"Tan, cewek tuh," Aldo menunjuk gadis berambut panjang dikepang satu yang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA negeri 1 kota Xyz.
(Aldo Barreto teman dari SMP)
"Bisa ga lo deketin dia?" tantang Fahri dengan mengangkat satu alisnya.
(Fahri Yilmaz teman dari SMP)
"Kalau gue berhasil, apa yang gue dapet?" ucap Atan tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis yang di tunjuk Aldo.
(Fathan Antonio si pemeran utama cerita ini)
"Motor gue, bawa buat balapan ntar sore!" seru Fahri.
"Anak sultan memang beda, yakin lo!?" sahut Aldo.
"Oke, resiko motornya kenapa-napa gue ga mau tau ya," ucap Atan setuju.
"Santai... gue yakin lo pasti menang," ucap Fahri yakin.
Mereka pun tertawa renyah, tanpa mereka sadari banyak yang memperhatikan, ketiga cowok itu sedang bersenda gurau di jam istirahat.
Atan yang bertubuh tinggi dan berparas rupawan itu memang sejak di bangku SD dan SMP sudah mencuri perhatian para cewek-cewek, begitu pula Fahri dan Aldo mereka juga tinggi dan sama-sama tampan.
Bahkan, di SMP ada perkumpulan fans untuk mereka bertiga, namanya 'Trio Wolf' julukannya. Terinspirasi sebuah film barat dengan tiga cowok tampan sebagai peran utamanya.
"Itu Trio Wolf kata lo?" tanya salah seorang siswi pada Sarah. Sarah adalah salah satu teman sekolah Atan di SMP, namun hanya menjadi pengagum rahasia.
"Iya, mereka bertiga sangat populer pas SMP," ujar Sarah.
"Bisa ga ya gue deket sama dia," ucap Intan teman baru Sarah.
"Ya coba saja dulu, tapi hati-hati dia itu play boy!" terang Sarah.
"Wah, berarti di SMP lo dia punya banyak pacar dong?" Intan terkejut, jika Atan cowok seperti itu. Namun, niatnya untuk dekat dengan Atan tetap kuat.
"Duh, cowok itu deketin OSIS guys. Pupus sudah harapan gue buat deketin dia," ucap Alya salah satu peserta MOS dari SMP lain.
"Mundur deh, lo ga bisa melawan kecantikan ketua OSIS itu," ucap teman Alya.
"Masa sih, gue juga cantik kok," ucap Alya dan mengambil cermin kecil di sakunya yang selalu dia bawa kemana-mana.
"Pepet lah, bukan istrinya juga, kalo gue suka sama yang nametagnya Aldo, kayak bule," temannya yang lain memanasi Alya.
"Lo memang temen gue," Alya girang dan memeluk temannya.
"Ih, Lo malah kasih dia bensin," sahut teman Alya.
Dan banyak lagi siswi yang membicarakan ketiga cowok tersebut.
Di jam istirahat ini, Atan mendekati ketua OSIS itu, Almayra atau akrab di panggil Mira.
"Hai, Kak Mayra!" sapa Atan.
"Hai Atan!" balas Mira antusias, dia juga tidak menyangka akan di dekati duluan sama calon adek kelas ganteng.
"Panggil Mira aja,"
"Sudah pada kenalan sama yang lain?" tanya Mira.
"Oke Kak Mira,"
"Sudah Kak, beberapa. Kakak ngapain di sini sendirian ga sama OSIS yang lain?" Atan kembali bertanya.
"Ga papa, cuma ngadem aja, di sini lebih sejuk," jawab Mira dengan pandangan menuju langit biru yang sangat cerah.
"Ga salah sih, di sini memang lebih sejuk. Oh ya Kak, boleh minta nomor ponselnya?" ucap Atan.
"Boleh kok, mana ponsel kamu," Mira mengetikan nomornya di layar ponsel milik Atan.
"Nih, udah." Mira selesai mengetikkan nomor yang di minta.
"Makasih Kak. Aku balik ke temen-temen Ku ya," pamit Atan saat berhasil mendapat nomor ponselnya. Mira tersenyum manis dan mengangguk.
Atan beranjak dan melihat kedua temannya menunggu. Atan berjalan bak bad boy dengan senyum smirk menuju tempat Fahri dan Aldo.
Banyak gadis-gadis cemburu dengan ketua OSIS, dia beruntung sekali bisa di dekati cowok tampan dan populer seperti Atan, bahkan beberapa cowok-cowok juga iri dengan pesonanya yang bisa dengan mudah mendekati Mira.
"Gue berhasil guys," pamer Atan, sambil menunjukkan nomor Mira di layar ponselnya.
"Anying, lo masih hebat aja. Sampai dapet nomernya segala," ucap Aldo takjub.
"Ntar dia mau di sapa gara-gara lo anak pemilik sekolah seperti waktu itu" ucap Fahri.
"Ya biarin aja. Yang penting tantangan lo sudah gue capai kan?" ucap Atan dengan sombongnya.
"Dari yang gue denger sih ya, Kak Mira itu suka pilih-pilih cowok, meskipun cowok itu tajir melintir tujuh tanjakan," ucap Aldo.
"Bener kata Aldo, katanya dia juga punya cowok anak SMK sebelah. Kalau lo bisa rebut dia tanpa putus dengan pacarnya, motor gue bukan cuma lo pinjem tapi buat lo. Berani??" Tantang Fahri lagi.
"Gila lo, yang bener! Ntar bokap lo nanyain gimana??" ucap Atan terkejut, meskipun ini bukan yang pertama kali buat Atan, tetapi ia masih suka terkejut.
"Urusan gue itu mah, masih ada beberapa motor di villa bokap yang bakal gue pegang suatu hari nanti," ucap Fahri santai.
"Songongnya kumat, mau pamer punya showroom!" ledek Aldo.
"Anak tunggal kayanya seru ya, ga perlu berebut apapun," ucap Atan.
"Halahh, biasa aja.. uda deh stop ngomongin gue, kita harus rencanain buat nanti sore," sahut Fahri.
Merekapun membahas rencana balapan nanti sore. Tidak ada yang spesial dari acara hari ini, tidak seperti di sekolah lain jika waktu MOS calon murid akan di gembleng dan di dandani macam-macam bak gembel, gelandangan dan lain sebagainya.
Tidak dengan SMA Negeri 1 Xyz ini, hanya memakai seragam asal sekolah dan menggenakan nametag di dada yang bertuliskan nama kelompok, nama lengkap, hobi dan asal sekolah.
SMA terbaik di kota XYZ, banyak saingan untuk bisa masuk sekolah bergengsi ini. Seleksinya cukup ketat.
Setelah sesi pertama saling mengenal calon murid dan pengenalan lingkungan sekolah selesai. Istirahat satu jam, kemudian berlanjut ke sesi kedua yaitu game.
Games pertama sambung lagu, dan lagunya adalah lagu daerah dan lagu nasional yang jarang di nyanyikan oleh remaja jaman sekarang.
Dan tentu saja banyak yang lupa, apalagi yang tidak tau sangat banyak.
Jika salah lirik akan di coret pakai bedak basah, membuat wajah siapapun seperti pemeran pantomim.
Bahkan wajah tampan Atan penuh coretan, yang mengundang gelak tawa. Tapi pesonanya tidak akan pernah luntur meskipun di dandani tidak karuan, justru seperti model catwalk di suatu negara dengan desain amburadul.
Permainan berlanjut sampai tengah hari. Dan di tutup oleh kepala sekolah, Ahmad Antonio, sekaligus ayah Atan yang ia panggil papa.
Besok MOS terakhir, dan akan di adakan malam keakraban selama satu malam penuh.
"Sekolah ini lumayan membosankan, tapi untung," ucap Aldo saat sampai aula dan mengambil tasnya.
"Ngomong apa sih, ribet banget lo!" sentak Fahri.
"Biasa Ri, paling juga laper itu anak unta," sahut Atan.
"Bukan gitu, laper iya.. blank juga apalagi. MOS di sini santai banget ga da gemblengan apapun dari sekolah dan OSIS. Lo bisa jelasin?" tanya Aldo pada Atan penasaran.
"Papa ga suka muridnya rusuh kaya sekolah lain, udah itu aja, papa lebih suka pertunjukan bakat dari pada acara MOS yang aneh-aneh, dari awal bukan MOS. Cuma pengenalan sekolah sama buat para calon siswa akrab," jelas Atan.
"Gue udah tau sih, tapi baru tau alasannya, gue suka-suka aja. Justru bagus banget malah," sahut Fahri.
"Kita cabut sekarang, ntar sore kumpul di tempat biasa" ucap Atan yang di angguki keduanya.
...Bersambung...
°°°
"Kirain belum pada datang, ternyata lebih ramai dari biasanya," ucap Aldo sampai di lokasi bersama Fahri dan juga Atan.
"Lo ada ikut taruhan Ri?" tanya Atan.
Fahri hanya tersenyum smirk dan mengangkat sebelah alisnya.
"Lo harus menang, Tan. Fahri taruhan banyak tadi," sahut Aldo.
"Tenang aja.. itu sudah jelas dan pasti," ucap Atan penuh percaya diri.
"Hoi anj_ing!, malah ngerumpi lo kaya mak emak komplek! Jangan harap lo bisa menang kali ini," sarkas Edwin. Musuh bebuyutan Atan.
"Anj_ing teriak anj_ing!!" jawab Atan santai.
"Breng_sek!" umpat Edwin lalu menutup helmnya.
Wasit sudah menginstruksikan untuk segera mengisi posisi masing-masing. Belum dimulai saja penonton perempuan heboh sendiri.
"Ataaan!!, lo pasti menang!"
"Edwin!!! Ayoo!"
"Atan ganteng, kalau menang paha gue buat lo!"
"Edwin, harus menang.. dada adek menunggu!"
Banyak lagi penyemangat abstrak dari mulut cewek-cewek yang mengenakan pakaian kurang bahan untuk menarik perhatian kumbang jantan.
"Tiga!"
"Dua!"
"Satuu!"
"GOOOO!!"
Empat pembalap sudah tancap gas, sorak sorai penonton bergemuruh, apalagi cewek-ceweknya paling heboh. Ke empatnya beradu kecepatan, dan tidak ada yang mau mengalah.
Balapan liar ini sangat meresahkan, lantaran dilakukan di jalan pedesaan pinggir kota dengan hamparan sawah di kanan dan kirinya.
Para petani sering merugi saat tanaman mereka rusak akibat tertimpa motor saat gagal mengendalikan kuda besi mereka, dan berakhir terjun ke dalam sawah.
Bahkan mereka yang nakal tidak segan-segan merusak tanaman padi dan sayuran siap panen.
Meski sering dibubarkan RT setempat, tidak mengurungkan niat para anak muda untuk tetap balapan.
Sore itu, ke empat pembalap masih Keukeh memacu kecepatan motor masing-masing, dengan Atan yang mengendarai motor sport milik Fahri.
Jalan di sini cukup panjang. Namun, cukup satu putaran untuk menentukan jarak. Siapa yang sampai finish duluan dialah pemenangnya. Tempat finishnya adalah start awal.
Saat terlihat garis finish Atan memimpin, di belakang Atan ada Edwin. Tangan Edwin menggenggam erat stang motornya karena kalah satu langkah, terbesit pikiran kotor untuk berbuat curang dengan menyenggol motor Atan. Tapi, Edwin selalu kehilangan momennya.
Dua pembalap lain melihat Edwin akan main curang itu menatap tidak suka. Edwin juga sempat oleng berapa saat, karena ingin berlaku curang, padahal tinggal sedikit lagi Edwin bisa mendahului. Karena mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh dia mengurungkan niatnya.
Dua pembalap lain bernafas lega.
Mereka malas jika harus berkelahi sore ini, karena keduanya ada kencan dengan pacar masing-masing.
"Atan lah pemenangnya!" seru seseorang yang memimpin balapan tersebut.
"Woohooo!"
"Atan keren banget"
"Ataaan, aku padamu!"
Teriak penonton perempuan histeris saat Atan menjadi pemenangnya. Meskipun hari-hari yang lalu Atan selalu menang, Edwin selalu kalah dan berakhir mempermalukan dirinya sendiri.
"Bang_saaat!!" teriak Edwin setelah membuka helmnya. Ia masih tidak percaya dirinya telah dikalahkan untuk kesekian kalinya.
"Gue kalah lagi!" geram Edwin.
"Sabar bro, gue ada rencana besok. Buat dia ngejar lo di jalan raya," ucap sahabat Edwin.
"Kayaknya tu bocah bakalan nangkap gue, lo ga lihat dia makin jago narik gas," ucap Edwin
"Provokasi seperti biasa, bukannya lo suka dia cidera? Kan bagus kalau dia sampai kecelakaan dan ga bisa ikut balapan lagi, satu musuh bisa berkurang satu," ucap sahabat Edwin terus menghasut, ibarat ia terus menyiraminya dengan bensin.
"Oke, siapa takut!" Edwin setuju.
Edwin pun setuju, hasutan sang sahabat berhasil membuatnya semakin terbakar api amarah, kedua pemuda itu menatap kemenangan Atan untuk kesekian kalinya.
"Gapapa sayang, meskipun kamu kalah balapan. Tapi kamu pemenang di hati aku," goda pacar Edwin.
"Makasih sayang," ucap Edwin dengan mencium bibir pacarnya sekilas, tanpa ada rasa malu di wajah keduanya.
Padahal banyak pasang mata yang belum pergi dari sana, namun hal seperti itu sudah menjadi pemandangan biasa. Entah itu wanita yang keberapa, meskipun kalah balapan tidak sedikit fans Edwin karena mengidolakan wajahnya lumayan oke.
Atan di seberang juga sedang menikmati kemenangannya dengan dua pemenang lainnya.
Taruhannya uang 10 juta, lumayan banyak untuk anak sekolahan yang berada di pinggir kota.
"Si Edwin dongkol banget Tan, lihat tuh," sahut salah satu penggemar Atan.
"Iya Tan, kalah aja dapat cipok sama dada apalagi kalau menang," sahut penggemar Atan yang lain.
"Kalau menang, ya ke villa dong!" sahut Aldo memperagakan gerakan menunggangi kuda. Gelak tawa di kerumunan itu pun pecah, Edwin tidak ingin berlama-lama di sana beranjak pergi.
"Hoi kalian!!"
"Mau tawuran lagi hah," teriak Pak RT setempat. Sambil mengacung-acungkan samurai.
"Lah, siapa yang lapor pak RT nih, buruan cabut!" Aldo panik dan bergegas menaiki motornya.
Semua orang berhamburan melarikan diri, Pak RT itu terkenal sangat galak.
"Dasar, anak muda jaman sekarang, kalo ga lagi balapan, ya tawuran. Mau jadi apa mereka seperti itu terus!" Pak RT terus menggerutu sepanjang jalan, tanaman jagung yang hampir panen sebagian hilang.
Meskipun tidak terlalu jauh dari pemukiman, para petani sudah geram jika tanaman mereka ada yang gagal panen, apalagi yang dekat dengan jalan beraspal, banyak tanaman hilang.
Sebelumnya belum di aspal masih berup tanah, tetapi sudah ramai kebut balap, dan semenjak jalan kecil itu di aspal, makin banyak remaja beradu cepat dengan kuda besi mereka masing-masing. Mereka melakukannya tiap sore, kadang malam hari dengan bantuan lighting.
Biasanya, Atan dan yang lain balapan menggunakan motor modifikasi dengan suara kenalpot yang sangat nyaring. Tanpa helm atau pengaman lain, tergantung siapa lawan dan motor apa yang di buat balapan.
"Do, Ri!"
"Mampir di warung dulu!" teriak Atan. Mereka bertiga berhenti di rumah makan Padang.
"Ayo makan dulu sebelum pulang, gue traktir," ucap Atan dan menaikan satu alisnya.
"Mantap pak bos. Dapet duit balapan, dapet pula motor Fahri," ucap Aldo.
"Masih belum, gue belum pacaran sama ketos," jawab Atan.
"Hallah!, gue yakin lo ga lama lagi pacaran sama ketos, ya gak Ri." ucap Aldo dan di angguki oleh Fahri.
"Kalian positif sekali."
"Tapi gak salah sih, ga ada yang bisa menolak pesona gue yang ganteng ini," ucap Atan narsis, percaya dirinya meluap-luap.
"Hoex!"
Aldo dan Fahri pura-pura muntah dengan kelakuan Atan.
"Ini mas, pesanannya," ucap pelayan rumah makan padang.
"Makasih kakak cantik," ucap Aldo.
Pelayan itu tersenyum dan jadi salah tingkah saat dirinya disebut cantik.
"Modus lo!" ucap Atan.
"Sudah, kita makan dan terus pulang. Mama sudah banyak kirim pesan nih, ntar gue ga dibolehin main lagi," sahut Fahri.
Fahri Yilmaz tidak terlalu banyak bicara, dan kadang bersikap lurus kadang juga barbar. Tergantung situasi hatinya.
Orang tuanya adalah pengusaha travel, agen haji dan umroh, bahkan showroom mobil dan motor.
Fahri anak paling tajir di antara Aldo dan Atan, meskipun Aldo juga anak juragan tanah, sama seperti Atan, tapi papa Atan juga masih menjabat sebagai kepala sekolah sekaligus pemiliknya.
"Dari sini kita pulang ke rumah masing-masing ya," ucap Fahri yang di angguki Atan dan Aldo.
"Fathan!!"
Bersambung...
"Fathan !!" teriak seorang pria paruh baya dengan suara menggelegar.
Bahkan tetangga yang sedikit jauh dari rumah Atan pun sering terkejut jika Mamad sudah berteriak pada putranya.
"Apa sih pa, teriak-teriak.. tetangga pada kaget" ucap Atan. Sambil meraih tangan papanya paksa untuk dicium punggung tangannya.
"Jam berapa ini kamu baru pulang, hah!" Mamad geram dengan Atan yang pulang, pergi sesuka hati. Atan melihat jam di tangannya masih jam 8 malam.
"Tadi nongkrong di warung Padang langganan Papa itu, sama temen-temen kok, Pa" jawab Atan santai.
"Pulang dulu dong dari sekolah, kamu nonstop terus sejak kelas tiga SMP. Dari sekolah pulangnya malem terus, Papa tau.. pasti kamu abis balapan kan??" ucap Mamad panjang lebar.
"Enggak kok Pa, aku cuma main sama temen-temen" elak Atan masih dengan nada santai.
"Kalau besok masih suka pulang malam, motor kamu Papa sita" ancam Mamad.
Atan mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. "Jangan Pa, iya deh janji besok pulang tepat waktu" ucap Atan.
Adik pertama Atan, Haikal Antonio menatapnya dengan tajam, ia cemburu dengan abangnya yang cuma di marahi. Pasalnya Atan termasuk anak yang paling disayang dan dimanja oleh papanya.
°°°
Ini karena kejadian empat tahun lalu, ada seseorang yang iri dengki dengan pencapaian Mamad dalam melakukan segala hal. Orang itu tengah mengirim guna-guna untuknya, namun salah sasaran.
Yang selalu kena sasaran adalah anak pertamanya, Atan. Entah sudah yang keberapa kalinya segala teluh nyasarnya musti ke Atan.
Dan empat tahun lalu, Atan dikabarkan sudah meninggal, banyak saudara yang tidak rela dengan kepergiannya.
Dia adalah anak dan cucu pertama laki-laki dari keluarga Antonio. Kakek dan nenek Atan sangat menyayanginya, pernah neneknya sekali berujar jika atan bisa hidup lagi dia akan turuti apapun keinginannya.
"Gak papa nak, meskipun kamu nakal saat anak-anak, asal kamu hidup kembali" ujar sang Nenek waktu itu tengah memandikan atan.
Dan sebuah keajaiban pun datang, sebelum Atan dikebumikan, tiba-tiba dia bangun setelah letusan pistol dilepaskan. Semua keluarga, kerabat dan teman bersyukur penuh haru. meskipun awalnya tidak percaya dan sangat terkejut.
Dan sekarang, semua yang diucapkan sang nenek telah terjadi, dia hidup benar seperti berandalan dan keinginan apapun dikabulkan.
Anak kedua Mamad di penuhi rasa iri dan dengki, namun tidak bisa berbuat apapun. Membuat Saras wati antonio atau akrab di panggil Sara merasa iba pada putra keduanya.
Sara lah yang memanjakan putra keduanya, dan yang lain bersikap biasa saja.
Namun Haikal tidak menginginkan dirinya dimanja, dia berusaha sendiri agar lebih baik dari kakaknya. Bahkan Haikal tidak sudi menerima uang saku dari papanya, dia berusaha sendiri dengan bekerja part time.
Mamad diam-diam memberikan uang saku untuk Haikal melalui mamanya, namun tidak pernah tersampaikan. Uang itu malah dibuat untuk menambah uang shoppingnya.
Kebencian Haikal semakin bertumbuh terhadap papanya.
Adik Haikal, Bagas Antonio lebih memelas lagi, dia sangat pendiam. Karena memang masih duduk di bangku sekolah dasar dan tidak ada kenakalan yang berarti, hanya sebatas iseng.
Kedua adik perempuannya yang lain masih sangat kecil itu tidak mengerti apapun.
Haikal melintas di depan Atan yang terduduk di kursi makan tak dihiraukannya.
"Apaan sih dek, dongkol amat muka lo" ucap Atan merasa tak terima setiap kali Haikal bersikap demikian.
Haikal hanya melirik dan mengambil air mineral dalam kulkas yang kemudian pergi menuju kamarnya.
'Gitu amat punya adek, ih.. pait banget mulut gue, mumpung papa lagi pergi.. nyebat lah sebatang' batin Atan.
Atan pun mengambil r0k0k yang ternyata tinggal sebatang di dalam tas sekolahnya.
Ia pun pergi ke taman belakang rumah yang berhiaskan tanaman singkong.
Atan menyalakan pemantik unik, agar tidak ada yang tau bahwa itu korek api. Karena bermotif boneka beruang, bila salah satu telinga beruang itu ditekan muncul api di pucuk telinga satunya.
Meski cuma korek api, benda kecil itu sering hilang jika sudah kumpul dengan banyak orang.
"Haaaa..." Atan menghela nafas beserta asap yang keluar dari mulut Atan.
'Gue harus punya uang lebih banyak lagi, liat Fahri sudah jelas masa depannya. Gue tiba-tiba iri, Papa mungkin mau, tapi..."
Setelah semua motor yang dibelikan Mamad, selalu berakhir dijual karena rusak akibat balapan. Membuat mamad tak membelikan motor yang bagus.
Motor terakhir ini matic, dulunya masih bagus dan semuanya standard. Setelah Atan yang pakai sudah jadi matic modifikasi.
Plak!!
"Aw, Sakit!!" ringis Atan. Ia merasakan pukulan kuat di punggungnya.
Mamad memukul dengan keras di punggung Atan, terasa sangat panas.
"Sudah Papa bilang, jangan mer0k0k! Bandel banget sih kamu!" amuk Mamad.
Plak!
Bugh!
Plak!
"Hah!! Dasar anak bandel, jangan harap Papa kasih kamu uang saku lagi!" Sentak Mamad pada Atan setelah puas memukuli putra kesayangannya itu.
"Psstt! Lagi-lagi Atan di pukul sama papanya"
"Iya, sejak SMA semakin nakal dan brutal aja itu anak"
"Ketauan ngr0k0k aja udah dihajar habis-habisan gitu"
"Iya, apalagi berbuat nakal yang lain"
"KROMPYAAAANNGGG!!!"
"Copot! Eh, copot.. copot! "
"Ayam.. ayam.. ayammm"
Panci besar milik Sara dilempar sekuat tenaga untuk meredam gunjingan para tetangga. Mereka terkejut dan berhamburan masuk ke dalam rumah.
"Puas mengibah!!"
"Dasar!"
"Masuk Atan, renungkan kesalahan mu" ucap Mamad, masih dengan wajah marahnya.
Atan bangun dari tempat duduknya, dan memegangi dagunya yang sedikit berdarah karena pukulan sang papa.
Ia tertunduk pasrah apa yang papanya lakukan, karena ia sudah sering kena pukul. Atan berfikir, suatu saat papanya akan bosan dan membiarkan apa yang Atan perbuat suka hati.
Atan melempar tubuhnya yang lelah di atas kasur kesayangannya. Pemuda itu benar-benar merenung, namun bukan karena ia merasa bersalah karena ulahnya tadi tapi tengah berfikir untuk melakukannya lagi, kali ini ia akan terang-terangan mer0k0k di depan papanya tanpa takut amarah yang lebih besar dari papanya.
Tok tok tok!
"Masuk aja.. ga dikunci" ucap Atan.
"Kamu ga apa-apa, Tan?" tanya sara.
"Apa yang mama khawatirkan?, Atan baik-baik saja kok" ucap Atan menenangkan Mamanya.
"Mama sedih, panci mama yang baru lunas penyok semua gara-gara Papamu lempar tadi," ucap Sara, dengan raut wajah sedih, sambil mengompres luka Atan.
"Astaga.. panci?" gumam Atan tak habis pikir. Bukannya khawatir wajah tampan putranya geser atau semacamnya, ia malah lebih menghawatirkan sebuah panci.
"Berapa sih harga panci jelek itu, biar Atan yang belikan" ucap Atan sedikit kesal.
"Sungguh! Terimakasih putra kesayangannya Mama!!" ucap Sara kegirangan.
"Cuma lima jutaan kok, sayang" ucap Sara dengan entengnya.
"Ma.. lima juta?!. Di loak maratus rebu aja dapat!" Atan terkejut, karena panci presto dengan harga lima juta menurutnya tidak masuk akal.
"Kamu mana ngerti.." ucap Sara dengan raut wajah sedih. Kemudian beranjak setelah mengoleskan obat di luka Atan.
"Haaa.. iya - iya.. Atan ganti kok, nih celengan Atan, buat Mama" pasrah Atan seraya mengulurkan celengan target Atan. Isinya lebih dari tiga juta, tapi Atan relakan saja.
"Makasi yaa.. anak Mama satu ini baik deh" puji Sara, sambil mencium kening putranya.
"Lapar kan? Mama ambil makanan untuk kamu, makan disini saja" ucap Sara, kemudian pergi ke dapur.
Tak lama kemudian, makanan datang "Makasih, Ma" ucap Atan.
Sara tersenyum dan meninggalkan kamar Atan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!