Wanita cantik berkulit putih yang memakai celana jeans navy dengan kaos putih yang berjalan di trotoar dengan beberapa kali menghembuskan nafas dengan kasar.
"Kenapa hidup harus seperti ini? aku heran dengan orang-orang kaya di luar sana! Apa yang membuat mereka bisa kaya dan bisa menghabiskan uang dengan suka-suka tanpa berpikir jika nanti habis harus cari di mana lagi?" wanita itu terus mengeluh dengan keadaan yang mungkin saja saat ini dia mengalami kesulitan.
"Ayleen mungkin saat di dalam kandungan mama, yang kamu minta pada Tuhan adalah kemiskinan dan maka dari itu kamu hidup seperti ini, tidak kaya, uang terus habis," ucap Ayleen yang mencoba menerima takdir dengan mengadahkan kepala ke langit.
"Mungkin memang ini takdirku Tuhan atur dengan sesukamu!" ucap Ayleen terlihat pasrah.
brukk.
Langkah Ayleen terhenti ketika tong sampah yang di samping tembok dekat jalan terjatuh.
"Astaga apa itu?" tanya Ayleen yang memperhatikan tong sampah itu dan tiba-tiba Ayleen melihat tangan yang membuat mata indah itu melotot dengan menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Apa itu manusia?" tanya Ayleen dengan kaget dan karena rasa penasaran yang tinggi akhirnya Ayleen langsung menghampiri tempat itu.
Ayleen di kejutkan dengan seorang pria yang bersandar pada tembok dengan menahan sakit dengan memegang dada yang sangat kuat dan dahi pria tampan itu yang berkeringat.
"Astaga!" lirih Ayleen dengan mata melotot dan satu tangan yang menutup mulutnya.
Ayleen langsung berjongkok untuk melihat keadaan pria tersebut.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ayleen.
Pria itu melihat wanita yang di depannya dengan pandangan yang tidak jelas, hembusan nafas yang sejak tadi naik turun yang begitu lemas yang tidak sanggup mengeluarkan 1 patah katapun.
"Hey kamu baik-baik saja?" Ayleen bertanya kembali dan suara itu terdengar semakin jauh bagi pria tersebut yang perlahan menutup mata dan membuat Ayleen semakin panik dengan seseorang yang di temuinya.
**********
Rumah sakit.
Seorang pria tampan dengan tubuh tegap yang berada di kamar salah satu perawatan rumah sakit yang berdiri di depan jendela yang memakai kemeja yang baru saja mengganti dari pakaian rawat rumah sakit.
Pria berwajah dingin bernama Alam Andrean Brawijaya dengan wajah datar yang memperlihatkan Aura yang berkarismatik. Tubuh kotak-kotak yang menjadi ideal setiap wanita.
Tok-tok-tok-tok.
"Masuk!" suara khas yang terdengar berat membuat sang pengetuk pintu langsung masuk.
Pria berjas sekitar berusia 35 tahunan yang berdiri di belakang Alam yang masih tetap pada posisi awal dengan pekerjaan yang mengkancing satu persatu kemeja itu.
"Tuan meeting dengan tuan Charles hari ini di majukan!" ucap pria itu memberikan informasi.
"Baiklah kau siapkan semuanya!" jawab Alam dengan kancing terakhir pada kemeja itu.
"Baik kalau begitu saya permisi!" ucap pria itu pamit.
"Tunggu Dellon!" langkah itu terhenti.
"Ada apa tuan?" tanya Dellon.
"Wanita yang membawaku kerumah sakit ... Siapa dia?" tanya Alam.
"Saya tidak sempat bertemu dengan wanita itu" jawab Dellon.
"Kalau begitu cari tahu!" perintah Alam.
"Baik tuan!" sahut Dellon yang kembali ingin melangkah.
"Tidak perlu mencari tahu!" Alam kembali berubah pikiran yang membuat Dellon tidak jadi pergi.
Alam membalikkan tubuh yang terlihat sudah rapi dan tidak seperti orang baru selesai sakit.
"Hanya membuang waktu saja, siapkan saja semua agenda meeting hari ini dan tidak perlu mengurus wanita itu!" ucap Alam mengambil ponselnya dan langsung pergi dari ruang rawat meninggalkan Dellon.
"Huhhhhh!"
"Belum sampai 1 detik sudah berubah pikiran begitu saja. Benar-benar bos yang sangat aneh!" keluh Dellon dengan geleng-geleng kepala.
************
Perusahaan Food Product.
Food Product adalah Perusahaan ternama yang bergerak dalam makanan dan minuman yang biasa terdapat di supermarket dan tempat penjualan lainnya yang laris di pasaran dan pasti di sukai gen z.
Bukan hanya di Indonesia hasil dari produk Perusahaan itu juga di ekspor ke Luar Negri.
Perusahaan Food Product yang di pimpin Alam Andrean Brawijaya yang berusaha 28 tahun sebagai CEO yang membuat Perusahaan itu maju.
Mobil mewah terparkir tepat di depan Perusahaan itu. 2 Bodyguard langsung membuka pintu. Sepatu mahal yang menginjakkan kaki dan keluar sang CEO yang begitu berwibawa membuat para bawahan langsung menundukkan kepala memberi penghormatan.
Alam membuka kancing jasnya dan langsung melangkahkan kaki yang panjang memasuki Perusahaan. Wajah datar yang selalu menunjukkan aura dingin yang penuh misterius. Dellon yang selalu menjadi pengikut Alam dengan pembawaan yang tidak kalah dingin.
Beberapa menit dari Alam dan Dellon masuk. Tiba-tiba ojek berhenti di depan Perusahaan itu dengan wanita yang di bonceng buru-buru langsung turun.
"Aduh ini ribet sekali!" Ayleen mengoceh saat mendapatkan kesulitan dalam membuka helm.
"Bisa tidak, Neng?" tanya bapak tersebut.
"Isss bagaimana mau bisa ini sangat sulit!" kesal Ayleen dengan mulut yang mengoceh.
"Makanya pelan-pelan, Neng dan jangan ngoceh mulu, buka dulu kancingnya!" saran pria itu.
"Isss bilang dong dari tadi!" sahut Ayleen yang langsung membuka kancing helm tersebut dan ternyata bisa.
"Nih!" Ayleen langsung memberikan helm itu.
"Rambutku jadi rusak!" Ayleen merapi-rapikan rambut yang sedikit berantakan.
"Tetap cantik kok, Neng!" puji bapak ojek itu.
"Memang dari lahir," sahut Ayleen dengan sombong dan langsung pergi dengan bibir yang kerucut.
"Neng!" panggil pria itu.
"Apah!" sahut Ayleen dengan nada kesal yang kembali membalikkan tubuh.
"Ongkosnya mana?" sahut pria itu menadahkan tangan.
"Iss pakai ingat segala lagi!" kesal Ayleen yang kembali menghampiri ojek itu dan langsung memberikan ongkos.
"Makasih, Neng cantik!" puji pria itu.
"Issss, buat apa menggoda kalau ujung-ujungnya bayar!" sahut Ayleen dengan menaikkan ujung bibirnya dan langsung pergi dengan kesal.
Pengendara itu menghela nafas dan langsung pergi.
"Aku sudah hampir telat!" Ayleen langsung berlari dengan buru-buru.
Alam yang berjalan dengan cool yang berpapasan dengan beberapa karyawan dengan menundukkan kepala mereka. Namun, jangan harap mendapatkan balasan dari Alam. Tetapi justru Dellon yang caper di belakang Alam yang membalas sapaan itu dengan tersenyum lebar dan sok narsis yang membuat beberapa karyawan menaikkan ujung bibir mereka yang terlihat geli dengan dengan Dellon.
Saking narsisnya tidak menyadari Alam yang sudah berhenti di depannya.
Bruk.
Dellon sampai menabrak Alam. Alam membalikkan tubuh kekar itu.
"Maaf tuan!" ucap Dellon langsung menundukkan kepala yang merasa malu dengan tingkahnya.
"Biasakan jalan memakai mata!" ketus Alam.
"Maaf tuan!" Dellon kembali meminta maaf.
"Kamu keruangan saya dan ambil berkas untuk meeting lalu antara keruang meeting!" titah Alam
"Ba-baik tuan!" Alam langsung pergi dengan buru-buru.
Alam menghela nafas dan kembali melanjutkan langkahnya. Tidak jauh dari langkah Alam Ayleen berlari buru-buru.
"Hey awas!" teriak Ayleen menggeserkan punggung Alam. Namun, karena tubuh itu begitu tegap membuat keseimbangan Ayleen hilang dan larinya kehilangan rem yang membuat Ayleen hampir terjatuh.
Namun Alam menarik tangan Ayleen dan menarik Ayleen sampai menabrak bidang dada Alam dengan mata Ayleen yang tertutup, hembusan nafas naik turun yang menerpa wajah Alam. Alam memperhatikan Ayleen dengan tatapan hangat dengan aroma tubuh Ayleen yang sangat khas.
Wajah cantik yang terlihat panik menjadi pemandangan bagi Alam. Padahal bisa saja melepas. Namun ternyata Alam tetapi memperhatikan Ayleen.
Bersambung
Perlahan kelopak mata indah itu bergerak sampai terbuka yang memperlihatkan mata hazel yang sangat cantik. Keduanya saling menatap sampai beberapa detik sampai akhirnya mata Ayleen melotot dan langsung menjauh dari Alam dengan melepaskan tangan Alam.
"Astaga!" pekik Ayleen dengan menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Kamu!" Ayleen tampak kaget melihat Alam. Namun, eksperesi wajah Alam malah bingung dengan wanita yang seperti mengenal dirinya.
"Kamu masih hidup?" tanya Ayleen membuat dahi Alam mengkerut.
Ayleen mendekati Alam dengan memegang pipi Alam yang terlihat memastikan pria itu memang manusia apa hantu.
"Astaga sungguh kamu masih hidup!" ucap Ayleen.
Alam menepis pelan tangan Ayleen.
"Maaf Nona apa kita pernah bertemu?" tanya Alam heran.
"Ya ampun, kamu pria yang tadi malam yang hampir tewas di pinggir jalan. Aku membawamu kerumah sakit dan langsung pergi. Karena melihat kondisi kamu tadi malam tidak memiliki kesempatan hidup. Maka dari itu aku langsung pulang. Karena takut pihak rumah sakit akan menyuruhku bertanggung jawab, biaya dan penguburan kamu! Iss mana ada uang aku untuk semua itu!" kelas Ayleen dengan mulut yang terus mengoceh seperti rel kereta api.
Alam mengingat-ingat kembali perkataan wanita yang belum berhenti mengoceh di depannya.
"Jadi dia wanita yang membawaku kerumah sakit!" batin Alam yang akhirnya mengingat Ayleen tanpa di cari dia bertemu sendiri dengan Ayleen.
"Huhhh untung saja kamu masih hidup. Jadi aku juga tidak akan merasa bersalah!" ucap Ayleen merasa lega.
"Kalau begitu terima kasih sudah membawa saya kerumah sakit! Saya permisi!" ucap Alam singkat yang langsung pergi.
"Hey tunggu!" Ayllen mengejar Alam dan berdiri di depan Alam.
"Ada apa lagi?" tanya Alam.
"Hmmm, tahun 2024 tahun yang sangat modern dan ada istilah semua tidak bisa gratis dan hanya mengucapkan kata terima kasih saja," ucap Ayleen dengan menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal sama sekali.
"Maksud kamu?" tanya Alam.
"Hmmm, apa salahnya menggantikan ucapan terima kasih dengan berupa tips gitu!" ucap Ayleen dengan basa-basi.
Hahhhhh.
Alam menghela nafas dan langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet dengan merek mahal.
"Apa ini cukup?" tanya Alam memberikan uang pecahan 100 ribu dan cukup tebal.
"Ini lebih dari cukup!" sahut Ayleen yang langsung menarik uang itu dengan cepat tanpa jaim sama sekali.
"Terima kasih tuan sudah menjadi orang tahu diri," sahut Ayleen dengan tersenyum lebar. Wajah alam hanya datar saja menanggapi melakukan Ayleen sejak tadi.
"Hmmm, kenalkan aku Ayleen!" gadis yang sejak tadi to the point itu mengulurkan tangan dan tidak disambut sama sekali oleh Alam.
"Isss apa salahnya menyambut ku!" Ayleen langsung mengambil tangan Alam dan membuat mereka bersalaman.
"Nama kamu siapa?" tanya Ayleen sok akrab. Alam tetap diam dan mungkin merasa tidak terbiasa dengan menghadapi wanita seperti Ayleen.
"Kamu tidak punya nama?"
"Atau nama kamu jelek!"
"Saya Alam!" sahut Alam yang menghentikan kalimat Ayleen yang akan semakin panjang jika dia tidak menjawab juga pertanyaan dari wanita yang kepo itu.
"Oh Alam! Oke makasih tuan Alam!" sahut Ayleen yang langsung pergi begitu saja setelah mendapatkan uang yang cukup banyak.
Alam geleng-geleng kepala dengan melihat kepergian Ayleen.
"Tidak basa-basi dan tidak jaim!" gumam Alam geleng-geleng kepala yang kembali melanjutkan langkahnya.
*********
"Huhhh mimpi apa aku dapat rezeki nomplok pagi ini!" Ayleen yang mengipas-ngipas uang yang baru saja di dapatkan dengan cuma-cuma langsung duduk di meja kerjanya.
Beberapa rekannya melihat tingkah Ayleen tampak biasa saja dan sepertinya keanehan Ayleen memang sudah menjadi tontonan dan bukan hal yang lumrah.
"Banyak banget, perasaan gajian masih lama!" celetuk wanita yang duduk di samping Ayleen yang juga pada meja kerjanya.
"Ini bukan uang gaji. Tetapi rezeki nomplok!" sahut Ayleen dengan sombong.
"Kok bisa?"
"Ruka kamu tahu tidak. Barusan aku bertemu dengan pria tampan dan terlihat cuek seperti opa-opa korea dan dia juga kelihatan sangat tajir. Lihat aku mendapatkan uang ini dari dia!" jelas Ayleen singkat.
"Kok bisa?" tanya Ruka.
"Ceritanya panjang!"
"Jangan-jangan kamu menjebak dia ya!" ucap Ruka dengan penuh rasa curiga.
"Isss sembarangan!" sangkal Ayleen.
"Argh sudahlah kamu tidak perlu tahu kronologi aslinya yang penting sekarang aku punya uang!" sahut Ayleen masa bodo dengan tanggapan Rukan dan Ayleen yang langsung menyimpan uang itu dan kembali bekerja yang langsung menghidupkan komputer.
*************
Bruk
Pintu terbuka keras dengan Alam yang masuk kedalam ruangan itu. Ada seorang pria tua yang duduk di sofa sembari membaca dokumen tetap santai walau pintu ruangan itu terbuka cukup sangat menggangu. Alam melangkah masuk yang langsung melemparkan dokumen di atas meja membuat pria itu mengangkat kepala
"Apa kau sudah tidak punya sopan santun!" sahut pria itu terlihat tidak suka dengan cara alam.
"Apa maksud kakek menyuruh wanita itu untuk mengawasi proyek ku?" tanya Alam.
"Wanita yang mana maksud mu?" tanya kekek tua.
"Istri muda kakek! Wanita yang sudah mencuci otak kakek selama bertahun-tahun!" jawab Alam dengan menekan suara.
"Jaga bicara kamu. Bagaimana pun dia adalah nenekmu!" sahut kakek Wijaya.
"Nenekku sudah tiada dan semua berkaitan dengan wanita itu!" tegas Alam.
"Kau terus saja menyalahkan istriku dalam setiap hal yang terjadi," sahut Wijaya.
"Aku tidak ingin basa-basi dan jawablah pertanyaanku. Apa maksud kakek menyuruh wanita itu untuk mengawasi proyek yang aku tangani sekarang?" Alam kembali mempertanyakan hal yang belum dijawab.
"Itu bukan hal yang besar dan kau tidak perlu bertanya alasannya. Kakek atau istri kakek yang mengawasi itu sama saja dan tidak ada hal yang harus dipermasalahkan!" jawab Wijaya.
"Jelas itu menjadi masalah. Karena aku tidak ingin ada mata-mata yang harus mengawasi pekerjaan ku," tegas Alam.
"Mata-mata katamu. Dia istriku dan apa yang dilakukannya juga adalah atas perintahku!" tegas Wijaya.
"Tapi aku tetap tidak suka dan jika aku melihat dia masih ikut campur dengan proyek yang aku tangani maka---"
"Maka apa!" sahut Wijaya memotong pembicaraan Alam.
"Alam jaga sikap kamu dan jangan semakin kurang ajar kepada Kakek. Apalagi mengancam Kakek dengan kata-kata kamu. Kamu mungkin CEO Di Perusahaan ini. Tetapi Perusahaan ini tidak sepenuhnya milik kamu dan saham Kakek masih berkembang di sini dan belum tentu semua untuk kamu. Meski kamu cucu tertua!" tegas Wijaya.
"Tapi meski Kakek juga memiliki kuasa di Perusahaan ini. Tapi aku juga tidak akan membiarkan orang luar yang ikut-ikutan dalam Perusahaan ini!" tegas Alam yang langsung pergi begitu saja.
"Dasar cucu kurang ajar, beraninya dia berbicara seperti itu kepadaku!" batin Wijaya menghela nafas.
"Mengurus Perusahaan besar saja bisa. Tetapi mengurus ibunya tidak bisa!" umpat Wijaya dengan kekesalan terhadap cucunya yang banyak memang tidak pernah takut sama sekali.
******
Karyawan yang fokus kerja masing-masing duduk di kursi mereka di depan komputer yang termasuk Ayleen dengan jari yang mengetik begitu lincah.
"Perhatian sebentar!" tiba-tiba atasan mereka memberikan arahan yang menghilangkan fokus masing-masing.
"CEO Perusahaan ingin memberikan arahan sebentar kepada kalian Jadi mohon untuk berdiri dari tempat duduknya dan berikan salam pada atasan kita!" titah pria tersebut yang bernama Indra.
Bersambung
Para karyawan berdiri dari tempat duduk masing-masing. Terdengar suara langkah kaki yang membuat Ayleen menoleh ke arah ujung. Mata Ayleen melotot sampai bola mata itu ingin jatuh saat melihat pria yang masuk dengan langkah semakin dekat dan wajah yang tetap menunjukkan kewibawaan dan memancarkan aura dingin.
"What! Bukankah dia?" pekik Ayleen di dalam hati ketika mengingat siapa pria tersebut jelas siapa pria tersebut.
"Ini nggak mungkin!" Gadis itu langsung panik dan dengan cepat menundukkan kepala dengan memejamkan mata yang benar-benar sangat takut jika dia sampai dilihat oleh Alam.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Alam dengan suara datar yang sudah berdiri di depan para-para karyawan tersebut.
"Pagi pak!" sahut semua karyawan dengan menegakkan kepala dengan sopan. Hanya Ayleen yang menunduk jelas membuat perhatian Alam fokus Ayleen.
"Tuan Alam akan memberikan arahan sedikit kepada kalian. Jadi mohon untuk didengarkan!" sahut Pak Indra.
"Bagaimana ini ternyata benar itu dia. Namanya sama dan ternyata dia CEO di Perusahaan ini. Tidak. Dia tidak boleh melihatku. Aku baru saja memerasnya dan aku bisa mendapatkan masalah dari apa yang aku lakukan beberapa jam yang lalu," gerutu Ayleen dengan panik.
"Ayllen angkat kepala kamu. Kamu tidak sopan menunduk seperti itu saat bos kamu ingin berbicara!" tegur Indra yang membuat Ayleen mengkerutkan dahi yang semakin panik.
Ayleen pun mengangkat kepala yang tetap berusaha untuk menghindari pandangan dari Alam yang ternyata tepat di depannya. Alam juga akhirnya melihat Ayleen. Namun eksperesi wajah Alam tampak biasa saja.
"Mampus aku!" batin Ayleen pasrah.
"Maaf jika saya mengganggu pekerjaan kalian. Saya hanya mengingatkan kepada kalian semua untuk lebih tekun dan ulet dalam bekerja. Jangan malas dan suka bolos dalam bekerja, mencari alasan dengan segala perintah yang sudah menjadi ketentuan. Tidak semua orang bisa bekerja di Perusahaan ini. Jadi kalian jangan sia-siakan pekerjaan kalian ... Perusaan ini juga akan mengeluarkan produk terbaru. Jadi mohon untuk kalian semua ikut berpartisipasi!" tegas Alam dengan singkat memberikan arahan.
"Baik pak!" sahut mereka serentak.
"Baiklah kalau begitu, Saya hanya menyampaikan itu saja aku dan selamat melanjutkan pekerjaan kalian," ucap Alam yang tidak banyak bicara dan bahkan tidak mempermasalahkan tentang Ayleen yang ternyata adalah karyawannya sendiri.
"Terima kasih sekali lagi!" Alam langsung pergi dari ruangan tersebut dengan semua karyawan menundukkan kepala kembali.
"Huhhhhh!" Ayleen menghela nafas dengan panjang yang mengusap-ngusap dada yang merasa sangat lega.
"Aku selamat. Apa dia lupa siapa aku. Tapi tidak mungkin, itu baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Atau jangan-jangan setelah ini dia akan memanggilku dan akan langsung memecatku karena tindakanku tadi lagi," Ayleen langsung over thinking yang bergerutu di dalam hati.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku tidak boleh dipecat," Ayleen yang berusaha untuk memutar otak bagaimana cara supaya dia tidak dipecat.
Padahal belum tentu jika Alam memecat dia, bahkan alam saja tidak membahas tentang dirinya atau menegur Ayleen tadi.
***********
Alam yang berjalan di lobi Perusahaan yang ingin keluar.
"Alam tunggu!" teriak Ayleen yang memanggil dari kejauhan dan berlari dengan cepat.
"Hey tunggu dulu!" Ayleen akhirnya bisa menyusul Alam dengan memegang lengan Alam yang membuat Alam melihat ke arah tangan itu yang berani di pegang Ayleen.
"Maaf!" Ayleen langsung melepaskan tangan itu dari pria dingin itu yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara.
"Alam aku..."
"Maksud saya Pak Alam!" Ayleen dengan cepat meralat kata-kata yang memanggil sang atasan dengan sembarangan.
Huhhhhh Ayleen menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Begini!" ucap Ayleen dengan yakin.
"Ini aku ingin mengembalikan ini!" Ayleen yang mengeluarkan uang dari dalam tasnya dan memberikan kepada Alam.
"Hmmm, aku tidak bisa menerima uang ini dan aku menolong kamu dengan penuh ketulusan, maksudku, aku menolong Pak Alam penuh dengan ketulusan dan tidak mengharapkan pamrih. Jadi uang ini aku kembalikan," ucap Ayleen yang berubah dalam sejenak.
Alam mendengus tipis yang tidak percaya dengan kata-kata Ayleen terlihat seperti orang sedang bersandiwara. Ayleen yang dia temui tadi pagi berubah 180 derajat.
"Ini sungguh Pak Alam. Orang tua saya mengajarkan kepada saya untuk selalu menolong orang tanpa pamrih dan saya melakukan hal itu juga dengan penuh keikhlasan yang penting Bapak baik-baik saja," lanjut Ayleen yang mencoba untuk meyakinkan Alam.
"Jadi saya ingin mengembalikan uang ini!" ucap Ayleen dengan wajah yang terlihat sangat berat untuk memberikan uang yang sudah di terima terlebih dahulu.
"Kenapa mengembalikannya?" tanya Alam.
"Karena saya tidak ingin menolong dengan mengharapkan imbalan," jawab Ayleen sok benar.
"Begitu rupanya!" sahut Alam singkat.
"Pak Alam saya ini benar-benar tulus menolong Bapak kemarin. Saya juga tidak tahu ternyata Bapak adalah bos saya dan jika saya tahu kemarin Bapak adalah pimpinan saya, maka saya pasti akan menunggu Bapak dan tidak pergi begitu saja dari rumah sakit. Maaf saya kemarin hanya panik dan pergi begitu saja. Tetapi untung saja bapak tidak apa-apa dan semua itu bukankah karena saya yang sudah membawa Bapak ke rumah sakit," ucap Ayleen yang berbicara panjang lebar dan pasti membangga-banggakan diri sendiri.
"Ya saya mengatakan seperti ini bukan karena saya penjilat karena saya karyawan di Perusahaan ini. Tetapi saya memang benar apa adanya jika karena saya, Bapak sekarang bisa berada di sini bukan!" lanjut Ayleen. Alam hanya diam saja mendengar semua perkataan dari Ayleen.
"Ya tapi saya tetap tulus dan tidak memerlukan imbalan apapun. Maka dari itu saya ingin mengembalikan uang ini kepada bapak," ucap Zeva.
"Mengembalikan karena kamu tahu siapa saya?" tanya Alam dengan alis terangkat.
"Tidak sama sekali," Ayleen dengan cepat menggelengkan kepala.
"Kamu ambil saja uang itu, apa yang sudah saya berikan saya tidak suka mengambil kembali," ucap Alam.
"Tapi pak....!"
"Kamu benar, kamu yang sudah menolong saya dan membuat saya berada di sini karena malam itu. Jadi ambil uang itu jangan kembalikan," ucap Alam.
"Bapak serius?" tanya Ayleen. Alam mengangguk.
"Hmmm, saya harus terpaksa menerima uang ini. Karena orang tua saya mengatakan tidak boleh menolak rezeki," ucap Ayleen yang pelan-pelan kembali memasukkan uang tersebut ke dalam tasnya.
Memang sejak awal Ayleen memang sangat berat hati untuk mengembalikan uang tersebut. Melihat tingkah Ayleen Alam mendengus kasar.
"Hmmm, tapi pak Alam tolong jangan salah paham kepada saya dan jangan memecat saya karena kejadian ini," ucap Ayleen.
"Tidak ada yang ingin memecat kamu!" sahut Alam.
"Huhhh syukurlah. Karena mengingat mencari pekerjaan sangat sulit dan saya takut di pecat," sahut Ayleen.
"Saya tidak memecat karyawan dengan alasan yang tidak masuk akal," jawab Alam.
Ayleen mengangguk yang merasa lega.
"Kalau begitu saya permisi! Saya masih banyak pekerjaan dan kamu juga kembali bekerja ini masih waktunya bekerja!" tegas Alam yang tidak banyak bicara dan langsung pergi.
"Pak Alam tunggu!" Ayleen kembali menahan tangan Alam dan lagi-lagi Alam menoleh ke arah tangan Ayleen.
"Maaf!" Ayleen kembali melepaskan tangan itu.
"Kamu jaga sopan santun kamu. Ini Perusahaan," tegur Alam.
"Maaf pak saya hanya excited sekali dengan Bapak yang sangat baik kepada saya. Saya sekali lagi mengucapkan maaf karena sudah lancang pada bapak," ucap Ayleen dengan menundukkan kepala begitu dengan membungkukkan setengah tubuh.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!