Swanfield,
Agustus 1886
Dari semua sepatu yang pernah dipakainya, Belle Atfable paling suka sepatu yang dipakainya hari ini. Sepatu merah muda dengan renda putih di tepiannya serta kupu-kupu elegan di permukaannya.
Ia meringis pada pemuda di sampingnya.
"Kamu menyukainya?' tanya pemuda itu.
"Ya! Sangat nyaman dan indah. Aku tidak tahu kamu bisa memilih sepatu secantik ini. Aku sebenarnya membawa dua sepatu cadangan karena aku takut kamu akan mengecewakanku dan menyuruhku memakai sepatu lancip melengkung berwarna ungu seperti penyihir."
Pemuda itu tertawa. "Hei, kamu adalah pengantinku, mana mungkin aku tidak membuatmu senang?"
"Mmmm," Belle hanya bergumam. Ia mengulum senyum sembari memfokuskan pandangannya pada sepatunya. Ia menggoyang-goyangkan kakinya, lebih seperti anak kecil dibandingkan pengantin dewasa yang matang. Tetapi, Belle memang anak kecil! Usianya baru menginjak delapan belas tahun dan mari kita tidak menghujatnya dengan ekspresi senangnya yang natural bagi gadis-gadis seusianya.
Pesta pernikahan itu berlangsung dengan lancar dan penuh khidmat. Seluruh saudara dan kerabat keluarga mereka datang dan merayakannya. Belle tersenyum melihat para tamu yang ikut terihat bahagia.
"Apakah kamu mau kue, Belle sayang?" tanya Felix Courts, ia mengarahkan matanya sekilas pada sudut kue-kue kering.
"Sa-Sayang?" tanya Belle, tanpa sadar menyuarakan pikirannya.
"Ya, sayang! Memangnya kenapa? KIta sudah menikah dan suami istri memang sudah sewajarnya saling menyayangi."
"Oh, kamu menyayangiku ..." ucap Belle.
Keheranannya bukan tanpa alasan. Sebelum hari spesial yang manis ini dengan sepatu kupu-kupu permata dan kue manis yang melimpah, mereka hanyalah teman sekelas biasa. Seingat Belle, mereka tidak pernah berinteraksi. Belle hanya tahu kalau Felix Courts adalah teman sekelas yang kaya raya.
Siapa tahu, saat Belle sedang pusing-pusingnya mengerjakan penugasan untuk universitasnya, Felix melamarnya.
Saat itu, hal pertama yang ada di pikirannya adalah, "Bagaimana Felix tahu kalau dia punya teman sekelas bernama Belle Atfable?" Tetapi, saat ia mengingat kalau kembarannya, Caspian Atfable, adalah salah satu teman Felix, maka dia bisa sedikit lega.
Setidaknya, pemuda itu tidak melakukan cap cip cup pada daftar kehadiran kelas.
Belle menerima lamarannya tanpa pikir panjang. Hei, tugas-tugas esainya sangat banyak dan menjadi istri seorang Felix Courts yang memiliki tanah pertanian dan bisnis paling berkembang di Swanfield terdengar lebih mudah!
"Tent saja aku menyayangi dan menyukaimu! Siapa yang tidak suka dengan gadis cantik sepertimu?" kata Felix dengan senyumnya.
Belle tertawa riang. Para gadis memang paling bahagia bila dipuji cantik dan Belle pun sama. Ia cantik! Syukurlah! Tuhan memang baik sekali padanya.
"Um, boleh. AKu akan memakan satu kue ... macaron?"
Kemudian Felix berbicara dengan ibunya, Mrs. Courts, yang duduk tak jauh darinya. Sejenak kemudian, seorang pegawai datang dan membawa senampan kue. Felix mengambil beberapa kue untuk Belle.
"Banyak sekali," komentar Belle melihat kue-kue yang dijajarkan di tempat di antara mereka.
"Tidak apa-apa. Kita masih agak lama di sini dan kita harus punya seribu cara untuk mengusir kebosanan," kata Felix.
Belle memakan kuenya dengan tenang. KIni para tamu juga sudah mulai menikmati hidangan. Ia mendengar Felix berbicara.
"Aku punya hadiah untukmu, Belle, malam nanti," kata Felix.
"Oh, apa itu?"
"Moonlily of The Gargantuan Cave," kata Felix dengan ringisannya. Matanya berkilau menanti reaksi Belle. "Aku tahu kamu suka bermain kartu itu di kelas yang membuatmu muram seharian setelah disita oleh Mrs. Thornfield. Hahaha! Nah, ini adalah versi terbarunya. Milikmu sebelumnya yang Starlily, 'kan?"
"Oh, kamu membeli versi terbarunya!" pekik Belle. Matanya yang berbulu lentik melebar "Benarkah? Aku tidak sabar malam nanti akan tiba!" pekiknya pelan. Ia sangat bersemangat. Ia agak heran tentang fakta bahwa rupanya Felix memperhatikannya saat di kelas kemarin, tetapi dia tidak berniat untuk mengutarakannya.
Belle memutuskan untuk menyukai hari ini. Cuacanya cerah dan segar dengan awan-awan putih menyerupai kapas yang menggantung di langit. Halaman penginapan yang ia jadikan sebagai lokasi pernikahan pun terlihat segar dengan rerumputan seerti beludru yang mendasarinya. Bunga-bunga peony dan matahari ditata dengan indah. Ia melihat ke arah pasangan Mr. dan Mrs. Courts, sebagai orang yang baru saja berinteraksi dengannya. Ia puas mendapati wajah mereka yang bahagia. Kemudian Belle meihat ke arah kursi ayah dan ibunya.
Tetapi, alangkah terkejutnya ia ketika mendapati kursi mereka yang kosong! Seorang pegawai penginapan dengan dasi kupu-kupu mendekatinya dan berbicara, "Tadi ibumu kurang enak badan dan ayahmu pulang untuk menemaninya. Maaf karena tidak memberitahuku. Tetapi mereka melarangku dan berpikir kamu harus bahagia di hari ini dan jangan mengkhawatirkan mereka."
Raut wajah Belle berubah lesu. Ia berbicara pada Felix, "Ibuku pulang ... aku khawatir padanya, Maksudku, ibuku adalah seseorang yang jarang sakit dan dia sudah menyiapkan pernikahan ini dengan sangat bersemangat. Tetapi kini saat acaranya sudah tiba, dia malah pulang duluan."
"Oh, dia sungguhan pulang ke Atfable Manor?' tanya Felix. "Astaga, maafkan aku, Belle, aku juga tidak melihatnya."
"Tidak apa-apa, Felix. Aku harap pestanya cepat selesai lalu aku bisa pulang."
Felix hanya berkata "Ya, ya," saja tanpa banyak berkomentar. Ia menenagkan Belle setelahnya. Tetapi, bagi Belle, pesta semeriah apa pun tidak aka cerah baginya tanpa adanya sang ibu. Seperti mendung yang kini perlahan-lahan menaungi atap Penginapan Ice Daisy.
...‧₊˚ ☁️⋅♡🪐༘⋆...
Belle memakai payungnya untuk menghindarkan dirinya dari guyuran air hujan yang melanda bumi. Ia menyusuri rerumputan tinggi yang berada di belakang penginapan. Ia berjalan secepat mungkin. Ia tak membayangkan dirinya kabur di hari pernikahannya. Tetapi para pelayan yang bersikeras untuk memandikannya dengan bunga-bunga membuatnya sangat kesal.
Sudah lama hujan tak turun sederas ini. Bahkan angsa-angsa di jalanan mulai mencari tempat berlindung. Angin yang deras juga membuat pakaian Belle basah kuyup. Namun ia tidak akan berbalik! Ia harus mencapai rumah dan tahu apa yang terjadi dengan sang ibu.
"Belle!"panggil seseorang.
Belle menoleh, dan ia mendapati sebuah kereta kuda di sampingnya. Saking derasnya hujan turun, ia tidak mendengar ketukan kaki kuda. Felix Courts duduk di bagian kusir kereta. "Belle, aku sudah bilang kalau aku akan mengambil kereta kuda ... tetapi kamu malah menerobos hujan seperti ini. Ayo naik."
"Oh," Belle hanya terpaku melihat Felix. Ia tidak menyangka akan ada seseorang yang menyusulnya. Ia tidak mengenal Felix dan tiba-tiba, sebuah pemikiran liar muncu di benaknya. Bagaimana kalau Felix memaksanya kembali ke penginapan untuk melakukan ritual yang sepertinya penduduk desa Swanfield begitu menyukainya? Atau memaksanya untuk berkenalan dengan para saudara jauh yang Belle yakin ia tidak akan bertemu mereka lagi di masa depan.
"Kalau kamu berjanji tidak memaksaku kembali ke penginapan, aku akan naik. Saat ini, aku hanya ingin pulang."
"Tenang saja, gadis manisku yang keras kepala. Naiklah, aku sendiri juga khawatir tentang kondisi ibu mertuaku," bujuk Felix. Tetapi karena melihat Belle yang bergeming, ia menambahkan,"Aku berjanji. Seluruh serial boardgame lily untukmu kalau aku melanggar janji?"
Mendengarnya, Belle baru dapat percaya. Ia menaiki kereta kuda itu. Felix membantunya dengan lembut dengan telapak tangan menahan bahu Belle. "Duh, tikus kecilku yang malang. Kamu sangat basah. Duduk yang manis dan suamimu ini akan mengantarmu."
Mereka tiba di Atfable Manor. Rumah yang dulunya megah ini kini sudah terlihat kusam dindingnya di beberapa sisi. Lumut tumbuh di dinding bawah tanpa sempat dibersihkan. Rumah itu layaknya sebuah bangsa yang mengalami kemunduran setelah masa keemasannya.
Belle melompat turun ketika kereta kuda akhirnya berhenti. Hujan masih sangat deras. Ia melihat ada kereta kuda lain di halaman rumahnya, kalau tidak salah, itu milik Dokter Hartley. Dokter dari Catfield yang bertanggung jawab akan kesehatan warga desa yang tinggal berdekatan dengan desanya.
Belle mendorong pintu. Air menetes-netes dari ujung gaunnya. Ia tidak melihat ibunya di mana pun. Dokter Hartley pasti sedang memeriksanya di kamarnya.
“Hei, apakah tidak apa-apa kalau pakaianku basah seperti ini?” tanya Felix.
Belle melihat pakaian Felix sekilas. Sementara, ia tak menemukan titik basah di kemeja pemuda itu. Namun, akhirnya ia menemukannya. Kain putihnya lebih gelap di bagian pinggangnya.
“Tidak apa-apa,” kata Belle. Ia tidak ingin berganti baju dulu. Ia ingin segera menemui ibu. Namun, ia memundurkan langkahnya melihat seseorang yang datang. “Well, ibu tidak menyukai kalau aku masuk rumah dalam keadaan basah. Kita tunggu di sini saja.”
“Young mistress dan Mr. Felix Courts, apakah upacara pernikahannya sudah selesai?” tanya orang tersebut. Ia adalah Mr. Walkner, seorang butler di keluarga Atfable yang telah bekerja di kediaman itu selama bertahun-tahun.
“Tentu saja. Aku ingin menjenguk ibu. Tolong panggilkan Aneira juga, aku akan membutuhkan gaun yang baru,” kata Belle, sedikit terkejut dengan sapaan Mr. Walkner. Young mistress? Itu berbeda dengan sapaan pria itu sebelumnya yang biasanya memanggilnya sekedar dengan kata sapaan Miss.
“Aku, Belle? A-atau ...” ucap Felix dengan kikuk, mencari perhatian Belle bahwa dirinya yang basah juga perlu perhatian.
“Oh, benar. Walkner, dan juga berikan pakaian kering untuk Felix juga,” kata Belle.
Mr. Walkner masih melihat Belle dengan tatapan tak setuju. Dahinya berkerut. Bagaimana tidak? Ia sudah menjadi butler keluarga Atfable sejak Belle masih di dalam kandungan. Hubungan mereka sudah seperti paman dan keponakan, dan dirinya tidak tahan untuk tidak menasehati perilaku Belle yang pulang ke rumah gadisnya tepat setelah pernikahan usai.
“Sebenarnya Mrs. Atfable sudah dalam penanganan yang tepat. Dokter Hartley sudah datang dan akan memeriksa nyonya dengan baik,” kata Mr. Walkner. Ia melihat ke arah Felix, tatapannya tak setuju. “Dan kamu juga ke sini? Pengantin baru diperbolehkan pulang setelah bermalam seminggu di rumah barunya.”
“Ya, hahaha. Aku dengar itu. Tapi ini darurat, ‘kan? Aku tidak mungkin membiarkan Belle hujan-hujanan pulang dalam cuaca seperti ini,” kata Felix.
“Ya, Walkner, ini sangat darurat. Ayo panggilkan Aneira cepat atau aku akan demam di sini dan menambah pekerjaan Dokter Hartley dan merepotkanmu dan membuatmu dimarahi oleh ayah karena meninggalkan dua anak malang seperti kami berada di depan pintu tanpa diberikan selimut hangat dan perapian yang menyala,” kata Belle tak sabar. Ia ahlinya berimajinasi dan lebih ahli lagi menyusunnya dalam kata-kata dalam rentetan cepat. Novel-novel yang dibacanya memberikan sebagian kemampuan itu, menyempurnakan sifatnya yang sudah ada sebelumnya.
Mr. Walkner tentunya tidak banyak bicara lagi. Ia berjalan ke arah lorong pelayan. Rumah sebesar ini telah memulangkan banyak pelayannya dan Mr. Walkner tidak punya bawahan yang siap sedia di sudut-sudut rumah tertentu untuk ia suruh.
Mr. Atfable telah memutuskan untuk hanya mempekerjakan pelayan yang pekerjaannya sangat dibutuhkan. Seperti Mr. Walkner sebagai butler, kemudian pelayan-pelayan tingkat atas seperti steward dan housekeeper, kemudian tingkat bawah seperti juru masak dan pelayan laundry. Itulah mengapa pria itu harus berjalan jauh untuk memanggil Aneira.
Belle yang kedinginan seperti tikus tercebur bak mandi itu akhirnya bersinar wajahnya saat melihat Aneira. Aneira adalah pelayan terdekatnya. Sebelumnya ia bertugas menemani Belle dan mengurus keperluannya. Setelah Belle menikah, rencananya ia akan menjadi pelayan yang mengurus linen-linen di setiap kamar Atfable Mansion.
“Oh, Miss, sudah kukira Anda akan kemari dan aku sudah menyiapkan gaun untukmu. Ayo ke kamar tamu dan kubantu kamu berganti. Dan ... er—Mr. Courts, ini pakaian untukmu. Mr. Walkner akan menunjukkanmu kamar untuk berganti pakaian,” kata Aneira seraya memberikan dua setel pakaian pada Belle.
Itu adalah pakaian lama Caspian. Postur mereka agak sama dan tentunya merupakan pilihan yang baik untuk memberikan Felix pakaian kembarannya itu. Belle memberikan pakaian Caspian untuk Felix. “Ini untukmu. Um, aku akan mengikuti Ney.”
Belle mengikuti Aneira. Ia bisa mencium harum matahari dari rambut Aneira yang dijalin rapi di bawah pitanya. Ia sudah merindukan wangi itu meskipun baru setengah hari mereka berpisah. Ia tidak menyangka bahwa ia tidak akan bisa bermain dengan Aneira lagi setelah ini.
Felix Courts saat ini sedang membangun rumah baru untuknya dan Belle. Namun karena pernikahan mereka tergolong mendadak, diperkirakan rumah itu masih lama hingga tahap selesai dibangun. Mereka akan menginap di Ice Daisy selama itu.
“Basah sekali, Miss. Setelah bertemu dengan Mrs. Atfable nanti, aku akan membawakan teh hangat untukmu. Oh iya, dan untuk Mr. Courts juga. Apa teh yang dia sukai?” tanya Aneira sambil membantu Belle berganti pakaian.
“Teh? Entahlah,” ucap Belle. “Sebenarnya aku tidak terlalu kenal dengannya. Seharusnya ibu yang lebih mengenalnya,” kata Belle. Ia sendiri curiga bahwa orang tuanya lah yang mendorong Felix Courts untuk melamarnya.
“Aku akan menyamakannya denganmu saja,” kata Aneira. Ia merapikan lengan Belle supaya kainnya tak terlipat. “Cantik sekali. Aku akan sangat merindukanmu,” ucap Aneira sambil melihat wajah gadis itu.
Belle tersenyum. “Kita masih bisa bertemu. Penginapan hingga ke rumah ini jaraknya tidak terlalu jauh. Kita akan bermain seperti biasa, Aneira. Oh, bagaimana dengan ibu? Sekarang aku sudah nyaman dan ibu tidak akan melihatku dengan kerutan di hidungnya lagi.”
“Aku tidak tahu, Miss. Pintunya tertutup rapat dan tidak ada pelayan yang menunggu. Sudah, silakan, kamu bisa keluar. Aku yakin Dokter Hartley akan segera keluar, kamu menunggu di depan pintunya saja. Aku akan membawa pakaian-pakaian ini ke ruang cuci.”
Belle keluar dari ruang tamu tersebut. Ia menunggu Felix berganti baju dengan duduk di kursi tamu. Ketika ia mendengar langkah kaki yang terdengar berasal dari sepatu kulit, Belle mendongak.
Namun, bukan Felix yang datang, melainkan Caspian, kembarannya yang ia benci.
Caspian melihat Belle dengan tatapan tak setuju, seakan-akan keberadaan Belle di ruang tamu Atfable Manor adalah tindakan yang sangat salah.
“Apakah kamu tidak tahu betapa paniknya keluarga Courts di sana melihat kamu menghilang begitu saja? Hampir saja kamu terkena tuduhan bahwa kamu adalah pengantin yang kabur di hari pernikahannya? Mr. Courts sangat marah mendengar kau dan Felix menghilang.”
Belle memutar matanya, membuat Caspian semakin kesal. Belle adalah kembarannya yang dikenal manis dan patuh oleh semua orang di Swanfield, bahkan orang-orang asing yang Belle baru temui sekali. Tetapi Belle hanya memutar matanya padanya.
“Iya, iya. Berhenti bersikap menyebalkan, Cas. Seakan-akan mereka tidak tahu satu-satunya tempat yang aku akan kunjungi,” ujar Belle. Ia kembali memandang kuku-kukunya. Kuku-kukunya yang diwarnai dengan bunga lebih menarik untuk dilihat dibandingkan wajah Caspian.
Kalau kembarannya itu didaftarkan sebagai orang paling menyebalkan di dunia, dia pasti langsung menjadi pemenangnya.
“Kamu melewatkan upacara pemandian bunga yang harus kamu lewati! Mereka sudah mengumpulkan bunga-bunga itu dengan menempuh perjalanan jauh. Beberapa darinya tidak akan kamu temukan di Swanfield maupun Catfield meskipun hidup ratusan tahun. Aku tidak menyangka kamu sangat tidak bertanggung jawab, Belle. Ayah dan ibu terlalu memanjakanmu sampai kamu berani tidak sopan pada keluarga Courts,” ucap Caspian, panjang lebar menasehati kembarannya.
“Well, aku tidak mengerti mengapa ritual yang katanya asli dari Swanfield membutuhkan bunga yang tidak akan tumbuh di Swanfield. Itu penipuan. Lagipula, anggota Courts juga ada di sini. Kamu dan asumsimu yang terburu-buru itu seakan tak pernah belajar,” ucap Belle pedas. Ia menunjuk ke arah Felix dengan telapak tangannya. Entah kenapa, ia selalu kesal apabila berbicara dengan Caspian.
Caspian itu usianya setara dengannya tetapi kenapa ia selalu menganggap dirinya lebih tahu dan pantas menasehatinya?
Felix keluar dari kamar dengan Mr. Ridge, ia adalah valet khusus Caspian. Ia sampai terpaku mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Belle. Seperti yang dikatakan sebelumnya, Belle merupakan gadis yang patuh dan riang secara keseluruhan!
Caspian berdecak. Ia melirik Felix dengan tatapan merendahkan. “Memang aku berharap lebih supaya kamu bisa lebih bertanggung jawab,” katanya. “Kamu bahkan lebih mementingkan penampilanmu di saat-saat seperti ini.”
“Ada apa, ini, Cas? Oh, soal aku dan Belle yang pulang, ya? Tenang saja, aku sudah meminta pekerja kandang kuda untuk menyampaikan kalau aku akan mengantar Belle pulang,” kata Felix.
“Kamu ini bodoh atau bagaimana, Felix? Saat hujan seperti ini apakah kamu kira pekerja kandang kuda tidak sibuk? Semua orang mencari kalian tadi, dan aku harus kembali untuk menenangkan mereka. Lagi dan lagi aku yang harus membereskan semuanya,” gerutu Caspian seraya berbalik menuju pintu utama.
Mr. Walkner dan Mr. Ridge melihat percakapan itu dalam diam. Mr. Walkner bahkan diam-diam menyembunyikan kuapannya di balik sarung tangan putihnya. Mereka sudah terbiasa dengan adegan seperti ini terjadi di bawah atap Atfable Manor.
“Silakan duduk, Felix Courts,” sapa Mr. Atfable yang tiba-tiba datang. Kemungkinan, ia juga mendengarkan percakapan itu dan baru berani memunculkan dirinya ketika keadaan sudah lebih damai. Keadaan sudah lebih damai ini selalu diartikan dengan salah satu dari si kembar sudah mundur dan pergi ke tempat lain. Ia tidak berekspresi apa-apa, tetapi matanya yang tidak menatap lawan bicaranya lama-lama itu menunjukkan bahwa ia menyembunyikan sesuatu.
“Iya, tentu saja, aku akan duduk,” kata Felix. Ia berjabatan tangan dengan Mr. Atfable. “Maaf, tadi aku dan Belle memutuskan untuk datang ke rumah karena ... kudengar ibu mertua saya sedang sakit.”
“Oh, ya, memang benar. Maaf sekali karena tidak berpamitan. Ah, akhirnya datang, ini teh untukmu. Sayangnya, ibumu belum bisa ditemui, Belle, Felix. Beliau baik-baik saja, tetapi dia terlalu lelah dan butuh banyak istirahat. Kemungkinan ia bisa ditemui baru besok pagi.”
“Oh,” ucap Belle kecewa. “Tidak meskipun aku hanya ingin melihatnya?”
“Tidak,” kata Mr. Atfable dengan dahi berkerut. Kini ia bisa lebih santai menyandarkan punggungnya di kursi. “Kalian menginaplah di sini dulu. Hujannya sepertinya akan awet. Soal pemandian bunga itu ... mungkinkah untuk meniadakannya saja?”
“Well, tidak masalah. Belle juga sepertinya enggan. Aku akan membicarakannya pada orang tuaku. Sebenarnya tradisi itu juga sudah agak ketinggalan jaman,” kata Felix.
Mereka berbicara hanya sebentar, karena Mr. Atfable harus mengurus istrinya. Dokter Hartle baru pulang saat sore tiba. Ia berlari kecil menuju kereta kudanya menghindari air deras yang turun ke tanah. Belle dan Felix dibiarkan bermain sendiri di ruang tengah, meskipun mereka dipersilakan untuk istirahat di kamar Belle. Sementara Caspian sudah pulang dengan wajah kesal, ia membanting pintu kamarnya yang menggema ke seluruh rumah.
Belle tertawa kecil. Senang sekali rasanya melihat Caspian sekesal itu. Ia akan memastikan membuat Caspian lebih kesal lagi di kemudian hari. Ia tak menyadari Felix yang menatapnya dengan tatapan horor.
Setelah makan malam, Felix mulai menguap. Belle pura-pura tidak melihatnya sambil membersihkan bibirnya dengan sapu tangan. Itu gila kalau mengajak Felix tidur di kamarnya. Kamar itu tidak pernah dimasuki oleh lelaki lain selain ayah dan kembarannya. Ia bahkan memaksakan senyum cerianya dan berkata, “Kita harus berjalan-jalan keluar, di dekat rumahku ada aliran air dan indah sekali kalau dilihat malam-malam,” katanya.
Kalau ada yang bisa dia manfaatkan dari pernikahan, itu artinya ia bisa berjalan-jalan di malam hari. Kalau suaminya menemani, tak ada warga desa yang akan menganggapnya aneh. Ia berniat menggunakan manfaat itu langsung di hari pertama ia menikah.
“Oh, tentu saja. Aku sudah lama tidak mengunjunginya. Terakhir, aku bermain dengan Caspian mencari ikan di sana saat kecil,” kata Felix sambil memandang Caspian.
Tetapi Caspian juga pura-pura tidak mendengar. Ia berkonsentrasi meminum air putihnya dari gelas yang bahkan satu tetes pun tidak tersisa. Sepertinya si kembar Atfable memang punya kebiasaan aneh seperti ini.
Sikap itu membuat bahu Felix melemas, dan matanya berubah sedih.
“Tidak usah menganggap Caspian serius. Lihat, ‘kan, dia orang paling tidak setia kawan yang pernah aku kenal. Meskipun kalian bersama-sama mengerjakan tugas akhir SMA, tetapi dia berpura-pura tidak mengenalku hanya karena kamu menikah denganku. Perkenalkan, aku Belle Atfable, gadis malang yang dibenci oleh saudara kembarnya sendiri,” kata Belle seraya mengulurkan tangannya. “Sabar ya, otomatis kamu juga dibenci olehnya.”
Felix tersenyum meskipun raut wajahnya agak bingung. Ia meraih tangan Belle dan berdiri. Menikah dengan Belle membuatnya seakan-akan masuk ke dalam pusaran air yang menyeretnya pada konflik baru yang rumit.
“Asalkan denganmu, Belle, aku tidak apa-apa dibenci oleh Caspian,” kata Felix seketika.
Mata Belle melebar. Dengan ketampanan dan kekayaan masa mudanya, skill merayu Felix sama seperti skill bapak-bapak tua dengan perut buncit yang masih ingin menikah. Tetapi itu tidak masalah, Belle menyukai pemuda itu dengan kesukaan formal seperti anak-anak menyukai mainan kuda-kudaan mereka, atau petani menyukai pupuk tertentu yang membuat kentang mereka tumbuh subur, atau anak-anak yang menyukai angin kencang sehingga membuat layang-layang mereka terbang.
Jadi, tidak masalah. Seumur hidup dengan Felix pun tidak masalah dengan kesukaan jenis ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!