"Bagaimana keadaan putri saya dokter?" tanya seorang wanita paruh baya yang kerap di sapa Nyonya Indira
"Putri anda baik-baik saja, operasi nya berhasil" Jawab Willie
"Terimakasih banyak dok" Ucap nyonya Indira
Willie langsung meninggalkan tempat itu dan bergegas ke ruang pribadi nya
"Ma... bagaimana keadaan asya?" tanya Papa Asya yang kerap di sapa Tuan Gon
"Paaa, operasi anak kita berhasil pa, kita tinggal nunggu asya siuman saja" Tutur Nyonya Indira
"Syukur lah kalau begitu"
Selama beberapa hari terakhir asya tidak menyadari bahwa dia memiliki penyakit usus buntu, karena itulah hari ini dia harus menjalankan operasi untuk penyembuhan usus buntu tersebut.
Setelah menunggu beberapa jam, Asya sudah siuman dan semua pihak keluarga asya merasa lega karena hasil operasi nya sesuai dengan yang mereka harapkan.
"Ma..., Pa..... Asya boleh gak keluar dari ruangan ini? Asya ngeras bosan banget Ma.. Pa..." Rengek nya
"Kamu emang nya mau kemana nak,? Atau kamu mau papa Bawak keliling rumah sakit tapi pakai kursi roda" Tawaran papa nya
"Ide bagus tuh pa, asya mau" Ucap nya girang
Asya yang sebenarnya sudah berumur 23 tahun dan saat ini dia bekerja sebagai salah satu CEO di perusahaan milik papa nya. Walaupun sudah dewasa hubungan asya dan papa nya masih sangat dekat, dan papa nya kerap sekali memanjakan putri semata wayangnya itu.
Asya sudah berada di lokasi taman rumah sakit yang tampak sangat adem dan asri itu.
"Gimana kamu sudah bisa merasakan udara segarkan?" tanya papa nya
"Iya pa, dari pada di kamar"
"Padahal operasi kamu baru selesai tadi pagi, kamu langsung minta gerak kesana kesini" Kata papa nya
"Aku belum ngerasa sakit sih pa, paling perih dikit tapi kan katanya kalau obat bius nya udah hilang baru terasa banget bekas jahitannya" Ucap asya yang membela diri.
"Tetap saja nak, seharusnya masih berbaring di tempat tidur bukan malah jalan jalan pakai kursi roda gini kamu malah kayak nenek pas sakit" Gurau papa nya
"Ihhh papa gimana sihh, papa sendiri yang nawarin pakai kursi roda" Kesal asya
Di tengah pembicaraan mereka tiba-tiba ada yang menelepon tuan Gon.
"Nak kamu tunggu sebentar ya ini ada yang nelpon papa seperti nya ini asisten mama biar mama saja yang ngomong" Kata papa nya sembari melangkah ke arah kamar rawat asya untuk menjumpai istrinya
"Yahhh malah di tinggal"
Asya pun menjalankan kursi rodanya sendiri, saat asik memutar mutar kursi roda nya asya tak melihat sama sekali ke depannya.
Brukkkkk...
"Awwww kepala gue" Rengek asya yang merasakan kepalanya terbentur ke sebuah benda keras
"Lo kalau jalan lihat ke depan ngapain nunduk" Ketus pria yang ada di depannya
Asya langsung mengangkat kepalanya dah melihat ke arah sumber suara itu.
"Emang cuma gue apa yang salah, Lo juga salah kali, Lo pikir kepala gue ini baja mana laptop nya keras banget lagi" gerutu Asya
" Hehh Lo kan pasien gue tadi pagi" Willie menyergitkan keningnya.
"Ohh jadi Lo dokter yang operasi gue" Kata asya santai
"Lo benaran gila ya baru aja Opera udah berani keluar kekgini" tanpa basa-basi Willie langsung memutar balik arah kursi roda asya dan membawa nya menuju kamar rawat asya.
"Lo ngapain sihh?" kesal asya
"Lo yang ngapain, Lo pikir gue gak bakal kesusahan kalau semisal jahitan bekas operasi Lo lepas, jangan nambahin kerjaan gue pasien gue gak hanya Lo" Ketus nya dengan wajah yang masih datar
"Yaudah dehh lumayan juga di dorong sama dokter tampan kayak Lo" kata asya, namun Willie sama sekali tak merespon perkataan asya dia tetap fokus pada jalan di depannya.
Sampai di kamar asya mereka melihat Tuan Gon dan Nyonya Indira yang sedang berbicara serius.
Namun tanpa merasa bersalah Willie malah mengganggu mereka,.
"Permisi om Tante, tolong anak nya di perhatikan supaya tidak bergerak dulu sampai jahitan bekas operasi nya kering" Perintah Willie
"Maaf kan kami dokter, tadi saya hanya kasihan pada putri saya yang merasa bosan di kamar makanya saya ajak untuk melihat taman" Jawab papa nya
"Baik lah kalau begitu"
Hal yang membuat Asya terkejut adalah ketika Willie tiba-tiba menggendong tubuhnya dari kursi roda ke tempat tidur rawat itu.
Melihat penampakan di depannya papa dan mama asya langsung keluar dari kamar itu dan melanjutkan pembicaraan mereka tadi.
"Lo Gilak ya?" kesal asya, walaupun sebenarnya dalam hati asya dia merasa senang karena bisa di gendong oleh dokter setampan Willie
"Udah gak usah baper, gue kekgitu kok ke semua pasien dan ga ada pasien yang spesial buat gue" Ucap nya dengan nada sarkas
"Baru aja bahagia ehh udah di tampar sama perkataan sadis ni dokter, tapi kok gue ngerasa jatuh cinta pandangan pertama ya"
"Haaa?? Beneran? Gue jatuh cinta? OMG padahal udah lama banget gue gak tertarik sama cowok karena gak ada yang bisa memikat hati gue tapi kok yang satu ini beda banget ya" Asya pun melontarkan semuanya di dalam pikirannya saat Willie kembali mengecek keadaan asya .
"Kondisi Lo lagi stabil, gue harap jangan sampai lasak kayak tadi lagi, gimana kalau sampe hal yang gak di inginkan terjadi lo malah nambahin penyakit Lo" ucap nya pada asya .
"Kayaknya GPP dehh kalau gue sakit terus"
"Hah? Gila Lo ya?" heran Willie
"Iya gue tergila-gila sama Lo, hahahha becanda kok" Ucap nya lagi membuat Willie sedikit risih
"Yaudah Lo lanjut aja istirahat nya gue bakal balik nge cek keadaan Lo nanti malam dan jangan lupa makan obat Lo"
"Siap pak dokter tampan, sampai ketemu nanti malam lagi" Ucap si cegil itu Tampa mereka malu sedikit pun.
"Wowww ini beneran gue? jatuh cinta? Pandangan pertama? Gue beneran di buat mabuk sama visual nya dia apalagi vibes wajah nya yang cool itu"
"Kalau kekgini sihhh gue mau aja dehh sakit Mulu, biar gue di rawat sama dia terus"
"Dan satu lagi kan dia dokter yang operasi gue, brarti dia udah megang perut gue dong tadi" Asya benar-benar seperti remaja baru puber yang sedang menemukan cinta sejatinya.
Asya memang belum pernah menjalin hubungan seperti pacaran dengan seorang pria, dia berhubungan hanya sampai batas pdkt an karena tidak ada pria yang pernah cocok menurutnya.
Baru ini asya merasa jatuh cinta pandangan pertama dengan lelaki yang hanya sebatas dokter yang merawatnya.
Memang tidak salah jika wanita jatuh cinta langsung kalau melihat Willie apalagi saat memeriksa pasien, auranya pasti tumpah-tumpah.
Willie kembali keruangan asya untuk memeriksa keadaan nya sekarang.
"Tolong berbaring!!!" perintah nya dengan nada sarkas
Asya langsung membaringkan tubuh nya.
Tiba-tiba Willie menarik baju asya ke atas untuk melihat kondisi jahitan di perut nya.
"Dok kalau mau buka bukaan GPP tapi kasih aba aba dong" Kata asya
"Emang siapa yang mau buka bukaan, gue cuma mau meriksa bekas jahitannya" Ucap Willie
"Bilang aja Lo modus, kenapa gak nyuruh perawat cewek aja?" kata asya tak mau kalah
"Lo benar-benar seharusnya gue nyuruh perawat, tapi sayang nya semua lagi punya tugas masing-masing jadi khusus untuk Lo gue turun sendiri"
"Lo jangan mandi dulu sampe lusa ini masih basah" Katanya memberitahu setelah selesai men cek keadaan bekas operasi itu.
"Udah siap dok?" tanya asya
"Udah" jawab nya singkat
"Dokter....." Panggil asya dengan cepat sebelum Willie menghilang dari pandangan nya.
"Apa?" tanya Willie dengan nada yang lebih sarkas lagi
"Kalau ga ada yang mau Lo sampaikan gue lanjut, bukan hanya Lo doang yang gue rawat" Ketus nya
"Dokter hari ini pulang gak?" tanya asya
"Tidak, gue juga masuk Sif malam" Jawab nya
"Boleh tidak temani gue nanti malam, gue takut suasana rumah sakit, apalagi gue belum pernah nginap sendiri bokap dan nyokap gue udah balik ke Jerman jadi gue hanya di jaga sama asisten itupun asisten nya udah pulang ke rumah " Kata asya menjelaskan keadaan nya sekarang.
"Bukannya itu urusan pribadi Lo?"
"Lo gak usah takut banyak perawat juga yang masuk Sif malam kalau ada apa apa Lo tinggal teriak pasti kedengaran kok, dan gue gak punya tanggung jawab buat jagain Lo"
"Ihhh celit banget sihh kan gue pasien Lo" kesal asya
"Gue bukan dokter pribadi Lo!!!" tegas Willie
Willie langsung meninggalkan ruangan itu dan kembali mengecek pasien lainnya
"Aduhhh ini udah jam 10 lagi, kok makin sepi banget ya" Asya berbicara sendiri di ruangan itu.
Derttttttt Derrtttt Dertttttt
Suara handphone asya pun bunyi Mama nya menelepon asya.
"Halo nak, bagaimana keadaan kamu?" tanya mamanya
"Ya begitulah ma, kesepian, lagian papa dan mama bukannya jagain asya sampai sehat malah ninggalin asya" Gerutunya
"Maaf sayang papa dan mama kan ninggalin kamu karna ada hal urgent di sini nak, dan ini beneran gak bisa di tinggalkan" Jawab mama nya
"Sayang papa akan pastikan mulai besok kamu akan di temani asisten lainnya di rumah sakit ya" Kata papa nya
"Ahhh gak mau pa, asya gak mau kalau ditemani orang lain mending asya sendiri makanya tadi asya nyuruh mbak pulang karena asya gak enak juga mbak tidur di sini pasti gak nyaman" Kata asya.
"Yaudah kalau gitu kamu istirahat ya nak, mama tutup telepon nya dulu, besok pagi mama telepon lagi ya" ujar mama nya
"Baiklah ma"
Panggilan telepon itu pun selesai.
Asya kembali menatap langit-langit kamar nya, dia tak bisa tidur walaupun sudah berusaha untuk menutup matanya.
"Aduhhh gimana gue mau tidur ya"
Tiba tiba suara langkah kaki di luar ruangan itu terdengar, jantung asya langsung berdetak kencang.
"Mampus gue siapa itu?"tanya asya was was
mendengar suara langkah kaki itu semakin dekat, asya langsung berteriak kencang
"Siapapun di luar sana tolongin gueee!!!!" teriak nya dengan kencang
Suara itu pun mengganggu pembicaraan Willie dengan seseorang di dalam telepon genggam yang dia pegang
"Lo kenapa?" tanya Willie saat menyadari suara itu berasal dari kamar asya
"Gue tadi lihat bayangan sama dengar langkah kaki di depan kamar gue trus gue takut kalau itu hantu" jawab nya dengan polos
"Huffffgg Lo sihh yang gak punya iman, itu gue dan gue lagi nelepon orang bukan hantu" Tegas Willie
"Tapi kan tetap aja, namanya gue gak tau itu siapa, lagian ngapain sih telponan malam malam kekgini kan gue jadi terganggu" gerutu Asya
"Yaudah Lo istirahat aja" Pintah Willi
"Ta ta tapiiiii...."
"Tapi apa lagi?" tanya Willie
"Gue gak brani sendiri, gue gak buat buat kok, gue beneran takut sendiri gue gak bisa kalau tidur sendiri, apalagi ini di rumah sakit"
"Trus mau Lo apa?" tanya Willie
"Gue mohon sama Lo, gue tau gue terlalu berlebihan tapi gue mohon banget sama Lo temanin gue malam ini aja" Asya benar -benar memohon pada Willie
Tak ada jawaban dari Willie dia hanya menatap ke arah asya. Sementara asya memasang wajah meminta bantuan dan tampak juga di wajah nya benar-benar ada rasa takut.
Setelah itu Willie kembali melanjutkan langkah nya dan meninggalkan ruangan itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Asya hanya bisa pasrah, dia pun berusaha mendudukkan dirinya nya dan turun dari tempat tidur nya, dia menyalakan semua lampu di ruangan rawat nya itu agar tak tampak remang-remang.
"Lo gak usah berharap sama cowok mana pun sya, walau pun perasaan Lo tertarik sama tu dokter tapi jangan sampe menurunkan harga diri Lo" Ucap nya sendiri
Dia pun melepaskan selang infus yang ada di tangannya, dan membersihkan sedikit darah yang keluar akibat jarum infus itu lepas.
Dia duduk di lantai dan meringkuk memeluk kedua lutut nya karena dia sama sekali tak bisa mengendalikan rasa takut nya.
Hari ini adalah hari pertama asya menginap di rumah sakit tanpa ada yang menemani nya, biasanya jika kedua orang tua nya sedang dinluar negeri makan sepupu nya lah yang menemani nya tapi malam itu sepupunya kebetulan sedang ada di luar kota juga.
Hiksssss hikssssss hiksssss
Suara tangisan asya yang mulai terdengar karena tak karuan menahannya.
"Gue kok bodoh banget sihh nangis karna hal kekgini, kok gue jadi cengeng ya, padahal gue udah biasa mandiri" gerutu Asya karena kesal pada dirinya sendiri
Tanpa disadari oleh asya seorang pria yang sudah tidak menggunakan jas putih nya itu pun berdiri di depan tubuh asya yang sudah menangis sejak tadi.
"Lo kenapa nangis?" tanya Willie dengan suara khas nya agak sarkas itu
Asya mengangkat kepala nya dan mengalihkan pandangan nya ke asal suara itu.
"Lo kapan disini?" tanya asya lagi dia langsung buru-buru menghapus air matanya karna tak ingin dilihat menangis oleh Willie.
"Baru aja" Jawab nya singkat
"Lo kenapa lepas selang infus Lo?" tanya Willie ketika sadar dengan tangan asya yang sudah tak lagi tersambung dengan selang infus itu.
"Karena gue mau disini" Jawab nya singkat
Tanpa aba-aba lagi Willie langsung mengangkat tubuh asya ke atas tempat tidur rawat itu.
"Lo ngapain di bawah udah tidur disini aja, gue gak bakal ninggalin Lo" kata Willie tegas.
"Lo mau nemanin gue?" tanya asya memastikan lagi
"Iya gue mau, tapi hanya malam ini aja" ucap nya
"Makasih banyak ya dokter" Asya langsung menghamburkan tubuh nya ke dalam bidang Dadang Willie, dia memeluk tubuh Willie sebagai ucapan terimakasih nya.
Willie tak menepis nya sama sekali dia malah membalas pelukan itu, walau pun tidak terlalu mengenal wanita yang ada di pelukannya itu tapi tidak tau kenapa hati Willie sangat tergerak untuk menemani wanita itu.
"Tidur lah" perintah Willie.
Malam itu Willie pun tidur di sofa menemani asya satu malam penuh.
Pagi hari yang indah menyapa kedua orang yang masih larut dalam tidur nya.
Cahaya mentari yang masuk menembus sela jendela membuat tidur asya terganggu. Asya bangun lebih dulu dari dokter tampan yang kini dia kagumi itu.
Asya berjalan mendekati Willie dan duduk di sela kursi yang kosong.
"Kenapa ya ada pria yang setampan ini, hidup lagi" Ucap nya dalam hati nya
''Gue bisa gak ya milikin Lo" tanya asya lagi namun tetap di dalam hati nya.
Asya memegang wajah dokter itu dengan lembut, dia meraba nya dengan sentuhan sangat lembut.
Dia terpukau dengan setiap sudut yang ada di wajah dokter itu.
Tiba-tiba tangan asya di tahan oleh tangan Willie, ntah sejak kapan Willie menyadari gerakan tangan asya.
"Ma ma maaff gue hanya iseng" Ucap nya gelagapan.
"Lo tidur nyenyak?" tanya Willie
"Hemmmm" asya menjawab dengan anggukan dan deheman.
"Mau tidur lagi gak?" tanya Willie lagi
"Enggak kok" Asya menggeleng kan kepalanya pertanda dia menolak
Namun walaupun asya menjawab tidak, Willie malah menarik tubuh wanita itu agar tertidur lagi di samping tubuh nya yang kekar. Dia memeluk tubuh asya dari belakang.
"Anggap aja ini bayaran gue udah nemanin Lo semalaman hanya 5 menit aja" Ucap Willie
Sangat terlihat jelas bahwa di wajah Willie tampak hal yang berbeda, hari ini dia lebih berseri dibandingkan sebelumnya.
"dokkk ..." Panggil asya
"Lo jangan manggil gue dokter, gue Willie panggil aja pakek nama" Pintah nya
"Lo asya kan gue juga bakal manggil Lo pakek nama" Ucap nya dengan tegas .
"Ohh baik lah, willl Lo mau sampe kapan ya meluk gue kekgini?" Kesal asya yang merasa pelukan itu justru menjadi mengganggu untuk nya.
"Sampe Lo bisa biar Lo gak megang megang wajah gue lagi" Ucap nya
"Apaan sihh Lo lebay banget baru aja gitu, kalau gue baper gimana?'' asya seakan-akan mengeluarkan perkataan itu tanpa rasa malu sama sekali.
"Ya itu urusan Lo bukan urusan gue" jawab nya santai tanpa merasa bersalah
Setelah nya Willie pun melepaskan pelukan itu dan hendak keluar dari ruang rawat asya, karena sebentar lagi rumah sakit akan kembali ramai, tidak akan baik jika orang-orang melihat Willie keluar dari kamar seorang pasien di jam yang masih sangat pagi ini.
"Lo mau kemana?" tanya asya
"Mau balik ke ruangan gue, gue harus mandi karna bentar lagi rumah sakit akan ramai"
"Lo juga bersih bersih dehh, nanti gue bakal suruh perawat buat benerin selang infus Lo lagi." Kata Willie
"Kenapa nyuruh perawat? Kenapa gak Lo aja?" tanya asya penuh harap
"Nanti Lo jatuh cinta sama gue kalau keseringan ketemu" Ucap nya dengan percaya diri
"Sebenarnya gue udah jatuh cinta dari pertama kali gue lihat Lo, trus sekarang Lo mau tanggung jawab gak sama perasaan gue?" tanya asya lagi tanpa malu sedikit pun
"Lo beneran cewek teraneh yang pernah gue temui, Lo pikir gue cowok yang segampang itu percaya sama cewek kayak Lo, yakali baru ketemu semalam Lo udah jatuh cinta"Gerutu Willie
"Gue gak bohong kok, gue cinta sama Lo hehehheh" Asya benar-benar menyatakan perasaan nya lebih cepat dari yang dipikirkan sebelumnya.
"Dasar anehh, udah deh mending bersihin tuh muka" Ketus Willie yang langsung pergi dari ruangan itu.
"ihhh apaan sihhh, gitu doang dia udah marah-marah"
"Tapi GPP lah setidak nya gue udah nyampaikan perasaan gue ke dia hahhaha" Asya merasa puas karena jiwa cegil nya malah keluar di hari kedua dia melihat si dokter tampan itu.
Sampai di ruangan nya Willie tiba-tiba berpikir dengan yang sudah dia lakukan pada asya tadi,
"Waduhhh jangan jangan gue udah di apa apain lagi sama tuh cewek, mana gue meluk dia lagi gimana gak makin baper ya" Ucap nya meratapi kebodohan nya.
"Udah udah Lo tenang Willie Lo harus bersikap lebih tegas dan jangan langsung berpikiran yang aneh-aneh, jangan pernah masuk ke ruangan itu lagi" Tegas nya pada dirinya.
Willie pun langsung masuk kedalam kamar mandi dan langsung membersihkan dirinya di bawah shower.
"Wahhhh ini baru namanya segar"
Ntah apa yang membawa Asya masuk kedalam ruangan kerja Willie tapi penampakan yang dia lihat di balik kamar mandi transparan itu membuat asya mematung dan menenguk Saliva nya dengan kasar.
Willie belum menyadari keberadaan asya yang sudah mematung Ditempatnya, namun saat hendak meraih sabun di depan nya Willie pun melihat keluar ruangan itu.
"Arghhhhhhhh" keduanya sama sama teriak dengan kencang
Buru-buru Willie memakai handuk nya dan keluar dari kamar mandi transparan yang tidak dia tutup dengan gorden itu.
"Lo ngapain masuk kesini?" kesal nya
"Gue gak bermaksud buat ngintip Lo, tapi gue ke sini cuma mau ngembaliin handphone sama dompet Lo yang ketinggalan"
"Kan bisa gue ambil nanti, ngapain mesti masuk kan Lo udah lihat semuanya kan" gerutu nya dengan nada yang lebih kasar.
"Lo kenapa sihh kalau ngomong gak bisa lembut sikit Lo cowok dengan suara paling kasar yang pernah gue temui, Lo pikir gue budek apa makanya harus di teriaki terus" Kesal asya
"Ni hp Lo, gue anggap apa yang terjadi tadi gak pernah terjadi, dan satu lagi gue tau kalau gue jatuh cinta sama Lo, tapi bukan berarti gue suka di perlakukan kasar kekgitu, gue benci sama cowok kasar" Tegas nya dan langsung meninggalkan ruangan itu.
Willie yang menyadari hal tersebut hanya terdiam dia paham bagaimana perasaan wanita saat di bentak apalagi sampai di teriaki seperti itu.
"Huffftttt" Willie menarik nafas nya kasar dan memilih untuk melanjutkan ritual mandi nya namun kali ini dia tidak lupa untuk menutup gorden kamar mandi transparan nya itu.
Selama bersiap siap perkataan asya tadi masih terus terngiang di kuping Willie, dia tau wanita itu salah namun dia tidak seharus nya kasar pada nya.
Ditengah-tengah lamunannya yang dipenuhi oleh suara asya tiba-tiba suara handphone nya pun berbunyi.
"Halo om?" sapa Willie saat melihat yang menelepon nya adalah tuan Gon atau papa nya asya
"Halo Willie, apakah kamu melihat perkembangan anak saya, dia sudah baik baik saja bukan? Kapan kira-kira dia bisa pulang Willie?" tanya tuan Gon
" Tentu saja om, asya sudah lebih membaik dari sebelumnya, dia sudah bisa berjalan namun belum terlalu bisa melakukan banyak pergerakan karena jahitannya belum kering total, untuk jadwal pulang nya mungkin sampai satu Minggu ini asya masih akan di tangani oleh pihak rumah sakit, jadi kemungkinan asya sudah bisa pulang Minggu depan om" Jelas Willie
"Baik lah kalau begitu, terimakasih banyak sudah memperhatikan nya" Ucap tuan Gon
"Sama-sama om, ini sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang dokter" jawab Willie
Panggilan telepon itu pun selesai dan Willie masih bersiap-siap merapikan pakaian kerjanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!