Pagi hari yang cerah, seorang pemuda dengan karung lusuh ditangannya sedang berjalan menyusuri selokan dan tempat-tempat pembuang sampah untuk mengais botol bekas, kaleng, karton dan berbagai sampah yang dapat didaur ulang.
Saat sore hari menjelang malam, dia biasanya pergi ketempat pembuangan sampah TPU karena disana berbagai macam jenis Sampah yang bisa didaur ulang tersedia.
Lin Chen saat ini berusia dua puluh tahun. Dia hidup sebatang kara. Sejak bayi dia ditinggalkan oleh orang tuanya didepan pintu sebuah pondok milik orang tua yang saat itu sedang sakit-sakitan. Dia diletakan saat tengah malam dimana tidak ada seorangpun yang lewat.
Pagi harinya, saat sang kakek bangun dan hendak membuka pintu, dia dikagetkan oleh sebuah keranjang yang berisi seorang bayi yang masih merah.
Dan anehnya bayi tersebut tidak pernah menangis sepanjang malam. Kakek itu merasa dirinya tidak mampu untuk merawat karena dirinya sakit-sakitan dan memutuskan untuk membawa bayi itu kesebuah panti asuhan yang terletak dua kilo meter dari pondoknya.
Pihak panti asuhan menerimanya dengan senang hati keberadaan bayi malang itu. Saat digendong, sang kakek menemukan kertas kecil dengan sebaris tulisan 'Lin Chen'. Jadi kakek itu menyimpulkan mungkin saja itu nama yang hendak di berikan kepada bayi malang itu.
Sang kakek memberitahu pihak panti asuhan tentang kertas kecil itu dan pihak panti asuhan juga setuju dengan usulan itu untuk memberi nama bayi itu Lin Chen.
Lin Chen tidak tahu siapa orang tuanya karena tidak ada satupun peninggalan kecuali sebuah Liontin hijau yang tergantung dilehernya.
"Kenapa harus dilahirkan jika pada akhirnya dibuang begitu saja. Kenapa di buat tapi tidak ingin merawat. Terkadang Lin Chen menyesal dilahirkan didunia ini. Dia hanya menyalahkan kedua orang tuannya dan dunia ini yang tidak adil padanya. Sudahlah, mungkin dewa punya alasan lain mengapa aku dibiarkan hidup." Gumamnya dalam hati dan menghela nafas sambil menatap langit.
Buk!
Sebuah botol bekas menghantam kepala Lin Chen kemudian terdengar gelak tawa. Yah, Lin Chen sering diperlakukan seperti ini tapi dia tidak pernah marah atau pun tersinggung.
Dia hanya tersenyum sambil berkata, "Terima kasih Tuan semoga Dewa memberi sesuatu yang lebih!"
Saat itu ada seorang pemuda yang dikelilingi banyak wanita cantik. Lin Chen disuruh merangkak seperti anjing dan disuruh menggonggong dan dijanjikan sepotong daging.
Dia pun menggonggong dengan lantang tapi tak kunjung diberikan daging. Dengan alasan suaranya tidak mirip. Lin Chen pun terus menggonggong sampai suaranya habis. pemuda kaya yang dikelilingi wanita cantik itu malah pergi sambil mencemooh. Lin Chen hanya tersenyum pahit dan tidak berani melakukan apapun.
Karena dia tahu konsekuensi apa yang akan dia terima jika menyinggung orang kaya, pasti akan berakhir buruk.
Lin Chen awalnya hendak pergi ke tempat pembuangan sampah TPA. Tapi dia mengurungkan niatnya. Seharian ini, dia hanya mendapat sedikit. Dia memutuskan untuk menyusuri sungai, kalau-kalau menemukan sedikit tambahan dua atau tiga buah botol plastik. Walaupun ada larangan membuang sampa di sungai. Pasti ada orang yang mengabaikannya. Dia terus menyusuri sungai itu, namun tiba-tiba saja dia melihat sekelompok orang yang sedang menyeret sebuah kantong panjang dan membuang bungkusan plastik panjang yang telah diikat itu.
Byurrr!
Riak air sungai sedikit bergelombang. Setelah melihat sekelompok pria itu pergi dan menghilang dari pandangannya, dia berjalan menghampiri lokasi dimana kantong itu dibuang. Karena hari sudah malam, pandang Lin Chen agak terbatas. Tapi kantong itu belum sepenuhnya tengelam.
"Wah ini pasti sampah yang banyak!" pikirnya.
Pasti banyak kaleng didalamnya, ini berkah dari Dewa. tanpa berpikir panjang, dia langsung menyembur ke sungai lalu berenang untuk meraih kantong panjang itu. namun begitu dia hendak memegang kantong itu, kantongnya Malah tengelam. Setelah menghirup nafas panjang kemudian menahannya dia langsung menyelam.
Untung saja kantong hitam itu tenggelamnya belum terlalu dalam, makanya dia dapat dengan muda meraih kantong panjang itu.
Kemudian dengan susah payah dia menyeretnya ke tepi. Setelah sampai ditepian Lin Chen tidak sabaran untuk melihat apa isinya. Dia pun langsung membuka kantong plastik panjang itu. Seketika matanya terbelalak. Karena didalam kantong itu, bukan sampah melainkan seorang gadis muda dan cantik dengan pakaian yang mewah dan indah.
Wajahnya lebam, setelah Lin Chen memeriksa nafas di hidungnya. gadis itu tidak bernafas. Dia kemudian memeriksa denyut nadinya. ternyata masih berdenyut. Lin Chen pun panik.
"Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku menemukan mayat? Apakah aku harus lapor polisi? Atau membuangnya lagi? Hah! kenapa masih ada gerakan di jarinya? Tapi mengapa dia tidak bernafas?"
Seketika sesuatu terlintas dalam benaknya, "Yah, nafas buatan, nafas buatan mungkin bisa membantu!" Lin Chen pun mendekatkan mulutnya untuk memberi gadis itu bantuan nafas. Ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir gadis itu, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat. Dia tidak menyadari bahwa liontin yang berada dilehernya mengeluarkan sinar hijau masuk melalui lubang hidungnya.
Sesaat kemudian, gadis itu tiba-tiba terbatuk
Uhuk!
Uhuk!
"Kamu ... Siapa kamu? Dimana aku? Menjauh dariku!" gadis itu mendorong Lin Chen.
"Maaf Nona, siapa kamu sebenarnya! mengapa ada orang yang ingin mencelakai kamu dan hendak dibuang ke sungai?"
"Siapa disana?" terlihat sinar terang dari kejauhan menyorot kearah Lin Chen. Orang-orang berbaju hitam itu mendekati mereka satu persatu menuruni anak tangga yang ada ditepi sungai dan bergegas kearah Lin Chen berada.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba ada suara terdengar dibenak Lin Chen.
[Ahh akhirnya bisa terbangun setelah ribuan tahun tertidur]
"Siapa ... Siapa yang bicara?" tanya Lin Chen.
[Aku bodoh! Aku seorang Dewi yang ada di Liontin mu] seketika liontin yang ada dileher Lin Chen berkedip-kedip mengeluarkan cahaya hijau.
[Oh oh, baru bangun langsung bertemu dengan lima kultivator alam fana tingkat awal]
"Haha jangan bercanda! Didunia ini mana ada kultivator!" kata Lin Chen.
[Hei bodoh! Bagaimana mungkin didunia ini tidak ada kultivator, bagaimana orang jaman dulu memprediksi gunung akan meletus, bagaimana mereka memprediksi bencana alam lainnya?]
[Itu karena adanya seseorang yang mampu berbicara dengan alam, mampu menyerap energi spiritual langit dan bumi dan orang seperti itu dinamakan kultivator. Kalau tidak ada kultivator pada waktu dan jaman itu, bagaimana ada manusia yang akan selamat dari berbagai serangan iblis, bencana alam yang dahsyat dan lain sebagainya]
"Hei orang gila! Kenapa kamu bicara sendiri? Apakah kau tahu kita sedang dalam bahaya?" bentak gadis itu pada Lin Chen yang sedang mendengar penjelasan dari orang yang mengaku Dewi dalam benaknya.
"Apakah mereka yang mencelakai kamu?" tanya Lin Chen.
"Aku tidak tahu tapi tolong bantu aku untuk mengulur waktu, aku akan bersembunyi, jika kamu berhasil menyelamatkanku, aku akan memberimu banyak uang!"
"Baiklah!"
"Cepat bersembunyi!"
"Anak muda, katakan dimana gadis itu? Kalau kamu tidak memberitahuku dimana gadis itu, kamu akan mati tanpa tau alasan kenapa kamu mati!" kata sala satu dari orang berbaju hitam itu.
"Maaf Tuan-tuan, aku tidak mengerti apa yang anda katakan!"
[Dasar bodoh! Sepuluh detik kemudian, mereka akan menyerang kamu dengan belati. Jika kamu tidak ingin mati, ikuti instruksi ku!] kata Dewi yang ada dibenak Lin Chen.
"Baik Dewi! Aku mengerti!" jawab Lin Chen dengan ekspresi serius.
Sepulu detik kemudian, pria berbaju hitam itu menghunuskan belati dan langsung menusuk kearah Lin Chen.
[Bergerak ke kanan] Lin Chen pun mengikuti instruksi sang Dewi. benar saja, dia terhindar dari serangan belati dari pria berbaju hitam itu.
Pria berbaju hitam itu tercengang,. serangannya meleset.
[menunduk!] kali ini sebuah serangan menyerang kearah leher Lin Chen. Namun karena reaksi Lin Chen terlambat belati itu mengenai sedikit rambutnya.
[Aku bilang menunduk, bodoh! Apa kamu ingin mati?]
"Kamu memberitahuku terlalu mendadak!" Lin Chen membela diri.
[Jangan banyak protes! fokus!]
"Haha ... Ini menarik, seorang awam bisa menghindar serangan seorang kultivator. Mungkin aku sudah mulai tua." kata pria yang menyerang Lin Chen.
"Orang tua! Apakah kamu butuh bantuanku untuk menyerang serangga kecil ini?" kata teman yang menyerang Lin Chen pertama kali.
"Diam kau pria tua mesum!" kata pria tua itu. Sambil mengeratkan pegangan belatinya.
[Sepuluh menit kemudian orang-orang ini akan menyerang kamu bersamaan! Ingat kamu harus fokus, kalau tidak kamu akan mati, kalau kamu mati, aku juga akan mati. Jadi kamu harus fokus dan dengarkan instruksi ku.]
sepulu detik kemudian
[Mundur kebelakang, menunduk sambil menyilangkan tangan lalu tendang pria pria dibagian kirimu.]
Bruk!
[Bagus, kamu telah memberinya tendangan fatal.]
"Wow! Aku hebat." gumam Lin Chen.
[Aku yang hebat bodoh] terlihat sala satu pria penyerang itu terpental jauh dan langsung tidak sadarkan diri.
Beberapa pria yang tersisa merasa tidak percaya dengan pemandangan itu.
"Ini sangat menarik. Seekor serangan kecil yang tidak memiliki kultivasi bisa mengalahkan pria tua itu."
"Dua orang maju!" perintah sang pemimpin.
[Hei bodoh, cepat ambil belati pria yang tidak sadarkan diri itu] Lin Chen pun mengambil belati yang tergeletak tidak jauh darinya.
"Dewi, apa kamu ingin aku membunuh orang?" tanya Lin Chen pada Dewi yang ada dibenaknya.
[Tidak! Kita hanya akan memukulnya hingga pingsan. Aku juga ingin tahu seberapa kuat tulangmu]
"Apakah tulangku kuat?"
[Kuat, tapi aku hanya bisa menyalurkan sedikit energi kedalam inti energimu!]
[Hei bodoh! Kita akan menyerang kedua orang itu setelah mereka melakukan dua serangan.] seru sang Dewi.
Detik selanjutnya, dua orang langsung bergerak bersamaan menyerang kearah Lin Chen. Namun Lin Chen fokus mendengar instruksi dari Dewi
[Kamu harus fokus! Jangan melamun!] sang Dewi mengingatkan.
"Siapa yang melamun?" seru Lin Chen bingung.
[Jangan berbohong, aku tahu kamu sedang membayangkan bagaimana rasanya memukul bokong wanita barusan.]
[Lompat!] perintah Dewi itu.
Shut!
Dua belati langsung menyambar dibawa kaki Lin Chen.
[Salto kedepan!]
Dua belati milik kedua pria itu langsung tertancap di rerumputan.
[Sekarang berdiri, dan lempar belati itu ke kiri angkat kaki gerakkan badanmu ke kanan!]
Ting!
Terdengar Bunyi kedua belati itu saat beradu. kemudian terdengar
Bruk!
Seorang pria sebelah kanan berputar beberapa kali dan berhenti dengan posisi menggulung dan langsung tidak sadarkan diri.
[Sayang sekali, kecepatan kamu terlalu lamban, hingga pria sebelah kiri bisa lolos dari serangan kita. Aku yakin jika terkena, jarinya akan terputus!] seru Sanga Dewi.
"Berhenti menyerang! Kelihatannya, anak ini tidak sesederhana kelihatannya. kamu masih beruntung yang disasar jarimu bukan jantung atau leher!" kata pemimpin kelompok itu.
"Ketua, apa maksudmu?" tanya pria tua yang hampir terputus jarinya.
"Coba kamu lihat, belati yang kamu pegang tadi!"
Tanpa sadar, Lin Chen dan pria tua itu melirik kearah belati itu
"Wow! Kamu benar-benar hebat Dewi, belati yang kita serang langsung patah menjadi dua bagian."
[Itu karena kamu telat melemparkan belati itu. Coba kalau tidak, jari pria tua itu pasti terputus.]
"Kamu masih dilindungi oleh langit, karena terpeleset kulit pisang yang tidak sengaja kamu injak. Jika tidak, jari-jarimu akan terpotong." jelas sang pemimpin pada pria tua itu.
"Siapa yang mereka culik? siapa itu Tetua?" tanya Lin Chen.
[Tetua adalah orang terhebat dalam sebuah sekte atau keluarga besar!] jelas sang Dewi kepada Lin Chen.
"Eh kok Dewi tahu?"
[Bukan tahu, hanya kamu yang terlalu kurang berpengalaman!]
Tiba-tiba saja gadis yang diselamatkan Lin Chen berjalan keluar dari persembunyiannya.
Dia sedikit terkejut, ternyata yang bertarung dengan Lin Chen adalah pengawal dari keluarga gadis ini.
"Berhenti bertarung, pemuda ini yang menyelamatkan saya." seru gadis itu.
Melihat nona mudanya baik-baik saja, pemimpin dan beberapa pria tua itu menghela nafas lega.
"Nona muda, syukurlah anda baik-baik saja. Tolong hukum atas kelalaian kami." kata beberapa pria tua itu.
"Sudahlah! Aku baik-baik saja sekarang. Anak muda ini yang menolong saya." kata gadis itu menerangkan.
"Oh iya, siapa namamu? Maaf telah membuatmu terlibat masalah!" kata gadis cantik itu dengan tatapan lembut.
Melihat tatapan gadis itu, Lin Chen kembali membayangkan saat bibirnya dan bibir gadis itu bersentuhan.
Gejolak birahi mendesir dalam tubuh Lin Chen.
[Oh jadi seperti itu! Pantas saja aku terbangun] kata Dewi dalam benak Lin Chen.
"Na ... Namaku Lin Chen Nona!" jawab Lin Chen gagap.
"Maaf Tuan Chen! Kami salah menilai mu. kamu seharusnya bertanya terlebih dahulu sebelum menyerang Tuan Chen." kata para pria itu sambil berlutut satu kaki.
"Oh ... Tidak masalah!" jawab Lin Chen sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Lin Chen pun melambaikan tangannya untuk menyuruh mereka berdiri.
Melihat itu, Nona muda itu mengerutkan alisnya dan bertanya, "Ada apa ini?"
Mendengar itu pria tua berbaju hitam itu berbisik pada nona mudanya itu.
Setelah mendengarnya, nona muda itu pun berkata pada Lin Chen.
"Tuan Chen, apakah anda berkenan menjadi pengawal sekaligus guruku? Namaku Yun Feiya!"
Setelah berkata demikian, Yun Feiya memerintahkan para pengawalnya untuk memberikan sejumlah uang pada Lin Chen beserta kartu namanya.
"Ini adalah sedikit uang, saya mohon anda berkenan menerimanya." kata Yun Feiya sambil berlutut dan menyerahkan kartu nama dan uang sebanyak ratusan Yuan.
Lin Chen menatap Yun Feiya dalam-dalam dan berpikir, apakah saya harus menerima uang tersebut atau tidak.
Jika dia menerima uangnya, itu artinya, dia juga telah bersedia menjadi gurunya. Jika tidak menerimanya, jelas dia sangat membutuhkan uang untuk biaya hidupnya.
Lin Chen sangat dilema.
[Terima saja bodoh, apa yang kau lakukan hanya bergumam dalam hati saja] bentak sang Dewi dalam benak Lin Chen.
"Baiklah, aku akan menjadi pengawalmu dan selanjutnya, apakah aku bisa mengajarimu sesuatu atau tidak!" kata Lin Chen setelah berpikir sejenak.
Walaupun dia tidak tahu apa yang harus dia ajarkan nanti, tapi menurutnya itu adalah satu-satunya alasan yang cukup masuk akal.
"Terimakasih! Yun Feiya memberi hormat pada guru! Kata Yun Feiya sambil membungkuk badan pada Lin Chen. kemudian Yun Feiya melanjutkan, "Kelak guru cukup memanggilku Feiya kedepannya!"
"Baiklah, kamu boleh kembali. Nanti aku akan berkunjung ketempat kalian jika punya waktu!" kata Lin Chen sambil melambaikan tangannya.
"Baik guru!" kata Yun Feiya sambil mengepalkan tangannya depan dadanya dan membungkuk.
Lin Chen dengan cepat berjalan sambil menyeret karung lusuh ditangannya.
Melihat itu, beberapa pria tua yang menyerangnya tadi semakin mengganggumu Lin Chen. "Sungguh master yang rendah hati, apakah kalian pernah mendengar tentang beberapa master tersembunyi yang berpura-pura menjadi pengemis, pemulung ataupun gembel? Mungkin kali ini kita diberkahi langit karena kita bisa melihat sala satu dari mereka.
Yun Feiya dan beberapa pengawal berbaju hitam itu kembali ke vila keluarga Yun.
Keluarga Yun adalah keluarga kultivator, selain itu mereka juga memiliki usaha dibidang real estate. Sudah bukan menjadi rahasia jika sebagian besar pebisnis real estate terlibat dalam perebutan lahan.
Oleh karena itu, jika tidak didukung oleh kekuatan tertentu, maka bisnis mereka tidak akan bisa berkembang sebagaimana mestinya.
Alasan mengapa Yun Feiya diculik oleh pesaing bisnis beberapa waktu yang lalu adalah masalah lahan di timur kota.
Awalnya Yun Feiya hanya dijadikan Sandra. Karena tidak ada kesepakatan dengan keluarga Yun dan tidak bersedia menyerahkan sebidang tanah itu, pihak lain pun tidak segan-segan membunuh Yun Feiya dan membuangnya ke sungai. Untungnya, Lin Chen sedang lewat dan melihat belasan orang itu saat membuang tubuh Yun Feiya ke sungai. Jika tidak di selamatkan tepat waktu, Yun Feiya mungkin telah menjadi mayat dan membusuk didasar sungai. tujuannya dibuangnya kesungai adalah untuk menghilangkan bukti.
Saat Yun Feiya tiba di vila keluarga Yun, sang kakek terkejut, dia mengira jika Yun Feiya telah mati. Setelah itu, Yun Feiya menjelaskan mengapa dirinya bisa selamat. Setelah mendengar cerita Yun Feiya, semua orang tercengang.
"Apa kamu yakin dia adalah seorang kultivator yang kuat?" tanya Tuan besar Yun.
"Saya tidak mungkin salah menilai, dia tampak muda usianya sekitar dua puluhan tahun. Tapi Ming su dan lu meng kalah dalam satu serangan!" jelas Akong.
"Lihat kedua belati ini Tuan Yun. Ini belati milik Ming su dan ini milik lu Meng. Walaupun saya tidak ikut bertarung, aku bisa merasakan kekuatan orang itu." kata Akong.
Pemuda itu melemparkan belati milikku untuk menghadang belati milik Ming su. alhasil belati milik Ming su patah menjadi dua bagian sementara belati milikku tanpa sedikitpun goresan." jelas Lu Meng.
"Syukurlah jika dia bersedia menjadi pengawal sekaligus guru dari cucuku! Aku semakin penasaran dan ingin bertemu dengannya. Apakah kalian punya nomor teleponnya untuk bisa dihubungi?" tanya Tuan Besar Yun.
Di pinggiran kota Taohua.
Ada sebuah rumah tua. Disanalah Lin Chen dibesarkan bersama saudara-saudaranya yang lain.
Nenek Luan dan kakek Huang adalah pasangan tanpa anak sehingga mereka memutuskan untuk mengumpulkan anak-anak yatim dari berbagai sudut kota.
Pasangan itu mengajari mereka beberapa keterampilan dan pengetahuan umum. Jika memungkinkan ada orang baik yang mau membantu ataupun mengadopsi maka pasangan itu pun menerima dengan senang hati. Tapi sebaliknya, jika itu adalah orang yang mencurigakan, maka mereka tidak berani mengambil resiko.
Saat pulang, Lin Chen membeli banyak makanan dan sayur-sayuran, daging serta buah-buahan. Saat nenek Luan melihat itu, dia pun kaget. Lin Chen tidak biasanya seperti ini, dia pun bertanya, "Lin Chen dari mana kamu mendapatkan semua ini?"
"Aku kebetulan menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam dan kebetulan dia orang yang sangat baik dan memberikanku imbalan yang cukup besar."
"Ini buat adik-adik untuk beberapa hari dan ini uang buat nenek, simpanlah untuk keperluan lain."
Mengapa kamu memberikan semuanya kepada nenek, simpanlah untuk kuliah atau untuk kamu menikah nanti!" kata nenek Luan.
"Aku masih mudah nek. dan aku memutuskan untuk tidak kuliah. Setelah mengambil ijazah besok. Mungkin aku akan mencari pekerjaan yang layak, agar kelak adik-adik semuanya berkecukupan."
"Anak yang baik! Baiklah, nenek akan menyimpannya. Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bilang sama nenek!"
"Baik Nek, aku akan beristirahat dulu!" Lin Chen pun pergi ke kamarnya dan berbaring.
[Bodoh! Apa kamu mau tidur?] kata Dewi dalam benaknya.
"Oh ya Dewi, siapa kamu sebenarnya?"
[Aku adalah Dewi Lin Hua yang sedang dihukum oleh dewa]
"Mengapa kamu dihukum? Eh namaku Lin Chen. Nenekku mengatakan bahwa itu nama yang tertulis disebuah kertas kecil saat aku ditemukan. Sebenarnya aku tidak tahu marga apa, tapi kenapa ada kebetulan seperti itu. Kamu memiliki marga Lin saya juga demikian."
[Aku dihukum Karena membunuh seorang dewa yang sedang mengintip saat aku Menganti baju. Itu bukan kebetulan bodoh, aku yang menginginkan nama itu.]
"Hah ... Baiklah! Tapi apa dewa juga memiliki hobi seperti itu?"
[Tentu saja. Dewa adalah manusia fana yang telah mencapai keabadian.]
"Mengapa kamu selalu memanggilku bodoh?"
[Karena aku sangat membenci laki-laki]
"Oh ... Jadi kamu menyukai sesama perempuan?"
[Bukan itu bodoh! Aku hanya bisa berkultivasi dari perempuan yang berkontak fisik tapi harus ada pemicu Sebuah perasaan seperti, marah, benci, sedih, takut, suka ataupun cinta]
"Maksud Dewi apa?"
[Saat menyelamatkan wanita itu, dengan cara memberinya nafas buatan, gadis itu ada perasaan takut akan kematian, atau kau ditampar seorang gadis dan gadis ada perasaan marah padamu. Selagi kamu kontak fisik diarea dekat Liontin, maka itu akan menjadi sumber energiku untuk berkultivasi. jadi, satu gadis saja tidak cukup]
"Kenapa bisa seperti itu?"
[Bodoh! Adakah seseorang akan memiliki begitu banyak perasaan dalam waktu tertentu? perasaan murni adalah perasaan yang timbul secara spontanitas. Atau pun secara tidak disengaja.]
"Apa lagi itu? Aku tidak mengerti!"
[Kamu memang bodoh! Jika kamu melihat seorang gadis, lalu kamu menyukainya, itu adalah perasaan murni. Jika kamu melihat seorang gadis terus menerus lalu menyukainya, itu tidak lagi murni. perasaan itu dipicu setelah melihat bentuk tubuh, sifat ataupun kepribadiannya.]
"Oh ... Aku mengerti! misalnya saat aku naik bis dan berdesakan, dan tidak sengaja menyentuh bokong saat bis melakukan rem mendadak, atau melewati jalan yang bergelombang, kemudian gadis itu menamparku, itu adalah perasaan murni? Dan jika gadis tersebut mengerti bahwa itu bukan karena disengaja memberiku ciuman setelah ditampar, ini adalah jenis perasaan tidak murni?"
[Yah, seperti itulah sumber energi yang akan menjadi sumber kultivasi saya]
"Lalu bagaimana denganku ..."
[Kamu akan memiliki fisik dan Meridian yang bisa menyalurkan aura atau tenaga dalamku. dengan kata lain, kamu yang memiliki kekuatan fisik, aku yang memiliki kekuatan jiwa.]
"Baiklah, seberapa kuat fisikku saat ini?"
[Cukup kuat, tapi tidak untuk orang yang tingkat kultivasinya lebih tinggi dari orang paya itu. Ingatlah satu hal. Kultivasi adalah gabungan dari kekuatan fisik dan jiwa. Jika seseorang hanya memiliki kekuatan jiwa, dia hanya bisa menjadi penyihir atau ahli mantra yang hanya meminjam energi langit dan bumi. Sedangkan mereka yang hanya memiliki kekuatan fisik, mereka hanya akan menjadi ahli beladiri.]
"Aku paham! Itu artinya, aku harus mencari gadis yang memiliki perasaan murni itu melatih fisikku. Baiklah aku sedikit mengerti tentang persoalan ini."
Karena hari sudah larut malam, Lin Chen pun tertidur lelap. Saat dirinya tertidur. Lin Chen tidak menyadari bahwa liontin yang ada dilehernya memancarkan Sinar dan ada satu sosok yang muncul dari dalam Liontin itu.
Sosok itu begitu anggun, cantik dengan bibir merah muda dan bentuk dada yang yang besar dan padat. Sosok itu adalah Dewi Lin Hua.
Dewi Lin Hua memang sempurna, jadi tidak heran dia selalu menjadi incaran para Dewa. Dia melayang-layang diatas Lin Chen yang tertidur pulas.
Kemudian Dewi Lin Hua menempelkan keningnya pada kening Lin Chen
"Terimakasih karena kebaikanmu telah menolong orang, sehingga aku terbebas setelah ribuan tahun terkurung. Aku akan menjagamu sampai dimana aku memiliki tubuh fisik dan kembali ke alam abadi!"
Cling!
Dewi Lin Hua menghilang dan Liontin tidak mengeluarkan sinar lagi.
Pagi Hari ...
Setelah mandi dan sarapan, Lin Chen bergegas untuk pergi ke kediaman keluarga Yun.
Dia masih bingung bagaimana akan mengajari Yun Feiya.
"Ah ... Biarlah nanti tinggal mengatakan, belum ada yang diajarkan atau dikuasai."
Setelah membaca alamat dari kartu nama yang diberikan oleh Yun Feiya. Dia memutuskan untuk naik angkutan umum, berharap tidak sengaja menyentuh bokong seorang gadis. Kemudian gadis itu menamparnya.
[Haha ... Perasaan murni adalah perasaan yang diberikan langit, tidak akan mungkin terjadi setelah kamu mengharapkannya] kata Dewi Lin Hua dalam benak Lin Chen.
"Itu artinya sangat sulit untuk menemukan wanita yang memiliki perasaan murni?" tanya Lin Chen.
Lin Chen turun dari angkutan umum. ini adalah pusat kota Taohua.
Kota Taohua adalah kota bisnis. Banyak gedung pencakar langit, papan reklame yang lebar. Mobil lalu lalang menghiasi jalanan yang ramai.
Dimanakah gedung Group Yunar itu? Sepertinya saya harus menanyai seseorang.
"Permisi!"
"Permisi!"
"Permisi!"
Entah berapa kali Lin Chen berusaha menghentikan orang yang lewat untuk bertanya. Namun mereka menatapnya sinis dan mengabaikan Lin Chen.
"Orang-orang ini mungkin sedang sibuk mengejar waktu untuk bekerja. Mungkin saya harus ketaman untuk mencari seseorang yang sedang santai untuk menanyainya.
Setelah beberapa langkah berjalan, Lin Chen tiba-tiba ditabrak seseorang dari belakang.
Lin Chen pun berbalik untuk melihat siapa yang menabraknya. Dia kemudian menemukan bahwa yang menabraknya adalah seorang gadis remaja yang mengenakan seragam sekolah.
Terlihat bahwa gadis kecil itu terengah-engah. Wah kebetulan sekali.
"Maaf Nona muda, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu!"
Namun sebelum gadis itu berbicara, terdengar teriakan dari belakang, "woy ... Berhentilah berlari gadis kecil." yang mengejarnya ada sepuluh orang yang mengenakan pakaian preman yang memakai anting dan rambut diwarnai. Kesepuluh orang itu masing-masing memegang tongkat bisbol.
Gadis kecil itu bersembunyi dibelakang Lin Chen dan memeluknya erat-erat.
"Kakak, tolong aku. Orang jahat itu akan menangkapku!" kata gadis remaja itu yang memeluk Lin Chen semakin erat, sehingga pelipisnya bersentuhan dengan leher Lin Chen.
Seketika, tubuh Lin Chen berdesir. Kejadian sebelumnya terulang lagi. Liontin mengeluarkan sinar hijau dan kabut ungu memasuki hidung Lin Chen.
[WOW ... Perasaan murni] kata Dewi dalam benak Lin Chen.
"Baiklah gadis kecil, tolong lepaskan pelukanmu. Aku akan mengusir orang-orang jahat itu!" kata Lin Chen penuh percaya diri.
"Dewi, apa kamu sudah siap?" tanya Lin Chen dalam benaknya.
[Itu tidak perlu. Orang-orang ini tidak memiliki kultivasi, fisikmu sudah mampu melawan mereka]
"Lalu bagaimana aku bisa melawan mereka? Mereka banyak orang." tanya Lin Chen sedikit mengernyit.
[Asal tendang dan pukul saja, kamu pasti menang]
"Baiklah! Seperti yang kamu katakan!" jawab Lin Chen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!