NovelToon NovelToon

Mendadak Jadi Sugar Baby

Bab 1

“Mau makan sama apa nih, Bos?” tanya seorang wanita paruh baya dengan nada mendayu.

“Kalau makan paginya ya sama masakanmu dong, Mir, kalau makan malamnya baru sama kamu,” jawab seorang pria berkemeja rapi, seakan mereka sudah saling mengenal.

Wanita pemilik warung nasi bernama Mira itu memang sedari pagi sudah membuka warungnya untuk melayani para karyawan yang ingin sarapan di tempatnya. Tapi warung Mira ini bukan sembarang warung. Banyak para lelaki yang memilih makan di sana karena terpesona dengan keindahan paras dan tubuh seorang Mira. Meski usianya sudah menginjak 50 tahun, tapi daya tariknya tak kalah dengan para gadis usia 20 tahunan.

“Mbak Mira, aku sudah, bayarnya sekalian nanti malam ya,” bisik seorang lelaki yang meletakkan piring kotor di meja belakang Mira.

Sambil melayani pembeli yang lain, Mira mengacungkan jempolnya untuk merespons lelaki tadi.

Keseharian ibu dua anak itu memang selalu melayani para pembeli makanannya yang sebagian merupakan pengguna jasa plus plusnya.

Selesai menutup warung saat sore hari, ia tak langsung pulang, melainkan menunggu kliennya datang. Setelah tutup warung memang waktunya ia mencari nafkah keduanya. Tak menjual dirinya dengan harga mahal, membuat ia cukup banyak memiliki pelanggan.

Malam ini adalah jadwalnya melayani Mas Andre, seorang karyawan berusia 39 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan tak jauh dari warung Mira. Kliennya memang tak hanya om-om tua, tapi juga mas-mas yang masih muda. Pekerjaan sampingannya kini sudah berjalan hampir 3 tahun lamanya. Warung miliknya pun sudah cukup dikenal oleh kalangan lelaki hidung belang.

“Mbak Mira, ini sekalian untuk makan yang tadi. Besok saya mau lagi ya,” pinta Mas Andre mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan.

Menolak permintaannya, Mira tak bisa melayani lelaki itu lagi besok, karena ia sudah memiliki jadwal dengan kliennya yang lain. “Ya minta sama istrimu sana lah, Mas, masak punya istri tidak pernah dipakai.”

Selesai merapikan bajunya pun Mira langsung bergegas pulang, setelah kliennya juga pulang.

***

Setibanya di rumah, Mira berpapasan dengan anak bungsunya, Amel, yang juga baru pulang.

“Kerja ya kerja tapi jangan lupa kuliahnya. Setidaknya biar anak Ibu ada yang sarjana,” tegur Mira pada anaknya.

“Iya, Ibu tenang aja. Habisnya tadi Om Rehan ngajak ke apartemennya dulu sebentar,” jawab gadis berusia 20 tahun itu lalu masuk ke dalam kamarnya.

“Eh, Mel,” panggil Mira menarik lengan anaknya.

“Apa tidak ada tanda-tanda juga kamu mau dibelikan apartemen? Ya yang murah-murahan juga tidak apa-apa,” lanjutnya.

Amel hanya mengangkat kedua pundaknya tanda ia tak tahu apa jawabannya.

Ya, selama 1.5 tahun terakhir ini Amel yang merupakan mahasiswi salah satu kampus swasta, memang memiliki pekerjaan sampingan sebagai sugar baby dari pria-pria berprofesi bos maupun pejabat yang membiayai kehidupannya. Hingga saat ini, Amel masih awet menjadi “peliharaan” seorang pengusaha kaya raya berusia 52 tahun. Tak hanya uang jajan saja yang lancar, tapi Amel begitu dimanja dengan barang-barang bermerek pemberian si Om.

Tak lama, terdengar suara pintu rumah yang kembali dibuka.

“Ini mah biarpun pulang malam tapi tidak ada hasilnya,” sindir Mira, saat Binar, anak perempuan pertamanya pulang ke rumah.

Hanya melihat ibunya sebentar, kakak dari Amel itu kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan kakinya.

Binar memang berbeda dengan ibu dan adiknya. Perempuan berusia 25 tahun itu sehari-hari bekerja di sebuah toko kue. Bekerja dengan sistem shift, ia memang terkadang bekerja dari pagi sampai sore, kadang juga dari siang sampai malam seperti hari ini. Toko kue tempatnya bekerja buka sedari pukul 6 pagi hingga 10 malam.

Selesai dari kamar mandi, Binar masuk ke kamarnya.

Namun, saat mau masuk kamar, terdengar suara sumbang dari ibunya seperti yang sudah-sudah. “Kerja sampai sebegitunya tidak dapat apa-apa. Gaji saja UMR tidak sampai. Tidak mau ikut apa kata orang tuanya ya begitu. Tidak akan sukses kamu!”

Ucapan seperti itu seakan sudah menjadi makanan sehari-hari.

Amel yang baru saja keluar kamar juga ikut memberikan suara sumbangnya. “Entah lah Kak Binar ini terlalu idealis atau bagaimana. Padahal pacarnya sendiri, si Aji itu juga tiap hari mainnya sama LC!”

Hanya diam dan langsung masuk kamar, Binar tak ingin berdebat dengan adik dan ibunya. Fisiknya yang sudah lelah karena pulang kerja, seakan tak sanggup jika harus meladeni mereka. Meski hatinya sudah sangat lelah dengan semua ini.

Ingin rasanya ia keluar dari keluarga toxic ini. Baru kali ini mencari uang dengan cara halal malah dicemooh dan malah disuruh bermain laki-laki demi mendapatkan uang. Bertahun-tahun hidup dalam kondisi seperti ini cukup membuatnya hampir gila.

“Kalau aku tidak punya Aji, mungkin aku sudah tinggal di rumah sakit jiwa sekarang!” umpatnya.

Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang kekasih, yang tak lama lagi akan menjadi suaminya.

“Halo, Sayang, kamu sudah di rumah?” Terdengar suara seorang lelaki dari ujung telepon.

“Sudah, baru saja pulang. Kamu belum tidur? Kok ada suara ramai-ramai, Ji?” tanya Binar yang bermaksud ingin mengadu akan kelelahan hatinya malam ini.

“Oh ini, Sayang, teman-teman kontrakan nih lagi pada ngobrol di depan rumah. Aku sudah mau tidur ini tadi,” jawab Aji meyakinkan sang kekasih.

Tiba-tiba tak berminat untuk mengobrol, Binar menyudahi panggilan teleponnya dan ingin segera memejamkan matanya karena sudah mengantuk.

Hingga keesokan harinya, saat baru saja datang di tempat kerjanya, Binar disambut oleh Vira, teman kerjanya.

“Bin, sini deh,” ajak Vira menarik tangan Binar, seolah ingin menunjukkan sesuatu.

Vira lalu tampak menunjukkan sebuah foto dalam ponselnya.

Seketika jantung Binar berhenti berdetak saat melihat sosok yang ia kenal, tertangkap kamera ponsel Vira.

“Ini benar Aji ‘kan?” Vira memastikan seseorang yang ia lihat semalam adalah benar kekasih Binar.

...****************...

Bab 2

Mendengar pengakuan Vira yang mengaku beberapa kali setiap pulang kerja selalu melihat Aji masuk ke dalam tempat karaoke bersama seorang wanita berpenampilan seksi, membuat Binar shock dibuatnya. Seketika ia teringat pada ucapan adiknya bahwa Aji sering bersama LC atau wanita-wanita yang bekerja menemani tamu karaoke. Ia tak menyangka bahwa dirinya lah yang selama ini salah karena tak pernah percaya pada ucapan Amel.

“Kenapa kamu baru bilang sekarang, Vir?” tanya Binar lemas.

“Maaf, Bin, aku hanya ingin memastikan dulu dan punya buktinya. Biasanya seorang yang mau menikah akan sulit sekali diberitahu bila tanpa bukti,” jelas Vira.

Memang, selama ia pulang malam, Binar tak meminta Aji untuk menjemputnya karena bakery tempatnya bekerja begitu jauh dengan kantor tempat Aji bekerja.

“Kalau kamu mau lihat sendiri, aku bisa temani kamu nanti malam. Kita lihat apa benar Aji seperti itu,” ajak Vira yang langsung disetujui oleh Binar.

Malam hari sepulang kerja, Binar dan Vira bergegas menuju lokasi, yang diduga sebagai tempat langganan Aji setiap malam sepulang kantor.

“Kita tunggu saja di sini sambil makan, karena aku biasanya juga makan di sini,” pinta Vira mengajak Binar ke tempat makan yang bersebelahan dengan tempat karaoke.

Hingga 10 menit berlalu, Binar yang tengah cemas, tak kunjung melihat batang hidung si Aji.

“Bin, Bin, itu.” Vira menepuk pundak Binar beberapa kali.

Benar saja, dengan mata kepalanya sendiri, Binar melihat kekasihnya itu sedang merangkul mesra seorang wanita. Mereka tampak bersenda gurau memasuki tempat karaoke. Binar pun bergegas berlari mengejarnya.

Vira dengan cepat menarik tangan temannya itu. “Sabar dulu, Binar! Kita gerebek di ruangan nanti, jangan di sini!”

Binar pun mengikuti instruksi Vira, berpura-pura sebagai pengunjung. Berjalan agak jauh dari Aji, mereka mengikutinya di belakang. Hingga setelah Aji dan wanita itu masuk ke dalam ruangan karaoke, Vira masih belum mengizinkan Binar masuk.

“Tunggu apa lagi sih?” Binar seakan sudah tak sabar ingin menampar Aji.

Menggunakan kode tangannya, Vira meminta Binar menunggu sampai 10 menit kemudian.

“Kita tunggu aksi mereka dulu, kita gerebek saat mereka sedang berciuman misalnya,” usul Vira.

Menunggunya dengan gelisah, Binar akhirnya tak mampu lagi meredamnya. Tanpa menunggu instruksi dari temannya itu, ia langsung masuk ke dalam begitu saja. Vira kelabakan mengikuti langkah Binar.

Membuka pintu ruangan, Binar berdiri mematung. “Aji!”

Dilihatnya Aji sedang asyik bernyanyi sambil memeluk dari belakang wanita jal*ng itu.

Tak ingin air matanya keluar sekarang, Binar dengan penuh amarah menghampiri Aji dan menamparnya begitu keras. “Tega kamu! 3 bulan lagi kita akan menikah, tapi kamu malah berbuat mesum seperti ini dengan si jal*ng ini!”

“Binar, apa sih kamu? Aku hanya karaokean saja mencari hiburan sepulang kerja. Aku sedang lelah dan butuh mengisi energi dengan cara seperti ini. Aku ini lelaki normal! Aku lelaki yang baik kok, yang hanya akan menikahi kamu, hanya saja aku butuh dia untuk hiburanku,” ungkap Aji membuat Binar menamparnya sekali lagi dengan lebih keras.

“Tidak akan ada pernikahan di antara kita! Kita putus!” Binar pergi tanpa memedulikan Aji yang berusaha mengejarnya.

Vira dengan cekatan menjegal kaki Aji hingga jatuh agar tak dapat mengejar Binar.

Menumpahkan seluruh air matanya sepanjang jalan, Binar tak menyangka lelaki yang 2 tahun ini bersamanya ternyata bertabiat buruk. Padahal jelas-jelas mereka akan menikah, tapi Aji dengan mudahnya bermesraan dengan wanita lain. Parahnya, ia hanya menganggap wanita itu hiburannya saja. Itu artinya, pernikahan tak akan menghalangi Aji untuk tetap bersenang-senang dengan wanita lain.

***

Keesokan paginya, Binar memutuskan untuk tak ingin masuk kerja karena mentalnya belum pulih dari semalam. Batinnya terguncang hebat. Kekecewaannya pada takdir hidupnya kian memuncak.

“Kenapa sih dengan wanita-wanita itu? Kenapa mereka mencari uang dengan cara gila seperti itu. Apa mereka tak sadar cara mereka bisa merusak hubungan orang lain!” teriaknya lalu kembali menangis hancur.

Berusaha menegarkan hatinya, ia menghibur dirinya dengan membuka sosial medianya, Tektok. Cukup membuatnya lupa sejenak pada permasalahan hidupnya, kala melihat video lucu beserta komentar para netizen. Lalu, ada beberapa video yang membuatnya takjub. Video beberapa wanita yang menunjukkan kesuksesannya di usia muda dengan menjadi pengusaha, memamerkan tentengannya, juga penampilan elegannya.

Dilihatnya komentar para warga dunia maya itu di kolom komentar.

“Enak ya jadi ani-ani, duitnya banyak.”

“Info loker sugar baby, sudah lelah sekali bekerja jadi budak korporat.”

“Pekerjaan yang tidak terlihat adalah sebagai ani-ani, pekerjaan yang dilihat orang adalah sebagai pengusaha. Keren!”

Entah apa yang ada dalam pikiran mereka hingga bisa berkomentar seperti itu. Pekerjaan sebagai sugar baby seakan menjadi cita-cita sebagian wanita. Tanpa pikir panjang, mereka mengira profesi itu bisa jadi batu loncatan kesuksesan.

Jika kata sang ibu juga adiknya, orang lain tak akan peduli pada jenis pekerjaan kita, karena mereka hanya akan melihat pada apa yang kita tampilkan seperti barang-barang bermerek yang dipakai.

Saat tengah asyik dengan ponselnya, tiba-tiba Amel masuk ke dalam kamar.

“Nih, Kak, aku punya banyak parfum mahal. Begini begini aku masih ingat kalau punya kakak dan tak pelit berbagi,” ucapnya lalu pergi setelah meletakkan sebotol parfum bermerek di atas meja rias Binar.

Memandangi parfum itu, hati Binar berisik karena ia sudah lama mendambakan parfum dengan merek tersebut, yang dikisarkan seharga 1,5 juta rupiah untuk 1 botol berukuran sedang.

Tersenyum nakal dengan masih memegangi botol parfum, kini ia mencoba untuk tak peduli pada perasaan orang lain, karena wanita-wanita jahat yang ia temui itu juga tak peduli pada perasaan pasangan lelaki yang memakai jasa mereka.

“Apa aku kerja seperti mereka saja ya, biar orang lain juga merasakan sakit yang aku rasakan?”

...****************...

Bab 3

Pernah melihat secara sekilas cara menggaet om-om kaya raya di sosial media, Binar ingin mempraktikkannya. Sepulang kerja sore tadi, ia pulang sebentar ke rumah untuk mandi dan bersiap-siap, lalu pergi lagi. Dipakainya parfum dari sang adik, dan ditambahkan riasan secukupnya pada wajahnya agar terlihat alami.

Menurut tutorial yang ia baca, ia harus mencari mangsa di sebuah kafe elite, tempat para pengusaha biasa nongkrong, meskipun ia harus mengeluarkan uang hampir satu juta hanya untuk mampir ke kafe yang sudah direservasinya itu.

“Oke, harus elegan, jangan sampai terlihat kampungan,” ujarnya mencoba memegang gelas ala wanita mahal.

Lalu, ada seorang pria berusia hampir sama dengan sang ibu, melihat ke arahnya.

“Katanya, kalau ada yang melihat ke arah kita, pura-pura saja angkat gelas seolah mengajaknya minum bersama,” batin Binar lalu mempraktikkannya.

Sayangnya, ia tak mendapat respons apa pun selama di kafe. Seketika ia pun merasa payah dan merugi. Sudah keluar uang, tapi tak satu pun ada yang kecantol.

Setelah 2 jam di sana, Binar memutuskan untuk pulang. Setelah keluar dari kafe yang masih berada di sebuah kawasan mall mewah itu, ia masih ingin berusaha. Sambil mencuci mata, ia berjalan santai menyusuri mall.

Merasa ingin sekali memiliki tas bermerek yang sudah diincarnya, ia masuk ke dalam counter yang menjual tas tersebut.

“Kapan ya aku bisa punya tas semahal ini,” gumamnya lirih.

Hanya sebentar saja ia berada di dalam toko, Binar memutuskan untuk keluar karena tak nyaman dengan pandangan para pegawai toko yang seolah memandang rendah dirinya.

“Dikira aku tidak mampu beli kali ya, ya memang tidak mampu,” batinnya kesal.

Seakan sudah putus asa dan tak mau keluar modal lagi, ia memutuskan untuk pulang. Namun, baru berjalan beberapa langkah dari toko tersebut, seorang pria paruh baya menyapanya. sontak ia menoleh ke belakang. “Ya?”

“Hai, kamu yang tadi di kafe Reunited bukan?” tebak pria tersebut yang kemudian memperkenalkan dirinya bernama Farhan. “Panggil saja Om Farhan.”

Seketika Binar merasa bahagia karena ternyata usahanya tak sepenuhnya gagal. Ia pun menyambut perkenalan orang asing itu dan bergantian memperkenalkan dirinya. “Binar.”

“Kamu mau belanja di sana? Kenapa tidak jadi?” tanya Om Farhan menunjuk toko yang baru saja Binar kunjungi.

Mengaku karena tak suka dengan pandangan para karyawan toko, Binar membatalkan keputusannya untuk membeli tas di sana.

“Ya sudah, saya temani. Kita lihat apakah pandangan mereka masih sama,” ajak Om Farhan membuat Binar panik.

Di satu sisi ia tak punya uang, tapi di sisi lain ia begitu percaya diri akan dibelikan oleh Om Farhan.

Dengan ragu ia mengikuti langkah pria itu memasuki toko, yang juga kemudian mempersilakan Binar memilih tas yang disukainya.

Menyembunyikan wajah gelisahnya, Binar memandangi tas di toko itu satu per satu.

“Kalau bingung ambil saja 2 atau lebih. Jangan khawatir, saya yang bayar,” ucap Om Farhan membuat Binar melega sekaligus melongo.

“Tahu begitu aku pilih dari tadi,” batin Binar.

Ia kemudian mengambil 1 tas yang disukainya, kemudian menyerahkan tas tersebut pada salah satu karyawan toko yang kali ini tampak ramah padanya.

Setelah memastikan hanya itu yang Binar mau, Om Farhan membayarnya dengan kartu debet prioritas miliknya.

Masih melongo tak percaya, Binar mengambil paper bag yang Om Farhan berikan seusai membayarnya.

“Om, terima kasih banyak, kita baru kenal tapi saya sudah dibelikan tas mahal,” ucap Binar malu-malu, sekaligus deg-degan bila pria tersebut meminta sesuatu darinya.

“Tidak apa-apa. Kalau sedang butuh sesuatu, kamu bisa hubungi nomor saya di sini. Kamu kerja atau kuliah? Di mana?” cecar Om Farhan mengeluarkan kertas kecil berisikan nomor ponselnya.

Meski sedikit gugup, Binar menjelaskan bahwa ia kerja di salah satu toko kue, juga menjawab nama daerah tempat tinggalnya secara luas, karena ia tak ingin mengatakannya secara spesifik. Sebelum pergi, Om Farhan memberikannya beberapa lembar uang seratus ribuan padanya. Ia kemudian pamit pergi, setelah penawarannya yang ingin mengantar pulang Binar ditolak.

***

Di kamarnya, ia terus mengagumi hasil kerjanya seharian ini. Bangga akan usahanya mencari pria kaya hingga berhasil mendapatkan tas impiannya juga uang, ia berniat ingin mencari lagi mangsa keesokan harinya. “Baru kenalan saja sudah dapat uang.”

Saat tengah bekerja keesokan harinya di bakery, ponselnya berdering, tanda ada pesan masuk.

“Selamat bekerja, Binar. Kalau sedang butuh apa-apa, kabari Om ya. Jangan lupa simpan nomor ini-Om Farhan.”

Deg.

Seketika ia tak fokus melayani pembeli kuenya, karena memikirkan dari mana pria itu mengetahui nomor ponselnya. Menelan salivanya kasar, Binar takut Om Farhan bisa menemukan rumah dan tempat kerjanya. “Mati aku.”

Hingga beberapa hari ini, Binar terus kepikiran soal Om Farhan yang tiada hari tanpa mengiriminya pesan. Tiba-tiba ia merasa bodoh, telah mau begitu saja menerima pemberian dari orang yang tak dikenal. Padahal, pria seperti itu pasti punya banyak anak buah yang dengan mudah akan menemukannya, apalagi hanya mencari nomor ponsel. Sejujurnya, ia hanya ingin menjadi sugar baby pria kaya, tanpa perlu menjual dirinya. Tapi kini, ia takut diminta ganti rugi pemberian yang telah diterimanya, dengan kehormatan yang masih ia jaga.

Tak salah dengan dugaannya, malam ini, Binar yang tengah mendapat jatah piket menutup bakery sendirian, tiba-tiba mendapati sebuah mobil mewah baru saja parkir di depan toko.

Sambil melanjutkan pekerjaannya menutup toko, Binar mengatakan pada seseorang yang keluar dari mobil tersebut bahwa tokonya sudah tutup.

“Oh, saya tidak mau beli kue kok,” ucap seseorang itu, yang suaranya tak asing bagi Binar.

Dilihatnya Om Farhan yang tengah berdiri di dekatnya. Ketakutan, Binar mengaku akan mengembalikan tas dan uang yang diberikan padanya, asal ia tak diminta tidur bersama pria se-usia ibunya itu. “Saya mohon jangan, Pak.”

Hanya tersenyum, Om Farhan tetap berdiri memandangi aksi lucu Binar yang ketakutan, lalu menegang pundaknya.

“Jangan, Pak, jangan!” Binar menjauh dan menutup matanya.

Sementara itu, dari kejauhan terlihat sosok lelaki berbadan kekar sedang memata-matai mereka.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!