NovelToon NovelToon

Algara, Posesif Badboy

kembali

Seorang gadis cantik kini sedang menggeret kopernya memasuki sebuah rumah mewah yang sudah dua tahun ini dia tinggalkan. Gadis itu baru kembali setelah dua tahun berada di negeri orang bersama opa dan Omanya. Kini dia kembali lagi ke tanah air, kerumah kedua orangtuanya.

Setelah lulus SMP, kedua orang tuanya langsung mengirimnya ke luar negeri dengan tujuan agar anak pertamanya itu berubah dan tidak lagi menjadi gadis pembangkang dan susah di atur.

Anggraini Cantika wijaya adalah nama gadis cantik itu, biasa di panggil Aini. Aini memiliki seorang adik perempuan yang usianya hanya berbeda satu tahun dengannya. Nayla putri Wijaya adalah adik Aini satu-satunya.

Mereka dua bersaudara dari pasangan Felix Wijaya dan Jessika. Biarpun saudara kandung, tetapi kedua gadis itu tidak akur. Atau bahkan saling tidak menyukai satu sama lain.

Setelah dua tahun tinggal bersama Oma dan opanya di Jerman, Aini memutuskan untuk pulang ke tanah air. Omanya sebenarnya melarang karena sudah nyaman bersama cucunya itu, tapi Aini tetap kekeuh ingin kembali ke rumah orangtuanya di tanah air.

Setelah berbagai bujuk rayu Aini pada Omanya, akhirnya dia di perbolehkan kembali ke Indonesia dengan syarat Aini harus selalu menghubungi Omanya.

Aini memasuki rumah itu dengan koper di tangannya, jangan lupa dengan wajah datarnya yang tidak pernah senyum kepada siapapun selain opa dan omanya. Orang yang sangat menyayangi dirinya tanpa alasan apapun. Walaupun dulunya Aini seorang pemberontak, gadis liar dan hobinya baku hantam tetapi kedua kakek neneknya tetap menyayangi dirinya dan tidak pernah sekalipun mereka membentak cucu pertamanya itu.

Berbeda dengan kedua orangtuanya yang malu dengan kelakuan anak sulungnya itu, setiap hari Aini selalu berbuat ulah dan membuat malu keluarga. Itu sebabnya kedua orangtuanya mengirimnya bersama opa dan Omanya yang tinggal di Jerman.

Mereka tidak sanggup mendidik kenakalan anak gadisnya itu, Nayla tentu saja senang karena kakaknya tidak tinggal dengan mereka lagi yang otomatis semua kasih sayang orangtuanya hanya padanya dan hanya dia yang selalu di manja oleh kedua orangtuanya itu.

Aini bukanlah gadis nakal sejak dulunya, ada alasan yang membuatnya menjadi gadis liar dan suka berbuat onar. Bukannya di perhatikan, Aini malah di kirim pada nenek dan kakeknya. Apa alasan Aini melakukan itu? Dia hanya ingin mendapat perhatian dari kedua orangtuanya itu.

Aini berhenti tepat di ruang tamu, di sana ada kedua orang tuanya dan juga adiknya yang tengah bersantai sembari bercanda sebagaimana keluarga yang harmonis. Mereka bahkan tidak menyambutnya dengan pelukan atau apapun itu.

Menyadari ada yang datang, ketiga orang itu langsung menoleh dan melihat anak pertama mereka dengan koper di tangannya. Kedua orang tuanya dan juga adiknya tidak terkejut melihat kedatangan Aini yang tiba-tiba karena oma Rina sudah memberitahu pada mereka kalau Aini pulang hari ini ke Indonesia.

'Kenapa kak Aini harus pulang lagi sih, nanti kasih sayang papa sama mama jadi terbagi sama dia. Sial'

"Kenapa kamu pulang, Aini?" tanya tuan wijaya dengan wajah datarnya.

Tidak ada senyum atau raut bahagia menyambut kedatangan putri pertamanya itu. Apalagi pelukan.

Aini menaikkan sebelah alisnya, heran dengan pertanyaan yang di lontarkan papanya itu. Apakah salah dirinya pulang ke rumah orangtuanya? Apakah papanya itu tidak senang dan tidak rindu padanya?

"Aini, setahun lagi kamu lulus SMA. Kenapa kamu kembali? Kenapa kamu tidak menyelesaikan pendidikan SMA mu di Jerman saja bersama opa dan Oma mu?" Timpal Jessica, mamanya Aini.

"Apa salah Aini pulang? Apa papa sama mama sama sekali tidak merindukan Aini?" Tanya Aini dengan wajah datar, hatinya sedikit sakit mendengar lontaran kedua orangtuanya itu yang seakan tidak mengharapkan dirinya.

Kedua orang tua Aini terdiam, benar kata Aini tidak ada salahnya dia pulang. Tapi mereka sudah nyaman tanpa ada gadis itu di dekat mereka. Namun gadis itu malah kembali pulang ke Indonesia setelah dua tahun berada di Jerman bersama Oma nya.

Aini tersenyum getir melihat keluarganya itu yang tidak menyambutnya sama sekali, tidak ada pelukan atau pertanyaan tentang keadaannya selama berada di luar negeri.

Seburuk itukah dirinya dimata keluarganya?

"Bukan begitu, Aini. Tidak salah kamu pulang, hanya saja menurut mama tanggung karena sekarang kamu sudah kelas 12 dan setahun lagi lulus SMA" ujar Jessica merasa bersalah karena ucapannya.

"Saya harap kamu tidak lagi mempermalukan keluarga kita, sudah cukup dulu kamu selalu membuat masalah dan membuat malu keluarga. Contoh adik kamu yang tidak pernah mempermalukan kita dan selalu menurut pada orang tua. Tidak seperti kamu yang selalu membangkang" datar tuan Wijaya.

"Pah.."

Jessica memegang lengan suaminya itu agar tidak lagi membandingkan Aini dengan Nayla.

Biar bagaimanapun mereka berdua sama-sama putrinya, Jessica juga sedikit tidak suka dengan sifat pembangkang putri pertamanya itu tapi balik lagi, Anggraini tetap putrinya, putri yang lahir dari rahimnya.

Aini mengepalkan tangannya mendengar ucapan papanya yang masih saja membandingkan dirinya dengan adiknya itu. Sedari dulu, kedua orang tuanya hanya memerhatikan Nayla dan lebih menyayangi adiknya itu dibanding dirinya.

Kedua orang tuanya juga selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Nayla. Itulah sebabnya dulu dia suka mencari masalah dengan harapan agar kedua orangtuanya juga memperhatikan dirinya.

Tapi bukannya di perhatikan, Aini malah mendapat bentakan dan tamparan dari papa dan juga kadang dari mamanya. Setelah perlakuan kedua orang tuanya, Aini bukannya berhenti membangkang dan malah menjadi.

Kedua orang tuanya yang sudah muak akhirnya mengirimkannya keluar negeri agar tidak ada lagi yang membuat malu keluarga Wijaya. Salah satu keluarga yang di segani di kota itu.

"Saya tau, itu" jawab Aini menahan sesak di dadanya sekaligus marah dan kecewa.

"Besok kamu sekolah di sekolah Nayla, ingat pesan saya jangan sampai kamu membuat masalah seperti dulu lagi. Jika kamu masih ingin tetap berada di sini, maka bersikaplah yang baik" pesan tuan wijaya.

"Kenapa kak Aini harus satu sekolah sama Nayla, pa?" Protes Nayla.

Gadis itu tidak suka jika kakaknya satu sekolah dengannya, dia hanya ingin dianggap anak satu-satunya keluarga Wijaya. Dia tidak suka jika kakaknya juga di sayangi dan di perhatikan.

Aini berdecih mendengar adiknya yang protes, sedari kecil gadis itu selalu mengalah pada adiknya itu. Semua miliknya pasti akan di rebut oleh Nayla, kedua orang tuanya juga tidak pernah memarahi adiknya itu sehingga Nayla semakin semena-mena terhadap Aini.

Aini sangat menyayangi Nayla, tapi gadis itu malah sebaliknya. Nayla tidak suka kakaknya di pandang, dia hanya ingin dirinya saja yang di perhatikan.

Egois memang, tapi Nayla tidak peduli itu, yang dia inginkan dia menjadi anak satu-satunya di keluarganya. Tidak peduli jika Aini adalah kakak kandungnya, yang pasti dia tidak pernah menyukai kakaknya itu yang selalu lebih unggul darinya.

Aini walaupun dulunya nakal tapi dia pintar, wajahnya juga cantik nyaris sempurna. Jika ada yang melihat Aini dengan Nayla, mereka tidak akan tau jika keduanya adalah kakak adik. Karena wajah mereka tidak terlalu mirip dan Aini jauh lebih cantik dibandingkan adiknya, Nayla.

"Nayla, Aini kakakmu. Jadi tidak masalah kalian satu sekolah" ujar Jessica.

"Tapi Nayla gak mau nanti kak Aini buat masalah di sekolah, jadinya nanti Nayla juga yang malu" protes Nayla cemberut.

"Kamu tidak perlu mengatakan jika Aini kakakmu di sekolah" ujar tuan wijaya.

"Kenapa begitu, pah? Biar bagaimanapun juga Aini kakaknya Nayla" protes Jessica.

"Tidak masalah, Lo gak perlu nyapa gue di sekolah. Anggap aja kita gak kenal" sarkas Aini menatap sinis adiknya itu.

"Sudah yang penting kamu jangan pernah membuat masalah, saya tidak ingin kamu membuat malu keluarga lagi" datar tuan wijaya.

"Hm. Saya tidak jadi tinggal di sini lagi, saya akan tinggal di apartemen" ucap Aini datar.

'Bagus, gue juga gak pengen Lo tinggal di rumah ini' batin Nayla tersenyum puas dalam hati.

"Aini, kenapa kamu tinggal di apartemen? Lalu apa tujuan mu pulang jika tidak tinggal dengan kita, nak?" Tanya Jessica lembut.

Aini sebenarnya ingin bersama keluarganya, tapi melihat sifat papanya yang masih lebih memilih Nayla serta pilih kasih dan tidak menganggapnya membuatnya malas berada di rumah itu.

Aini bukannya iri karena Nayla lebih di sayangi, tapi bisakah dirinya juga di perlakukan seperti Nayla? Aini hanya ingin di perhatikan dan juga disayangi oleh orangtuanya. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi karena semua kasih sayang papa dan mamanya sudah di rebut oleh Nayla.

"Biarkan saja, jika kamu kenapa-napa diluaran sana saya tidak peduli" ucap tuan wijaya acuh.

"Gak papa, ma. Aini ingin mandiri, Aini  langsung ke apartemen saja sekarang, permisi" pamit Aini kemudian langsung beranjak.

Hari masih siang, Aini keluar dari kediaman Wijaya dengan menggeret koper besarnya. Hatinya berkecamuk, sedih marah dan kecewa telah bercampur.

Padahal tujuannya pulang adalah berharap orangtuanya sudah berubah dan akan menyayanginya karena sudah lama berpisah. Tapi masih sama seperti dulu, dirinya merasa tidak di anggap oleh papanya dan juga adiknya yang tidak suka dengan kehadirannya.

Jessica menatap sendu putrinya itu yang sudah melangkah keluar dari kediaman Wijaya, ingin mencegah pun tak bisa karena Aini sendiri yang memilih pergi. Dan lagi suami serta anak bungsunya tidak menyukai putri pertamanya itu. Jessica tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap keluarganya kembali utuh.

****

pertemuan

Disinilah Aini berada, di sebuah unit apartemen milik keluarganya. Gadis itu lebih baik hidup sendiri daripada tinggal dengan keluarganya tapi serasa tidak dianggap.

Selama di Jerman, opa dan Omanya selalu mengajarinya agar hidup mandiri dan tidak mudah di tindas. Jadi Aini tidak masalah atau takut tinggal sendiri di apartemennya. Lebih baik juga menurutnya karena dia bisa bebas tanpa di atur ini itu oleh papanya.

"Apes banget nasib gue, sedari dulu gak pernah di anggap. Cuman opa sama Oma aja yang sayang sama gue" Aini menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Mending gue beli motor dah, biar bebas keluar" Aini lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Antarkan saya motor sport, sekarang!" Titah Aini.

"Baik, nona"

Tut

Tidak menunggu lama, seseorang langsung mengantarkan sebuah motor sport ke apartemen Aini. Orang itu adalah bawahan opa Leonard Wijaya yang ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi Anggraini selama di Indonesia.

"Ini kunci motornya, nona" Heru menyodorkan kunci motor itu pada Aini.

"Hm, thanks" ucap Aini singkat.

"Kalau begitu saya permisi dulu, nona. Jika nona butuh sesuatu langsung hubungi saya" ujar Heru menunduk hormat.

"Hm" Aini hanya berdehem.

Aini langsung kembali ke kekamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya masih lelah setelah melakukan penerbangan dari London ke Indonesia.

Malam harinya, Aini keluar dari apartemennya dan langsung menuju ke club'. Sewaktu di Jerman juga dia sering keluar malam dan minum minuman beralkohol. Walaupun sering keluar masuk club' tapi Aini tau batasan. Dia hanya sekedar minum dan menenangkan pikirannya di sana.

Setelah pukul sepuluh malam, Aini akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia tidak minum sampai mabuk karena tidak akan ada yang membantunya nanti pulang ke apart.

Ditengah jalan, Aini berhenti karena di depan sana sedang terjadi aksi baku hantam. Tapi sepertinya bukan tawuran karena satu lawan beberapa orang dan terlihat seseorang itu sudah kalah karena satu lawan banyak.

"CK. Repot banget sih, mana gue ngantuk lagi malah bacok di tengah jalan" sungut Aini kesal.

Tin

Tinnnnnn

Aini membunyikan klakson motornya, perkelahian di depannya langsung terhenti dan semua menatap ke arah dara yang masih anteng di atas motor.

"Siapa, lo?" Sinis seorang dari mereka.

"Lo pada minggir gue mau lewat" ketus Aini menatap kesal mereka semua.

"Cewek cantik kayak Lo pantasnya layanin kita, bukan malah keluyuran" ucap Alex, ketua dari para remaja itu.

Aini melirik seseorang yang sudah terluka, sepertinya pemuda itu kalah. Aini kemudian mengalihkan tatapannya beralih pada alex dan anggotanya.

"Lo pada laki gak sih, beraninya main keroyokan" sinis Aini menatap remeh pada Alex dan anggotanya

"Bukan urusan lo, lebih baik lo pergi atau kalo Lo mau jadi pelayan kita aja" ucap salah satu sahabat Alex sembari tersenyum remeh.

"Oke, sekarang Lo semua lawan gue" tantang Aini kemudian turun dari motornya.

Gadis itu sudah capek dan ngantuk serta ingin cepat-cepat pulang dan tidur karena lelah bermain di luar, tapi malah dihadang oleh para berandalan itu.

"Nantangin bos, langsung aja sikat" ucap salah satu anggota Axel.

"Gak usah bacot Lo pada" ketus Aini kemudian langsung menghajar mereka.

Bug

Bug

Krekkk

Aini mengahajar Alex dan anggotanya. Mereka semua terkejut melihat aksi Aini yang sangat lincah, bahkan sebagian dari mereka sudah tumbang.

Pemuda yang masih terduduk di aspal itu juga terkejut melihat kehebatan gadis itu, dia saja kalah karena di keroyok tapi gadis itu sama sekali tidak terluka. Dia menebak-nebak siapa sebenarnya gadis itu, selain cantik juga hebat dalam beladiri.

"Kalau bisanya main keroyokan mendingan pake rok deh, gak cocok Lo pada jadi laki" ejek Aini setelah berhasil menumbangkan Alex dan anggotanya.

"Udah keroyokan, kalah pula" cibir Aini menatap remeh ke arah Alex dan anggotanya.

"Shitt, gue bakal balas lo" marah Alex.

"Ya, ya gue tunggu. Mending minggir Lo semua" ketus Aini menatap tajam mereka semua.

Alex dan anggotanya langsung beranjak, mereka cukup takut dengan gadis itu yang sangat hebat dan berhasil menumbangkan mereka. Untungnya Aini tidak sampai membuat mereka patah tulang, jika tidak mereka akan kesulitan untuk membawa motor.

Alex dan anggotanya langsung meninggalkan tempat itu karena jika kembali melawan Aini, yang ada mereka semakin terluka nantinya.

Aini menghampiri pemuda yang masih terduduk di aspal, lengan pemuda itu berdarah karena tusukan pisau.

"Lo gak mati kan?" Aini mendekat dan menepuk-nepuk pipi pemuda itu.

Pemuda itu tersentak sekaligus kesal dengan gadis itu, udah jelas-jelas dia masih hidup dan bahkan duduk pula. Malah dengan santai nanya masih hidup atau gak wkwk.

"Lo gak liat gue hidup?" Decak pemuda itu.

"Lo kenapa kalah? Laki bukan sih?" Ketus Aini.

"Mereka banyak" singkat pemuda itu.

"Trus gue kenapa menang?" Tanya Aini bodoh.

Pemuda tampan itu mendelik, gadis aneh pikirnya.

"Mana gue tau, pertanyaan aneh" sinis pemuda itu.

"CK. Sini tangan Lo"

Aini langsung menarik lengan pemuda itu yang terluka dan langsung membungkusnya dengan sapu tangan yang kebetulan dia bawa di saku jaketnya.

Pemuda itu tersenyum tipis melihat perlakuan gadis itu yang membalut lukanya dengan sapu tangan. Dia tidak mengenal gadis itu dan gadis itu juga tidak mengenalnya tapi dia seperhatian itu.

"Gue udah balut luka Lo, Lo bisa pulang sendiri atau gue anter?" Tanya Aini

"Gue bisa sendiri, thanks udah bantuin" ujar pemuda itu tersenyum tipis.

"Tau terima kasih juga, Lo ternyata" ucap Aini sinis.

"CK. Gak jadi gue bilang terima kasih" decak pemuda itu.

"Dih, gue balik dulu. Balik juga Lo sana entar dikeroyok lagi mampus Lo" ucap Aini langsung menghampiri motornya.

"Gue duluan" pamit Aini kemudian langsung naik ke motornya dan melaju dengan kecepatan sedang.

"Cantik" gumam pemuda itu tersenyum tipis.

"Gue pastikan Lo jadi milik gue" ucap pemuda itu memandangi Aini yang sudah menjauh dari pandangannya.

****

Tiba di apartemen, Aini langsung menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Gadis itu kembali teringat pada pemuda yang tadi dia selamatkan.

"Namanya siapa yah, CK. Gak penting juga. Tapi ganteng dikit" Aini langsung menarik selimut kemudian terjun ke alam baka eh alam mimpi maksudnya.

Keesokan paginya, Aini bangun lebih pagi karena hari ini dia akan sekolah. Gadis itu langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah baru.

"Ternyata gue cantik" ucapnya sembari menatap tampilannya di depan cermin.

"Iyalah, kan gue cewek" ucapnya lagi pada dirinya sendiri.

Ngomong sendiri, jawab sendiri. Aini mungkin miring dikit hehe.

Rambutnya di kuncir kuda, bajunya yang keluar dan tidak di kancing sampai atas. Dua kancing seragamnya sengaja dibiarkan terbuka hingga kaos hitamnya terlihat.

"Badboy cantik nih, gue" gumam gadis itu.

"Eh Badboy kan cowok, berarti badgirl cantik. Yups gue badgirl cantik" ucap Aini terkekeh kecil.

Aini langsung turun dan menaiki motornya. Gadis itu melajukan motornya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Setelah dua tahun berada di luar negeri, dia merasa sedikit berbeda dengan kota kelahirannya itu.

****

Gevandra High School

Gevandra High School, nama sekolah yang kini Aini bersekolah.

Brum

Brum

Ckitt.

Aini menghentikan motornya di parkiran. Para siswa-siswi yang melihat kedatangan Aini seketika heboh, karena tampilan gadis itu yang sangat keren.

"Siapa tuh, anak baru kayaknya"

"Cewek apa cowok sih?"

"Kalau cowok pasti ganteng"

Lima orang pemuda tampan yang juga berada di parkiran itu memusatkan perhatian pada anak baru itu. Aini masih belum membuka helmnya, gadis itu juga tidak menghiraukan tatapan para siswa padanya termasuk kelima pemuda tampan yang juga tengah menatapnya.

Dengan gaya slow motion, Aini membuka helm full face nya, seketika para siswa terpekik melihat kecantikan gadis itu. Para cewek langsung lesu karena mengira Ainiseorang cowok sedangkan para siswa langsung berbinar karena sekolah mereka kedatangan cewek cantik.

'Dia' batin seseorang tersenyum tipis.

"Cantik banget, uy"

"Gila, gue ngiranya cowok tadi. Ternyata cewek"

Kelima pemuda tampan itu juga menatap kagum pada Aini kecuali seseorang yang sudah pernah melihat gadis itu.

'Sialan, kak Aini jadi pusat perhatian' kesal Nayla yang ternyata berada tidak jauh dari sana.

Aini turun dari motornya kemudian berjalan dengan badan tegak dan tatapan lurus ke depan, gadis itu tidak menghiraukan semua para siswa yang menatap padanya. Tatapannya datar dan tidak ada senyum yang menghiasi wajah cantik itu.

Dia menghadang tas dibahu kanannya, seketika matanya melihat adiknya yang berdiri tidak jauh dari sana, seketika moodnya jadi buruk.

"Woi anak baru, Lo cantik banget" ucap salah satu dari pemuda tampan itu.

Aini seketika berhenti tepat di depan para MOS wanted itu. Seketika tatapan Aini tertuju pada seorang pemuda yang dia tolong semalam, pemuda itu juga balik menatapnya lekat.

'Ck, ketemu lagi ternyata' decak Aini.

"Boleh kenalan, gak?" Tanya Rafa, sipaling genit pada cewek.

"Gak" ketus Aini kemudian langsung beranjak meninggalkan kelima mos wanted itu yang melongo.

"Anjir, tu cewek cantik tapi judes deh"

"Tau njir, baru kali ini ada cewek yang ngacangin kita"

"Tatapannya juga datar gitu"

"Cabut" titah sang ketua.

Kelima sahabat itu langsung masuk ke dalam kelas mereka.

Di sisi Aini, gadis itu langsung menuju ke ruangan kepsek. Setelah dari sana, dia diantarkan langsung oleh wali kelasnya ke kelas 12 MIPA 1.

Tok

Tok

"Permisi, buk Nia. Maaf mengganggu, saya mengantarkan siswi baru. Dia anak didik saya" ujar Lala, wali kelas 12 MIPA 1.

"Silahkan, buk" ujar buk Nia.

"Aini, kamu masuk dan perkenalkan dirimu. Ibu langsung ke kelas sebelah"

Aini mengangngguk kemudian masuk ke dalam kelas. Lagi-lagi matanya tidak sengaja bertatapan dengan pemuda yang di tolongnya itu. 'oh shit, haruskah gue satu kelas sama tu orang sih' kesal Aini.

"Kenalkan dirimu" ujar buk Nia.

"Hm, gue Aini" singkat padat bangsat.

Para siswa yang berada di kelas itu menatap cengo termasuk kelima pemuda tampan yang duduk paling belakang.

"Perkenalkan yang jelas, Aini" tekan Nia.

"CK. Gue Anggraini Cantika. Panggil aja Aini atau apa yang penting jangan setan karena gue bukan setan" ketus Aini.

Gadis itu sengaja tidak menyematkan marga Wijaya di belakang namanya, malas aja pikirnya.

Para siswa menatap cengo gadis itu, sedangkan kelima pemuda tampan yang dibelakang juga melongo mendengar ucapan ketus gadis itu.

Nia sendiri geleng kepala mendengar ucapan siswi baru itu, tak ingin memperpanjang dia langsung menyuruh Aini duduk.

"Baiklah, sekarang kamu duduk" titah Nia.

Aini mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong, dan sialnya kursi kosong satu-satunya hanya ada di samping pemuda yang di tolongnya itu.

'Ck, masa gue duduk sama dia sih' batin Aini kesal.

"Kursi kosong gak ada Bu" ucap Aini.

"Itu di belakang, kamu duduk di samping Al" titah Nia.

'shit'

Aini akhirnya melangkah menghampiri meja dimana ada Algara. Al tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tidak ada yang menyadarinya.

Aini langsung duduk tanpa menoleh pada Algara yang masih memperhatikan dirinya.

"Hai Aini, kenalin gue Rafa"

Aini melirik sekilas, "Aini" singkatnya.

"Gue Regan"

"Kenalin gue Gean, sipaling tampan diantara kita bertiga. Yang di samping Lo namanya Algara, dan di depan Lo itu namanya Arjuna" ucap Gean memperkenalkan bos dan waketu nya itu.

"Hm" Aini hanya berdehem.

"Yang di belakang lanjut nanti lagi, sekarang kita belajar" ujar Nia.

Mereka lalu mengikuti pelajaran dengan tertib, sesekali Algara memerhatikan gadis di sampingnya itu. Aini hanya cuek, bahkan melirik Algara saja tidak.

****

Setelah jam istirahat tiba, Aini langsung keluar dari kelas dan langsung menuju ke kantin. Setibanya di sana, gadis itu mendapati meja kosong di sudut kantin, hanya itu karena meja yang lainnya sudah terisi oleh siswa-siswi yang terlebih dahulu datang ke kantin.

Aini langsung menghampiri meja yang masih kosong itu tanpa menghiraukan tatapan para siswa-siswi yang menatap sinis dan juga penasaran dengannya. Setelah memesan makanannya, Aini kembali ke meja itu seorang diri. Karena dia tidak memiliki teman.

Gadis itu juga sedikit heran karena di meja itu kosong, tidak ada siswa lain yang duduk di sana. Seperti sengaja di kosongkan atau mungkin tidak ada yang berani duduk di sana.

"Kok kayak pada takut ya mereka duduk di sini, padahal masih longgar tapi memilih sempit- sempitan di situ" gumam Aini sembari menatap siswa-siswi itu.

"Gini amat dah gak punya teman, makan juga singel" gerutunya pelan.

Saat sedang asik menggerutu dalam hati tiba-tiba kantin heboh karena kedatangan lima pemuda tampan, biasalah hal gini udah biasa di cerita tentang Badboy Badboy gitu.

Kedatangan kelima mos wanted SMA Gevandra High School itu mengalihkan perhatian para siswa-siswi lebih tepatnya siswi karena kelima pemuda itu cowok hhee maksudnya mereka semua lelaki tampan yang diidolakan oleh hampir seluruh siswi SMA Gevandra High School.

"Algara makin hari makin keren cuy, ganteng banget lagi" pekik siswi a

"Gak jauh beda sama si Arjuna, datar tapi cool"

"Gean juga lucu Wei, gemasin lagi"

"Gue lebih suka Rafa karna dia gak terlalu cuek, dia juga ramah"

"Regan yang paling ramah euy, lembut lagi"

"Ahk, semua nya buat  gue aja lah"

"Gak bisa! mereka semua punya gue!"

"Gak usah ngehalu, Weh. mereka aja gak ada yang suka sama kita"

"Huh, mana bener lagi"

Begitulah kira-kira pujian makian hujatan atau apalah itu yang terlontar dari mulut siswi-siswi setiap kali kelima mos wanted itu datang ke kantin. Mereka semua tidak menghiraukan teriakan para siswi itu dan langsung menghampiri meja yang memang khusus untuk mereka.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!