NovelToon NovelToon

THEY ARE GEMSTONES

KELIMA GADIS BATU PERMATA

Lima belas tahun yang lalu, seorang perempuan bernama Lin berjalan menyusuri lembah untuk mencari tanaman obat untuk semua anak gadisnya yang mengalami keracunan. Saat tepat berada di atas lembah, terjadi guncangan cukup kuat yang membuat Lin terjatuh. Saat sadarkan diri Lin mendapati dirinya berada di sebuah gua yang gelap gulita. Lin mengeluarkan senter dalam tasnya.

"Dimana aku?" ucapnya sambil mencari jalan keluar. Gua itu sangat licin dan berbatu. Lin hampir saja terjatuh, namun dia langsung memegang akar yang menempel di dinding gua. Tidak lama sebuah pintu lain terbuka. Lin masuk karena penasaran dengan tempat itu.

"Halo! Apa ada orang di tempat ini?" teriakan Lin menggema di dalam gua.

Tiba-tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya. Lin merasa sangat cemas. Dia tidak mau terkurung di tempat itu.

"Tolong aku!!!" teriak Lin.

Tiba-tiba sebuah cahaya putih datang dan menampakkan wujudnya pada Lin. Dia seorang pria tua berjanggut panjang dengan mengenakan jubah putih dan tongkatnya yang menyerupai kepala naga.

"Siapa kau?" tanya Lin.

"Tidak perlu tahu siapa aku," jawab pria tua itu.

Pria itu menunjukan sesuatu pada Lin. Dengan kekuatan supernya, dia membuka mata batin Lin untuk dapat melihat benda itu.

"Bukankah itu mata dewa?" Lin sepertinya tidak asing melihat benda itu.

"Benar sekali. Sayangnya benda ini sudah dimiliki oleh seseorang ribuan tahun yang lalu."

"Itu berarti, orang yang memiliki mata dewa adalah penguasa dunia ini?" tanya Lin.

"Dia akan menjadi penguasa hanya jika mata dewa itu berhasil dibuka," jawab pria tua itu.

"Bagaimana caranya?" tanya Lin.

Pria tua itu mengeluarkan sebuah kantong ajaibnya yang berisi lima batu permata.

"Apa itu?" tanya Lin.

Kelima batu permata itu keluar dengan sendirinya dan memancarkan cahayanya masing-masing. Lin benar-benar silau dibuatnya. Kelima batu permata melingkar tepat di atas kepala pria tua itu.

"Lima batu permata?" ucap Lin heran sendiri.

"Shapire, untuk permata berwana biru. Berlian, untuk permata berwana putih. Ruby, untuk permata berwarna Merah. Emerald untuk permata berwana hijau. Dan Kyanite untuk permata berwarna hitam." ujar pria tua itu.

"Untuk apa kelima batu permata ini?" tanya Lin.

Pria tua itu memberitahu Lin jika saat bulan purnama muncul, batu permata itu akan berubah wujud menjadi seorang gadis cantik dengan kekuatannya masing-masing. Mereka akan tumbuh dan hidup seperti kebanyakan gadis pada umumnya, hanya saja mereka memiliki kekuatan yang tidak dimiliki gadis biasa manapun karena mereka jelmaan dari batu permata.

"Bagaimana mungkin batu permata itu menjelma sebagai seorang gadis? Benar-benar tidak masuk akal," ucap Lin.

"Kedengarannya memang sangat tidak masuk akal. Tapi ini semua sudah menjadi suratan takdir," jawab pria tua itu.

Kelima batu permata itu kembali masuk ke dalam kantong. Pria tua itu lalu memberikannya pada Lin. "Kau adalah orang yang terpilih untuk menjaga kelima batu permata ini," ucapnya.

"Aku tidak mau!" ucap Lin menolaknya.

Saat usia mereka enam belas tahun, akan banyak utusan yang datang dari dunia kegelapan untuk mencari tahu identitas mereka yang sebenarnya. Kelima gadis itu tidak akan lepas dari bahaya karena mereka adalah permata yang dicari banyak orang untuk membuka mata dewa itu.

"Lalu, aku harus bagaimana?" tanya Lin.

"Tugasmu hanya menjaga dan mendidik mereka semampumu. Selebihnya, mereka sendiri yang akan menemukan cara untuk bertahan hidup." ucap pria tua itu.

Mereka akan kembali menjadi batu permata hanya jika digunakan untuk membuka mata dewa itu. Dan jalan untuk mencapai semua itu tidaklah mudah. Butuh waktu 1000 tahun untuk mereka kembali menjadi batu permata.

"Itu berarti, selama belum 1000 tahun, mereka akan tetap menjadi seorang gadis?" tanya Lin.

"Benar," ucap pria tua itu.

"Bagaimana jika nanti aku mengalami kesulitan? Kemana aku harus mencarimu?" tanya Lin.

Pria tua itu mengeluarkan sebuah buku tebal dan memberikannya pada Lin.

"Untuk apa buku ini?" tanya Lin.

Buku itu adalah sebuah buku ajaib. Lin bisa menulis apapun dalam buku itu termasuk masalah yang dihadapi kelima gadis itu nantinya. Maka buku itu akan memberikan jawaban dengan sendirinya.

"Apa aku bisa mencobanya sekarang?" tanya Lin.

"Silahkan!"

Lin menuliskan sesuatu dalam buku itu, dan tidak lama muncul jawaban dengan sendirinya. Pria tua itu mengingatkan Lin untuk menjaga buku itu baik-baik karena akan sangat bahaya jika jatuh ke tangan orang yang salah. Mereka akan menggunakan buku ajaib itu untuk mencapai tujuannya.

"Baiklah, aku bersedia untuk menjaga kelima batu permata ini," ucap Lin.

"Terima kasih," ucap pria tua itu. Tidak lama dia kembali menjadi sosok cahaya putih lalu menghilang.

Lin segera pergi untuk mencari jalan keluar. Anehnya kantong permata yang dipegang Lin seperti bergerak dan menariknya ke sebuah tempat. Saat dilihat ternyata di sana ada pintu keluar. Lin langsung keluar lewat pintu itu. Tidak lama gua itu berguncang hebat dan hancur. Tempat yang semula gua berubah menjadi semak belukar.

****

Lin adalah seorang perempuan pemilik "Home Blue". Tempat itu adalah tempat para gadis cantik berada. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda bahkan banyak dari mereka yang memiliki masa lalu kelam. Tapi Lin berhasil membawa mereka keluar dari keadaan terpuruknya. Trauma yang ada dalam diri mereka berhasil Lin hilangkan dengan usahanya sendiri. Lin mendidik mereka menjadi gadis sesuai dengan keinginannya. Semua gadis memiliki bakat dan keterampilan yang tidak bisa disamakan dengan gadis manapun. Mereka yang dulunya dipandang sebelah mata, kini menjadi sebuah mutiara bernilai tinggi yang sangat berharga dan terjaga.

Awalnya, mungkin Lin hanya memiliki beberapa anak gadis, tapi sekarang semakin bertambah anak gadis yang Lin angkat dan hidup dibawah asuhannya. Usia Lin saat ini sudah memasuki 45 tahun. Usianya yang tidak lagi muda membuat Lin memutuskan untuk mendatangkan pengasuh yang nantinya tugas mereka adalah melayani semua anak gadisnya. Semua anak gadis Lin berusia 16 tahun ke atas. Mereka belajar di sekolah dan universitas ternama dengan jalur beasiswa. Kecerdasan mereka bisa di bilang lebih dari yang lain. Lin sendiri adalah seorang perempuan yang memiliki kekuatan supranatural. Semua anak gadis Lin adalah seorang gadis biasa. Mungkin hanya mereka saja kelima gadis batu permata itu yang memiliki kekuatan super.

****

Saat bulan purnama tiba, sesuai dengan perkataan pria tua itu, Lin keluar dengan membawa kantong yang berisi lima buah batu permata. Dia menaruh kelima batu permata itu tepat dibawah sinar rembulan. Tidak lama kelima batu itu memancarkan sinar ke langit. Satu persatu dari mereka berubah menjadi seorang gadis cantik.

SHAPIRE, PEMILIK BATU PERMATA BIRU.

16 TAHUN. ELEMEN AIR. PENYEMBUH SUPER.

EMERALD, PEMILIK BATU PERMATA HIJAU. 16 TAHUN. ELEMEN ANGIN. MENGENDALIKAN SEGALA BENDA DENGAN KEKUATAN PIKIRAN.

BERLIAN, PEMILIK BATU PERMATA PUTIH. 16 TAHUN. ELEMEN ES. MENGHENTIKAN WAKTU DALAM SEKEJAP.

RUBY, PEMILIK BATU PERMATA MERAH. 16 TAHUN. ELEMEN API. MEMILIKI KECEPATAN SUPER.

KYANITE, PEMILIK BATU PERMATA HITAM. 16 TAHUN. ELEMEN TANAH. MAMPU MEMBACA PIKIRAN SESEORANG.

****

Setelah mereka berubah menjadi seorang gadis, cahaya bulan berubah menjadi redup. Lin membawa kelima gadis untuk masuk. Mereka tidur di kamar yang sama. Lin ingat dengan perkataan pria tua itu jika mereka tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mereka harus selalu bersama.

"Ini kamar kalian," ucap Lin.

"Terima kasih, Lin." ucap Kyanite.

"Shuttt! Panggil dia lebih sopan! Perempuan itu lebih tua dari pada kita," ucap Ruby pelan.

"Bagaimana cara kami memanggilmu?" tanya Emerald dengan polosnya.

"Semua gadis di rumah ini memanggilku dengan panggilan Bunda Lin. Mereka sudah menganggap ku sebagai ibu kandungnya sendiri. Jika kalian ingin memanggilku dengan panggilan lain, silahkan saja!" ucap Lin.

"Baiklah, Bunda Lin." jawab Shapire. "Terima kasih sudah menerima kami di rumahmu ini."

"Sama-sama. Sekarang kalian anak gadisku, sama seperti anak gadis yang lain. Besok aku akan memberitahu kalian semua peraturan yang ada di rumah ini," ucap Lin.

"Baiklah," jawab kelima gadis.

"Sekarang beristirahatlah!" ucap Lin.

"Selamat malam Bunda Lin," ucap kelima gadis bersamaan.

"Selamat malam," jawab Lin.

Saat berada di ruangannya, Lin merasa aneh dengan kelima gadis itu. Mereka yang terlahir dari sebuah batu permata dapat langsung menguasai percakapan antar manusia. Mereka gadis yang sempurna. Wajah yang begitu cantik, juga postur tubuh yang sangat ideal.

"Mereka sudah terlahir. Tanggung jawabku sekarang ini sangatlah besar. Aku harus mendidik dan menjaga kelima gadis itu sesuai permintaan pria tua itu," ucapnya. "Terlebih lagi mereka bukanlah gadis biasa, mereka gadis dengan kekuatan super."

****

SALAH SASARAN

Hari sudah pagi. Sebelum pergi beraktivitas, semua anak gadis Lin sudah bangun dan berada di meja makan untuk sarapan. Saat Lin datang untuk memeriksanya, dia melihat keberadaan kelima gadis itu.

"Kalian sudah bangun?" tanya Lin.

"Ya, tadi kami bangun karena mendengar suara alarm di rumah ini," jawab Shapire.

"Bagaimana kalian tahu jika itu bunyi alarm?" tanya Lin sedikit heran.

"Tadi aku sempat keluar kamar dan bertemu dengan salah satu gadis yang ada di kamar sebelah. Dia yang memberitahuku jika itu suara alarm," jawab Shapire kembali.

"Oh, baiklah."

"Mereka siapa Bunda Lin?" tanya salah satu gadis. "Aku baru pertama kali melihat mereka."

"Nanti Bunda kenalkan pada kalian semua, yah. Sekarang sarapan dulu setelah itu pergi beraktivitas," jawab Lin.

"Baik, Bunda Lin."

Saat semua gadis sedang sarapan, Bunda Lin pergi ke ruangannya. Dia baru saja memilih pengasuh untuk kelima gadis itu. Namanya Feride. Usianya sekitar 35 tahun. Dia orang yang selama ini Lin percaya untuk menjaga Home Blue jika dia sedang tidak ada.

Tok... Tok... Tok...

"Masuklah!"

"Selamat pagi Nyonya Lin," sapa Feride.

"Selamat pagi, Fe. Duduklah!" Lin menceritakan tugas baru Feride di Home Blue.

***

Selesai sarapan, semua gadis pergi ke sekolah dan universitas masing-masing. Sementara itu kelima gadis pergi untuk melihat-lihat sekeliling. Home Blue adalah sebuah rumah yang sangat besar dengan banyak ruangan di dalamnya. Seperti namanya, Home Blue terlihat sangat cantik karena semua bernuansa biru. Halamannya juga sangat luas. Tidak jauh dari sana, terdapat pantai yang sangat cantik. Home Blue sebuah rumah yang dikelilingi pohon-pohon lebat dan tinggi. Setiap gadis yang pergi ke sekolah maupun universitas selalu di antar jemput oleh mobil pribadi yang sudah Lin siapkan untuk mereka.

Pagi itu, tanpa sepengetahuan Lin, kelima gadis masuk ke dalam hutan. Tempat itu sering Lin gunakan untuk semua anak gadisnya latihan memanah dan menembak. Di sana sudah terdapat busur dan anak panah, serta pistol untuk menembak. Ruby mencoba mengambil pistol itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Emerald.

"Aku akan mencoba menembak," jawab Ruby. "Kita lihat sesuatu apa yang aku dapatkan di luar sana."

Ruby memfokuskan pandangannya ke depan dan bersiap untuk menembak.

"Dor!!!"

Suara tembakan itu terdengar oleh Lin dan Feride.

"Dari mana asal suara tembakan itu?" tanya Lin menatap Feride heran.

"Apa jangan-jangan..."

Lin langsung berlari ke bawah. "Dimana kelima gadis itu?" tanya Lin pada seorang pelayan yang sedang merapikan meja makan.

"Maaf nyonya, tadi aku melihat mereka pergi ke luar," jawab pelayan itu.

Lin dan Feride langsung menyusul mereka ke dalam hutan. Sementara itu, kelima gadis pergi untuk melihat apa yang sudah Ruby tembak jauh di depan sana. Saat dilihat, ternyata tembakan itu mengenai seekor serigala.

"Wah,, aku mendapatkan seekor serigala yang sangat besar," ucap Ruby terlihat senang.

"Menjauhlah! Bisa saja serigala itu akan menyakiti kita," ucap Emerald.

"Tidak akan, lihat saja sekarang ini serigala itu terbaring tidak berdaya karena tembakanku itu. Sebentar lagi juga pasti akan mati," jawab Ruby.

"Sepertinya serigala ini sangat kesakitan, kita harus menolongnya," ucap Shapire merasa kasihan dengan serigala itu.

"Untuk apa menolongnya?" tanya Ruby. "Biarkan saja dia kesakitan! Lagi pula suruh siapa serigala itu muncul pagi-pagi seperti ini. Jadi kena tembakanku, kan?"

"Anak-anak! Kalian dimana?" teriak Lin berjalan memasuki hutan.

Mendengar teriakan Bunda Lin, mereka langsung pergi meninggalkan serigala itu yang kesakitan. "Aku akan kembali lagi untuk mengobatimu," ucap Shapire sambil mengelus-elus kepala serigala itu. "Bertahanlah!"

Sudah cukup jauh mereka berjalan, akhirnya Bunda Lin bertemu dengan kelima anak gadisnya.

"Kalian dari mana saja?" tanya Lin.

"Maaf Bunda, kami tadi sedang berjalan-jalan dan tidak sengaja masuk ke dalam hutan ini," jawab Emerald.

"Tadi aku mendengar suara tembakan. Apa diantara kalian ada yang menembak?" tanya Lin.

Semua gadis melihat ke arah Ruby.

"Apa kau yang menembak tadi?"

"Ya Bunda," jawab Ruby mengangguk.

"Apa kau mengenai sasaran?" tanya Feride.

"Hmm..."

Kelima gadis itu bungkam. Mereka takut Bunda Lin akan marah jika tahu tembakan itu mengenai seekor serigala.

"Tadi itu..."

"Tadi tembakannya melesat, Bunda. Saat dilihat ternyata di depan sana tidak ada apapun," jawab Ruby memotong perkataan Kyanite.

"Baiklah, ayo kita kembali!" ajak Lin pada kelima anak gadisnya.

"Ayo, Bunda!"

Dalam perjalanan pulang, Lin merasa sangat gelisah. Dia hanya akan gelisah jika anak gadisnya melanggar aturan yang ada. Sesampainya di Home Blue, Shapire langsung meminta kotak obat pada seorang pelayan yang sedang merapikan ruangan.

"Ini kotak obatnya Nona," ucap pelayan.

"Terima kasih banyak, Bi." Shapire langsung kembali ke dalam hutan untuk menemui serigala itu. Tiba di sana, serigala itu sedang terbaring dengan banyak darah yang bercucuran di tubuhnya. Shapire mulai mengobati tubuh serigala yang tertembak tadi.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya mengeluarkan peluru itu dari dalam tubuhmu. Aku hanya bisa mengobati lukamu sedikit saja, semoga kau tidak apa-apa. Oh iya, tolong maafkan temanku karena sudah melukaimu. Dia tidak tahu jika ada kau di sini," ucap Shapire pada serigala itu.

Saat sedang mengobati serigala itu, tiba-tiba pergelangan tangan Shapire di gigit.

"Aww..." ucapnya kesakitan. "Apa kau marah padaku? Tidak masalah kau menggigitku, tapi aku tidak akan menyakitimu kembali," ucapnya.

Setelah selesai, Shapire membereskan kembali kotak obatnya. Dia sempat mencium serigala itu sebelum pergi. "Semoga lekas sembuh," ucapnya. Tanpa Shapire sadari gelang yang ia kenakan terjatuh saat serigala itu mengigit pergelangan tangannya tadi.

Di satu sisi, Bunda Lin melihat Shapire yang kembali dari dalam hutan. Dia merasa ada yang aneh dengan gerak-geriknya. Bunda Lin turun untuk menemuinya.

"Kau darimana Shapire?" tanya Lin.

Langkah Shapire terhenti. "Aku..."

"Kenapa kau membawa kotak obat? Siapa yang terluka?" tanya Lin.

Terlihat pergelangan tangan Shapire yang meneteskan darah ke lantai.

"Kenapa pergelangan tanganmu bisa terluka seperti ini?" tanya Lin khawatir.

"Tidak apa-apa Bunda," jawab Shapire menyembunyikan kebenarannya.

Lin segera mengobati luka Shapire dan meminta pelayan untuk segera membersihkan darah Shapire di lantai. Lin masih ingat dengan perkataan pria tua itu jika darah kelima gadis itu mampu mengundang hal buruk datang. Setelah selesai mengobati pergelangan tangan Shapire, terdengar suara lolongan serigala dari dalam hutan. Lin sangat terkejut mendengar suara lolongan itu. Jika serigala sudah melolong seperti itu, berarti akan ada hal buruk yang terjadi. Setelah lukanya diobati, Shapire kembali ke kamarnya. Tidak lama Feride datang menemui Lin.

"Kenapa ada suara lolongan serigala pagi-pagi seperti ini, Nyonya?" tanya Feride.

"Aku sendiri tidak tahu, Fe. Semoga semua baik-baik saja," jawab Lin.

****

Siang itu, Lin membawa kelima anak gadisnya ke ruang khusus pertemuan. Di sana ia memberitahu mereka peraturan apa saja yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Dari banyaknya peraturan, mereka terkejut saat mendapati peraturan yang melarang mereka membunuh semua hewan yang ada di hutan, termasuk serigala. Kelima gadis itu saling menatap satu sama lain.

"Ada apa?" tanya Lin sedikit curiga.

"Bagaimana jika kita melukai serigala?" tanya Ruby sedikit gugup.

"Itu sesuatu yang sama-sama dilarang. Membunuhnya saja tidak boleh, begitupun dengan melukainya." jawab Lin.

"Maafkan aku Bunda..." ucap Ruby.

"Kenapa kau meminta maaf?" tanya Lin.

"Aku sudah berbohong padamu tadi. Sebenarnya peluru dari tembakan itu mengenai seekor serigala," ucap Ruby berterus terang.

"Apa?" Lin mulai khawatir sekarang. Pantas saja terdengar suara lolongan serigala tadi.

"Apa akan terjadi sesuatu jika kita melukai atau membunuh hewan yang ada di hutan sana, termasuk serigala?" tanya Emerald.

"Bagaimana cara aku menjelaskannya pada mereka?" batin Lin bingung.

"Katakan Bunda!"

Saat akan memberitahu mereka, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.

"Maaf Nyonya Lin, dibawah ada seseorang yang ingin menemuimu," ucap pelayan.

"Baiklah, aku akan segera menemuinya."

Setelah selesai, kelima gadis itu melihat dari atas siapa yang datang menemui Bunda Lin.

"Siapa orang itu?" tanya Ruby.

"Nanti juga Bunda Lin akan memberitahu semua orang siapa tamu yang datang dan apa tujuan dia datang kemari ," ucap Nyonya Fe yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Oh, begitu yah. Baiklah, kalau begitu kami akan kembali ke kamar," ucap Berlian.

"Silahkan!"

Setelah menemui tamu itu, Lin kembali ke ruangannya. Tidak lama Fe datang menemuinya.

"Siapa yang baru saja menemuimu, Nyonya?"

"Orang suruhan keluarga besar Maven," jawab Lin.

"Untuk apa dia mengutus orang itu kemari?"

"Keluarga besar Maven akan datang dua hari lagi. Mereka ingin memilih anak gadis asuhanku untuk menjadi menantu mereka," jawab Lin.

"Apa kau menyetujuinya?" tanya Fe.

"Aku harus mempertimbangkannya lagi, Fe. Keluarga itu sangat terpandang. Jika anak gadisku menikahi putra keluarga itu, tentu saja kehidupannya akan sangat terjamin. Tapi satu masalahnya..."

"Apa itu?"

"Aku tidak tahu pria yang akan menikahi anak gadisku itu baik atau tidak," jawab Lin ragu.

"Itu urusan mudah. Serahkan saja padaku! Jika mereka datang, tolong ajak aku untuk menemui mereka," pinta Fe.

"Baiklah."

****

Sore itu, semua anak gadis asuhan Lin sudah kembali dari sekolah dan kampusnya. Seperti biasa mereka melakukan kegiatan rutin di dalam dan di luar rumah. Ada yang sedang menjahit dan merajut, memasak, melukis, menari, memanah, berkuda, menembak, juga renang. Semua keterampilan yang di dapat mereka karena didikan Lin dulu. Semua gadis tumbuh menjadi gadis dengan banyak keterampilan multitalenta. Melihat semua kegiatan mereka yang bermacam-macam, Lin menyuruh kelima gadis itu untuk memilih kegiatan apa saja yang diminati mereka dan harus mempelajarinya lebih dalam lagi.

"Kalian bebas memilih keterampilan kalian sendiri, namun untuk menembak dan berkuda adalah sebuah keharusan yang harus kalian ikuti setiap minggunya," ucap Lin.

"Kami mengerti Bunda Lin," jawab Shapire.

Kelima gadis itu mulai melakukan keterampilan yang mereka pilih sesuai keinginannya dan belajar dengan sungguh-sungguh.

****

SUARA LOLONGAN SERIGALA

Malam itu, semua gadis sudah berkumpul di bawah untuk makan malam. Tidak lama Lin dan Feride datang menghampiri mereka.

"Selamat malam semua," ucap Lin.

"Selamat malam, Bunda Lin."

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan pada kalian. Tolong dengarkan baik-baik!"

Dua hari lagi Home Blue akan kedatangan tamu dari keluarga besar Maven. Mereka datang untuk mencari gadis yang bersedia menikah dengan putra mereka. Semua berlaku untuk gadis yang sedang duduk di bangku kuliah. Sementara untuk gadis yang masih SMA, Lin tidak mengizinkan mereka untuk menikah muda. Mereka harus menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu. Semua orang tahu jika anak gadis asuhan Lin bukanlah gadis sembarangan. Mereka di didik untuk menjadi seorang perempuan yang mandiri dengan memiliki banyak kemampuan dan keterampilan. Tidak sedikit pria yang datang menginginkan mereka menjadi calon pasangannya. Sejauh ini sudah ada beberapa gadis yang terpilih menjadi menantu dari keluarga bangsawan.

"Bagaimana jika mereka memilih satu di antara kami, lalu kami tidak mau menerimanya?" tanya seorang gadis.

"Aku tidak akan memaksanya, sayang. Kalian tenang saja. Jika kalian suka dan mau menerimanya, ya silahkan. Jika tidak pun, itu tidak masalah," ucap Lin.

"Baik Bunda, jika seperti itu aku sedikit lega mendengarnya," jawab gadis itu.

Ini waktunya mereka makan malam. Semua gadis makan dengan rapi di meja makan. Semua terdengar hening. Lin membuat peraturan untuk semua anak gadisnya supaya tidak bicara saat sedang di meja makan. Mereka bebas mengobrol setelah makan malam selesai. Tiba-tiba kembali terdengar suara lolongan serigala. Semua gadis terlihat sangat ketakutan.

"Ada apa ini?" Mereka saling bertanya satu sama lain. "Tidak biasanya terdengar suara lolongan serigala seperti ini."

Lin dan Feride pergi menemui semua gadis. "Tenanglah semua! Jangan ada yang pergi kemanapun," ucap Lin.

"Ada apa Bunda Lin? Kenapa suara itu kembali terdengar setelah sekian lama?" tanya salah satu gadis.

Lin sangat yakin jika suara itu ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi. Dia akan pergi ke dalam hutan untuk mencari serigala itu. Lin berharap jika serigala itu akan baik-baik saja. Jika sampai serigala itu meninggal karena ulah anak gadisnya , maka bahaya besar akan datang menghampiri mereka.

"Tolong jaga semua anak gadisku!" ucap Lin pada Feride. "Aku akan pergi sebentar."

"Kau akan pergi kemana Bunda Lin?" tanya Kyanite.

"Kalian tidak perlu tahu," Lin pergi dengan sangat terburu-buru. Shapire dan keempat gadis lainnya tidak membiarkan Bunda Lin keluar sendirian. Mereka pergi menyusulnya.

"Hey! Kalian mau kemana?" teriak Feride. "Bagaimana ini? Jika aku mengejar mereka, lalu siapa yang akan menjaga semua gadis di sini?" ucapnya bingung.

Saat di luar, kelima gadis kehilangan jejak Bunda Lin. Dengan kekuatannya, Lin berlari dengan sangat kencang ke dalam hutan.

"Kemana Bunda pergi? Cepat sekali dia menghilang," ucap Berlian.

"Sepertinya Bunda pergi ke dalam hutan sana," jawab Kyanite.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita cari dia!"

Di dalam hutan, Lin bertemu dengan raja serigala. "Kau sudah melanggar perjanjianmu terhadap kami, Lin! Kalian selaku manusia sudah melukai salah satu dari bangsa kami," ucapnya.

"Tolong maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk melukai bangsa kalian," ucap Lin.

"Kau harus menerima hukumannya, Lin!"

Saat raja serigala itu akan menyerang Lin, tiba-tiba kelima gadis datang dari belakang. Dengan kekuatannya mereka langsung melindungi Lin dari serangan itu.

"Kalian? Untuk apa kalian datang kemari?" tanya Lin.

"Kami sangat mengkhawatirkan mu Bunda," jawab Berlian.

Saat dilihat ternyata raja serigala itu sudah pergi. Lin semakin khawatir terhadap kelima anak gadisnya. Tidak seharusnya mereka datang dan menunjukkan kekuatan hebatnya seperti tadi. Jika seperti itu raja serigala pasti akan mencaritahu jati diri mereka yang sebenarnya.

"Kemana perginya serigala itu?" tanya Ruby.

"Sudahlah, sayang. Tidak perlu dikejar. Ayo kita kembali!" ajak Bunda Lin.

Tiba di rumah, Fe langsung membawa Lin ke kamarnya. Dia memberitahu Fe jika baru saja ia bertemu dengan raja serigala. Dia terlihat sangat marah pada bangsa manusia.

"Apa yang sebenarnya terjadi Nyonya? Kenapa raja serigala bisa marah seperti itu?" tanya Fe.

"Semua karena salah satu anak gadisku yang tidak sengaja menembak dan mengenai seekor serigala," jawab Lin.

"Apa suara tembakan yang kita dengar tadi pagi?"

Lin mengangguk mengiyakan. Dia tahu jika semua itu hanyalah ketidaksengajaan. Kelima gadis itu tidak tahu apa yang mereka tembak di dalam hutan sana.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Fe.

"Anak gadisku Ruby," jawab Lin.

Sementara itu, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Ini saatnya semua gadis untuk tidur. Semua sudah selesai dari aktivitasnya hari ini. Di kamarnya, kelima gadis itu masih penasaran dengan sosok serigala yang mereka lihat di hutan tadi.

"Kenapa serigala tadi ingin menyerang Bunda?" tanya Kyanite.

"Sepertinya ini semua salahku," jawab Ruby. "Serigala itu sepertinya marah karena aku sudah melukai salah satu dari bangsa mereka."

"Kau melakukannya tidak sengaja," timbal Berlian. "Jika saja kita tahu sebelumnya aturan untuk tidak membunuh hewan yang ada hutan, mungkin kita akan lebih berhati-hati lagi."

Semua lampu kamar para gadis sudah mati, hanya lampu kamar Shapire yang masih menyala. Feride pergi untuk memeriksanya.

"Tidurlah!" ucap Ruby pada keempat temannya. "Nyonya Fe sedang berjalan kemari."

Kelima gadis itu tertidur. Saat Fe mengetuk pintu kamar mereka tidak ada jawaban dari dalam. Fe mencoba masuk. Saat dilihat ternyata mereka sudah tertidur. Fe langsung mematikan lampu kamarnya. Setelah pergi, kelima gadis itu bangun. Mereka tidak berani menyalakan lampu karena takut akan ketahuan oleh Nyonya Fe dan Bunda Lin.

"Apa yang akan kita lakukan malam ini?" tanya Emerald.

"Tentu saja tidur, memang mau apa lagi." jawab Kyanite.

"Bukankah tadi kalian penasaran dengan serigala itu?" tanya Ruby. "Bagaimana jika kita masuk ke dalam hutan dan mencarinya? Siapa tahu kita mendapatkan petunjuk."

"Aku tidak ingin menambah masalah lagi. Sudah cukup kita melukai serigala itu tadi pagi. Aku tidak ingin muncul masalah baru karena ketidakpatuhan kita pada aturan rumah ini," jawab Shapire.

Shapire seorang gadis yang sangat berhati-hati dalam bertindak. Bisa dibilang Shapire adalah ketua dari keempat gadis lainnya. Jika dia tidak pergi, maka yang lain tidak akan pergi. Sebenarnya Shapire sangat menyukai suasana di malam hari. Tapi dia juga tidak mau keluar malam-malam tanpa izin dari Bunda Lin.

"Ayolah..." ajak Ruby sambil memohon. "Ini kesempatan kita untuk menjelajahi hutan di luar sana."

"Bagaimana jika kita ketahuan pergi diam-diam?" tanya Berlian. "Hukumannya pasti sangat berat."

"Tidak akan! Asalkan kita harus kembali sebelum fajar tiba," jawab Ruby.

"Baiklah, kita pergi!" ucap Shapire terlihat bersemangat.

Kelima gadis pergi bersiap. Mereka mengenakan jaket tebal, syal, dan sarung tangan. Cuaca di luar sangat dingin. Jika tidak berpakaian seperti itu, mereka akan sakit nantinya. Mereka turun ke bawah diam-diam. Saat akan keluar, terlihat pintunya yang tergembok. Emerald mencoba membuka gembok itu dengan kekuatan pikirannya. Tidak lama gembok itu terbuka. Mereka langsung pergi ke luar. Di pintu gerbang, ada dua penjaga yang sedang bertugas malam itu.

"Bagaimana kita bisa keluar?" tanya Ruby.

"Kenapa harus bingung? Minta Berlian untuk menggunakan kekuatannya. Dia mampu menghentikan waktu dalam sekejap," ucap Shapire.

Berlian cukup menjentikkan jarinya, dan semua berhenti seketika. Mereka berlari melewati pintu gerbang itu. Kurang dari sepuluh detik, semua kembali dalam keadaan semula. Kelima gadis itu berjalan masuk ke dalam hutan belantara. Mereka tidak ada rasa takut sedikitpun. Mungkin karena jiwa mereka adalah jiwa petualang, jadi biasa-biasa saja rasanya masuk ke dalam hutan yang sangat gelap dan terlihat menakutkan itu. Bahkan mereka terlihat sangat menikmati perjalanan malam itu.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!