Kota S pukul 19.15,,,
Seoarang wanita duduk menatap meja bundar yang penuh dengan berbagai macam makanan, serta lilin yang tertata rapi di tengah tengah meja, wanita itu yang tak lain adalah Violet, dia sudah sejak sore tadi sibuk menyulap balkon kamarnya menjadi tempat diner romantis untuk dirinya dan sang suami Maxim, untuk memperingati ulang tahun pernikahan mereka berdua, ini hal pertama kali yang di lakukan oleh Violet, dia berharap dengan apa yang di lakukannya sekarang bisa membuat Maxim menerima dan mencintai dirinya.
Violet segera meraih ponsel mahalnya yang berada di atas meja, lalu dengan perasaan campur aduk dia mulai menelfon Maxim.
Tut
Tut
Violet tersenyum saat telfonnya di angkat oleh Maxim. '' Halo Kak Max, apa bisa pulang sekarang, aku buat kejutan untukmu '' ucap Violet dengan binar di wajahnya, dirinya sudah membayangkan betapa bahagia dirinya saat makan berdua dengan Maxim di tempat yang sudah di tatanya dengan susah payah ini.
Namun senyum Violet langsung lenyap saat mendengar jawaban dari Maxim dari sebrang telfon.
'' Tidak bisa ''
'' Kenapa tidak bisa Kak ?'' tanya Violet.
'' Elisa kembali, aku harus menjemputnya di bandara '' jawab Maxim lalu memutuskan sambungan telfonnya sepihak.
Tut
Violet meremas ponselnya dengan kuat, lalu melemparkannya ke dinding kamar.
Prakkk
'' Akhh,,, Elisa, Elisa lagi, kenapa wanita sialan itu harus kembali '' teriak Violet murka dengan memporak porandakan semua makanan yang berada di atas meja, hingga berceceran di atas lantai balkon.
Pyarrr
Pyarrr
Pyarrr
Dua tahun yang lalu dirinya sangat bahagia saat tahu jika di jodohkan dengan Maxim, karna wanita mana yang tidak menyukai sosok Maxim yang terkenal sangat tampan bak dewa, sekaligus seorang CEO dari perusahaan raksasa di kota S.
Violet tidak perduli meskipun dirinya menikah dengan Maxim hanya atas dasar pernikahan bisnis, karna Violet yakin jika dirinya bisa membuat Maxim jatuh cinta padanya.
Namun siapa yang mengira saat malam pertama mereka, Maxim malah meinggalkan dirinya di kamar pengantin seorang diri, untuk menemani Elisa yang tengah masuk rumah sakit di karnakan asam lambungnya kambuh, Violet semakin murka saat tahu jika Maxim menginap di apartement Elisa.
Meskipun Violet sudah mendengar tentang Elisa yang di kenal sebagai penyelamat Maxim, namun Violet tetap tidak terima jika Maxim tetap memprioritaskan Elisa, karna baginya Maxim kini sudah sah menjadi suaminya, jadi dirinya yang harus di utamakan oleh Maxim bukan Elisa lagi.
Dan saat itu dirinya yang tahu dimana lokasi apartement Elisa, Violet dengan perasaan marah yang membuncah pergi menuju ke apartement Elisa seorang diri, untuk menarik suaminya pulang dan juga untuk melabrak Elisa, namun setiba di sana bukan kata maaf yang ia dapatkan dari suaminya, melainkan amarah karna dirinya yang menghina dan merendahkan Elisa.
Kembali ke masa kini.
Setelah puas menghancurkan semua makanan yang sudah susah payah ia buat sendiri, Violet lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengambil kunci mobil serta tas selempang mininya, lalu dia pergi keluar dari dalam kamarnya.
'' Nyonya, anda mau kemana?, bukankah anda akan menunggu Tuan Muda ?'' tanya Lela salah seorang pelayan kepercayaan Violet yang usianya hampir sama dengan Maxime.
'' Kamu ke kamarku saja, dan bereskan semua yang ada di balkon '' tukas Violet yang enggan menjawab pertanyaan Lela.
'' Ha '' Lela kebingungan dengan perintah Nyonyanya, kenapa harus di bersekan, bukankah Nyonyanya sudah menatanya sejak sora tadi, bahkan Nyonyanya memasak semuanya sendiri, dan menolak bantuan para koki.
Violet tidak berbicara lagi dia langsung melenggang pergi begitu saja, tanpa perduli dengan raut wajah Lela yang kebingungan.
Di jalan raya Violet mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan, tidak perduli dengan amarah dan teriakan dari pengendara lain, dia hanya fokus melajukan mobilnya menuju bandara untuk menemui suaminya.
Saat tiba di area bandara Violet meremas setir kemudinya dengan kuat, saat melihat seorang wanita yang memeluk tubuh kekar suaminya, bahkan dia juga bisa melihat senyum lembut suaminya yang tidak pernah sama sekali ia dapatkan selama ini.
Violet kembali menjalankan kemudianya mengikuti mobil Maxim yang sudah keluar dari area bandara. Selama di perjalanan Violet terus menatap tajam mobil Maxim yang melaju sedikit santai.
Sedangkan di dalam mobil, Maxim sama sekali tidak menolak saat Elisa menyandarkan kepalanya di bahu kekarnya, tapi berbeda saat Violet yang melakukannya, maka Maxim akan mendorongnya dengan kasar, bahkan Maxim dulu pernah membuat kepala Violet terbentur kaca mobil, hanya karna Violet yang terlelap tidak sengaja menjatuhkan kepalanya di bahunya.
'' Kak Max, bagaimana kabar Violet ?'' tanya Elisa dengan suara yang sangat lembut.
'' Baik '' jawab Maxime dingini, entah kenapa dirinya sangat malas jika ada orang yang bertanya tentang Violet.
'' Apakah, Violet sudah hamil ?'' tanya Elisa lagi, kepalanya mendongak menatap wajah Maxim yang sangat tampan dan rupawan, tidak bohong jika dirinya sangat mencintai Maxime, namun apalah daya jika takdir tidak menjodohkan dirinya dengan Maxime.
'' Tidak '' jawab Maxim lagi dengan datar.
Bagaimana Violet bisa hamil, bahkan selama dua tahun menikah Maxime tidak pernah sama sekali menyentuh Violet, bahkan keduanya tidur secara terpisah.
'' Kenapa?, kalian sudah menikah selama dua tahun '' tukas Elisa menegakkan tubuhnya.
Mata elang Maxim menatap kedua mata Elisa yang sangat lembut dan teduh, membuat Maxim kembali menyayangkan takdirnya yang menikah dengan Violet, wanita yang terkenal sangat kasar dan sombong, berbanding balik dengan Elisa yang sangat lembut dan rendah hati.
'' Aku tidak sudi memilik anak dari wanita kasar dan sombong sepertinya '' ujar Maxime yang seketika membuat Elisa terdiam, dia juga tahu jika Violet terkenal sebagai wanita kasar dan sombong, namun baginya itu sangat wajar, karna Violet adalah putri tunggal sekaligus pewaris di keluarga Grissam. Berbeda dengan dirinya yang hanya gadis yatim piatu, bahkan dirinya bisa sekolah di luar negri juga karna bantuan dari Kakeknya Maxime. Tapi Elisa tahu jika Maxime memang tidak menyukai wanita kasar dan arogant.
Sedangkan asisten sekaligus orang kepercayaan Maxim yang tengah mengemudi, terus melirik ke arah sepion, dia melihat mobil Violet yang terus mengikutinya, namun asisten Maxim yang bernama Felix itu, tidak ada niatan untuk memberitahu pada Tuannya jika Violet sejak tadi mengikuti mobil mereka.
" Apa Nona Vio tahu, jika Tuan bersama Nona Elisa " batin Felix. Karna saat tadi Vio menghubungi Maxime, kebetulan Felix sedang ke kamar mandi.
Felix membulatkan kedua matanya, saat melihat mobil Violet yang melaju melewatinya lalu berhenti tepat di depannya.
" Tuan, Nona, hati hati,,!!! "
Ckittttt
Brakkkkkkkk
Felix sudah berusaha menginjak rem sedalam mungkin, namun tetap saja dia menabrak mobil Violet yang berhenti di depannya, karna jaraknya yang terlalu dekat.
'' Felix, kamu mau membunuh kami ha,,, !! '' bentak Maxime.
Felix menggelengkan kepalanya. '' Maaf Tuan, tapi lihatlah, mobil siapa di depan '' ujar Felix.
Maxime langsung melihat ke depan, dan seketika mata elangnya berubah tajam saat melihat Violet keluar dari dalam mobil yang di tabrak oleh Felix.
'' Wanita ini '' geram Maxime dengan tangan terkepal, bahkan buku buku jarinya sampai memutih.
'' Apa kamu sudah gila, ha!! ''
Violet tidak takut sama sekali saat Maxim membentaknya, dia membalas tatapan Maxim tak kalah tajamnya.
'' Aku mau Kak Max pulang sekarang '' ujar Violet mencekal lengan kekar Maxim.
Tatapan Maxim semakin menajam. '' Aku tidak akan pulang '' ucapnya dengan suara yang sangat dingin.
'' Violet ''
Violet menatap sengit Elisa yang baru keluar dari dalam mobil Maxim. '' Elisa, Kak Max sudah menikah denganku, kenapa kamu masih saja merepotkannya '' cetus Violet.
'' Maafkan aku Vio, aku tida bermaksud untuk,,, ''
'' Alah,, sudahlah,, dari dulu kamu memang selalu merepotkan '' potong Violet cepat.
Maxime semakin mengepalkan tangannya dengan kuat, saat ini dirinya ingin sekali memukul mulut tajam Violet yang sudah membuat Elisa sedih, Namun Maxime tidak bisa melakukan itu, karna meskipun Maxime terkenal sangat dingin dan kejam di kalangan para pembisnis, namun Maxim bukanlah sosok pria yang mudah bermain tangan pada wanita.
'' Lepas!! '' sentak Maxime dengan kasar, membuat tangan Violet yang melingkar di pergelangan tangannya langsung terlepas.
'' Elisa, ayo kita pergi ''
'' Tidak bisa '' cegah Violet merentangkan kedua tangannya di depan pintu mobil Maxim.
'' Minggir '' ucap Maxime dengan suara datarnya.
'' Tidak, aku tidak mau, Kak Maxim tidak boleh pergi, Kak Maxim harus ikut pulang bersamaku '' ucap Violet bersikeras, namun Maxime tidak memperdulikannya, dia mendorong tubuh Violet yang menghadangnya ke samping dengan kasar, dan untung saja Violet bisa menyeimbangkan tubuhnya, jika tidak pasti dirinya akan terjatuh.
Maxime dan Elisa masuk ke dalam mobil, dan Felix langsung menutup pintu mobilnya saat sang Tuan memberinya kode.
'' Nona Vio, lebih baik anda segera pulang, Tuan tidak akan mendengarkan permintaan anda '' ujar Felix membungkukkan badannya dengan sopan lalu masuk ke dalam kursi kemudi, bagaimanapun Vio tetaplah istri Tuannya, meskipun Tuannya tidak pernah menganggap keberadaanya.
'' Kak Max, buka pintunya !!! '' teriak Violet menggedor gedor jendela mobil Maxime, namun Maxim malah memerintah Felix untuk segera menjalankan mobilnya.
Elisa menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat Violet yang berlari mengejar mobil Maxime. '' Kak, lihatlah, Vio berlari mengejar mobil ini '' ujar Elisa menyentuh lengan kekar Maxim.
'' Biarkan saja '' sahut Maxim dengan raut wajahnya yang terlihat tidak perduli sama sekali.
'' Kak, apa kamu tidak kasihan, bagaimanapun Vio tetaplah istrimu, meskipun pernikahan kalian hanya atas dasar bisnis, tapi kalian tetap pasangan suami istri yang sah '' ujar Elisa.
'' Cukup Elisa!!, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini '' sentak Maxim yang membuat Elisa langsung menundukkan kepalanya karna terkejut.
'' Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu '' ujar Maxime merasa menyesal karna sudah membuat Elisa ketakutan, lalu menarik Elisa ke dalam pelukannya.
'' Lain kali jangan di ulangi, aku takut '' timpal Elisa.
'' Hem aku janji ''
Elisa tersenyum di delam pelukan Maxime, dirinya merasakan perasaan nyaman dan tenang saat berada di pelukan Maxime, bahkan tak jarang saat dirinya berada di luar negri dirinya selalu merindukan Maxime, padahal sudah tidak sepantasnya dirinya merindukan suami orang, tapi mau bagaimana lagi perasaan itu datang tanpa dirinya sadari.
Sedangkan Violet dia kembali mengemudikan mobilnya yang ringsek di bagian belakangnya, dia kembali ke villa tempat tinggalnya bersama Maxime.
Kepala pelayan Villa terkejut saat melihat mobil istri Tuannya yang parkir di garasi dalam ke adaan ringsek di bagian belekangnya, dan kepala pelayan itu buru buru menghubungi sang Tuan, untuk memberi tahu apa yang di lihatnya.
Si kepala pelayan terkejut saat mendengar perkataan Maxime, jika mobil Nonanya ringsek karna di tabrak oleh mobilnya, dan juga itu karna ulah Nonanya sendiri yang berhenti mendadak di depannya.
Si kepala pelayan menatap pintu kamar Violet yang tertutup rapat, yang terlihat dari lantai bawah '' Nona, jika sikap anda bisa berubah lebih lembut, mungkin Tuan akan sedikit melirik ''
Semua orang penghuni Villa tahu, bagaimana Tuan mereka yang tidak pernah menganggap keberadaan Violet, bahkan mereka juga tahu jika Tuan dan Nonanya tidur secara terpisah, terkadang para pelayan menatap iba pada Violet yang sudah berusaha keras untuk menjadi istri yang baik buat Tuan mereka, namun Tuan mereka selalu memandangnya sebelah mata bahkan selalu mengacuhkannya.
Di dalam kamar Violet menangis sesenggukan, dia memang sudah kebal dengan bentakan Maxim, namun yang membuat dirinya menangis adalah Maxim yang lebih memilih Elisa dari pada ikut pulang bersamanya.
'' Kamu jahat, Kak Max '' gerutu Violet memukul mukul bantal untuk melampiaskan rasa amarahnya.
Selama dua tahun ini meskipun Elisa berada di luar negri, tapi tetap tidak bisa membuat Maxim melirik ke arahnya, bahkan Maxim juga semakin sering pergi keluar negri untuk menjenguk Elisa yang sedang berkarir di sana.
Saat malam sudah larut Maxim baru kembali ke Villa, suasana Villa sangat sepi karna semua pelayan sudah beristirahat, jadi tidak ada yang tahu jika Maxim sudah kembali kecuali satpam yang menjaga gerbang Villa. Kaki panjang Maxim melangkah menuju ke kamarnya yang berdampingan dengan kamar Violet, dan saat melewatinya Maxim melihat pintu kamar Violet yang sedikit terbuka, entah ada angin apa tiba tiba Maxim membuka pintu kamar Violet sedikit lebar, dan memperlihatkan pemandangan cahaya kamar yang redup.
Dari ambang pintu Maxim bisa melihat Violet yang terlelap di atas kasur king sizenya, namun beberapa detik kemudian Maxim tersadar dengan apa yang dia lakukan, lalu kembali menutup pintu kamar Violet dengan sedikit kasar
Brakk
'' Ck, untuk apa kamu membuka pintu kamar wanita gila itu '' gumam Maxim berdecak kesal pada dirinya sendiri, lalu pergi ke kamarnya.
Selama dirinya menikah dengan Violet dan tinggal di Villa, Maxime hampir tidak pernah sekalipun masuk ke kamar Violet karna inisiatifnya sendiri, kecuali jika sang kakek mengunjungi mereka, maka Maxim dengan terpaksa akan masuk dan tidur satu ranjang dengan Violet.
Tapi entah kenapa malam ini saat melihat pintu kamar Violet yang sedikit terbuka, membuat Maxim tiba tiba ingin melihat Violet, yang jelas Maxim teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu, saat Violet nekat menghadang mobilnya, karna ini kali pertamanya Violet nekat melakukan sesuatu yang membahayakan untuk dirinya, dan untung saja Felix mengendarai mobilnya sedikit lambat, entah apa yang terjadi jika Felix mengendarainya dengan kecepatan tinggi, sudah di pastikan bukan hanya mobil keduanya yang ringsek, tapi mereka juga akan masuk ke UGD.
Violet yang terlelap di atas ranjang terkejut, saat mendengar suara pintu yang di tutup keras oleh Maxime barusan. '' Suara apaan sih, mengejutkanku saja '' gumam Violet sembari duduk lalu menelisik ke seluruh kamarnya, namun tidak ada sesuatu yang terlihat aneh di matanya, lalu Violet merebahkan tubuhnya dan kembali masuk ke dalam mimpinya.
Di dalam kamarnya Maxime yang sudah memakai piyama tidurnya, sudah bersiapa untuk tidur, dan saat akan memejamkan kedua matanya tiba tiba ponselnya berbunyi, awalnya Maxim merasa kesal dengan orang yang menelfonnya tengah malam, namun Maxim langsung menelan rasa kesalnya saat melihat nama " Penyelamat " tertera di layar ponselnya, Maxim langsung menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselnya.
'' Elisa, ada apa ?'' tanya Maxim.
'' Kak Max, apa aku besok sudah mulai bekerja di perusahaan Kakak ?'' Tanya Elisa dari sebrang telfon.
'' Iya, besok kamu sudah bisa mulai bekerja '' jawab Maxim.
'' Baiklah Kak, terimakasih '' ucap Elisa.
'' Sama sama, sekarang cepatlah tidur, ini sudah larut '' balas Maxim.
'' Baik Kak, Kak Max juga cepatlah tidur, selamat malam ''
'' Selamat Malam juga ''
Tut
Maxim segera meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu dia membaringkan tubuh kekarnya dan memejamkan kedua matanya, tak butuh waktu lama untuk Maxim masuk ke dalam mimpinya.
Saat jam makan siang di perusahaan Diamond Group, terlihat gadis cantik masuk ke dalam lobi perusahaan, lalu berhenti di depan meja resepsionis,.
Wanita yang berkerja sebagai resepsionis itu sudah sangat kenal betul dengan gadis yang berdiri di depan mejanya, jadi dia tidak berani berbicara sembarang padanya.
'' Nona Vio, apa ada yang bisa saya bantu '' ucap petigas resepsionis dengan sopan.
'' Apa suamiku ada di ruangannya ?'' tanya Violet.
'' Ada Nona '' jawab si resepsionis masih dengan sikap sopannya.
Meskipun ada rumor yang mengatakan jika Violet adalah sosok gadis yang sombong dan kasar, namun sampai saat ini wanita yang bertugas sebagai resepsionis itu belum pernah membuktikannya sendiri, karna selama dua tahun ini dirinya sudah sering berbicara dengan Violet, saat Violet datang ke Diamond Group untuk mencari presdir mereka, dan menurutnya Violet hanya tidak suka banyak bicara saja yang berarti bukan sombong. Bahkan saat dirinya mengatakan jika presdir mereka tidak ada di ruangannya, Violet juga langsung percaya bahkan segera pergi meninggalkan Diamond Group begitu saja, lalu dimana letak kesombongan dan sifat kasar Violet yang di rumorkan selama ini.
'' Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke ruangannya '' ujar Violet.
'' Baik Nona '' balas petugas resepsionis.
Violet yang baru masuk ke dalam lift khusus presdir, di buat mendengus kesal saat melihat Elisa yang juga masuk ke dalam lift yang sama dengannya.
'' Elisa, apa kamu tidak tahu ini lift khusus presdir '' ujar Violet dengan tatapan sengitnya.
'' Aku tahu '' jawab Elisa.
'' Lalu, kenapa kamu yang hanya menjadi karyawan, dengan beraninya masuk ke lift ini '' cetus Violet.
'' Maaf Vio, Kak Maxim sendiri yang memintaku untuk memakai lift ini, bukan keinginanku sendiri '' timpal Elisa tersenyum lembut namun itu membuat Violet semakin merasa kesal dan marah.
'' Elisa, aku tahu kamu penyelamat Kak Max saat masih kecil, tapi sekarang Kak Max itu sudah menikah dengaku, bisa tidak kamu jangan selalu bergantung padanya lagi '' tukas Violet.
Elisa menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan pelan. '' Aku juga maunya begitu, tapi bagaimana lagi, Kak Max sendiri yang memaksaku agar terus bergantung padanya '' timpal Elisa.
'' Bohong,,!!, jika kamu memang benar benar tidak ingin bergantung pada Kak Max, pasti kamu akan berusaha menjauh darinya sejak dia menikah denganku, tapi kamu malah terlihat selalu berusaha berada di antara kita '' sentak Violet.
'' Atau, jangan jangan kamu menyukai Kak Max ?'' tuduh Violet menatap tajam Elisa yang menundukkan kepalanya.
'' Maaf Vio, jujur saja, sejak kecil aku tumbuh bersama Kak Max, jadi tidak mungkin aku tidak menyukai Kak Max '' tukas Elisa mengakui perasaanya pada Maxim selama ini.
Violet membulatkan matanya terkejut, meskipun dirinya sudah merasakannya sejak dulu, namun dirinya tetap terkejut saat Elisa mengakui di depannya.
'' Vio maaf, tapi bisakah kamu membiarkanku untuk bisa memiliki Kak Max, bukankah kamu tahu sendiri Kak Max tidak menyukaimu, jadi biarkan Kak Max bersamaku '' ucap Elisa menggenggam tangan Violet.
Violet yang marah dengan perkataan Elisa, dia langsung menghempaskan genggaman Elisa di tangannya, yang mana membuat Elisa jatuh dan membentur dinding lift, dan sialnya lagi kejadian itu bertepatan dengan pintu lift yang terbuka, membuat Maxim dan Felix yang hendak masuk ke dalam lift melihat kejadian itu.
Ting
Brakk
Akhh
'' Elisa,,, !! '' seru Maxim bergegas menghampiri Elisa.
'' Apa yang kamu lakukan pada Elisa, ha!!! '' bentak Maxim menatap tajam Violet yang masih diam tanpa bergerak sama sekali.
Violet dia masih terkejut dengan apa yang terjadi di depannya, jelas jelas dia tidak terlalu kuat saat menghempaskan genggaman Elisa , tapi kenapa Elisa bisa sampai jatuh dan menabrak dinding lift.
'' Felix, usir wanita silan ini '' perintah Maxim yang seketika membuat kesadaran Violet kembali.
'' Kak Max, kamu jangan percaya dengan Elisa, dia sengaja menjatuhkan dirinya sendiri '' ucap Violet memegang lengan kekar Maxim, berharap Maxim percaya dengan apa yang di katakannya.
'' Kamu pikir aku buta ha,, !!, aku melihat sendiri apa yang kamu lakukan pada Elisa '' timpal Maxim dengan suara dinginnya.
'' Tidak Kak, dia hanya pura pura, dia menjebakku, tolong percayalah '' ucap Violet lagi namun sama sekali tidak di perdulikan oleh Maxim.
'' Felix, cepat usir dia, aku tidak ingin melihatnya '' tukas Maxim lalu membawa Elisa yang ada di gendongannya pergi dan masuk ke ruangannya.
'' Kak Max,!!,aku tidak bohong,,!!, Kak Max '' teriak Violet saat pergelangan tangannya di tahan oleh Felix.
'' Nona, sebaiknya anda pulang, percuma saja anda berteriak, karna Tuan tidak akan percaya dengan anda '' tukas Felix lalu segera menutup pintu liftnya.
Felix membawa Violet keluar di teras perusahaan Diamond Group, dan banyak para karyawan yang melihat mereka berdua, namun Felix sama sekali tidak perduli.
'' Nona pulanglah, jika anda masih di sini, Tuan akan benar benar murka dengan anda '' ujar Felix.
'' Tapi aku benar benar tidak melakukannya, Elisa sengaja menjebakku, dia ingin membuat Kak Max semakin membenciku '' timpal Violet.
'' Nona percuma anda menjelaskan pada saya ataupun Tuan, karna kami berdua melihat sendiri kejadiannya dengan kedua mata kami '' tukas Felix lalu kembali masuk ke dalam lobi perusahaan, meninggalkan Violet yang berdiri di teras perusahaan dengan perasaan marahnya pada Elisa.
'' Elisa, ternyata kamu benar benar wanita licik '' gumam Violet dengan tangan terkepal kuat.
Sedangkan di ruangan presdir Diamond Group, Maxim menggeram tertahan saat melihat bahu Elisa yang terlihat memar.
'' Elisa, maaf, gara gara aku, kamu harus menerima kekerasan darinya '' ucap Maxim dengan perasaan bersalahnya.
'' Tidak apa apa Kak, aku tahu kok, pasti Violet tidak suka, karna aku bisa masuk ke dalam lift khusus presdir '' sahut Elisa.
'' Jadi, dia mendorongmu, hanya karna kamu memakai lift khusus '' seru Maxim yang di angguki oleh Elisa.
'' Iya, seharusnya aku sadar diri, aku hanya karyawan di sini, jadi tidak pantas memakai lift khusus presdir '' tukas Elisa dengan wajah yang terlihat sedih.
'' Tidak Elisa, kamu berhak memakai lift khusus itu, tidak yang berhak melarangmu meskipun itu wanita itu '' sahut Maxim, bahkan dirinya tidak sudah menyebut nama Violet.
'' Kak Max, kamu mau kemana ?'' tanya Elisa melihat Maxim yang berdiri dari duduknya.
'' Aku akan pergi dulu sebentar, kamu istirahat saja di sini, aku akan segera kembali '' jawab Maxim yang di angguki oleh Elisa.
Maxim keluar dari ruangannya dengan aura dinginnya yang menguar dari seluruh tubuhnya, membuat Felix yang baru keluar dari dalam lift sedikit gugup.
'' Kita ke Villa '' tukas Maxim.
'' Baik Tuan ''
Kini Maxim sudah berad di dalam mobilnya, yang di kemudikan oleh Felix untuk kembali menuju ke Villa tempat tinggal dirinya dan Violet.
Dan saat tiba di Villa kebetulan bersamaan dengan Violet yang baru keluar dari dalam taksi, karna saat ini mobil Violet sedang berada di bengkel, setelah kejadian semalam.
'' Kak Max, kamu pulang '' seru Violet dengan senyum yang mengembang di wajah cantiknya.
Violet segera berlari kecil menghampiri Maxim yang berdiri di samping mobilnya.
'' Kak kenapa di sini, ayo kita masuk '' ajak Violet.
Namun Maxim tidak menyahut dia hanya diam saja, dengan tatapannya pada Violet yang semakin dingin, membuat Violet sedikit gugup.
'' Aku peringatkan padamu, jangan pernah mengusik Elisa, apa lagi sampai ada niatan untuk melukainya, jika itu sampai terjadi, aku akan melenyapkanmu dari muka bumi ini ''
Ini pertama kalinya Violet mendengar Maxim bicara panjang lebar padanya, namun sayangnya yang di katakan Maxim bukan ungkapan cinta, melainkan perkataan yang mampu membuat relung hatinya terasa sakit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!