Azila Anastasya, si cantik primadona sekolah yang memiliki kulit putih mulus dan tinggi di atas rata-rata wanita biasa itu merupakan siswi yang pintar dan berprestasi. Ia masih berusia muda, yakni sekitar 17 tahun. Namun, keahliannya dalam belajar sudah tidak bisa diragukan lagi.
Azila memiliki seorang teman yang bernama Ceisya, mereka sudah berteman sejak Azila memasuki dunia putih abu-abu. Persahabatan mereka terkenal cukup akrab dan dekat, bahkan beberapa kali Azila serta Ceisya sempat pergi berdua ke tempat-tempat tertentu untuk mengisi waktu bersama.
"Zila!"
Suara itu mengejutkan dirinya, Azila yang sedang fokus membaca pun terpaksa menoleh dan mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ia tersenyum, ketika sadar sahabatnya lah yang datang kesana menemuinya.
"Eh Cei, ya kenapa? Lo mau ikut baca buku bareng gue disini?" tanya Azila dengan wajah penasaran.
"Haha, yah elah lu mah ngeledek aja nih! Lo kan tahu sendiri gue orangnya paling males kalo soal baca buku, gue mah kesini cuma mau nyamperin lu. Abisnya gue gabut sih di kelas gak ada teman," jawab Ceisya.
"Hm, jadi lu masih belum bisa berbaur sama teman-teman kelas baru lu itu? Kenapa sih cei? Harusnya tuh lu coba dong ajak salah satu dari mereka ngobrol gitu! Siapa tau lu bisa cocok sama mereka," ucap Azila.
Ceisya menggeleng-geleng perlahan, ia malah ikut duduk di kursi sebelah Azila dan memandangi wajah temannya itu. Sejak mereka berbeda kelas, Ceisya memang sering sekali datang kesana untuk menemui Azila.
"Gak ah, mending gue kesini aja sama lu. Lagian bagi gue mah cukup satu aja sahabat kayak lu, daripada banyak-banyak tapi malah gak bener tuh," ucap Ceisya.
"Iya deh iya, tapi lu jangan gangguin gue ya! Gue kan harus belajar, bentar lagi ada olimpiade sains kan. Kalau sampai gue kalah, pasti nama sekolahan kita bakal jelek nanti di mata nasional," ucap Azila.
"Iya zil, gue ngerti kok. Gue juga gak mungkin kali gangguin lu, justru gue pengen support lu. Gue kan sohib lu tau, malah nanti gue pasti bakal datang langsung kesana buat dukung lu supaya makin semangat!" ucap Ceisya.
"Hehe, thanks ya Cei! Yaudah, gue lanjut baca dulu ya? Sorry banget nih gue belum bisa ngobrol sama lu!" ucap Azila.
"Gapapa. Eh tapi, nanti malam lu jadi kan nginep di rumah gue? Kan lu udah janji tuh buat nemenin gue, soalnya bokap sama nyokap gue lagi ke luar kota," ucap Ceisya.
Azila mengangguk, "Iya jadi kok, tenang aja."
Ya ini merupakan kali pertama Azila akan menginap di rumah sahabatnya itu, awalnya ia merasa ragu. Akan tetapi, ia juga tak mungkin menolaknya karena Ceisya sangat menginginkan itu. Lagipula, kedua orang tua gadis itu sedang tidak ada di rumahnya.
•
•
Singkat cerita, Azila bersama Ceisya telah tiba di kediaman wanita itu. Mereka kini mulai memasuki halaman rumah, namun Ceisya cukup terkejut ketika melihat mobil milik papanya sudah terparkir di depan sana. Padahal, seingatnya papanya itu mengatakan akan pergi ke luar kota siang ini.
"Loh cei, ini mobil bokap lu kan? Kok masih ada disini? Katanya dia mau ke luar kota," tanya Azila dengan wajah heran.
Ceisya menggelengkan kepalanya, "Gak tahu juga deh, coba aja yuk kita masuk!"
Kedua gadis cantik itu sama-sama melangkah masuk ke dalam sana untuk mencari tahu lebih lanjut, tentu saja Ceisya penasaran mengapa papanya tidak jadi berangkat ke luar kota.
Saat di dalam, benar saja keduanya langsung disambut oleh sang ayah dari Ceisya. Sontak Ceisya menghampiri papanya itu, sedangkan Azila terlihat gugup karena dirinya memang belum terlalu akrab dengan ayah dari sahabatnya itu.
"Dad!" Ceisya menyapa ayahnya, menatap ke arahnya dengan bingung.
"Eh sayang, kamu dah pulang?" dengan santai ayahnya itu berbalik dan tersenyum.
"Daddy kok belum berangkat ke luar kota? Emang gak jadi ya urusannya?" tanya Ceisya penasaran.
"Ohh, jadi kok. Tapi cuma mommy kamu aja yang berangkat, daddy mah tetap disini jagain kamu. Sekalian daddy diminta buat urus perusahaan kakek kamu disini," jawab ayahnya itu.
Ceisya mengangguk paham, lalu ia pun menoleh ke arah Azila yang hanya terdiam di sebelahnya. Ia khawatir Azila akan mengurungkan niatnya dan tidak jadi menginap disana.
"Ah, ini teman kamu ya? Silahkan duduk, tawarin minuman dong ke teman kamu ini sayang! Masa kamu biarin dia berdiri gitu aja? Tuan rumah macam apa kamu?" seru ayahnya.
"I-i-iya om, makasih." Azila tampak gugup dan terus menundukkan kepalanya.
Sesekali Azila memberanikan diri melirik ke arah pria itu, tapi kemudian dengan cepat ia kembali menunduk. Entah kenapa Vicky—ayah dari Ceisya itu merasa kagum melihatnya, bahkan tanpa sadar dirinya tersenyum sambil terus memandangi Azila.
"Zil, yaudah yuk kita ke kamar gue aja! Dad, aku sama teman aku ini mau langsung ke kamar ya?" ucap Ceisya.
"Oh gitu, yasudah silahkan! Tapi omong-omong, teman kamu ini namanya siapa? Daddy kok belum tahu ya?" tanya Vicky penasaran.
"Daddy mau kenalan sama dia? Namanya itu Azila, dad. Dia teman baik aku, dia itu baik banget deh sama aku!" jawab Ceisya.
"Azila? Nama yang indah," ujar Vicky.
Vicky terus menatap ke arah Azila, dari atas sampai bawah tubuh gadis itu tak hilang sedikitpun dari pandangannya. Vicky sangat mengaguminya, kecantikan Azila memang luar biasa. Namun, sesaat kemudian ia langsung menghilangkan pikiran itu dan beralih ke arah lain.
"Makasih om." Azila tersenyum tipis, sembari menyatukan kedua tangannya.
Setelah itu, Ceisya kembali mengajak Azila pergi ke kamarnya. Ia pun pamit pada sang ayah, kemudian melangkah pergi menaiki tangga sambil bergandengan tangan. Tak lupa Ceisya berpesan pada pelayan di rumahnya untuk membuat minuman.
Sementara Vicky tetap di tempat duduknya, tetapi wajahnya tak bisa lepas dari lekuk tubuh Azila. Pandangan pertamanya begitu terpesona pada sosok Azila, gadis muda itu memang sangat menggodanya.
•
•
Di kamar, Azila tampak duduk bersama Ceisya di ranjangnya. Ia menatap sekeliling kamar itu, terlihat amat rapih dan enak dipandang tentunya. Ceisya memang bukan wanita pemalas, meski untuk urusan belajar ia sama sekali tak menyukainya.
Ceisya pun menggeser posisi duduknya mendekati Azila, ia tersenyum dan menanyakan apakah Azila tetap jadi menginap di rumahnya atau tidak.
"Zil, lo tetap jadi kan nginep disini? Ya walau bokap gue gak jadi berangkat, tapi gue pengen lo tetep temenin gue. Mau kan zil? Ayolah, ini kan pertama kalinya lo nginep di rumah gue!" ucap Ceisya penuh harap.
"Hmm, kayaknya gue jadi kok. Lagian gue kan udah terlanjur bilang sama mama gue kalau gue bakal nginep disini malam ini," ucap Azila.
"Nah gitu dong zil, itu baru teman gue! Thanks banget ya!" Ceisya sangat senang dibuatnya.
Mereka berpelukan, sehingga tak sadar bahwa Vicky mengintip melalui celah lubang kunci pintu kamar Ceisya dari arah luar. Vicky tersenyum melihatnya, karena dari sana ia masih bisa melihat betapa cantiknya sosok Azila.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
Vicky Salvino Gregorius, pria tampan berusia 37 tahun ini adalah seorang pimpinan dari Gregorius grup yang merupakan perusahaan warisan papanya. Meski sudah menikah dan memiliki seorang anak, namun pesona Vicky tak memudar. Ketampanannya tetap terlihat dan dapat membuat beberapa wanita terpincut dengannya.
Vicky memiliki istri bernama Zafina, ia sangat mencintainya. Pernikahan mereka sudah berusia belasan tahun, dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak yang tentu adalah Ceisya. Hanya saja, beberapa bulan belakangan Zafina selalu disibukkan dengan urusan pekerjaannya. Sehingga, Vicky sedikit jengkel dan merasa kurang nyaman dengan hal itu.
Sekarang Vicky kembali ditinggal oleh istrinya itu ke luar kota, bahkan ia diharuskan mengurus anak serta perusahaan mertuanya. Vicky terpaksa menerima semua itu, walau di dalam hatinya ia amat kesal dengan sikap semena-mena sang istri.
Vicky juga memiliki kulit yang erotis, terdapat brewok di dagunya yang menambah kesan ketampanannya. Tubuhnya tinggi dan atletis, tentu saja hal itu memudahkan Vicky memikat hati para wanita di luar sana. Namun, hingga kini Vicky masih setia bersama istri tercintanya itu.
Hari sudah malam, Vicky tampak duduk seorang diri di sofa ruang keluarga sambil menonton pertandingan sepak bola di televisi. Pria itu sangat santai menikmati tontonannya sambil sesekali memakan cemilan yang tersedia disana, ia memang sering begadang setiap kali ada pertandingan klub favoritnya.
Disaat ia sedang asyik menonton, tiba-tiba dirinya melihat Azila menuruni tangga secara perlahan. Sontak matanya reflek melirik ke arah gadis itu, bibirnya juga spontan menyunggingkan senyum. Vicky seperti senang melihat Azila turun kali ini, setelah sebelumnya mereka makan malam bersama di meja makan.
Kebetulan letak ruang keluarga itu memang berdekatan dengan anak tangga, sehingga bila Azila turun dari tangga maka dia akan langsung bertemu dengan Vicky disana. Ya betul sekali, Vicky pun amat menantikan momen itu dimana ia bisa berduaan dengan gadis tersebut.
"Eh zila, mau ngapain malam-malam begini?" tanya Vicky dengan nada lembutnya.
Sontak Azila mengalihkan pandangannya ke arah Vicky, jujur sebenarnya ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ketahuan oleh pria itu. Namun, Vicky justru terlebih dahulu memanggilnya dan membuatnya terpaksa berhenti.
"Eee...aku mau numpang ke kamar mandi, om. Sekalian ambil air minum, soalnya aku tiba-tiba haus tadi," jawab Azila.
"Oalah, Ceisya udah tidur?" tanya Vicky lagi.
Azila mengangguk sebagai jawaban, lalu ia melihat senyuman terpampang di sudut bibir lelaki itu. Entah kenapa Azila merasa tidak nyaman saat ditatap seperti itu oleh Vicky, meski ia tahu Vicky adalah ayah dari sahabatnya.
"Ah om, aku permisi dulu ya? Aku gak tahan mau buang air kecil," pamit Azila.
"Oh iya iya, maaf ya om malah ajak kamu ngobrol! Yaudah silahkan, tau kan toiletnya dimana?" ujar Vicky.
"*Waduh! Gimana nih? Gue gak tahu dimana toiletnya lagi*..."
Azila kebingungan saat ini, ia sebenarnya tidak tahu dimana letak toilet tersebut. Akan tetapi, ia juga tak mungkin meminta bantuan Vicky untuk mengantarnya.
"Ta-tau kok om," jawab Azila dengan gugup.
"Yakin? Kalau emang kamu gak tahu, yuk saya antar aja!" Vicky langsung berdiri dan bersiap mengantarkan gadis itu.
"Hah? Gausah om, gapapa aku bisa sendiri. Permisi ya!" Azila tampak panik, lalu langsung pergi begitu saja dari sana.
Vicky kembali tersenyum melihatnya, ia menggelengkan kepala karena tingkah Azila yang begitu menggemaskan. Tanpa sadar, ia memegangi burung pipitnya dari luar celana dan mencoba menahan rasa aneh itu.
•
•
Singkat cerita, Azila keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan aktivitasnya. Namun, betapa terkejutnya ia lantaran saat membuka pintu di depan sana sudah terdapat sosok Vicky yang tengah berdiri menatapnya.
"Eh, o-om??" Azila tampak begitu gugup, tentu ia sangat berdebar-debar kali ini.
"Om, mau ke kamar mandi juga ya? Silahkan, aku udah selesai kok!" ucap Azila seraya memberi jalan bagi pria itu.
Namun, Vicky justru menggelengkan kepala dan tersenyum ke arahnya. Membuat Azila semakin merinding, belum pernah ia berada dalam posisi seperti ini. Dimana ayah dari temannya, secara terang-terangan berniat untuk menggodanya.
"Bukan kok, om cuma mau mastiin kamu baik-baik aja dan gak nyasar. Soalnya ini pertama kalinya kan kamu nginep disini?" ucap Vicky beralasan.
"Eee i-i-iya om...kalo gitu saya permisi ya om? Maaf!" Azila bergerak maju dengan sedikit membungkukkan badannya.
Vicky pun membiarkan saja Azila pergi dari sana, ia terus memandanginya sambil tersenyum lebar. Aroma tubuh gadis itu masih tercium di hidungnya, jelas Vicky sangat menyukainya.
"Hmm, aroma perawan muda memang menggoda.."
•
•
Setelah dari toilet, Azila yang juga merasa haus kini mengambil minuman dari meja makan dan duduk disana untuk menikmati minuman itu. Sambil minum, ia berpikir mengapa sikap Vicky seperti itu padanya dan apa sebabnya Vicky terus saja mengikutinya? Tentu ia merasa tidak nyaman, namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa.
"Ehem ehem, Azila!" lagi, Vicky muncul kembali dan menghampirinya disana.
"Ah i-i-iya om, kenapa?" tanya Azila dengan tampang gugupnya.
"Gapapa, om cuma mau ikut duduk disini dan ngobrol sama kamu. Boleh kan?" jawab Vicky dengan santainya.
"Ohh, bo-boleh kok om.."
Meski Azila sangat tidak nyaman, namun ia tetap mengizinkan Vicky ikut duduk bersamanya disana. Tentu saja Vicky tak berpikir panjang, dengan segera pria itu menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Azila berada.
"Kamu sama Ceisya itu udah temenan dari kapan?" tanya Vicky penasaran.
"Umm, da-dari kita masuk SMA om. Waktu itu kebetulan kita sekelas, terus aku ajak Ceisya kenalan. Sampai akhirnya kita bisa jadi teman kayak sekarang," jawab Azila.
"Oalah, baguslah. Saya senang kalau Ceisya berteman sama kamu, karena anak itu orangnya susah buat bergaul. Dia jarang dapat teman loh dari dulu," ucap Vicky.
"I-i-iya om, kemarin juga Ceisya bilang kalau dia kesulitan buat cari teman baru di kelasnya yang sekarang," ucap Azila.
Vicky mengernyitkan dahi, "Loh, emang kalian sudah pisah kelas ya? Saya kira kalian masih sekelas."
"Iya om, pas kenaikan kemarin kan aku dan Ceisya beda kelas. Tapi, setiap hari dia masih sering nyamperin aku kok. Om gausah khawatir ya!" ucap Azila.
"Tentu saja saya tidak khawatir, apalagi saya tahu kamu orangnya baik," ujar Vicky.
Azila mengangguk saja dan lalu menundukkan kepala, ia berniat bangkit untuk kembali ke kamarnya. Akan tetapi, tanpa sengaja kakinya justru menyenggol meja dan mengakibatkan Azila nyaris terjatuh.
"Azila!!" reflek Vicky menahan tubuh gadis itu, agar tidak terjatuh ke lantai.
Sontak Azila terkejut, tubuhnya saat ini berada dalam dekapan pria itu dan posisi mereka juga sangat dekat. Keduanya saling berpandangan, bahkan sepertinya Vicky begitu menikmati posisi ini yang membuatnya dapat merasakan betapa lembutnya kulit gadis itu.
"*Dad, daddy*!!"
...~**Bersambung**~...
...JANGAN LUPA LIKE\+KOMEN YA GUYS YA!!!...
Ceisya Carlotta, gadis cantik dan manis berusia 18 tahun ini merupakan sahabat dekat Azila. Dirinya memiliki kulit yang mulus, namun tidak terlalu putih seperti Azila. Selisih umurnya dengan Azila memang tidak terlalu jauh, mereka hanya berbeda beberapa bulan. Meski begitu, tetap Ceisya memiliki umur yang lebih dewasa dibanding Azila.
Untuk urusan kepintaran, Ceisya tidak perlu ditanyakan lagi. Ya gadis itu mengalami kesulitan dalam belajar, ia sangat malas dan lebih sering bermain game ketimbang belajar. Sehingga, tentu saja nilainya sangat buruk dan berbeda jauh dengan Azila.
Selain nilainya yang buruk, cara berinteraksi Ceisya juga tak kalah buruknya. Gadis itu bahkan sangat sulit mendapatkan teman, sampai-sampai ia harus setiap hari pergi ke kelas Azila untuk bermain bersamanya. Sampai saat ini pun, Ceisya hanya memiliki satu orang teman. Yakni, Azila tentunya. Entah apa alasan Ceisya kesulitan berinteraksi, berpindah-pindah tempat tinggal dari satu daerah ke daerah lainnya mungkin saja menjadi salah satu pemicunya.
Sejak kecil Ceisya sudah sering ditinggal oleh ibunya, sebab itulah Ceisya lebih akrab dengan sang ayah yang memang memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengannya. Namun meski begitu, Ceisya tetap menyayangi kedua orangtuanya.
Malam ini, Ceisya terbangun setelah menyadari sahabatnya tidak ada di sebelahnya. Ia tampak melihat ke sekeliling demi mencari sosok Azila, namun ia tak berhasil menemukannya. Sontak ia beranjak dari tempat tidurnya, lalu mencari Azila di kamar mandi. Akan tetapi, Azila juga tidak ada disana.
Akhirnya Ceisya memutuskan keluar dari kamarnya, ia tentu khawatir terjadi sesuatu pada Azila. Apalagi, hari sudah larut dan Ceisya tak ingin sohibnya itu kenapa-napa.
Ia berjalan menuruni tangga sambil terus menatap sekitar, ia melihat televisi yang masih menyala di ruang keluarga dan bekas gelas minuman serta beberapa cemilan yang tergeletak di meja. Hanya saja, tidak ada siapapun disana.
"Ini siapa ya yang abis nonton tv tapi gak dimatiin? Apa daddy?" lirihnya.
Ceisya kembali meneruskan langkahnya sembari berteriak memanggil ayahnya, ya ia memang tahu kebiasaan ayahnya itu yang kerapkali bergadang menonton pertandingan bola disana.
"Dad, daddy!!" Ceisya terus meneriaki ayahnya dan berjalan menuju meja makan.
Beberapa saat kemudian, Ceisya tanpa sengaja bertemu dengan Azila sewaktu dirinya hendak memasuki ruang makan. Tentu saja Ceisya menghentikan langkahnya, ia tersenyum dan merasa lega lantaran sahabatnya muncul disana.
"Aih, Azila! Lo darimana aja sih? Gue kaget loh pas bangun malah gak ada siapa-siapa di samping gue!" ucap Ceisya.
"Hehe, maaf cei! Gue abis dari toilet nih sekalian ambil minum, gue haus soalnya." Azila tersenyum tipis seraya menunjukkan gelas berisi air mineral di tangannya.
"Ohh, pantesan gue cari-cari di kamar gak ada. Tapi, lo lihat daddy gue gak? Itu soalnya tv di ruang tengah masih nyala," ucap Ceisya.
"Umm...."
Azila kebingungan menjawabnya, selain itu dirinya juga masih merasa gugup atas apa yang terjadi barusan. Untungnya Ceisya tak melihat kejadian dimana dirinya berpelukan dengan Vicky, karena ia lebih dulu mendengar suara teriakan gadis itu.
"Halo Ceisya!" tiba-tiba saja, Vicky muncul dari belakang dan menemui mereka.
Baik Ceisya maupun Azila, kompak menoleh ke arah pria itu dan terlihat kaget. Terutama Azila, ya dirinya langsung menggeser posisi menjauh dari Vicky karena masih terbayang akan kejadian tadi.
"Daddy? Kok daddy abis dari meja makan juga? Berarti tadi daddy sama Azila ketemu dong?" tanya Ceisya terheran-heran.
*Deg*
Degup jantung Azila berdetak kencang, ia panik saat Ceisya menanyakan itu. Berbeda dengan Vicky, pria itu justru terlihat santai dan menghampiri putrinya sambil memegang kedua bahunya.
"Ya sayang, tadi daddy nunjukin aja ke teman kamu ini dimana lokasi kamar mandinya. Dia kan belum tahu, nah abis itu baru deh daddy ngobrol-ngobrol sama dia di meja makan. gak masalah kan kalau daddy ajak ngobrol teman kamu ini?" jawab Vicky dengan santai.
"Ahaha, ya enggak lah dad. Aku justru senang kalau daddy bisa akrab sama Azila, soalnya mungkin nanti aku bakal sering-sering ajak Azila buat nginep disini," ucap Ceisya.
"Oh ya? Wah ide bagus tuh, gapapa kamu ajak aja Azila terus nginep disini ya!" ucap Vicky tampak bahagia.
Lelaki itu pun melirik ke arah Azila, sehingga Azila membuang muka dan merasa gugup. Sungguh, malam ini adalah malam yang paling tidak diharapkan untuk terjadi di dalam hidupnya.
•
•
Pagi harinya, Vicky sudah berada di meja makan dan bersiap-siap untuk menikmati sarapan pagi bersama Ceisya serta Azila tentunya. Vicky tampak begitu senang, ia tidak sabar untuk segera bertemu kembali dengan Azila saat ini.
"Tuan, ini makanannya. Silahkan tuan!" ucap bik Saroh—pelayan di rumah itu.
"Iya bik, makasih ya!"
Setelah makanan tersebut diantar, bik Saroh pun berbalik dan kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaan. Sedangkan Vicky tampak mencari-cari Azila yang belum kunjung turun ke bawah kali ini, padahal ia sudah sangat menantikan hal itu.
Beruntung baginya, karena tak lama Azila pun datang bersama Ceisya. Keduanya sudah tampak rapih kali ini, lalu bergerak menuju meja makan dan menghampiri Vicky yang langsung berdiri menyambut mereka.
"Selamat pagi princess nya daddy!" ucap Vicky disertai senyuman lebarnya.
"Eh daddy, tumben banget pagi-pagi gini udah di meja makan aja. Biasanya juga daddy paling ngaret kalau soal sarapan," ujar Ceisya.
"Iya dong, sekarang daddy mau temenin kamu sarapan disini," ucap Vicky seraya mencubit gemas pipi putrinya.
"Hehe, makasih dad!" Ceisya merasa senang tentunya.
"Yasudah, ayo kalian duduk! Kita sama-sama nikmati makanan buatan bik Saroh ini ya! Dijamin enak deh, yuk cei, zila!" ajak Vicky.
Kedua gadis itu mengangguk kecil dan ikut terduduk di kursi untuk bersiap menikmati sarapan bersama-sama, namun entah kenapa Azila masih saja teringat pada peristiwa semalam yang terjadi antara dirinya dan Vicky. Tampak juga, sekarang Vicky tengah mencuri-curi pandang ke arahnya.
"Zil, ayo makan aja! Gausah malu-malu gitu, gue tau lu kan suka banget sama makanan ini!" ujar Ceisya.
"Haha, iya cei. Ini gue juga mau makan kok," ucap Azila sambil tersenyum.
Saat Azila hendak mengambil piring kosong, tanpa sengaja tangannya justru bersentuhan dengan telapak tangan Vicky yang kebetulan juga ingin mengambil piring. Ya sontak Azila terkejut, gadis itu reflek menarik tangannya dan meminta maaf pada Vicky.
"Eh, ma-maaf om! Silahkan, om aja yang duluan!" ucap Azila tampak gugup.
"Oh enggak enggak, gapapa. Santai aja, kamu gak perlu gugup gitu lah sama saya!" ucap Vicky.
"Iya zil, daddy gue ini gak gigit kok jadi tenang aja!" sahut Ceisya.
Vicky terkekeh sembari mengusap puncak kepala putrinya, sedangkan Azila hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya. Jujur Azila merasa sangat tidak nyaman, ia yakin Vicky sengaja menyentuh tangannya tadi.
*Drrrtt drrrtt*...
Tiba-tiba, ponsel milik Vicky berbunyi disaat mereka sedang berbincang. Vicky pun mengambil ponselnya, dahinya mengernyit ketika nama sahabatnya muncul di layar ponsel.
"Siapa dad yang telpon?" tanya Ceisya penasaran.
"Umm, ini om Jerry yang telpon. Bentar ya daddy angkat telpon dulu?" jawab Vicky seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Iya dad."
Vicky melangkah sedikit menjauh dari putrinya, lalu barulah ia mengangkat telpon tersebut dan langsung menanyakan apa maksud sahabatnya itu pagi-pagi sudah menghubunginya.
📞"Halo jer! Ada apaan sih?" tanya Vicky dengan nada tinggi.
📞"Ha-halo vik! Gue cuman mau ngabarin, Zafina istri lo kecelakaan. Sekarang dia kritis dan lagi dirawat di rumah sakit!" jawab Jerry.
*Deg*
Jantung Vicky seolah berhenti berdetak saat mendengar kabar yang diberikan sahabatnya.
...~**Bersambung**~...
...JANGAN LUPA LIKE\+KOMEN YA GUYS YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!