NovelToon NovelToon

Conception System

Conception System | Bab 01

Orang bijak pernah mengatakan, memiliki penampilan yang rupawan, memiliki harta berlimpah, memiliki banyak pasangan itu tidak menjamin kehidupan nya akan bahagia.

Namun, ada satu yang bisa menjamin kebahagiaan yakni kesetiaan, tanggung jawab dan Cinta Kasih.

Prinsip itu lah yang dipegang oleh sepasang suami istri yang sudah genap 15 tahun menikah namun, mereka belum dikaruniai anak.

Ayunda Putri seorang dokter dan istri dari seorang pemimpin pasukan khusus Negara yang sering bertugas di luar kota bahkan luar negeri.

Dia bernama Mayor Renaldy Wicaksono.

Setelah Renaldy mendapatkan cuti selama beberapa hari, Renaldy menghabiskan waktu nya untuk Ayunda dengan berjalan-jalan dan menikmati liburan yang bahkan mencoba untuk memiliki anak.

Setiap cuti, Renaldy dan Ayunda selalu mencari cara agar memiliki anak bahkan mereka mencoba untuk bayi tabung namun, gagal.

Ditengah liburan, Renaldy dan Ayunda mengunjungi rumah sakit di Seoul, Korea Selatan untuk memeriksa kondisi nya.

"Semua nya normal. Tidak ada yang salah. Kesehatan juga baik dan kondisi suami anda juga sehat. Mungkin hanya masalah psikologis saja," ucap dokter dengan bahasa inggris.

Mendengar itu, Renaldy dan Ayunda saling berpegangan erat dan saling menatap dengan wajah sendu terutama Ayunda, dia terlihat menahan air mata nya dan Renaldy tersenyum disertai anggukan kepala.

Lalu, Renaldy kembali melihat dokter dan bertanya.

"Dokter, apakah ini disebabkan karena aku sudah berumur 45 tahun? Jadi, tidak produktif."

"Bukan. Dari kondisi anda sehat dan cukup produktif begitu juga istri saja. Maaf, kami tidak tahu pasti apa penyebab nya."

Pernyataan dokter itu membuat Renaldy dan Ayunda semakin sakit akan kondisi mereka. meski begitu, mereka tidak menyerah.

"Lalu, apakah ada obat agar kami bisa memiliki anak?"

"Saya akan merekomendasikan beberapa vitamin kesuburan tapi itu tidak menjamin. Kita serahkan kepada Yang Maha Kuasa."

Renaldy dan Ayunda hanya bisa menerima kenyataan pahit tersebut dan meninggalkan rumah sakit.

Lalu, mereka kembali ke hotel dan disana, mereka tidak banyak bahasa atau pembahasan begitu juga untuk menikmati liburan mereka.

Sampai Renaldy berpikir sesuatu.

"Honey, ayo kita kembali ke Indonesia saja?!" tanya pelan Renaldy.

Ayunda yang masih sedih akan kenyataan kondisi nya, dia terus memandanginya kota dari balik jendela dan saat mendengar pertanyaan itu, Ayunda langsung berbalik. Lalu, tiba-tiba melepaskan seluruh pakaian nya.

"Honey, bagaimana kalau malam ini kita nikmati? Tanpa pengaman dan sedikit ektrim," ucap Ayunda dengan wajah yang sendu serta senyum paksa.

Melihat ekspresi Ayunda membuat Renaldy terpukul dan ingin menangis maka dari itu, dia beranjak diri dan memeluk Ayunda.

"Maaf, Ayunda Putri. Kamu telah menderita karena aku."

Perkataan Renaldy membuat Ayunda menangis tersedu-sedu didalam pelukan suami nya tersebut.

Sebenarnya Renaldy ingin menangis namun, dia mampu menahan nya dan memberikan hiburan kepada istri nya.

Renaldy melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Ayunda disertai memberikan candaan.

"Jangan menangis! Kalau menangis, Mayor Renaldy akan datang," ucap Renaldy dengan senyuman lebar.

Ucapan Renaldy itu membuat Ayunda tertawa kecil dan memukul pelan dada suami nya.

"Apa sih? Dasar gombal."

Renaldy pun ikut tersenyum sesaat melihat Ayunda tersenyum dan mereka pun saling bertukar senyum.

Tatapan mereka pun menarik hasrat mereka untuk bertindak lebih lanjut yang diawali dengan ciuman dan berakhir di ranjang demi mendapatkan buah hati mereka.

Keesokkan harinya, Renaldy dan Ayunda kembali ke Indonesia yang mana setibanya di bandara beberapa tentara dengan pakaian lengkap ropi, helm dan senjata mendatangi Renaldy.

Kehadiran mereka membuat semua pengunjung bandara tertuju kepada Renaldy dan Ayunda lantaran sikap dari para tentara pasukan khusus.

"Hormat, Mayor!" seru salah satu tentara dan tentara mengikuti perintah dengan memberikan hormat tangan.

Renaldy dan Ayunda yang melihat itu, mereka sontak melepaskan tangan dan Renaldy juga memberikan hormat.

Sedangkan, Ayunda yang seharusnya ikut hormat. Dia enggan dan menoleh kesamping lantaran Ayunda menduga sesuatu.

Renaldy dan para tentara mengembalikan posisi tangan.

"Ada apa ini? Kenapa kalian menganggu liburan ku?" tanya ketus Renaldy.

"Maaf, Mayor. Ini perintah dari Brigadir. Anda harus segera pergi ke timur tengah. Pasukan Garuda batalion 7 hilang komunikasi."

Mendengar itu, aku terkejut. "Aku mengerti. Tapi ..."

Renaldy menoleh kearah Ayunda dengan wajah sendu.

Ayunda menyadari bahwa inilah resiko dari seorang istri tentara apalagi suaminya bukanlah tentara biasa melainkan pasukan khusus yang sangat diandalkan oleh Negara.

Ayunda menghela nafas panjang dan menenangkan diri. Lalu, menoleh kearah suami.

"Mayor Renaldy. Berangkat lah! Dan, pulang lah dengan selamat. Aku menunggu kamu di rumah."

Mendengar itu, Mayor Renaldy lebih tenang dalam mengambil keputusan. Meski itu berat hati untuk meninggalkan Ayunda dengan waktu yang tidak ditentukan.

"Maaf, aku bukan suami yang baik. Tapi, aku berjanji akan pulang lebih cepat."

Seusai mengatakan itu, Ayunda cium tangan Renaldy begitu juga Renaldy dan ditutup dengan Renaldy mencium kening Ayunda.

"Aku berangkat."

Ayunda tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, di bandara itu juga Renaldy pergi dinas dan Ayunda diantarkan oleh ajudan nya.

Sebulan kemudian ...

Di perbukitan tandus terlihat tenda hijau yang cukup besar dan didalamnya terlihat Renaldy bersama beberapa anak buah sedang melakukan briefing.

"Apa kalian mengerti?"

"Siap, Dan!"

"Bubar!"

Setelah itu, tim dari Renaldy meninggalkan barak dan dia mulai berpikir sebuah strategi.

"Aku harap. Misi ini cepat selesai dan bisa pulang ke Indonesia," batin harap Renaldy.

Disana, Renaldy tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan Ayunda. Karena hal itulah, kerinduan melanda dirinya.

Beberapa saat kemudian, salah satu pasukan khusus kembali dengan penuh luka dan kabar buruk.

"Mayor, pasukan kita telah di musnahkan!"

Mendengar itu, Renaldy sontak terkejut

"Apa?! Bagaimana bisa?!"

"Informasi yang kita dapatkan palsu dan kita masuk kedalam jebakan musuh."

Renaldy sontak kesal dan mengebrak meja.

Buk!

"Sial! Kenapa ini terjadi? Mungkinkah ada mata-mata? Bedebah!"

"Maaf, Dan! Ada kabar buruk lagi?"

Renaldy menenangkan diri dan mendengarkan nya, "Kabar apa lagi?"

"Pasukan sekutu akan meluncurkan misil ke pulau untuk memusnahkan sarang teroris."

Renaldy lagi-lagi terkejut, "Apa? Lalu, bagaimana dengan sandera?"

"Itu ..."

"Katakan, ini perintah!" tegas Renaldy yang masih dalam kondisi marah.

"Jenderal memberikan waktu 48 jam untuk bisa menyelamatkan mereka."

"Aku mengerti. Aku akan pergi sendiri untuk menyelamatkan nya."

Ucapan Renaldy itu ditentang oleh rekan tim nya.

"Komandan Mayor, itu sangat berbahaya! Kami tidak bisa meninggalkan Mayor seorang diri."

"Kami akan ikut dengan anda!"

"Saya juga ikut!"

"Saya juga!"

Renaldy tersenyum bangga, "Dasar kalian ini!"

Renaldy dan semua rekan tim nya saling bertukar senyum.

Seusai itu, Renaldy melakukan misi pribadi bersama 10 rekan tim nya menuju lokasi para sandera.

...\=\=\= Bab 01 | Antara Istri dan Negara \=\=\=...

Conception System | Bab 02

Private Mission atau misi pribadi merupakan misi sendiri yang dimana pemerintah akan lepas tangan. Tanpa bantuan, tanpa perintah mundur dan jika berhasil tidak akan mendapatkan penghargaan juga jika gagal dan mati maka mereka akan dianggap sebagai pengkhianat.

Meski mengetahui itu, Renaldy rela menjalankan Private Mission untuk menyelamatkan para sandera yang disekap oleh Teroris.

Sepuluh orang dan Renaldy menyusup ke camp teroris yang mana merupakan tempat para sandera di sekap.

Dengan langkah yang pelan serta senjata kedap suara, Renaldy menjalankan misi nya.

Ciung! Ciung!

Ditengah itu, beberapa laporan terus berdatangan dari earphone Renaldy.

"G4. Sudah dilokasi."

"Target ditemukan."

...

Mendengar itu semua, Renaldy memberikan perintah nya.

"Lakukan!"

"Roger!" jawab serentak para rekan Renaldy.

Renaldy dan pasukan nya memulai aksinya, mereka membunuh satu persatu teroris dan menyelamatkan sandera.

Akan tetapi ditengah itu tiba-tiba suara tembakan terdengar yang membuat Renaldy panik.

"G2. Status?"

Saat mengatakan itu, G2 tidak menjawab yang membuat Renaldy cemas dan dia mencoba menghubungi yang lain akan tetapi hasilnya sama.

"Kenapa tidak ada yang menjawab?" Mungkin kah ..."

Krekk! Krekk!

Pertanyaan Renaldy terhenti saat mendengar suara pergeseran senjata api.

"Mayor, angkat tangan mu! Atau, aku tembak!"

Suara itu terdengar familiar bagi Renaldy dan dia pun menuruti. Dia mengangkat kedua tangan nya dan berbalik kearah sumber suara yang mana terlihat ada salah satu rekan Renaldy yang sedang menodongkan senjata berat kearah nya.

"Kapten Dhani, apa maksudnya ini?"

"Mayor Renaldy, saya mendapatkan perintah untuk mengeksekusi anda jika bersikeras tetap menjalankan misi pribadi."

"Kapten Dhani, bagaimana keadaan yang lain? Apakah kamu membunuh mereka?"

"Mayor. Salah kan keputusan mu yang bodoh sehingga nyawa mereka menjadi pendek."

Renaldy yang mendengar itu sontak kesal, "Kapten Dhani. Bisa-bisanya kamu ini?!"

"Jadi, Mayor. Apa keputusan mu?"

Mendengar itu, Renaldy mengalami dilema yang dimana dirinya harus melepaskan rasa kemanusiaan nya demi bertemu istri yang sudah menunggu nya.

Dengan rasa yang bergejolak, Renaldy mengepal erat tangan nya dan menjawab,

"Baiklah. Aku akan mundur dari misi ini."

Dhani yang mendengar itu, dia sontak tersenyum kecut.

"Maaf, Mayor. Saya tidak bisa menerima keputusan anda."

Renaldy yang mendengar itu, dia langsung bersiaga terutama saat melihat Dhani ingin menarik pelatuk senjata yang mana Renaldy langsung mengambil senjata handgun nya dan saling bertukar tembakan.

Dor! Dor!

Suara tembakan pun terdengar dan tembakan Renaldy lebih cepat hingga membuat Dhani terjatuh di tanah dengan leher yang berlubang serta darah yang terus mengucur.

Meski begitu, Renaldy juga terkena tembakan pada perut nya.

"Sial! Para Jenderal tidak punya hati nurani," gumam kesal Renaldy seraya memegang perut nya.

Tidak lama kemudian, Renaldy mendengar banyak suara yang mendatangi nya.

"Suara tembakan itu pasti menjadi perhatian para teroris. Aku harus segera pergi."

Renaldy pun berjalan dengan terseok-seok lantaran luka yang di deritanya. Dia terus melangkah sampai di sisi pohon yang besar.

Renaldy yang sudah sangat kelelahan, dia menyandarkan tubuhnya. Lalu, dia mengambil foto diri nya bersama Ayunda dan menatap foto tersebut.

"Aku harus bertahan. Demi Ayunda," batin Renaldy terus menguatkan tekadnya untuk bertahan hidup.

Meski memiliki tekad yang kuat namun, luka yang diderita dari tembakan semakin melebar sehingga darah mengucur deras.

Wajah Renaldy semakin pucat dan lemas sampai akhirnya dia mengantuk.

"Ahh ... Aku sangat mengantuk ..."

Seusai bergumam itu, tubuh Renaldy terjatuh dan saat itu juga dia melihat ada seseorang bergaun putih panjang berdiri tepat di dekat kepala nya.

Dengan suara lembut wanita, seseorang itu bertanya kepada Renaldy.

"Jika ada kesempatan, apa permintaan mu?"

Renaldy yang ingin melihat sosok yang mempertanyakan nya, dia pun tidak mampu. Tubuh nya sudah tidak bergerak dan pandangan nya rabun.

Dalam pemahaman Renaldy, jika seseorang hendak meninggalkan dunia maka dirinya akan bertemu dengan malaikat.

Renaldy yang ingin menjawab dan mempertanyakan nya lidah nya sudah kaku hingga dia berbicara sendiri didalam batin nya.

"Apakah nona ini malaikat? Jika iya. Maka kabulkan permintaan ku untuk bertemu Ayunda dan ... Sebenarnya ini bukan hanya keinginan ku tapi keinginan kami berdua. Kami ingin dikaruniai anak."

"Aku akan mengabulkan nya namun, kamu harus menuruti segala perintahnya."

"Selama hidupku. Aku selalu menjalankan perintah dan kenapa tidak itu persyaratan yang harus kulakukan ..."

Renaldy semakin mengantuk bahkan untuk mengakhiri ucapan batin nya sudah kesulitan dan dia pun meninggal dunia.

Akan tetapi, sebuah keajaiban muncul. Renaldy yang selalu berada di alam bawah sadar yang masih gelap. Samar-samar mulai mendengar suara.

"Dan. Bangun!"

Suara yang tidak asing terdengar oleh Renaldy yang membuat kesadaran nya pulih. Dia pun membuka mata nya dan terkejut saat dirinya berada di auditorium bersama-sama anggota seangkatan nya.

Dalam kebingungannya, Renaldy melihat sekitar nya.

"Dimana ini? Auditorium? Kenapa aku ada disini?" gumam panik Renaldy.

Lalu, Renaldy pun melihat sosok Dhani yang masih muda.

"Dhani, kenapa kamu disini? Buk- Tidak." Renaldy memegang kedua pipi Dhani, "Bahkan wajahmu lebih muda. Apa yang terjadi?"

"Dan, sehat? Kenapa berbicara melantur seperti itu?"

Ditengah membincangkan itu, Mayjen yang sedang berpidato sontak menegur Renaldy.

"Kalian yang disana! Hargai saya bicara!" ucap tegas Mayjen.

Semua arah mata tertuju pada Renaldy dan Dhani.

Mereka berdua yang menyadari teguran itu sontak berdiri tegap dan memberikan hormat seraya menjawab nya.

"Siap, Komandan!"

Melihat kekompakan Renaldy dan Dhani, semua anggota disana tersenyum dan tertawa kecil.

Saat itu, Renaldy mulai menganalisa dengan melihat tahun dan sosok-sosok yang dikenal nya yang bahkan sosok Mayjen yang sebelumnya sudah pensiun kini aktif kembali serta spanduk kelulusan pendidikan pasukan khusus negara.

Renaldy pun hanya satu kesimpulan yang didapatkan nya.

"Aku kembali ke 16 tahun yang lalu ... Tidak mungkin. Ini pasti mimpi."

Memang saat itu Renaldy belum percaya bahwa diri kembali ke masa lalu dan mencoba memahami situasi nya terlebih dahulu.

Setelah acara usai, Renaldy dan Dhani mendapatkan hukuman dengan berlari keliling lapangan memakai seragam lengkap sambil menarik ban mobil raksasa.

Ditengah itu, Renaldy baru menyadari kalau ada sebuah tulisan aneh di hadapan nya.

...[Proses Pemasangan System ... 5%.]...

"Peltu (Pembantu Letnan satu) Dhani, apa kamu melihat tulisan ini?" tanya Renaldy sambil berlari.

"Tulisan? Tidak. Saya tidak melihat. Lettu, saya sarankan anda pergi ke rumah sakit."

Saran dari Dhani itu membuat pikiran berbeda.

"Ayunda? Jika memang ini 16 tahun yang lalu maka dia masih koas. Aku harus menemui nya," batin senang Renaldy.

Renaldy sontak menoleh kearah Dhani, "Terimakasih, Peltu Dhani. Kamu sangat membantu."

"Sama-sama, dan. Oiya, malam ini ada reuni SMA. Apakah perlu saya jemput?"

"Tidak perlu. Jika ada waktu luang, aku akan pergi kesana."

"Baik. Dan."

Renaldy tidak begitu memikirkan reuni didalam benak nya hanya ingin segera pulang dan pergi ke rumah sakit untuk menemui Ayunda.

...\=\= Bab 02 | Kembali \=\=...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Conception System | Bab 03

Setelah menjalani hukumannya, Renaldy mengemasi barang-barangnya dan pergi untuk liburan pulang sebelum diri nya masuk dinas lagi selama satu minggu.

Sebelumnya pulang bertemu ibunya dan saudara perempuan nya. Renaldy mampir ke rumah sakit yang dimana tempat Ayunda masih menjadi Koas.

Selama perjalanan nya, Renaldy melihat sekeliling jalan yang membuat dirinya yakin kalau dia kembali ke masa lalu.

"Tahun 2010 kah. Jadi, aku manusia masa depan di tahun 2026. Hehehe ... Ini tidak buruk."

Sesaat kemudian, pemberitahuan yang ditunggu oleh Renaldy datang.

...Ding!...

...[Pemasangan sistem telah selesai.]...

Seusai pemberitahuan itu, terbentuklah sebuah ikon kecil di arah kanan pandangan Renaldy.

Renaldy yang penasaran dari awal, dia tanpa ragu-ragu menekan ikon tersebut.

...Ding!...

...[Conception System....

...Start Activating.]...

Melihat itu, Renaldy mengerutkan keningnya.

"Conception System? Apa ini?"

Renaldy yang semakin penasaran, dia menekan [Start Activating].

...Ding!...

...[Menu Status telah terbuka.]...

...[Menu Misi telah terbuka.]...

Dari satu ikon, kini menjadi dua ikon. Lalu, Renaldy membuka salah satu nya.

...Ding!...

...[Status....

...Nama: Renaldy Wicaksono....

...Umur: 29 tahun....

...System Poin: 0...

...Hubungan: Tidak ada.]...

"Oh, ini seperti game saja. Mungkinkah aku menjadi sosok yang terpilih seperti didalam novel atau komik?" batin senang Renaldy.

Seusai itu, Renaldy membuka menu yang lain, [Misi]

...Ding!...

...[Misi utama:...

...Menemukan dan lakukan s-ex kepada wanita yang anda sukai untuk menanam benih anda....

...Hadiah: ???...

...Durasi: 47 jam 55 menit....

...*) Jika misi gagal. Maka perpanjangan hidup anda akan dicabut yang mengakibatkan kematian anda secara instan.]...

Renaldy yang melihat itu, dia sontak terkejut dan menepikan mobil nya untuk berhenti.

"Yang benar saja!" umpat kesal Renaldy.

Kekesalan Renaldy bukan lah tanpa alasan, dia yang merupakan pria yang setia tidak pernah sekalipun berhubungan int.im dengan wanita lain selain kepada istri nya sendiri, Ayunda.

Akan tetapi, saat ini Renaldy bahkan belum berkenalan dengan Ayunda.

"Ahhahah ... Bagaimana ini?!" ucap kesal Renaldy sambil mengusap-usap kepala nya sendiri.

Renaldy pun menenangkan diri nya dan berpikir tenang.

"Ini tidak lebih seperti misi bunuh diri. Aku harus mencoba nya. Semoga saja berhasil!"

Setelah menguatkan dirinya, Renaldy melanjutkan laju mobil nya menuju rumah sakit.

Setibanya dirumah sakit, Renaldy mempertanyakan Ayunda ke resepsionis.

"Selamat malam, Mbak. Apakah disini ada dokter koas bernama Ayunda Putri?"

"Maaf. Bapak dari mana?"

"Saya Renaldy ... Saudara nya, Ayunda."

"Maaf, Pak Renaldy. Dokter Koas Ayunda sudah pulang dari sore tadi."

"Oh, begitu ya. Baiklah, Terimakasih ya. Mbak."

Renaldy dengan hati yang berat, dia melangkah keluar rumah sakit dan berhenti di pintu masuk seraya menghela nafas panjang.

"Ahufuu ... Seperti nya hari ini aku belum bisa bertemu." Renaldy terpikir sesuatu, "Aku belum menyerah."

Renaldy pun berpikir untuk menyusul ke rumah nya dan dia sontak berlari ke mobil. Lalu, melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah Ayunda.

Setibanya di area rumah Ayunda, Renaldy memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah nya sehingga dia bisa memantau nya.

Di depan rumahnya juga terlihat ada mobil yang parkir.

"Apakah di rumah nya sedang ada tamu? Atau ... Tidak. Aku tidak ingin memperkirakan nya."

Selama berjam-jam, Renaldy terus didalam mobil sampai akhirnya, Ayunda keluar bersama pria seusia nya sambil bergandengan tangan.

Renaldy pun terkejut saat melihat nya. Kejutan itu tidak hanya Ayunda masih memiliki pacar tapi pria yang bersama Ayunda adalah teman SMA Renaldy.

"Januar? Aku tidak menyangka ternyata dia mengincar Ayunda juga."

Dalam ingatan Renaldy, Januar adalah pria yang sombong karena kehidupan nya yang kaya raya. Pada waktu sekolah dulu, dia sering bergonta-ganti pacar dan ada beberapa diantara pacar nya sudah diajak s.ex

Termasuk mantan pacar nya sewaktu di SMA sehingga membuat keributan di sekolah dan Renaldy terkena skorsing sekolah.

Memang, di waktu yang dahulu. Ayunda pernah menceritakan tentang mantan nya yang satu sekolah dengan suami nya itu.

"Sial! Kenapa dari semua orang harus dia yang menjadi mantan Ayunda?" gumam kesal Renaldy.

Renaldy yang terus melihat kebersamaan mereka diselingi dengan ikatan kebersamaan diri nya dengan Ayunda membuat kemarahan Renaldy tidak terbendung.

Renaldy keluar dari mobil dan langsung menghampiri Januar.

"Oi, Januar! Bajingan, kamu!"

Buk!

Serangan dadakan Renaldy langsung mengenai pipi Januar dan membuat nya terkejut.

Ayunda sontak berteriak, "Aaa! Apa-apaan ini?"

Ayunda langsung memeriksa kondisi Januar, "Sayang, kamu tidak apa-apa."

Renaldy yang melihat kekhawatiran Ayunda terhadap Januar membuatnya sadar.

"Ah, sial!" gumam menyesal Renaldy.

Januar sontak tersenyum, "Aku tidak apa-apa."

Lalu, Januar dan Ayunda menoleh kearah Renaldy seraya bangun dari tanah.

"Aku pikir siapa yang berani memukul ku? ternyata preman sekolah."

Memahami Januar masih sombong, dia melawannya.

"Bajingan seperti mu berani-berani mendekati Ayunda."

Ucapan Renaldy itu reflek seakan-akan dirinya sudah mengenal lama Ayunda dan membuat Ayunda kesal lantaran ada pria asing yang tiba-tiba menyebut namanya dengan lantang.

Plak!

Suara keras tamparan dari Ayunda ke pipi kanan Renaldy.

Renaldy hanya terdiam dan menerima sedangkan, Januar tersenyum senang.

"Yang bajingan itu kamu? Saya tidak kenal anda ya. Kenapa kamu seenaknya memanggil saya? Lebih baik pergi dari sini! Atau saya panggil polisi!"

Kemarahan Renaldy membuat perasaan terpukul. Dia hanya bisa diam dan pasrah. Lalu, berbalik badan dengan perasaan berat.

"Maaf, saya sudah menganggu kalian."

Renaldy pun berjalan kembali ke mobil dan melajukan mobilnya.

Disisi lain, Januar mengambil kesempatan dengan menenangkan Ayunda agar dirinya lebih disukai oleh Ayunda.

Dalam perjalanan pulang, Renaldy terus melamun membayangkan Ayunda dari mereka berpacaran sampai sudah menikah.

Mengingat itu semua membuat air mata nya menetes.

Sebuah tindakan gegabah nya telah merubah takdir. Kini, Renaldy yakin kalau Ayunda pasti akan membencinya dan dia pun berputus asa.

"Yasudah lah. Jika di kehidupan ini aku tidak bisa bersama Ayunda lebih baik mati saja."

Perjalanan pun sampai disalah satu kedai makan yang sudah tua. Lalu, Renaldy keluar dan masuk kedai itu yang mana dia melihat seorang wanita paruh baya sedang menyajikan makanan untuk pelanggan nya.

Renaldy menangis kembali melihat sosoknya, wanita paruh baya itu adalah ibunya. Satu tahun setelah menikah, ibunya meninggal dunia karena kecelakaan kapal Fery yang ditumpangi nya.

Saat ini, takdir mengembalikan Renaldy ke masa lalu bukan hanya untuk mengejar istri nya namun, Renaldy juga bertemu dengan sosok yang paling dirindukan nya.

Renaldy mengusap air mata nya dan masuk kedalam kedai seraya menyapa.

"Aku pulang ..."

Mendengar itu, sang ibu yang sedang membersihkan meja sontak menghentikan aktifitas nya dan menoleh kearah Renaldy dengan wajah sendu.

"Selamat datang kembali, Di."

Renaldy dan ibunya pun saling bertukar senyum.

Renaldy yang sangat merindukan ibunya sontak menaruh barang-barang. Lalu, berjalan menghampiri sang ibu dan memeluk nya sambil menangis.

Tangisan itu bercampur aduk dari rasa sedih saat bertemu Ayunda dan pertemuan nya dengan Sang Ibu.

Sang ibu yang awalnya terkejut, dia pun menerima pelukan itu dan menepuk punggung Renaldy.

...\=\=\= Bab 3 | Conception System \=\=\=...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!