NovelToon NovelToon

Benih Kakak Iparku

Bab 1

Jira Mahira

Seorang sekretaris di sebuah perusahaan ternama di kota Jakarta. Sudah menikah dengan Bayu Wardana. Dia perempuan yang cantik, pintar dan rajin bekerja. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Sehingga dia yatim piatu.

Setahun menjalani pernikahan dengan Bayu selama itu pula dia belum disentuh oleh Bayu, suaminya. Dengan alasan Jira belum mampu membuatnya jatuh cinta.

Sekuat apapun Jira berusaha meluluhkan hati Bayu. Nyatanya Bayu sama sekali tidak tersentuh olehnya. Suaminya itu hanya bersikap selayaknya suami jika di depan keluarga besarnya saja. Dan disaat mereka hanya berdua maka Bayu akan bersikap dingin dan cuek.

Seperti pagi ini Jira yang setiap hari membuat sarapan untuk Bayu sama sekali lelaki itu tidak pernah memakannya. Tapi walau begitu Jira selalu membuat sarapan dan makan malam untuk Bayu. Berharap suatu saat suaminya bersedia memakan masakan yang dia buat.

"Mas." panggil Jira yang melihat Bayu sudah bersiap untuk pergi ke kantor.

Bayu menghentikan langkah. Dia menatap malas kepada Jira.

"Apa?"

"Sarapan dulu mas." ajak Jira dengan lembut.

"Aku sudah terlambat tidak ada waktu untuk sarapan." setelah mengatakan itu Bayu pun melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah.

Jawaban yang sudah terbiasa Jira dengar hampir setiap hari. Awalnya Jira sedih dan kecewa namun lambat laun hal itu sudah terbiasa dia dengar. Tidak ingin terlambat ke kantor Jira pun segera menyelesaikan sarapannya.

Bayu Angga Wardana

Putra pertama keluarga Wardana dari istri kedua. Pemimpin perusahaan Wardana setelah ayahnya pensiun. Dia memiliki kekasih bernama Selly. Dan dia membenci Jira. Karena perjodohan konyol kedua orang tuanya membuat dia tidak bisa menikahi kekasihnya. Dan karena itu pula dia sangat membenci istrinya.

"Sayang, kau sudah datang?" sapa Selly dengan manja saat melihat Bayu sudah berada di apartemen miliknya yang dibelikan oleh Bayu beberapa tahun lalu.

Cup

Bayu mengecup sekilas bibir kekasihnya. Kemudian memeluk pinggang ramping Selly.

"Aku sudah masak, ayo sarapan."

Selly membawa Bayu menuju meja makan. Sebelum Bayu datang wanita itu sudah membuat sandwich dan segelas kopi untuk Bayu.

"Besok aku ada perjalanan bisnis ke Malaysia. Dan kau harus ikut sayang."

Selly tersenyum mendengar ajakan Bayu. Dia sungguh senang jika Bayu selalu mengajaknya untuk perjalanan bisnis.

"Tentu aku akan ikut. Aku senang kau selalu memprioritaskan aku daripada istrimu itu."

Bayu meletakkan gelas kopi yang baru saja dia minum. Menatap kekasihnya sebelum akhirnya dia meminta Selly untuk duduk di pangkuannya.

"Kau masih cemburu saja. Bahkan aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya. Hanya kamu wanita satu-satunya yang aku sentuh."

Tangan Bayu kemudian bergerak perlahan membuka kancing kemeja tidur Selly.

"Sayang."

"Aku butuh energi sayang."

Bayu kemudian membawa Selly ke dalam kamar. Dan mereka melakukan pergumulan yang selama ini sering mereka lakukan di belakang Jira.

Angkasa Biru Wardana

Anak pertama dari keluarga Wardana dengan istri pertama. Jadi Angkasa adalah kakak dari Bayu yang merupakan kakak ipar Jira sekaligus atasan dimana Jira bekerja. Pria mapan yang genap berusia 32 tahun ini masih betah sendiri. Dia dikenal sebagai atasan yang arogan dan dingin. Tidak ada yang berani mendekati pria itu di kantor. Dan hanya Jira yang betah bekerja dengan pria itu selama tiga tahun ini.

"Jira ke ruanganku sekarang." ucap Angkasa saat melewati meja kerja Jira.

"Baik pak."

Semua karyawan yang satu ruangan sama Jira membuang nafas setelah sebelumnya menahan nafas karena Angkasa yang lewat.

"Good luck." ucap Mira yang duduk di sebelah Jira memberikan dua jempol kepada temannya.

"Semoga moodnya lagi baik." ucap Jira sedikit berbisik.

"Semoga." jawab Mira.

Jira mengetuk pintu sebelum akhirnya diperbolehkan masuk oleh sang pemilik ruangan.

"Ada apa bapak memanggil saya?" tanya Jira sopan.

"Besok kita akan perjalanan bisnis ke Malaysia selama tiga hari. Dan kali ini kamu harus ikut karena Dewa tidak bisa menggantikan mu. Istrinya baru saja melahirkan kan dia cuti beberapa hari ke depan."

Jira menghela nafas jika sudah seperti ini mau tidak mau dia harus ikut dengan bosnya.

"Baiklah."

"Besok berangkat pagi dan kita bertemu di bandara." Jira mengangguk sebagai jawaban setelah itu dia diperbolehkan keluar.

Angkasa menatap kepergian Jira setelah sebelumnya pria itu sama sekali tidak menatap wajah Jira saat mengajak wanita itu berbicara.

"Bagaimana?" tanya Mira.

"Dia mengajak perjalanan bisnis ke Malaysia besok. Pak Dewa tidak bisa ikut karena istrinya baru saja melahirkan dan dia cuti beberapa hari ke depan."

"Bagus kalau begitu." Jira menyipitkan kedua matanya mendengar ucapan Mira.

"Bukan apa-apa ayo kembali bekerja."

"Semoga saja terjadi apa-apa diantara mereka. Aamiin." monolog Mira dalam hati.

"Jangan berdoa yang aneh-aneh Mira." ucap Jira yang seolah bisa membaca wajah Mira.

"Hehe, dasar cenayang."

"Keinginanmu itu tidak akan pernah terjadi."

"Siapa tahu Tuhan mengabulkannya besok."

"Mira." kesal Jira.

Mira tahu seperti apa rumah tangga Jira dengan Bayu. Karena Mira adalah sepupu sekaligus rekan kerja di perusahaan. Mira juga teman curhat dirinya dikala sedih. Jadi tidak heran jika Mira mendoakan kebahagiaan Jira dengan orang lain. Karena dia ingin Jira bahagia.

Malam hari...

Hari ini Jira pulang terlambat karena pak Dewa cuti mengharuskan dia lembur hari ini.

Sesampainya di rumah Jira melihat Bayu sedang turun tangga dengan membawa sebuah koper.

"Bayu kau mau kemana?"

"Aku ada perjalanan bisnis keluar negeri selama beberapa hari."

"Oh, besok aku..."

"Aku tidak peduli besok kau mau ngapain." Bayu memotong ucapan Jira setelah itu pergi dengan mengendarai mobil miliknya.

"Besok aku juga ada perjalanan bisnis." lirih Jira yang awalnya ingin meminta ijin suaminya untuk pergi. Namun respon suaminya tetap saja dingin dan tidak tersentuh.

"Sudah setahun harus seperti apa aku berjuang untuk meluluhkan hatimu Bayu." kembali Jira menitihkan air mata meratapi nasib rumah tangganya yang tidak ada perubahan.

Setelah membersihkan diri Jira menyiapkan beberapa baju dan keperluan yang akan dia bawa beberapa hari ke depan. Kemudian memasukkannya ke dalam koper.

Setelah itu dia turun ke dapur memasak makan malam untuk dirinya.

Baru tiga suap makan suara ketukan pintu menghentikan aktivitas makannya. Jira membuka pintu melihat siapa yang bertamu malam-malam seperti ini.

"Kak Angkasa."

Ternyata yang datang kakak dari suaminya. Lebih tepatnya kakak tiri. Oleh sebab itu jika diluar jam kantor Jira memanggil Angkasa dengan sebutan kakak.

"Dimana Bayu?"

"Dia pergi kak."

"Kemana?"

"Dia bilang ada perjalanan bisnis beberapa hari ke depan."

Angkasa mengerutkan kening. Tidak mungkin dia salah lihat. Bayu masuk ke dalam salah satu apartemen bersama seorang wanita. Dan mereka terlihat mesra layaknya sepasang kekasih.

Bab 2

"Itu seperti..." Jira terdiam di tempat menatap punggung seorang lelaki yang sangat mirip dengan suaminya. Tetapi rasanya tidak mungkin karena disamping lelaki itu ada seorang wanita yang menggandeng lengan lelaki itu dengan manja. Mereka seperti sepasang kekasih atau sepasang suami istri.

"Mungkin hanya mirip saja." Jira meyakinkan hatinya bahwa itu bukanlah Bayu suaminya.

"Kau itu lelet sekali." kesal Angkasa yang melihat Jira masih diam di tempat sedangkan pesawat yang mereka tumpangi sebentar lagi akan take off.

"Ah iya pak, maaf." Jira kemudian melanjutkan langkahnya mengikuti Angkasa.

*

Kuala Lumpur

Begitu landing Angkasa dan Jira pergi ke hotel yang sebelumnya sudah direservasi. Mereka tinggal di kamar yang berbeda namun bersebelahan.

"Ini kartu akses Pak Angkasa." Lelaki itu menerimanya kemudian menempelkan kartu tersebut untuk membuka pintu.

"Besok pagi-pagi kita ada meeting dengan klien. Jangan sampai terlambat dan jangan lelet seperti siput." Setelah mengatakan itu Angkasa menutup pintu tanpa mau mendengarkan jawaban dari Jira.

"Dasar bos arogan, galak, muka datar kayak triplek pantas sampai sekarang masih jomblo kelakuan sedingin kutub Utara dan selatan." gerutu Jira.

"Jangan memakiku." ucap Angkasa tiba-tiba membuka pintu dan menutup nya kembali. Membuat Jira terperanjat kaget.

"Astaga. Dia seperti cenayang saja. Tahu apa yang aku lakukan. Padahal dia tidak lihat. Ah lebih baik aku ke kamar sebelum dia kembali membuka pintu." Jira sedikit berlari kemudian memakai kartu akses untuk membuka kamarnya.

Saat akan menutup pintu, kamar yang berhadapan dengan kamar Jira terbuka. Menampilkan sosok lelaki yang sangat dia kenal sedang mengambil makanan yang diantar oleh pihak hotel. Sebelum pintu tertutup rapat Jira melihat seorang wanita yang langsung memeluk suaminya dengan pakaian yang sangat minim dan tipis.

"Tidak itu tidak mungkin Bayu." Jira masih berusaha menyangkal apa yang dia lihat itu salah. Suaminya tidak mungkin selingkuh tapi melihat sikap Bayu selama ini apa mungkin itu benar. Dada Jira tiba-tiba terasa sesak mengingat bagaimana perjuangan dia untuk mendapatkan hati Bayu.

"Aku harus mencari tahu kebenarannya."

Jira memutuskan untuk membersihkan diri kemudian beristirahat sejenak. Beberapa jam berlalu Jira memutuskan untuk pergi ke cafe bawah. Perutnya sudah mulai lapar terlebih sekarang sudah waktunya makan siang.

"Kau disini rupanya."

"Astaga pak bos, kau itu seperti jelangkung datang pergi tanpa permisi. Mengagetkan saja."

"Tanpa diundang Jira sejak kapan Jelangkung bisa bilang permisi."

"Iya juga ya. Pak bos ngapain disini?"

"Kamu ngapain disini?" Angkasa balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Jira.

"Pak bos nih ditanya malah balik nanya. Ya pasti mau makanlah. Ini kan cafe masak mau berenang."

"Nah tuh tahu ngapain nanya tadi." Angkasa langsung duduk di depan Jira. Dia mulai membolak balik buku menu. Mencari makanan yang dirasa enak untuk dirinya.

"Dasar bos ngeselin." gerutu Jira karena Angkasa hanya memesan makanan untuk dirinya sendiri.

"Sudah pesan." tanya Angkasa.

Jira langsung merebut buku menu yang sebelumnya dipegang oleh Angkasa. Dia memesan makanan sambil cemberut membuat Angkasa menarik ujung bibirnya sedikit. Agar Jira tidak menyadarinya.

"Sayang kau mau pesan apa?"

Deg

Jantung Jira tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. Suara itu....suara laki-laki yang sangat dia kenal. Jira tidak berani menoleh ke belakang. Dia takut pendengarannya benar. Rasanya dia belum siap melihat Bayu berselingkuh.

Angkasa hanya menatap malas pada sosok lelaki yang menjadi suami Jira. Lelaki yang sedang bermesraan dengan perempuan lain di depannya. Jira masih terdiam, lehernya terasa kaku untuk menoleh ke belakang. Angkasa juga tidak ada niat meminta Jira untuk melihat kelakuan Bayu. Biarlah nanti Jira mengetahuinya sendiri.

"Cepat makan." ucap Angkasa yang terdengar seperti sebuah perintah.

Jira dengan cepat menghabiskan makanan yang dia pesan. Rasanya dia butuh energi lebih.

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel milik Jira. Sejenak dia meletakkan sendok dan garpu yang baru saja dia pakai. Membuka aplikasi WhatsApp melihat siapa yang berkirim pesan. Setelah membaca dan membalas Jira meletakkan kembali ponsel miliknya diatas meja.

"Pak pertemuan dengan klien dimajukan menjadi malam nanti sebab besok pagi klien kita harus pergi ke Jepang untuk urusan lain."

"Baiklah kau atur tempatnya."

"Sekretaris klien kita sudah mengaturnya pak. Dia meminta kita datang ke klub SDMB."

Malam hari...

Saat ingin keluar menemui klien Jira merasa penasaran dengan penghuni kamar di depannya. Dia ingin mengetuk untuk mengetahui siapa penyewa kamar tersebut.

"Kalau dia keluar pura-pura saja salah kamar." gumam Jira kemudian melangkah ke depan kamar tersebut.

Beruntung pintu tidak terkunci.

" Ternyata pemiliknya sangat ceroboh. Bagaimana bisa lupa menutup pintu apa dia tidak takut ada maling." monolog Jira dalam hati.

Jira mendorong pintu perlahan. Di depan pintu dia sudah disuguhkan sepatu dan baju yang berserakan di lantai.

Jira mengamati celana dan kemeja yang sangat dia kenal. Dadanya sudah naik turun sesaat setelah melihat jika kemeja itu benar-benar milik Bayu. Karena di kemeja itu terdapat inisial BJ yang dia rajut sendiri.

"Terus sayang kau sungguh nikmat." samar-samar Jira mendengar kata-kata itu.

Dengan memberanikan diri Jira semakin masuk ke dalam. Langkahnya dia buat sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara.

"Faster sayang. Kau sungguh hebat selalu memuaskanku."

"Kau juga sayang masih saja sempit."

"Oh sayang faster please."

"Sebut namaku sayang."

"Bayu Angga Wardana lebih cepat, faster sayang aku sudah tidak tahan."

Deg

Jantung Jira terasa berhenti berdetak ketika nama lengkap suaminya disebut oleh seorang wanita di atas ranjang. Air mata tanpa dia perintah mulai berjatuhan membasahi pipi mulusnya. Dia membekap mulutnya saat melihat adegan pergumulan suaminya dengan seorang wanita. Melihat dengan jelas bagaimana suaminya menjamah tubuh wanita lain.

"Ah..." lenguh mereka berdua saat mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.

Tidak ingin diketahui Jira pun perlahan mundur ke arah pintu. Tiba-tiba ponsel milik Jira berdering cukup keras hingga terdengar oleh pasangan yang masih ingin melanjutkan pergumulan ronde kedua.

"Siapa itu?" teriak Bayu.

Jira langsung berlari dan segera mencari kartu akses untuk membuka pintu. Tepat saat Bayu mencari keberadaan nya dia sudah masuk lebih dulu ke dalam kamar. Sedangkan Bayu menoleh ke kanan dan kiri mencari seseorang. Namun tidak ada siapapun di sana.

"Seperti nada dering milik Jira. Tapi tidak mungkin dia kan di Jakarta. Mungkin saja hanya kebetulan sama."

Bayu kembali masuk ke dalam kamar. Dia memastikan pintu benar-benar tertutup dan terkunci.

"Siapa sayang?" tanya Selly yang masih dalam keadaan polos dibawah selimut.

"Mungkin pegawai hotel yang ingin membersihkan kamar."

"Oh, ayo kita lanjutkan." Dengan senang hati Bayu menuruti kemauan kekasihnya. Yang tanpa dia tahu ada hati yang begitu terluka melihat perselingkuhan dirinya dengan Selly.

Bab 3

Jira keluar dengan mata merah dan sembab. Dia habis menangis selama sejam lebih. Jika bukan karena pekerjaan sungguh Jira malas sekali untuk keluar. Lebih baik dia mengurung diri.

"Kau itu lama sekali. Sudah sejam aku menunggumu. Telepon juga tidak diangkat. Pesan tidak dibalas. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di kamarmu?" kesal Angkasa yang sedari tadi berusaha menghubungi Jira. Bahkan lelaki itu sempat mengetuk pintu kamar Jira berkali-kali namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.

"Maaf bos aku ketiduran." bohong Jira.

"Apa dia habis menangis kenapa matanya sembab dan sedikit memerah." batin Angkasa menatap lekat wajah Jira yang terlihat sedikit pucat.

"Ayo pak Angkasa, tuan Wiliam sudah menunggu kita."

Sesuai dengan kesepakatan mereka bertemu di klub dan membicarakan tentang bisnis. Semua berjalan dengan lancar. Tuan Wiliam setuju dengan kerja sama yang ditawarkan oleh perusahaan Angkasa.

Tuan Wiliam segera pamit setelah urusan mereka selesai.

"Ayo pulang." ajak Angkasa yang melihat Jira masih duduk di tempat.

"Bos pulang saja duluan. Saya masih ingin disini." jawab Jira kemudian dia memanggil pelayan dan memesan dua botol wine.

Dia ingin meluapkan kesedihan dan rasa kecewanya kepada Bayu. Adegan pergumulan suaminya masih terus memenuhi otaknya. Dia ingin menghapus memori itu tetapi tidak bisa. Seolah adegan itu adalah sebuah virus di otaknya yang tidak mungkin akan hilang seumur hidup.

"Kau bisa mabuk jika terus-terusan minum." ujar Angkasa merebut gelas wine yang berada di genggaman Jira.

"Hei bos itu minuman aku kenapa kau mengganggu kesenanganku." Jira kembali merebut gelas wine di tangan Angkasa kemudian menenggaknya sampai habis.

Sudah satu botol Jira menghabiskan minuman beralkohol itu. Kepalanya mulai pusing. Tubuhnya terasa lemas tidak bertulang. Bangun pun mulai kesusahan.

"Jira cukup." Angkasa mengambil botol wine yang Jira tenggak langsung.

"Bos kenapa kau mengambil milikku. Kau itu seperti wanita tadi yang suka mengambil milikku." Angkasa memicingkan mata. Berusaha mencerna kata-kata yang baru saja Jira ucapkan.

"Maksudmu?"

"Bos kau itu kakaknya. Masa kau tidak tahu kalau adikmu, ah maksudku suamiku memiliki selingkuhan. Pantas saja dia tidak pernah menyentuh ku selama setahun ini. Ternyata dia sudah punya wanita idaman lain. Bodohnya diriku yang baru mengetahui hal ini."

"Kau melihatnya?"

"Tentu saja, mereka bahkan memesan kamar di depan kamarku. Bahkan tadi siang aku melihat live bagaimana mereka menyatu."

"Lalu kau diam saja?"

"Tentu saja tidak sebelum keluar aku sudah merekam perselingkuhan mereka. Supaya saat aku gugat cerai Bayu aku ada bukti."

"Wanita pintar." Angkasa mengusap-usap rambut Jira.

Wanita itu memegang lengan Angkasa. Membuat keduanya saling memandang. Jira yang sudah mulai mabuk berusaha berdiri walaupun dengan sempoyongan.

Angkasa memeluk pinggang ramping Jira agar wanita itu tidak terjatuh.

"Tapi sebelum itu aku ingin bermain-main denganmu." Jari telunjuk Jira menari diatas dada bidang Angkasa.

"Jangan memancing Jira jika kau tidak ingin menyesal."

"Menyesal. Hahaha." Jira mendorong dada Angkasa dengan sekuat tenaga hingga pelukan mereka terlepas.

"Bahkan aku menyesal telah menikah dengan Bayu. Cukup lama aku bersabar. Aku pikir dia butuh waktu untuk mencintaiku. Tapi ternyata..hiks hiks." Jira menangis meringkuk di bawah sambil memeluk kedua lututnya.

Angkasa yang tidak tega membawa tubuj Jira ke dalam pelukannya. Lelaki itu membelai lembut punggung Jira.

"Menangislah jika itu membuat kamu merasa lega."

Jira kembali melepas pelukan angkasa. Dia memandang wajah lelaki yang lebih tampan dari pada suaminya. Mendekat kemudian membelai lembut rahang Angkasa yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sana.

"Kak ayo kita bersenang-senang."

"Maksudmu." Tanpa permisi Jira langsung menyatukan bibir mereka. Angkasa yang awalnya terkejut mulai membalas. Terjadilah pertukaran Saliva yang cukup lama. Hingga terlepas saat keduanya mulai kehabisan oksigen.

"Jira, jangan menggodaku. Nanti kau menyesal." peringatan Angkasa tidak Jira hiraukan. Dia kembali menyatukan bibirnya dengan Angkasa.

Angkasa membalas. Lelaki itu mulai tidak dapat menguasai dirinya.

"Jira aku sudah memperingatkan mu. Jangan menyesal setelah ini."

"Aku ingin merasakan bagaimana hubungan suami istri. Aku penasaran kak. Ayo sentuh lah aku. Mari kita bermain-main." setelah itu Jira mulai bermain dengan telinga dan leher Angkasa. Membuat lelaki itu sudah tidak tahan dan terpaksa memesan kamar hotel di atas klub.

Keduanya pun melakukan hubungan terlarang yang seharusnya tidak mereka lakukan. Untuk pertama kalinya Jira merasakan bagaimana rasanya disentuh oleh seorang lelaki. Walau awalnya Angkasa merasa kesusahan saat ingin melakukan penyatuan.

"Dia masih virgin." ada rasa bangga dalam diri Angkasa saat dia menjadi orang pertama untuk Jira. Walaupun punggungnya harus perih karena cakaran kuku-kuku Jira yang panjang.

Jira yang awalnya sakit kini mulai menikmati permainan Angkasa. Kedua insan itu merengkuh kenikmatan dunia untuk pertama kalinya. Bukan hanya sekali tetapi sampai tiga kali karena dua ronde belum cukup bagi Angkasa. Ah, rasanya tubuh Jira sangat nikmat untuk dia sentuh.

Pagi hari...

Sinar matahari yang menembus kaca melalui celah gorden mengusik tidur Jira. Wanita itu berbalik badan membelakangi cahaya matahari agar tidak mengenai wajahnya.

Perlahan matanya mulai terbuka. Terdiam sejenak melihat sekeliling ruangan. Dia merasa asing dengan kamar itu.

Jira mulai panik. Dia kemudian duduk yang sebelumnya terbaring diatas tempat tidur. Dia mengintip tubuhnya di balik selimut.

"Astaga. Apa yang terjadi?" Jira berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan yang dia lalui semalam.

Jira membekap mulutnya mengingat apa yang sudah dia lakukan semalam.

"Aku dan kak Angkasa. Arrgghh." Jira meremas rambut panjangnya. Bagaimana bisa dia yang menggoda Angkasa terlebih dahulu.

"Ini semua gara-gara Bayu." Jira kembali marah saat mengingat kelakuan Bayu.

"Bukankah dia melakukan hal yang sama. Aku akan balas dendam melalui kakaknya. Siapa suruh dia main-main denganku. Ternyata itu alasan sikap dingin dia selama ini. Kenapa tidak menceraikan ku saja. Malah main belakang." kesal Jira kemudian turun dari ranjang untuk membersihkan diri.

"Auh kenapa sakit sekali." keluh Jira.

"Kalau aku tahu hubungan intim itu sesakit ini aku tidak akan mau melakukannya." Jira berjalan perlahan menahan perih di bawah sana.

Jira merendam tubuhnya di dalam bath up. Rasanya nyaman sekali. Terlebih air hangat membuat tubuhnya sedikit rileks.

Satu jam kemudian Jira keluar bertepatan dengan Angkasa yang datang membawa sarapan untuk mereka.

"Kau sudah bangun. Ayo sarapan."

"Aku ganti baju dulu."

Mereka pun sarapan bersama. Tidak ada obrolan sampai sarapan mereka habis. Keduanya terlihat canggung.

"Jira maafkan aku yang tidak bisa menahan diri. Dan sudah..."

"Aku yang lebih dulu menggoda mu kak. Jadi jangan merasa bersalah. Anggap saja ini permainan orang dewasa."

"Permainan kata dia." batin Angkasa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!