NovelToon NovelToon

Tragedi Dimalam Pertama

Bab 1

" Sempurna,kamu terlihat sangat cantik malam ini sayang." ucap Abrar Malik kala melihat istrinya keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai lingerie berwarna hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.

" Kemarilah sayang,duduklah dipangkuan suamimu." Ucapnya lagi sembari menepuk kedua pahanya.

Azra yang merasa gugup dan malu menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi bagian dadanya yang menjulang.

" Aku malu mas!"Lirih Azra.

" Kenapa harus malu sayang,aku ini suamiku.Aku berhak melihatnya itu halal untukku za." Mendengar ucapan suaminya Azra yang tadinya terlihat tegang lantas mendekat dan duduk dipangkuan suaminya sesuai dengan yang diinginkan suaminya.

Abrar menyingkap rambut panjang Azra yang menutupi leher jenjangnya.

Ahhhhh

Suara itu lolos dari mulut Azra kala Abrar mengendus dan mnghujami lehernya dengan ciuman.Tak hanya itu tangan nakalnya sudah menyibak bagian bawah kain yang menutupi area sensitif istrinya.

Greeep

Buruk

Abrar menarik pinggang sang istri hingga istrinya itu jatuh tepat diatas tubuhnya.Bagian dada yang cukup besar dan padat itu terlihat sangat menggoda saat menekan dada suaminya.

" Terimakasih sayang,aku sungguh tidak menyangka akhirnya kamu menjadi milikku seutuhnya.Aku sangat bersyukur karna sampai detik ini kamu masih setia bersamaku.Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk kamu menungguku pulang bertugas."

Cup cup cup

Abrar tiada hentinya mengecup dan mencium wajah sang istri membuat Azra merasa sangat dicintai suaminya.

" Sudahlahmas,sudah berapa kali kamu mengatakan hal ini.Yang terpenting sekarang aku sudah bersamamu dan aku akan selalu mendampingimu, menemanimu sampai maut memisahkan kita."

Euuhhhhh

Tangan nakal Abrar yang sudah bergerilya membuat desahan Azra lolos kembali.

" Aku sangat sangat mencintaimu sayang,bila Tuhan mengambil nyawaku malam inipun aku sangat ikhlas karna aku sudah bisa memilikimu."

Cup

Azra mengecup bibir Abrar dan menahannya sedikit lama disana.

" Jangan katakan apapun lagi,jangan ulangi kata-katamu lagi.Kita akan hidup 1000 tahun lagi dalam bahtera rumah tangga yang bahagia."

Greep

Azra memeluk suaminya dengan erat,sesaat hatinya berdesir dengan apa yang suaminya katakan.

Sementara dibelahan bumi yang lain Natan dan ketiga temannya baru saja sampai kemarkas tempat biasa mereka berkumpul dan menyusun strategi untuk setiap misi yang mereka akan jalankan.

" Apa informasi yang kamu dapatkan dari kompleks yang ada di blok d26 tentang rumah baru itu?" Tanya Natan pada Fandi seseorang sekaligus sahabat yang ditugaskan mengintai setiap target baru mereka.

" Rumah baru itu kemungkinan kosong karena pemiliknya baru saja melangsungkan pernikahan.Mungkin mereka baru akan kembali dua sampai tiga hari lagi karna sudah jelas pengantin baru itu melakukan bulan madu belah durian.Pfttttt!"

" Memangnya pengantin baru harus belah durian? Kalau saya mah ogah,mending mesra-mesraan sama istri dan menikmati apem istri.Hahahaaa!" Kelekar Ardi.

" Ck,kita ini sedang bicara serius untuk misi kita malam ini.Jangan becanda,ingat kapan kita harus becanda dan kita harus serius.Jangan sampai kita salah informasi,darimana kalian tau jika mereka pergi berbulan madu.Bagaimana jika mereka melakukan malam pertama dirumah mereka yang baru." Ucap Natan.

Mereka bertiga lantas pergi meninggalkan marakas dengan mengendarai mobil jib.

Natan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi lantaran ia tidak mau melewatkan kesempatan yang sudah lama mereka tunggu.

Mobil berhenti tepat didepan sebuah rumah mewah dengan pagar menjulang tinggi.

Klek klek

Tiga orang yang mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah itu berhasil membuka pintu pagar.Setelah dirasa aman mereka lantas masuk menyusup kedalam.

Nasib beruntung memang sangat berpihak kepada mereka,selain rumah baru itu belum memiliki seorang satpam rupanya kamera cctv dirumah tersebut belum selesai terpasang disetiap sudut rumah.

Rumah yang Abrar tempati adalah rumah baru yang dibeli Abrar dari hasil kerja kerasnya.Rumah itu sengaja dibangun untuk ia tinggali bersama istrinya Azra.

Rumah yang belum benar-benar siap ditempati itu rupanya sudah menjadi incaran ketiga Natan dan kedua temannya.

Natan dan kedua temannya tidak pernah kekurangan materi,mereka merampok rumah-rumah mewah dan menggasak sebagian harta mereka untuk dibagikan kepada anak-anak jalanan dan juga orang-orang yang tidak mampu.Bahkan dari hasil rampasan tersebut Natan dan kedua temannya memiliki rumah singgah dan mereka memiliki lebih dari 100 anak asuh.

Klek klek

" Berhasil!"

Ucap Ardi yang sudah berhasil membobol kunci rumah Abrar dalam kurun waktu kurang dari lima menit.

Mereka bertiga saling tatap,detik berikutnya mereka masuk kedalam rumah dan tak lupa menutup pintunya kembali agar tidak mengundang kecurigaan dari luar.

" Kita bagi tugas,kamu dibawah Tan aku dan Ardi akan naik keatas." Ucap Fandi.

Ardi dan Fandi mengendap naik keatas menuju ruangan dilantai atas sementara Natan mulai mencari barang berharga disetiap ruangan yang ada dilantai satu.

Sementara didalam kamar Azra dan Abrar yang hampir melakukan penyatuan mendengar suara langkah kaki yang mendekati kamar mereka.

" Mas,seprtinya ada orang lain dirumah ini.Apa mereka perampok?" Ucap Azra sembari menutup tubuhnya dengan selimut tebal.

" Ssttttt diamlah,pakai bajumu bersembunyi lah didalam kamar mandi biarkan mas yang keluar melihat siapa yang sudah berani menyelusup dan mengusik malam pertama kita." Ucap Abrar sembari menyambar piyama yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya.

klek klek

braaak

" Sial! Siapa kalian?" hardik Abrar saat melihat dua orang yang sudah berdiri didepan pintu kamarnya.

" Oh shiiit! Brengsek!" Ardi dan Fandi saling tatap seolah mereka tengah bertelepati lewat tatapan mata.Detik berikutnya Fandi menganggukan kepalanya.

Slaash

Bugh

Satu pukulan mendarat diwajah abrar membuat Abrar sedikit terhuyung kebelakang.

Perkelahian tak dapat dihindari,mereka saling pukul dan saling serang.Sementara Azra hanya berdiri mematung dengan kaki gemetar melihat perkelahian antara suami dan kedua orang yang menyelinap masuk kedalam rumahnya.

Azra mengingat baik pesan suaminya sebelum keluar agar tidak berteriak ataupun mengeluarkan suara apapun karna Abrar tidak ingin Azra juga dalam bahaya.

Natan yang mendengar keributan dilantai atas langsung berlari menaiki tangga namun sayang saat Natan sampai keatas Abrar sudah dalam keadaan bersimbah darah.

Fandi membuang gagang fas bunga yang tak sengaja ia pakai untuk menimpuk kepala Abrar.

Fandi melakukan itu untuk melindungi Ardi yang hendak terkena tusukan senjata tajam yang dibawa oleh Abrar.

" Astaga,apa kamu sudah membuatnya?" Bisik Natan dengan suara yang lirih namun penuh ketegasan.

Fandi dan Ardi yang panik lantas berlarian turun kebawah dan pergi menuju mobilnya.

Natan maju selangkah untuk memastikan Abrar tewas atau masih bisa diselamatkan.Namun langkahnya terhenti kala ia melihat wajah yang sangat ia kenal.

" Di-dia?" Meskipun dalam gelap Natan dapat mengenali wajah sepupunya itu.

bab 2

Mendengar langkah kaki mendekat Natan lantas lari dan turun kebawah dengan langkah gontai.

Sementara Azra yang melihat suaminya terkapar menjerit sekuat tenaga.

" Mas,bangun mas hiks kenapa semua ini bisa terjadi.Aku harus minta bantuan ,iya aku harus telfon seseorang." Ucap Azra dengan panik.

Dengan kaki bergetar Azra lari kedalam dan mengambil ponsel diatas nakas.

" Siapa yang harus aku hubungi dulu." Ucapnya dengan suara bergetar,sementara matanya terus mengawasi suaminya yang sudah tak sadarkan diri karena mengeluarkan banyak darah.

" Mas bertahan ya mas,aku akan segera membawamu kerumah sakit." Ucapnya dengan suara terisak.

Sementara Natan baru saja sampai ditempat dimana mobilnya terparkir.

Braaak

" Jalan!" Titahnya dengan suara tegas,wajahnya nampak sangat dingin tapi justru sangat menakutkan bagi siapapun yang melihatnya.

Fandi yang masih terbayang-bayang akan apa yang sudah dia lakukan pindah dari kursi kemudi dan digantikan Ardi.

Mobil jib itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah sepinya jalanan malam.

Sesampainya dimarkas Natan langsung melempar apapun yang ada didepannya,tatapan matanya merah sementara deru nafasnya terdengar begitu jelas.Dua orang sahabat yang berada disampingnya hanya bisa diam melihat kemarahan sang Natan yang sangat mengerikan itu.

" Aarrgggghhhhh! Bodoh! Kenapa kalian bertindak gegabah.Kalian tau rumah yang kita satroni adalah rumah dari saudaraku dan orang yang kalian bunuh adalah Abrar sepupu terbaikku!" Sentak Natan membuat Fandi dan Ardi melotot hampir tak percaya dengan apa yang Natan katakan.

" Be-benarkah?" Tanya Ardi.

Bugh!

Natan menghadiahkan satu bogem diwajah adri.

" Kenapa kalian bisa membuat kesalahan sefatal ini! Bagaimana dengan Azra,wanita malang itu pasty tengah ketakutan dan kebingungan melihat suaminya terkapar."Ucap Natan.

Sreeeet

Natan menarik jaket yang terletak dikursi kemudian dia melepas pakaian yang ia pakai.

" Lepas semua pakaian kalian dan bakar disini sampai tak tersisa.Setelah ini pergi dari markas dan pulang kerumah kalian masing-masing.Jangan melakukan apapun dan jangan bertindak sebelum aku memberikan kabar pada kalian!"

Setelah mengatakan itu Natan lantas menyambar kunci mobilnya dan pergi dari markas itu melalui jalur rahasia.

Markas mereka berada diruang bawah tanah,tempat itu lebih tepat disebut sebagai rumah kedua dibanding markas karna didalam sana terdapat tiga buah kamar lengkap dengan kamar mandi ada tv,dapur dan peralatan masak.Sementara ruangan atas mereka jadikan bengkel untuk tempat mereka bekerja sehari-hari untuk mendapatkan uang halal.

Ditempat berbeda Azra dibantu kedua mertuanya sudah sampai disalah satu rumah sakit terbesar yang ada dipusat kota.

Abrar saat ini tengah ditangani oleh seorang dokter profesional yang bekerja diruang sakit tersebut.

" Bagaimana ini bisa terjadi Azra,kalian dirampok atau bagaimana?Selama ini setau mami Abrar tidak memiliki musuh,lalu kenapaa semua ini bisa terjadi,bukankah mami sudah bilang kalian lebih baik menginap dihotel.Jika saja kamu menuruti keinginan mami untuk bermalam dihotel pasti semua ini tidak akan terjadi!" Amira terus menyalahkan Azra atas apa yang menimpa putranya.

Sementara Azra hanya bisa menangis tersedu memeluk kedua lututnya.

" Sudahlah mi,jika Azra tau semua ini akan terjadi maka Azra tidak akan meminta pulang kerumah.Semua ini sudah ketetapan dari Tuhan.Mami yang sabar,Abrar sedang ditangani dokter,dia pasti akan baik-baik saja.Papi tau putra papi sangat kuat." Ucap Ahmad Malik,ayah dari Abrar.

" Tapi pih Abrar.."

" Mi,mami tidak liat bagaimana Azra? Dia bahkan sangat ketakutan mi,kita tidak tau bagaimana dia menghadapi ketakutannya seorang diri melihat suaminya berjuang memertahan diri.Sepatutnya mami menghibur dia,dia jauh lebih terluka dibanding kita mi!" Mendapat nasehat dari suaminya Amira hanya mampu menghela nafas panjang.

Amira lantas mendekati Azra dan memeluknya.

" Maafkan mami sayang,mami hanya takut Abrar..."

" Stop mi,jangan katakan apapun tentang mas Abrar lagi.Azra yakin mas Abrar akan bertahan dan mas Abrar akan sembuh seprti sedia kala." meskipun tidak yakin namun Azra terus menguatkan hatinya,meyakinkan dirinya untuk tetap berprasangka baik dengan takdir yang akan Tuhan berikan kepadanya.

Dua orang berjalan tergopoh-gopoh mendekati tiga orang yang sedang duduk didepan ruang operasi.

Kepala Abrar mengalami benturan dan robekan cukup serius hingga mengharuskan dioperasi karna hawatir ada sesuatu yang tertinggal disela-sela lukanya.Dokter juga harus menjahit robekan luka tersebut agar bisa menghentikan darah yang terus keluar dari luka di kepala Abrar.

" Mba apa yang terjadi dengan Abrar bagimana dengan keadaannya? Maaf aku sedikit terlambat karna tadi mas Wisnu masih ada kerjaan." Ucap Wulan dengan suara terisak.

Wulan yang sangat dekat dengan Abrar merasa sangat sedih dengan apa yang menimpa keponakannya.Hatinya begitu terluka saat mendengar kabar mengenai kemalangan yang terjadi pada keponakan kesayangannya.Wulan sangat menyayangi Abrar melebihi sayangnya pada Natan putranya sendiri.

" Dia hiks,dia masih ditangani dokter Lan.Mba takut,mba takut hal buruk terjadi pada.."

" Sssstttt diam mba,aku gak mau dengar mba ngmong kaya gitu lagi mba.Abrarku akan baik-baik saja,dia pasti selamat mba.Aku akan jadi orang yang paling hancur kalau sampai terjadi sesuatu sama dia mba." Wulan tergugu dan tubuhnya merosot bersandar pintu ruang oprasi.

Sedari kecil abrar memang sangat dimanjakan oleh Wulan.Apa lagi Abrar memang sangat berprestasi dibanding Natan putranya.Natan tumbuh menjadi anak yang sedikit bandel dan suka dunia luar sementara Abrar penurut bahkan Abrar sekarang sudah menjadi pengusaha sukses diusianya.

Wulan selalu membandingkan antara Abrar dan Natan,Natan yang memilih membuka bengkel bersama teman-temannya membuat Wulan meras semakin sering membandingkan keduanya.Natan selam ini memang terlihat kasar diluar,tampilannya urakan dan juga lebih terlihat seprti seorang preman dibanding dengan Abrar yang selalu rapih dengan setelan jas dan sepatu mahalnya.

Abrar selalu menghabiskan waktu dikantor dengan tumpukan berkas sementara Natan selalu berjibaku dengan oli mesin dan onderdil mobil ataupun motor.Hal itu membuat Natan selalu dipandang sebelah mata oleh keluarganya terutama oleh Wulan dan Wisnu.

" Mami bagaimana keadaan mas Abrar?" Tanya Natan yang tiba-tiba berdiri dibelakang Amira.

" Dokter sedang menanganinya Tan,mami takut terjadi sesuatu dengan kakamu.Mami takut tan,mami.."

Greep

Amira berhambur kepelukan Natan,Amira sangat berbeda dengan Wulan yang selalu merendahkan Natan.Amira selalu mendukung apapun yang Natan lakukan selama itu positif.Amira menganggap Natan tengah mencari jatidirinya,kelak dia pasti akan sukses dan mengikuti jalan yang ditempuh oleh kakanya Abrar.

" Mami tenang saja,mas Abrar pasty akan baik-baik saja." Natan mengusap punggung Amira dengan lembut.

" Dari mana kamu tau kalau Abrar disni? Bukankah ponselmu ada dirumah? Dari mana saja kamu,dasar anak tidak berguna.Keluyuran gak jelas kerjaanmu!"

Natan tergagap mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Wulan.

Pintu ruang oprasi dibuka dan dokter keluar dengan raut wajah yang sulit diartikan.

" Keluarga saudara Abrar?"

Semua orang mendekat tak terkecuali Natan.

" Iya dok,bagaiman dengan keadaan anak kami?" tanya Ahmad.

Dokter terlihat menghela nafas panjang.

" Kalian diminta masuk,pasien ingin berbicara dengan kalian."

bab 3

" Sial,aku tidak menyangka jika yang kita rampok itu adalah rumah mas Abrar.Bagaimana jika dia meninggal,bagaimana kasus ini dilaporkan kepolisian,kita akan dipenjara dan kita akan mendekam dipenjara.Tapi yang lebih menakutkan adalah bagaimana dengan nasib Natan.Dia pasty akan semakin dibenci oleh ibu dan ayahnya." Ucap Fandi.

" Sudah-sudah,kita kan gak sengaja melakukannya.Dari pada tadi kita diam dan mati konyol ditangan mas Abrar.Kita melakukan itu kan demi meyelamatkan diri!" ucap Ardi menenangkan fadi.

Mereka berdua lantas mengambil masing-masing mobil mereka dan pergi dari markas setelah membakar semua barang bukti sampai habis tak bersisa.

Sementara dirumah sakit semua orang tampak sedih dan menitikan airmata kala melihat keadaan Abrar yang tak berdaya.

Azra yang jauh terlihat lebih terluka melihat suaminya terbaring dengan beberapa alat medis terpasang ditubuhnya.

" Ca-cantik ja-jangan menangis,a-air matamu terlalu berharga untuk menetes.Lihatlah wa-jahmu sangat jelek saat ka-mu menangis." Ucap Abrar membuat Azra semakin menjadi isakannya.

" Mas,kamu itu lagi sakit.Sempat-sempatnya menggodaku hum!" ucap Azra ditengah isakannya.

" Bagaimana keadaanmu sayang,mana yang sakit nak.Bertahan ya mami disini,mami ada bersamamu.Mami yakin kamu pasti akan segera sembuh!" Amira menggenggam tangan putranya yang sudah sedingin es.Bahkan Amira merasakan nadi putranya semakin melemah namun Amira terus menguatkan hatinya jika putranya akan baik-baik saja.

" Na-natan kemarilah,mas ingin bi-cara sa-ma kamu!" Natan yang mendengar itu lantas mendekat dan berdiri disamping Abrar.

Hati Natan terasa sangat sakit,Natan merasa sangat bersalah.Ditatapnya wajah Abrar yang terlihat pias dengan bibir yang sudah memucat.

Tangannya terasa dingin suaranya melemah meskipun ia masih bisa berbicara.

" Mas,jangan banyak bicara mas akan segera pulih.Mas harus sehat kasian Azra,dia butuh mas.Mas adalah kebanggan keluarga kita,jika mas sakit siapa yang akan mama bandingkan denganku!" Ucap Natan dengan konyol,ia pura-pura tertawa Kendati hatinya terasa sakit sekaligus ada ketakutan dalam dirinya.

Tak ada satu orangpun yang tau tubuh Natan bergetar hebat bahkan keningnya sampai berkeringat saat berada didekat Abrar,perasaan bersalahnya terus saja membuatnya tak bisa menatap dengan penuh kepercayaan pada sang Kaka.

" Mendekatlah!" Bisiknya.

Natan mendekat kearah Abrar dengan sedikit menundukkan badannya agar sejajar dengan Abrar.

" Mas tau apa yang kamu lakukan,mas tau siapa yang melukai mas tadi mas sempat melihat wajahnya.Kamu tidak bersalah,mas tau semuanya karna selama ini mas selalu mengawasi kamu.Jika terjadi sesuatu pada mas tolong ambil alih tugas mas nikahi Azra.Jaga dia dan brhentilah bekerja seperti itu." bisiknya lirih dengan suara terbata.

Mata Natan membelalak jantungnya bertalu-talu mendengar fakta jika Abrar tau jika pelakunya adalah Natan dan teman-temanya.

" Mas aku.."

" Sudah semua akan baik-baik saja." Imbuhnya lagi.

Tes tes

Natan menitikan airmatanya saat melihat senyum Abrar.

Abrar selama ini bukan tidak tau apa yang diam-diam Natan lakukan hanya saja dia memilih bungkam agar tidak terjadi keributan dikeluarganya.Natan juga sengaja tidak menashti Natan agar nantan tetap terlihat buruk dimata keluarganya.

Selama ini kebaikan Abrar pada Natan tidaklah tulus,Abrar selalu merasa Natan adalah saingannya meskipun pada kenyataannya Abrar selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan,tak hanya kedudukan,kepercayaan dari keluarga namun juga kasih sayang dari orangtua Natan.

" De-dengar semuanya,aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Aku sudah tidak kuat, Azra dengar mas baik-baik.Mas akan pergi dengan tenang setelah kamu berjanji satu hal pada mas!"

Azra memicingkan matanya mendengar apa yang suaminya katakan,ia merasa bingung sekaligus takut dengan kenyataan yang akan ia terima dengan melihat keadaan suaminya.

Dengan nafas yang mulai terlihat berat,tatapan mata yang mulai kabur serta melemahnya denyut jantung yang terlihat dari layar monitor yang menurun.

" Menikahlah dengan Natan,tolong jalankan amanat terkahir mas."

Setelah mengatakan itu Abrar terlihat sangat kesakitan,nafasnya smakin melemah dan matanya perlahan tertutup.

" Mas Abrar!" Jerit Azra,kemudian tubuhnya ambruk dan tak sadarkan diri.

Sementara Amira dan Wulan pun menjerit hampir tak percaya jika putra kebanggaannya meninggalkan dia dalam keadaan demikian.

" Abrar bangun nak,jangan tinggalin mami sayang bangun!" Amira trus mengguncang tubuh Abrar yang sudah tak bernyawa.

Sementara Natan ambruk dan tergugu dilantai,tubuhnya merosot kakinya seakan tak bertulang.Bayangan kebersamaannya dengan Abrar seakan menjadi slide yang terus berputar putar didepan matanya.

Ia kembali teringat pesan terakhir yang diucapkan oleh sang Kaka.Menoleh kesamping tubuh Azra masih dibiarkan terbaring dilantai.

Dengan penuh keyakinan Natan memberanikan diri mengangkat tubuh Azra dan membawanya kekeruang perawatan.

" Mi,sudah mi biarkan Abrar pergi dengan tenang.Tuhan lebih sayang kepadanya mi." ucap Ahmad disela isakannya.Ia pun sama hancurnya namun ia harus kuat demi istrinya.

" Semua ini gara-gara Azra! Wanita itu yang sudah membuat Abrar meninggal.Jika saja dia tidak meminta pulang dan menuruti kita untuk menginap dihotel semua ini tidak akan terjadi." Amira terus saja menyalahkan Azra atas apa yang menimpa Abrar.

Mereka bahkan tidak sadar jika Azra sudah tidak ada diruangan itu,sementara Natan sedang menunggu Azra didepan ruang perawatan sembari menunggu dokter memeriksanya.

Natan menelfon dua sahabatnya untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya terkait meninggalnya Abrar.

Baik fatan dan Ardi sama-sama terkejut dengan kabar duka yang diberikan oleh Natan.

Malam berlalu begitu cepat dan kini matahari mulai memancarkan sinarnya,cuaca sangat cerah namun tidak dengan suasana dipemakaman yang penuh dengan derai air mata.

Didepan tanah merah yang masih basah Azra terus saja menangisi suaminya yang sudah tertimbun tanah.Memeluk batu nisannya dengan derai air mata.

Bayangan kebersamaannya bersama Abrar terus saja menari-nari dipelupuk mata.Malam pertama yang ia dambakan berakhir duka nestapa.Malam yang seharusnya menjadi malam terindah sudah direnggut oleh takdir yang tak memihaknya.Belum juga mahkotanya dipersembahkan suaminya sudah pergi meninggalkannya dengan sejuta luka.

Lara dan nestapa ,itu yang Azra rasakan saat ini.

" Pergi kamu! Jangan berlelah lelah dengan drama murahanmu itu.Kamu senang kan dengan kepergian Abrar? Atau jangan-jangan kamu sengaja melakukan itu,kamu yang sudah merencanakan semua itu.Katakan Azra katakan!" Amira mengguncang tubuh Azra dengan kuat hingga perempuan yang sudah terlihat lemah itu ambruk ketanah dan pasrah dengan segala tuduhan ibu mertuanya.

" Mi,tidak seharusnya mami menuduh Azra sekejam itu mi! Bukan Azra yang melakukan itu,mana mungkin Azra tega melakukan itu mi.Mami sadar mi,kita masih berada didepan makan ka Abrar jangan membuatnya bersedih dengan sikap mami terhadap Azra!"

Plaaak plak!

tamparan Wulan mendarat dikedua pipi Natan hingga meninggalkan bekas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!