduli.

Entah apa maksud Dimas mengatakan itu kepada Arum. Entah sebuah rayuan untuknya, atau memang Dimas sedang mengungkapkan keinginan terpendamnya pada gadis yang lahir di kota Jogja.

Beberapa kali Dimas mengatakan pada Arum bahwa ia akan datang ke Malioboro dan ingin bertemu dengannya, Arum menolak dengan alasan sibuk ini dan itu, tapi Dimas tidak menyerah, akhirnya, Arum turunkan ego-nya dan menyempatkan waktu untuk menemui Dimas.

"Oke, kita bertemu tapi di rumah ku yah?" ujar Arum.

Dia menyetujui dengan antusias, sebuah pertemuan yang penuh perjuangan baginya.

Untuk kedua kalinya Dimas muncul di hadapannya. seorang lelaki datang dengan basah kuyup di sekujur tubuhnya. Dimas berdiri di ambang pintu. Lelaki yang berbeda. Lelaki yang jauh lebih kharismatik dibandingkan dengan di foto yang Rani berikan pada Arum dan juga pertemuan pertamanya.

"Maaf lama tadi aku sempet tersasar. hujannya juga gede banget. Lumayan jauh juga yah rumah kamu?" ucapnya agak menggigil.

Arum mengerutkan keningnya,

"Bukankah dia pernah datang kesini.” batin Arum

"Menyesal datang?" jawab Arum sambil mempersilahkan masuk.

Dengan mantap Dimas menggelengkan kepala. "Tidak!"

Dalam benak, Arum terus bertanya-tanya, bagaimana mungkin lelaki ini mati-matian mau datang ke Jogja, kerumah Orangtua Arum di desa dalam keadaan hujan besar serta petir yang saling bersahutan.

Meski menerjang hujan lebat serta jalanan yang panjang, akhirnya Dimas datang dengan sebuah senyuman.

Orangtua Arum pun menyambutnya dengan ramah. Tanggapan, mereka baik pada Dimas. Sikapnya pada Arum dan orangtuanya sangat baik. Dimas mencuri hati kedua orangtua Arum dan juga hati gadis berhijab instan warna navy pada akhirnya.

Setelah mempersilahkan masuk dan duduk Arum menuju ke dapur dan di sana sudah ada Ibu, Arum berkata kepada Ibu, " Bu boleh tidak meminjamkan baju Bapak karena bajunya terlihat sangat basah.

Ibu pun mengiyakan dan berjalan ke kamar mengambil setelan pakaian. dan memberikanya pada Arum.

Arum keluar dengan nampan yang berisikan minuman dan menenteng setelan pakaian pemberian Ibu tadi.

Setelah sempat menolak menganti pakaian, akhirnya pun ia pasrah karena orangtua Arum pun memaksanya. Mungkin mereka khawatir nantinya akan jatuh sakit.

Setelah berganti pakaian, dan duduk kembali,

"Maaf Pak jika Bapak mengizinkan saya ingin berta'aruf dengan Arum?" ungkap Dimas mantap tanpa keraguan.

"Jadi pertemuan waktu itu, belum jelas soal ta'arufan ini?” lagi Arum hanya bergumam dalam hati.

Bapak berpikir sejenak melihat Arum dan bergantian melihat Dimas. "Bapak serahkan keputusan ini kepada Arum. karena dia yang menjalankan, yang terpenting masih sama-sama menjaga diri."

"Bagaimana Rum?" tanya Dimas, Arum yang merasa sudah merasakan getaran dalam hati pun mengangguk dan masih menundukkan kepala.

Setelah Dimas pamit pulang.

Di kamar, Arum pun tersenyum, entah kenapa Arum merasa bahagia dengan keputusan ini untuk berta'aruf dengan Dimas.

Arum mengambil benda pipih di atas meja kecil di samping tempat tidur.

"Ran, aku mau berta'aruf dengan Dimas." begitu Arum memberitahu Rani.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu mau membuka hati kamu Rum." ucap Rani yang terdengar juga bahagia.

"Apakah kamu sebahagia itu Ran?" jawab Arum.

"Kamu adalah sahabat ku Rum. Sudah sepatutnya Aku pun bahagia melihat Kamu bahagia." kata Rani masih dengan suara yang nampak bahagia.

Arum terdiam,

"Jika Rani saja bisa bahagia dengan Ta'aruf ini kenapa aku masih ragu." batin Arum.

"Rum, halo. Kamu masih disitukan?" seru Rani yang tidak mendapat jawaban dari Arum.

"Iya, Ran. Baiklah Ran, sudah malam kamu istirahat." sahut Arum, berkilah tidak mau membahasnya lebih lanjut.

"Oke. Rum. By Assalamualaikum." salam Rani

"Waalaikumsalam." jawab salam Arum dan mengakhiri bercakapan.

Arum pun teringat akan Hadist.

Rasulullah bersabda; "Bila ada orang yang agama dan ahklaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar. Maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di bumi." (HR. At-Tirmidzi)

*

*

*

Bersambung

Bab 03

☘️ Mencintaimu Biarlah Menjadi Rahasia Paling Khusyuk Didalam Sujudku☘️

🍂

Arum Setyaningsih 23 tahun, adalah wanita anggun yang sederhana. Namun di balik kesederhanaannya wanita satu ini menyimpan banyak pesona. Pintar, cekatan, mandiri mempunyai sifat keibuan. Tak heran jika banyak anak-anak di sekitar rumahnya yang menyukainya.

Arum mempunyai cita-cita tinggi, dia ingin menjadi seorang Guru, agar bisa mendidik generasi bangsa.

Cintanya dengan Jogja dan tanah air menjadikan Arum ingin menjadi Abdi bangsa.

Kini setelah Arum meluluskan kuliahnya, dia menepati janjinya, Arum menjadi Guru SMP di salah satu sekolah di daerahnya.

Sama dengan Rani dia pun menjadi Guru seperti Arum. Awalnya saat SMA dia ingin mengambil jurusan tataboga karena dia yg memang doyan makan.

Tapi Rani berubah pikiran semenjak lulus SMA, yah Rani dan Arum sudah bersahabat sejak SMP. Persahabatan mereka pun berlanjut hingga kuliah.

Entah pengaruh apa Arum di kehidupan Rani.

Kala itu ada murid baru, dia sedikit agak gemuk dengan pipi tembem. Menurut Arum itu sangat imut.

Tapi berbeda dengan teman-teman yang lain, beberapa dari mereka ada yang mengolok-olok sampai Rani malu dan menangis histeris.

Rani memang agak sedikit pendiam, pemalu diam saja ketika ada teman yang berbuat tidak baik padanya.

Arum yang baru keluar dari perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin dipinjamnya. Seperti biasa sepulang sekolah Arum selalu mampir di perpus untuk meminjam buku. Tak sengaja Arum mendengar suara keributan di belakang gedung sekolah kelas 2.

Arum menghampiri sumber suara itu, dan melihat Rani sedang di bullying. Seketika Arum melempar buku-buku yang dibawanya ke arah anak-anak nakal itu. Arum menghampiri Rani, Arum menggandeng tangan Rani berlari sekuat tenaga untuk menghindari mereka.

Arum memang bisa sedikit bela diri tapi karena jumlah mereka yang berjumlah empat orang, Arum dan Rani yang hanya derdua. Dari pada bonyok mereka lebih memilih kabur.

Mereka berlari sampai di sebuah gubuk Arum dan Rani bersembunyi. Tidak sadar Mereka yang kelelahan akhirnya pun tertidur sampai entah jam berapa. saat Arum keluar, hari sudah petang.

"Ran, Rani." Arum menepuk-nepuk pelan pipi Rani agar dia terbangun. "ayo Ran kita pulang, hari sudah petang." Rani yang masih setengah tersadar.

Kemudian mereka pun keluar dari gubuk itu.

Sejak saat itu Arum dan Rani mulai akrab, dan anak-anak yang menganggunya pun tidak berani lagi setelah Mereka melaporkan berbuatan Anak-anak nakal itu ke Guru BP..

Setiap sehabis Ashar Arum juga mengajarkan les private di pendopo balaidesa, Arum senang ketika banyak anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut.

Meskipun tidak di pungut biaya. Baginya kebahagiaan tersendiribisa menyalurkan ilmu yang di dapat selama dia bersekolah.

Arum bersyukur bisa lahir di Jogja yang sangat asri. Arum memang tinggal jauh dari kota sehingga udara pun masih terasa sejuk.

Pagi itu Arum biasa bangun sebelum subuh melaksanakan sholat. Lalu selesai sholat dia pun ke dapur untuk membantu Ibunya menyiapkan sarapan di dapur.

kata Ibunya perempuan harus pandai memasak untuk nanti jika sudah berumah tangga.

Arum sudah belajar memasak sejak masih SMP.

"Nduk kamu itu harus bisa memasak, supaya kamu kelak yang jadi suamimu bertambah rasa cintanya padamu." kata ibu yang sering mengulangi kata-kata itu tanpa bosan

Arum hanya diam, sesekali Arum mengiyakan kata-katanya agar Arum tidak membuatnya kecewa. Tapi Arum berpikir kata-kata ibunya benar juga.

Saat di tengah-tengah kesibukannya membantu sang ibu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Pikirnya siapa menelepon sepagi ini.

"Assalamualaikum Rum," sapa Dimas

"Waalaikumsalam," jawab Arum.

"Rum aku akan pergi ke China karena ada pekerjaan di sana." ujar Dimas

"Apa kamu akan pergi ke China!" seru Arum terkejut.

"Iya Rum." jawab Dimas. Arum tidak tahu mesti jawab apa saat itu.

"Ini kesempatan yang aku tunggu sejak lama Rum." ucapnya lagi semakin membuat Arum lesu.

Belum juga sempurna bahagia, belum genap sebulan Dimas dan juga Arum ber-ta'aruf, Dimas mengabarkan sebuah kabar yang mengejutkan melalui telepon.

Ada keraguan sekaligus harapan yang Arum rasakan dalam diri Dimas, saat Lelaki keturunan China mengatakan itu.

"Lalu bagaimana dengan kita?" tanya Arum pelan

Arum tidak mendapat jawaban yang pasti atas pertanyaan Dimas itu.

Keduanya pun mengakhiri percakapan.

Setelah mengakhiri percakapan dan meletakkan ponsel di atas meja, Arum pun merasa sangat ragu akan Ta'aruf ini. Hingga mengundang perhatian Ibu yang melihat kearahnya tertunduk lesu, Ibu pun bertanya.

"Siapa Rum, apa itu dari Dimas kenapa wajahmu terlihat murung." Tanya Ibu yang menghampirinya.

"Bu apakah jika berjodoh sejauh apa pun pasti akan bertemu kembali." tanya Arum.

"Insyaallah Nak jika Dimas memang jodohmu, dia pasti akan kembali kepada mu." jawab Ibu pelan.

"Ingat kisah Nabi Adam dan Hawa, Mereka terpisah lama, tapi mereka bertemu kembali karena Allah mengizinkannya." imbuh Ibu, dengan nasehatnya.

Begitu Ibu memberikan semangat untuknya, Arum tahu memang tidak baik terlalu berharap.

Entah apa kata yang dapat menggambarkan hatinya saat ini.

Dimas datang meluluhkan hati dan pergi tiba-tiba membuatnya kecewa..

Andai Dimas tahu Arum sudah membuka hati kembali dan mengisinya dengan berbagai bunga bermekaran nan indah.

Melayang ribuan kupu-kupu yang menggelitik perut, ketika membayangkan Dimas.

"Ya Allah, lagi-lagi memang hanya kepada-Mu aku berserah." batin Arum.

Rasulullah SAW bersabda; "Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar-Rahman ( Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan di rahmati oleh Zdat yang ada di langit." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

🍂

Arum akan merelakannya, jika memang Dimas bukanlah jodoh yang Allah kirimkan untuknya.

Dengan mengendarai pelan sepeda motor menuju sekolah tempat Arum mengajar. Arum mencoba menata hati agar ia tidak terlihat seperti pujangga cinta.

Ketika kasmaran dan ketika patah hati. Sedih memang, tapi tidak boleh terpuruk.

Arum berhati-hati menyusuri jalanan yang licin akibat sempat terguyur hujan saat subuh.

Sesekali Arum menarik nafas dan membuangnya pelan. Agar ia dapat berpacu dan menetralisirkan hati serta mimik wajahnya.

"Ya Allah apakah ini cinta? Apakah ini yang dinamakan cinta? Maafkan hambamu ini yang mencintai ciptaanmu melebihi rasa cintaku kepada-Mu ya Rabb." gumamnya lirih dibalik kaca helm dan berdengung di antara sela-sela kedua telingaku.

“Tawakkal adalah meyakini sepenuh hati, bahwa Allah akan mengurus segalanya untuk kamu, bahkan ketika hal-hal tersebut terlihat mustahil”

🍂

Apakah Arum dan Dimas akan bertemu kembali atau Arum akan bertemu cinta yang lain.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!