NovelToon NovelToon

Semua KARENA Kamu

SKK 01

BUG BUG BUG

Suara pukulan yang saling beradu dari dua pemuda tampan diatas ring, terdengar disebuah ruangan luas yang banyak dilengkapi alat untuk melatih kekuatan fisik.

Bukan hanya kedua pemuda itu saja yang disana, ada sekitaran sepuluh pemuda yang memiliki ketampanan juga bentuk badan kekar yang nyaris sepadan, serta dua orang pria dewasa yang disinyalir pelatih para pemuda itu.

Nafas terengah engah dengan keringat bercucuran membasahi wajah serta seluruh badan, ketika Okan menghentikan pertarungannya dengan sang sahabat Kenan.

"Leher naga enggak mau diasah malam ini..? besok kan tanding, enggak butuh suplemen..?" goda Abra setelah mereka duduk dikursi panjang seraya melepas sarung tangan tinju yang ia pakai.

Sama halnya dengan Okan, pemuda itu juga sedang melepas sarung tangannya. "Enggak ada lawan, itu menyan enggak ada yang telpon." jawabnya.

"Terus kemana kita habis ini." tanya Abra lagi.

"Kafe aja."

"Oke...!"

Okan dan Abra mengeringkan tubuh mereka, lalu meminum sebotol air mineral. Setelah berganti pakain, kedua pemuda itu langsung melajukan kendaraan mereka menuju Kafe & Resto Esra.

Okan Abimana, putra dari Benny Abimana dan Galuh Pramesti, yang memiliki hobby bertarung diatas ring seperti sahabatnya Abra Pamungkas, putra dari Tio Pamungkas dan Yasmin Pramana.

Persahabat antara Okan dan Abra bukan hanya persahabatan biasa saja, mereka sudah layaknya saudara sedarah. Semua itu diwariskan oleh orang tua mereka yang sudah bersahabat sejak balita.

Okan memiliki dua adik kembar perempuan yang bernama Ratu dan Queen. Sementara Abra adalah kakak dari Esra dan Rinjani.

Bahkan karena persahabatan yang sudah seperti saudara, serta kisah pelik dimasa lalu, membuat para orang tua mengikrarkan janji yang pada akhirnya membuat anak anak mereka terlibat konflik batin.

Okan dan Abra yang memiliki usia dua puluh empat tahun, selain masih mengenyam pendidikan dibangku universitas, juga sudah turut andil dalam mengelola perusahaan keluarga.

Sementara Esra yang sekarang berusia dua puluh dua tahun, setelah lulus kuliah, tidak lagi melanjutkan studinya karena langsung mewarisi Kafe & Resto milik sang ibu.

Empat puluh menit berlalu, Okan dan Abra tiba ditempat tujuan. Mereka langsung menuju kemeja kasir, dimana Esra berdiri. Tempat yang akan selalu ramai pengunjung disetiap harinya, membuat Esra lebih banyak menghabiskan waktu disana.

"Selamat malam cantik...!"

"Selamat malam calon istri..!"

Sapa Okan dan Abra yang langsung mendapat pelototan dari Esra. Tapi kedua pemuda itu malah terkekeh.

"Mau apa..? enggak ada makanan gratis malam ini." ketus Esra.

"Ya ampun Esra, gue masih sanggup bayar kali. Memberi mahar buat loe sebuah pulau juga gue sangat sanggup." sahut Okan..

"Jangan sampe gue jadiin kurban loe kakak, adek nih adek...!" balas Esra.

"Halah, bukan kakak sedarah ini." balas Okan lagi.

"Ini mulut ya..." gemas Esra seraya memasukan potongan roti kemulut Okan.

"Gue laper alien, onta..! becandanya nanti aja deh." lerai Abra.

"Kakak...!" seru protes Esra akan julukan dari sang kakak, yang malah disambut gelak tawa oleh Abra.

"Malem minggu kencan yuk calon istri..!" ajak Oken tersenyum manis menatap wajah cantik Esra.

"Udah deh bercandanya kak, sana duduk. Nanti dianter makannya." balas Esra..

"Siap calon istri...!"

"Onta...!"

Okan tergelak mendengar teriakan disertai wajah kesal Esra, begitu juga Kenan, sembari melangkah menuju kemerja yang kosong.

Deng deng deng

Suara telefon genggam milik Okan, yang langsung disambut olehnya tanpa melihat siapa sang pelaku panggilan suara itu.

"Halo...!"

"Hai tampan, kamu dimana..? kangen nih aku."

"Oke, ditempat biasa satu jam lagi ya..?" balas Okan yang langsung paham kode dari wanita yang menghubungi dirinya.

"Siapa..?"

"Chika..!"

sepuluh menit berlalu, makanan Okan dan Abra datang. Tanpa mau membuang waktu, mereka langsung menghabiskan makanan yang sudah Esra persiapkan.

Setelahnya, Okan langsung pergi tanpa berpamitan kepada Esra yang sedang duduk bergurau dnegan seorang pria yang entah siapa.

Abra mengekori Okan. Ia tahu kemana tujuan sahabat rasa saudaranya itu akan pergi. Setali tiga uang dengan Okan, Abra juga mendapat telefon dari salah satu wanita yang menjadi temen kencannya.

 

Ini cerita baru yang lagi lagi aku dapet dari akun kakakku. Karya ini sudah diterbitkan sekitar lima tahunan yang lalu, tapi tidak juga lulus kontrak. Makanya aku pindahkan kelapakku, yang sudah pasti ada bagian yang aku banyak ubah.

Untuk kisah novelku yang lain seperti ISTRI SATU MILIAR dan BERBAGI CAHAYA, aku lagi kehilangan mood buat nerusin setelah kemarin terhenti karena kesibukan direal. Jadi untuk mengembalikan mood itu, aku menulis cerita baru ini dulu.

Mohon dukungannya ya Gaes...!!!

Skk 02

Disebuah kamar dengan pencahayaan temaram, suara cumbuan bercampur desisan menggairahkan, menguar mengisi keheningan malam.

"Okan...!" seru tak rela dari wanita yang sudah tergolek pasrah diatas ranjang, kala Okan yang tiba tiba bangkit dari atas tubuhnya.

"Sebentar, ini leher naga belum pakai baju." jawab Okan sembari memasang sesuatu kepusaka kebanggaannya.

Setelahnya ia kembali bergerak, menindih tubuh polos Chika. Peperangan hasrat yang saling menguntungkan pun terjadi.

Jika Okan melakukan dosa itu sebagai pelampiasan sakit hati akan cinta terpendam kepada Esra, Chika melakukan itu karena rasanya kepada pria itu.

Walau sudah pasti Okan tidak akan menyambut, namun Chika tidak perduli.

Ya, inilah wajah lain dari Okan. Rasa yang ia semai untuk Esra sedari kecil, mampu merubahnya menjadi sosok pria pembuat dosa.

Ikatan dan perjanjian yang diciptakan oleh para orang tua, membuatnya, Esra serta anak anak yang lain harus patuh ikut terseret dalam pusaran rumit aturan yang dibuat.

Sama halnya dengan Abra, pria itu juga jadi ikut terseret oleh kelakuan Okan. Yang berawal dari godaan seornag wanita, Abra yang penasaran akan rasa pergulatan diatas ranjang, akhirnya menerima ajakan wanita itu.

"Ini buat loe..!" kata Okan sembari meletakkan lembaran uang berwarna merah.

"Okan, maksud kamu apa.? aku bukan pelacur. Bisa enggak sih kamu hargai perasaan aku.? jangan perlakukan aku seperti ini terus." ucap Chika nyaris menangis.

"Jangan protes, udah biasa begini kan..?" sahut Okan.

"Tapi aku enggak mau itu, Okan please jangan begini terus keaku"

"Gue enggak mau ya, nanti kedepannya ada pembahasan macem macem. Tanggung jawab ini itu, gue beri patah hati loe kalau sampai itu kejadian." kata Okan memberi peringatan.

"Aku sayang sama kamu, aku melakukan ini karena aku mau kamu. Aku pengen ki-----

"Enggak ada..!" sela Okan cepat.

"Loe tau gue kan..? semua yang datang sama gue atas dasar kemauan kalian sendiri dan enggak ada yang namanya pacaran, cinta, saling memiliki. Dari awal sebelum loe menjatuhkan tubuh loe diatas ranjang gue, semua udah gue bilang kan..?"

"Tapi eng-----

"Udah deh, males gue kalau udah kaya gini." tegas Okan.

"Sayang please..!"

"Loe mau terima itu duit..? atau ini malam yang terakhir buat loe tidur sama gue..?" ancam Okan dengan netra menatap tajam kearah Chika.

Mau tidak mau Chika pun memilih untuk mengambil banyaknya lembaran uang yang Okan taruh diatas ranjang.

Sesudah membersih diri, Okan segera beranjak dari kamar itu. Chika pun sudah ia minta pergi dari sana. Saat pintu terbuka, nampak sang sahabat tengah terduduk dikursi meja makan apartemen mewah itu.

"Kok udah beres, cepet amat..?" tanya Okan aneh.

"Enggak jadi, gue suruh puter balik pulang itu menyan. Lagi males gue." jawab Abra.

"Enggak puas amat kayanya itu muka.?" tanya Abra kemudian.

"Rese itu mulut menyan, gitu aja ngomong kalau udah kerja sama gue. Sayang, cinta, pengen miliki gue." keluh kesal Okan.

"Jangan beri lagi lah, masih banyak yang ngasih cuma cuma sama kita. Nih makan dulu..!" sahut Abra.

Okan pun langsung menyantap makanan yang disodorkan oleh Abra.

"Pulang kerumah enggak..?" tanya Okan.

"Pulang lah..! kemaren sudah enggak pulang. Ketauan papa dimatiin kita." jawab Abra.

"Selama kerjaan dan kuliah beres, perusahaan aman, papa mana bakal matiin kita. Enggak akan ini dosa ketahuan." sahut Okan.

"Loe kaya enggak tau para papa kita gimana..? mereka punya mata banyak onta. om Ryan yang udah mateng gitu aja masih dikirim cepu, apa lagi kita yang masih mengkel gini."

Sekelumit obrolan para pemuda pembuat dosa. Mereka kini tengah berada diapartemen yaang khusus dibeli hanya disaat untuk menorehkan tinta dosa dilembaran cerita hidup mereka.

Sementara untuk aset unit apartemen mereka yang lain, hanya menjadi tempat untuk singgah beristirahat jika tidak ingin pulang kerumah.

Jam sebelas malam mereka baru sampai dirumah masing masing. Rumah yang saling berdekatan disebuah kawasan perumahan elit. Rumah yang saling berhadapan hanya terpisah oleh jalanan komplek saja.

"Malem mah..!" sapa Okan memberi kecupan dipipi "kok belum tidur..?"

"Kamu dari mana..? kemaren kok enggak pulang..?"

"Apartemen mama. Papa belum pulang..?"

"Sudah, lagi diruang kerja sama om Ryan dan papa Tio."

"Ratu sama Queen kemana..?"

"Dikamar, ada tugas kampus katanya. Kamu udah makan..?"

"Sudah..!" dibaringkan kepalanya kepangkuan sang mama.

Mama pun reflek memberi usapan lembut pada rambutnya. Okan menatap wajah sang mama, yang masih terlihat cantik walau usianya hampir setengah abad itu. Sangat teduh dan menenangkan.

"Tadi kuliah enggak..?"

"Kuliah mah..! dari kampus langsung kekantor, terus keapartemen. Kemarin juga aku kuliah. Sebentar lagi lulus, sayang dong enggak kuliah. Percuma lanjut kulian lagi kalau enggak bener."

"Cepet beresin kuliahnya, biar bisa sepenuhnya menggantikan papa, sudah waktunya papa istirahat. Kamu sudah dewasa, bertanggung jawab lah sebagai seorang laki laki."

"Iya mama, satu tahun juga lulus sudah. Aku kan serius kalau kuliah walau suka tawuran diatas ring juga."

"Jangan kecewakan mama papa ya Kak...?"

Okan hanya menjawab dengan senyuman saja. Hatinya bagai diremas remas setiap kali mendengar nasehat lembut dari sang mama.

SKK 03

Sama seperti Okan, Abra juga langsung diberondong pertanyaan oleh Yasmin yang berada diruang keluarga bersama sang adik Esra.

"Selamat malam kesayang..!" sapa Abra mencium pipi ibu dan adik perempuannya.

"Dari mana.? kok enggak pulang kemaren.? kuliah enggak..?"

"Dari apartemen mama..! kuliah dong. Dari kampus langsung kekantor. Mama tenang aja, aku tau tanggung jawab dan kewajiban aku. Walau aku enggak pulang, aku melakukan semua dengan baik."

"Anak pintar, sudah makan..?"

"Sudah mama..! papa kemana..?"

"Lagi dirumah papa Benny sama om Ryan. Kebanggaan mama papa jangan macem macem ya.? Kamu putra dirumah ini satu satunya. Nama keluarga ini dan tanggung jawabnya kelak akan ada dipundak kamu. Jaga sikap dan prilaku."

Sekali lagi, hati Abra kembali tercubit oleh perkataan sang mama. Bukan kali ini saja Yasmin selalu mengingatkan sang putra. Abra juga sama seperti Okan, hanya mampu menjawab dengan memberikan senyuman terbaik bagi sang mama. Hanya didalam hatinya kata maaf itu mampu ia ucapkan.

"Loe baru pulang dek..?" tanya Abra kepada Esra.

"Iya, tadi kakak kan lihat rame pengunjung."

"Rame pengunjung apa betah duduk sama pacar..?" ledek Abra.

"Dih, pacar yang mana..?"

"Yang tadi sore itu..?"

"Itu mah temen kuliah kali, dia pesen makanan sekalian sama snack boks untuk acara tujuh bulan kehamilan istrinya."

"Widih, masih muda udah berkembang biak aja." jawab Abra heran.

"Enak masih muda udah menikah dan berkembang biak, jadi kalau anak dewasa kitanya masih muda." sahut Esra yang memang memimpikan untuk menikah diusia muda.

"Sudah yuk tidur, sudah malem ini." ajak Yasmin menengahi.

Abra pun beranjak memasuki kamarnya. Begitu juga dengan Yasmin dan Esra.

Membersihkan diri adalah pilihan pertama yang Abra ambil, sebelum kemudian mengistirahatkan tubuh lelahnya.

Abra menatap pantulan tubuh polosnya dari kaca besar yang tertempel didinding kamar mandi. Entah sudah seberapa banyak ia berbuat dosa, bersenggama dengan para wanita yang selalu datang menawarkan diri mereka.

Walau tidak akan ada pertanggung jawaban dari para teman kencannya, karena baik Abra dan Okan selalu bermain aman. Tapi pertanggung jawaban kepada Tuhan, dan para malaikatnya sudah pasti ada pada akhir nanti.

Menarik nafas dalam dalam, lalu dihembuskan secara perlahan. Ingin rasanya mengakhiri segala perbuatan dosanya. Tapi hasratnya sebagai seorang pria, selalu sulit untuk ia redam. Mencari istri pun tak mungkin ia lakukan, karena sampai saat ini, ia belum mampu menemukan wanita yang bisa membuka pintu hatinya.

Galau menguras iman sudah jadinya.

Pagi hari waktunya bagi Okan dan Abra untuk melakukan rutinitas perkuliahan mereka. Dua pria tampan dnegan segala kemewahan yang melekat ditubuhnya. Baik dari ujung kaki hingga kepala, tidak ada yang berharga murah.

Putra konglomerat dengan harga melimpah sudah pasti paling menonjol aura ketampanannya. Tunggangan mereka saja mobil sport mewah super mahal dan limited, hanya mereka saja yang memiliki.

Baru memasuki gerbang saja, mereka sudah mencuri perhatian, apa lagi saat keduanya menampakkan diri, untung saja tidak ada yang mati berdiri itu para pemerhati. Pria tampan yang menjadi pusat perhatian, semakin bersikap tengil saja menebar pesona dan aura ketampanan.

"Onta..!" panggil Abra dengan tangan yang mencengkram tangan Okan sembari mata menatap lurus kedepan.

"Apaan...?"

"Lihat noh..!!" tunjuk Abra dengan dagunya.

Okan mengikuti arah pandang Langit. Nampak didepan sana, dua wanita cantik tengah terduduk disalah satu kursi yang tersedia dipelataran kampus, dengan buku ditangan masing masing.

"Turun dari mana itu bentukan..? baru lihat gue." ucap konyol Okan.

"Dari ambulance enggak mungkin kan..? apa lagi pohon beringin didepan, udah enggak mungkin banget." sahut Abra.

"Siap bong.!!"

"Siap dong...!"

Dilangkahkan kaki mereka berdua mendekati dua sosok cantik yang akan menjadi target incaran selanjutnya.

"Ehem ehem.!" yang keluar dari bibir dua pria tampan ini, kala melewati dua wanita cantik itu.

Tapi harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dua wanita cantik hanya memberi respon melihat aneh sesaat kepada Okan dan Abra, sebelum akhirnya pandangan mereka kembali kepada buku masing masing.

"Brengsek..! loe yang mana onta..?" umpat kesal Abra dilanjutkan dengan pertanyaan.

"Gue yang Pendekan rambutnya, imut."

"Oke...! tunggu kena beri trisula naga kalian." oceh kesal Abra lagi.

"Ini yang kita pake kurang mahal apa..? kok mereka gitu doang menatap kita." tanya Abra sembari menelisik penampilannya.

"Kharisma gue jangan jangan luntur lagi..? gara gara memberi leher naga kemenyan rese kemaren."

"Kalau loe luntur, masa gue juga ikutan.? gue kan kemaren enggak memberi..?" sahut Abra.

"Kita kan sehati cebong, gue sial loe juga sial."

"Mandi kembang ini judulnya nanti pulang kita." timpal Abra "Ah loe sih, jadi ikut sial gue. Jangan diberi lagi itu menyan kemaren."

"Iya enggak. Sidang isbat perlu digelar enggak ini..?"

"Enggak perlu, kita mampu kali menjinakkan bentukan dua itu buat jadi menyan trisula naga."

Ocehan mereka terhenti setelah memasuki ruang kelas. Dengan fokus kedua pria itu memperhatikan materi yang dosen berikan, sampai waktu kelas pertama usai.

Just info...!!

Bukan area bacaan orang orang alim ya gaes, karena ada terselip adegan dosa. Tapi sekali lagi, ambil yang baik buang yang buruk dari setiap cerita yang kalian baca. Karena mau sekosong apapun cerita, pasti mengandung makna didalamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!