Bukittinggi 12 Januari 2019
Pagi yang cerah disebalik perbukitan tampak sebuah desa kecil yang masih sangat terasa ada istiadat nya. terlihat dari rumah-rumah yang setiap atapnya berbentuk seperti tanduk kerbau. suasana pagi yang cerah itu dihiasi dengan pemandangan sawah yang membentang hijau.suara aliran air sungai kecil nan jernih menambah keasrian dari desa tersebut.sungguh indah ciptaan Tuhan yang meberikan berkah bagi seluruh makhluk hidup yang berada di dalamnya.
Ditengah-tengah sawah terdapat sebuah pondok kecil yang sedikit reyot dan bagian belakangnya tampak rapuh ditelan masa. seorang pemuda duduk ditengah tangga pondok tersebut yang sedang melamun sambil memegangi alat penghalau burung yang memakan padinya.ya, dialah Miko.ia tengah menjaga sawahnya dari burung sambil memikirkan berbagai hala yang akan dilakukannya sepulang dari sawah.
"Miko! ".
Terdengar suara memanggil namanya dari kejauhan. sorot mata Miko kini tertuju pada seorang perempuan yang mengenakan kebaya adat perlahan mendekat sambil membawa rantang ditangan kanannya. dengan sangat hati-hati perempuan itu meniti jembatan bambu aliran sungai kecil yang menjadi pembatas pondok dengan sawah miko. sambil menatap miko perempuan itu memberi rantang yang ia bawa.
"tadi amakmu berpesan jo ambo mintak tolong untuak mambagikan rantang bekalmu yang alah dibuat jo amak. ini.. " kata gadis itu sembari tersenyum.
Sambil menyambut rantang miko pun membalas senyuman tersebut.
"terimakasih Elya alah repot-repot mambaok rantang dari amak ambo. kalo baitu bagaimano kalau kito makan basamo je lah" sambil membuka isi rantang dan mengajak Gadis bernama Elya makan bersama duduk dibawah pondoknya.
mereka berdua makan sambil berbagi cerita seolah-olah sedang kencan. Elya adalah teman sedari kecil Miko yang kini sama-sama sudah beranjak dewasa. namun berbeda drngan Miko, Elya adalah anak yang terlahir serba ada dan terkesan lebih. namun meski begitu ia tidaklah menghiraukan perbedaan status maupun kehidupannya dengan Miko. tampak dari raut wajahnya yang tersenyum merona ia sangat menyukai Miko. Elya Pernah mengutarakan perasaan cintanya kepada Miko namun ditolak karena dianggap tidak cocok lantaran perbedaan statusnya yang sangat tinggi. yah, meskipun Miko juga punya perasaan untuk Elya namun seharus dini ia menguburnya. sungguh pemuda yang pesimis...
"apakah malam ini Miko pai ka surau? " tanya Elya.
"yah, insyaallah ambo pai ka surau sebelum adzan maghrib. " jawabnya.
"hhmmm kalau coitu baa indak pai basamo Elya jo nanti? "
"hahaha kalau ambo jalan basamo nanti banyak pulo urang bapikia nan buruak tentang kito baduo. lagian amak Miko pai juo nanti ka surau. jadi Maaf yo Miko indak bisa temani Elya ka surau. " sambil tertawa sembari mengusap kepala Elya.
mau tidak mau elya hanya bisa mengeluh dan merajuk kepada Miko. pada akhirnya Elya pun berpamitan untuk pulang dan mikopun melanjutkan pekerjaannya menghalau burung sambil melintasi tepian sawahnya.namun didalam hati Elya tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hati Miko.
***
Tidak terasa hari sudah semakin sore. sebelum menyelesaikan pekerjaannya, Miko membersihkan dirinya di sungai belakang pondok lalu pulang menuju rumah yang jaraknya lumayan jauh dari sawah sambil membawa rantang kosong yang diberikan Elya tadi siang. ditengah jalan beberapa kalangan dari orang tua maupun anak-anak menyapa Miko dengan ramah dan dibalas oleh Miko dengan sopan dan tersenyum. tampak warga desa mengenal sosok pemuda itu dan anak-anak yang menyapanya sangat senang dengan keberadaan nya. tak heran jika Elya terpikat oleh sosok pemuda tersebut.
tampak sebuah rumah panggung yang kecil dengan ciri khas atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau. ya! inilah yang Miko sebut dengan rumah.
"assalamu'alaikum... maak Miko pulang" ucapnya sembari memasuki rumahnya.
mendengar suara Miko, Seorang wanita separuh baya keluar dari kamar dengan mengenakan mukenanya berjalan menghampiri Miko. itu adalah ibunya Rani, Amak Miko.
"wa'alaikumsalam... alhamdulillah anak amak alah pulang. siap-siap lah nak. mari kito pai ka surau basamo dan letak sajo rantang tuh di balakang yo nak." ucap Amak.
"iyo mak.. yo sudah Miko basiap dulu yo. amak tunggu dibawah sajo. " jawab miko.
Amak mengiyakan jawaban Miko dan pergi kembali kedalam kamarnya mengambil sajadah dan tasbih. Miko pun mandi lalu bergegas mengenakan baju muslim dan peci hitamnya yang sedikit usang. lalu kemudian iapun turun kebawah menggandeng tangan ibunya pergi menuju Surau di pinggiran desa. Miko sangat menyayangi ibunya dan merawat ia dengan sangat baik. setelah kepergian ayahnya yang tiga tahun telah berlalu, kini Miko lah yang menjadi tulang punggung keluarga. tanpa mengenal lelah ia ikhlas dan menjalaninya dengan sepenuh hati...
Adzan Maghrib pun telah selesai dikumandangkan. semua orang melaksanakan sholat Maghrib berjamaah disurau tak luput juga dengan Miko. setelah usai melaksanakan sholat anak-anak ramai menghadap Miko sambil membawa al-qur'an. mereka meminta Miko untuk mengajari mereka dengan sangat semangat. Dengan senang hati Miko mengajari mereka secara bergantian. entah karena saking semangatnya Miko pun tidak tahu kalau ibunya pulang lebih dulu kerumah. terlihat Elya yang membantu Miko mengajari anak-anak perempuan juga di sebalik tirai pembatas saf antara laki-laki dan perempuan. Malam itupun diringi dengan riuh belajr mengaji.
***
ketika berada di luar surau ketika hendak pulang, Miko bertemu dengan Elya yang ber pas-pasan ketika keluar suarau.
"pai sendiri jo Elya? " tanya Miko.
"iyo da... aih, bukannyo tadi Elya caliak Miko pai jo amak ka surau, kama nyo da? " ucap Elya kembali bertanya. (da\=uda yang berarti abang).
"hehehe amak pai pulang lebih dahulu tadi keceknyo handak menyelesaikan jahitan bajunyo dirumah. " ucap Miko sambil terkekeh menggaruk kepalanya.
Elya pun tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya.mereka akhirnya pulang bersama karena jalan yang mereka tempuh searah hanya yang membedakannya adalah jarak. pemandang malam itu sangatlah indah dengan dihiasi lampu jalanan dan beberapa rumah disekitarnya terang oleh cahaya lampu yang menyala.tanpa mereka sadari ada beberapa pasang mata yang melirik dari kejauhan dibalik sisi gelapnya malam...
Miko mengantar Elya hingga dipersimpangan jalan karena mereka sudah berbeda jalur. ia melanjutkan perjalanannya sambil sesekali teringat wajah Elya yang sangat cantik ketika tersenyum setelah berbicara dengannya. hasrat hati ingin sekali mengutarakan perasaan yang sama terhadap elya. namun apalah daya, Miko tak mampu untuk mengungkapkan rasa cinta itu. dalam hatinya, miko selalu bertanya-tanya apakah ia pantas untuk mendapatkan cinta daru Elya??. dan cerita hari itupun usai dengan penuh pertanyaan kalau apakah Elya bisa menjadi sang kekasih yang miko impikan. terlebih lagi Elya adalah sosok bunga desa yang bukan hanya Miko seorang menyukai Elya...
***
Di balik sebuah tembok rumah yang gelap dan tertutup dari sinar rembulan,tampak siluet seseorang berjalan pergi dengan cepat seolah-olah dia sedang menahan amarahnya. entah siapa tapi yang jelas ia sangatlah tidak ramah...
***
Adzan Subuh menggema dengan syahdu disetiap sudut desa. beberapa orang pergi menuju surau untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah termasuk Miko. namun kali ini hanya dirinya seorang yang pergi ke surau tanpa ibu nya. setelah melaksanakan sholat subuh di surau ia bertemu kembali Elya yang hendak pergi ke Balai (pasar harian) untuk membeli beberapa keperluan acara sarak sore nanti dirumahnya. Elya pun buru-buru menyapa Miko sembari belari kecil dan melambaikan tangannya yang meminta miko untuk berhenti sejenak.
"ndeeehh,,, manga pulo elya nih berlarian seperti itu. macam abih kanai kaja dek hantu jo hihihi" ucap Miko sembari menertawakan Elya yang terengah-engah mengatur nafasnya.
"indak coitu da Miko kancang bana jalannyo doh hihihi... oh iyo da, petang nanti lai ado karajo da miko disawah ndak? soalnyo selepas ashar beko ayah ma ajak da karumah karno ado acara do'a selamat untuk hasil panen tahun ini... " kata Elya setelah nafasnya kembali teratur.
"hhhmmm yasudah,, insyaallah da pai karumah memenuhi permintaan dari ayah Elya yo..salam samo ayah jo bundo elya nanti yo dih.."
"iyo salam da miko nanti Elya sampaikan jo ayah bundo. jan lupo petang nanti yo da... Elya mau pai ka balai dulu assalamu'alaikum. "
"wa'alaikumussalam.. hati-hati dijalan yo dih"...
Merekapun berpisah melanjutkan aktifitas masing-masing. mengenai do'a selamat untuk hasil panen tahun ini dimaksudkan agar hasil panen padi tahun ini tidak terkendala dan terhindar dari musibah yang tidak diinginkan. hal ini sudah menjadi tradisi turun temurun dimasyarakat desa dan sudah menjadi keharusan senantiasa selalu ingat kepada sang pencipta yang memberi rezeki yaitu Allah SWT.
Matahari semakin tinggi dan semua orang sibuk melakukan aktifitasnya. Miko pamit dengan ibu untuk bekerja membantu Dato' Anwar memanen kentang ditepi lereng bukit. anak semata wayang dari ibu Rani ini yang memikul keluarga nya demi sesuap nasi. diladang dato' Anwar, miko bekerja memanen kentang dan mengumpulkannya untuk dipikul ke pembeli yang telah bernegosiasi oleh dato' Anwar sendiri. walaupun upah yang didapat tidak seberapa Miko tak pernah berharap lebih selagi dapat untuk makan esok. dato' Anwar sebenarnya ingin memberinya upah yang lebih, namun apalah daya hasil penjualan dari kentang tidaklah banyak yang didapat.
"Miko... mari istirahat dan lanjutkan dikemudian hari. jan lupo petang ini kito diundang kerumahnyo Dato' Rahman untuk mengadakan do'a selamat. " seru dato' Anwar kepada Miko.
"iyo dato'... alhamdulillah panen kali ini lebih banyak daripado kemarin" ucap pino sembari tersenyum menghampiri Dato' Anwar.
mereka berdua duduk sejenak sambil memakan kue yang diberi oleh istri dato' Anwar.
"Ngomong-ngomong, kalau dato' caliak nak miko dan Elya anaknyo Dato' Rahman tuh sangat akrab. manga indak nak Miko lamar se lah si Elya tuh. " ujar dato' Anwar menggoda Miko.
"aaahh indak lah dato'... Miko hanyo akrab sajo sebagai kawan. indak labiah do hihihi... indak ka mungkin baharok nan indak taganggam di tangan ambo.. " jawab Miko dengan nada pesimisnya.
"Miko, antaro maut jodoh dan rezeki indak ado nan tau. qadarullah itu pasti...selagi kito barusaho insyaallah jerih payah akan diijabah oleh Allah SWT. "
Terbesit dipikiran Miko mendengar apa yang dikatakan oleh dato' Anwar. perasaan hati ingin memiliki Elya namun ketika ingat hal itu perasaan itu diurungkan oleh rasa pesimisnya yang terlalu tinggi.
***
Miko akhirnya pulang ke rumah sambil mebawa sekantong kentang yang ia dapat dari Dato' Anwar. iapun sangat senang dan memberikan kepada ibunya. hari ini Miko tak perlu membeli sayur lagi untuk makan malam nanti.
menjelang ashar, Miko bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Elya menghadiri do'a selamat bersama.
Begitu ramai tamu yang diundang pada hari ini. mereka saling berbagi cerita tentang apapun mengenai sawah maupun ladangnya. terlihat Miko duduk sambil berbincang dengan tamu disebelahnya, tiba-tiba seorang pria berumur 50 an duduk tepat disebelah kanan miko. ya! dia adalah dato' Rahman ketua adat serta ayah daripada Elya. Beliau menatap miko sembari tersenyum dan membuka pembicaraan.
"nak Miko. apo kaba amak sehat?" tanya dato' Rahman.
"alhamdulillah sehat dato'... semenjak ayah tiado kini Miko yang mengurusi amak. " jawab Miko.
"syukurlah.kalau ado sesuatu sampaikanlah ke dato' karena dato' sudah anggap nak Miko sebagai anak dato' sendiri".
"iyo dato' terimakasih".
setelah itu Acara do'a pun berlangsung dengan khidmat. Dato' Rahman adalah tokoh terkemuka di desa yang sangat ramah dan memegang teguh adat istiadat. Itulah alasan mengapa Miko selalu Pesimis akan perasaannya terhadap Elya. perbedaannya begitu jauh untuk Miko yang serba kekurangan. sungguh naif jika memikirkannya lebih jauh.namun yang tidak disadari Miko adalah sebenarnya dato' Rahman sangat menginginkan Miko menjadi kekasih anaknya karena sudut pandan bagi dato' Rahman Miko memiliki karakteristik yang mirip dengan dirinya dikala muda. hanya saja beliau tak akan meminta Miko untuk dijodohkan Elya dikarenakan kalau terpaksa sangatlah hal yang tidak pantas untuk kebahagiaan untuk putri tunggalnya itu.
Acara do'a pun kini telah selesai. yang tadinya rumah dato' Rahman diisi oleh segenak orang yang memenuhi ruangan kini satu persatu beranjak pulang. Ketika hendak menuruni tangga rumah dato' Rahman, langkah kaki Miko terhenti ketika melihat tiga orang yang sebaya dirinya sedang berbicara lalu menatap Miko dengan sinis. mereka adalah fariz, reno dan bily. mereka bukanlah teman yang akrab dengan Miko. tampak dari raut wajah mereka bertiga yang sanagt benci akan keberadaannya.
"wah wah wah... alah mau pulang sajo si muka palsu nih.. hahaha jan lah pulang dulu seblum ajari kami baa caronyo bamuko duo tuh".sindir fariz yang disambut tawa mengejek dari reno dan bily.
Miko yang mendengar cemoohan dari fariz mencoba menahan amarah dan menjawab cemoohan yang dilontarkan oleh fariz.
"apo mukasuid dunsanak kasadonyo?... apokah ado ambo mambuek hal nan indak disenangi dunsanak sahinggo bakato seperti itu? " tanya miko dangan tutur kata yang sopan.
"hahahaha jan lah bersandiwara ang tuh. lagak didepan dato' Rahman sangat elok. padahal anaknyo di embat juo. dasar tak tau di untuang!. jangan-jangan kalian nih udah berbuat perilaku nan indak senonoh katiko baduo??! ".ujar bily.
Perkataan tersebut sontak membuat Miko begitu terkejut dan sekali lagi menahan amarahnya yang mulai memuncak bagai diujung tanduk.
"jan lah mamfitnah sembarangan. demi Allah ambo indak berbuat hal nan indak terpuji itu. jan kan berbuat, memikirkannyo sajo mambuek ambo doso gadang. "
BUUGGH!!!
Sebuah bogem mentah dari fariz tepat mengenai pipi Miko dengan sangat kuat. Miko tersungkur jatuh memegangi pipinya dengan kesakitan. Miko bisa saja membalas perbuatan fariz, namun ia tidak ingin menjadi musuh bagi siapapun meskipun ia menderita. pipinya memar akibat pukulan keras dari fariz. saat fariz meraih kerah baju Miko untuk melayangkan pukulan berikutnya, fariz terhenti seketika mendengar suara yang lantang.
"BERHENTI!!!... apo nan kalian perbuat nih sangatlah tidak pantas. merundung Miko seperti ini apo kalian indak punyo tata krama sopan santun!... PERGI KALIAN!!! " ucap dato' Rahman dengan marah menghentikan pertikaian mereka sambil memapah Miko yang kesakitan.
"tapi dato', si prcundang ini alah babuek nan indak senonoh jo anak Dato'... apo dato' indak berang anak gadih dato' tuh alah dinodai oleh paja tuh" jelas fariz.
"kalau bakato hendaklah disaratoi bukti. mulut labiah kejam daripado mato pisau. Enyahlah kalian dari sini!. " tegas dato' Rahman dengan tatapan tajamnya yang penuh amarah.
Akhirnya mereka bertiga bergegas meninggalkan tempat itu dengan teramat kesal karena dato' Rahman membela miko. iapun memanggil Elya dan menyuruhnya membawa Miko kembali masuk kedalam rumah untuk mengobati luka lebam di pipi miko.terbesit beberapa pertanyaan datang dari dato' rahman mengenai miko yang mengapa tidak melawan balik saat ia dipukul oleh fariz. dato' jelas tahu kalau miko juga sangat ahli silat harimau yang sedari kecil diturunkan kepada miko oleh almarhum ayahnya. sambil menyeruput kopi yang diberi oleh istrinya sang dato' pun akhirnya menanyakan hal tersebut kepada miko.
"nak miko, manga indak membalas apo nan dilakukan oleh fariz tadi? bukankah nak miko sangat mahir dalam silek (silat) Harimau nan alah diajarkan sang ayah miko secara turun temurun?. " tanya dato' dengan penuh rasa penasaran.
Sambil tersenyum miko menjawab "dato'... almarhum ayah pernah bakato, pagunoan langkah mu hanyo untuak amal kebajikan. jan dituruikkan dandam jo pitaruah kaum nan mamfitnah hanyo karno indak suko. sebaik-baik manusio ialah meredam amarah nan mambuek kaum bapecah belah.. "
Mendengar jawaban tersebut, dato' pun semakin ingin segera menjadikan miko sebagai menantunya. merekapun akhirnya berbincang hingga tak terasa mataharipun telah tenggelam dan berganti bintang-bintang yang terang...
***
"assalamu'alaikum... amaak... miko pulang" serunya ketika masuk kerumah.
Namun jawaban salam tak kunjung dibalas oleh sang amak yang membuat miko menjadi penasaran. iapun masuk kekamar ibunya dan melihat sang ibu duduk tertidur di kursi jahitnya. miko pun menghampiri sang ibu sambil memanggilnya untuk menyuruhnya untuk tidur di kasur. ketika memegang tangan ibunya, keringat mulai tampak di dahi miko yang seketika rasa panik kini mulai menyelubungi miko. bagaimana tidak!, tangan ibu miko suhunya sangat panas seakan tak percaya, miko kemudian memeriksa denyut nadi tangan sang ibu yang kini mulai tidak stabil.
"ya allah amaak!... amak lai damam kah?... amak bangun la mak!... sebentar miko akan pergi manjapuik dokter Arham untuak memeriksa keadaan amak.. " ucap miko yang khawatir akan ibunya yang mengalami demam tinggi.
Perasaan miko saat itu menjadi amburadul tak menentu. iapun berniat ingin menjemput dokter yang bernama Arham untuk memeriksa kondisi keadaan ibunya. miko menuntun ibu untuk beristirahat di kasur yang berada tepat disebelah meja jahit. ketika hendak beranjak pergi, tangan miko diraih oleh sang ibu dan menahannya agar tidak pergi. karena kita tahu kondisi keluarga kecil ini serba penuh akan kekurangan.
Tak kuasa melihat ibunya terbaring lemas miko pun tetap akan memanggil dokter Arham. ia mengambil ponsel di saku celana dan menekan beberapa tombol untuk menelpon sang dokter. setelah tersambung dengan dokter, miko segera menceritakan keadaan ibunya itu. dokter Arham pun meng iyakan miko untuk datang kerumah memeriksa ibu miko setelah telpon terputus. bagi miko sendiri, ia tak memperdulikan biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat ibu. yang terpenting adalah nikmat karunai kesehatan lebih baik daripada ekonomi apalagi hal ini menyangkut ibunda tercintanya. andai kesehatan itu bisa ia beri, pasti miko akan selalu berikan kepada sang ibu. bukan hanya miko, semua orang anak di dunia ini menginginkan hal itu agar selalu melihat senyum indah Syurga tak berujung...
setengah jam berlalu, akhirnya dokter Arham pun tiba dan dengan tergesa-gesa miko menyambutnya sambil membawa dokter Arham menemui sang ibu. lalu dokter kemudian mengambil beberapa alat pemeriksaan di dalam tas yang ia bawa. sambil merasakan denyut jantung dan memeriksa tensi darah, dokter Arham kembali menaruh alat-alatnya di meja sabil menghela nafas panjang. melihat keadaan itu miko langsung bertanya-tanya akan keadaan ibunya sekarang.
"alhamdulillah... amak hanyo terlampau letih karajo. disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan nanti akan ambo bari beberapa pil suplemen agar kondisi amak menjadi lebih baik. " ucap dokter sambil memegang pundak miko.
Raut wajah miko yang sedari tegang dan juga panik kini menjadi lebih baik ketika mendengar apa yang dikatakan dokter. dalam kilas baliknya, memang ibu miko seringkali menjahit pakaian pesanan beberapa pelanggan hingga waktu beristirahat nya semakin sedikit. pernah dahulu miko ingin membantu pekerjaan ibu, namun miko sama sekali tidak tahu menggunakan mesin jahit. meski sudah sering diajari tetap saja ia tidak bisa menggunakannya. namanya juga anak laki-laki pasti pekerjaan itu sangatlah rumit ketimbang membajak sawah yang kering.
Setelah memberikan beberapa obat, dokter Arham pun pamit pulang kepada miko dan ibunya. mikopun mengambil kursi dan duduk disamping kasur ibu sembari membuka sebuah pesan dari Elya. saking panik dan khawatir nya miko tidak mendengar ponselnya bergetar menandakan notif masuk.
"da miko, Elya ingin basuo jo da miko esok. ado beberapo hal penting nan Elya katokan... ".
sangat singkat namun membuat miko menjadi bertanya-tanya apakah hal yang ingin Elya katakan kepadanya?. biasanya Elya kalau ingin menyampaikan sesuatu pastilah ia akan secara langsung menemui miko tanpa pesan seperti itu. suasana hati yang lebih membaik mikopun memutuskan untuk tidak lagi memikirkan apa yang akan Elya katakan. iapun menaruh kepala nya disamping tangan sang ibu dan memejamkan matanya...
-
***
Suasana pagi Ini tampaknya tidaklah mendukung. awan hitam yang menggumpal disertai angin yang bertiup agak kencang dari biasanya menandakan akan turunnya hujan lebat.miko yang baru saja menyelesaikan pekerjaan membelah kayu bakar di pondok sawahnya kini tengah duduk sambil memberikan makanan pada ayamnya dibawah pondok. melihat cuaca yang sudah gerimis, ia berpikiran kalau hari ini nampaknya akan terlambat pulang. biasanya seusai melakukan pekerjaan di sawah, miko mengambil kelapa di sebelah pondok untuk dibawa pulang dan dijadikan santan lalu diberikan kepada beberapa toko di balai. dari sinilah miko mendapatkan uang tambahan untuk kebutuhannya. namun palah daya, hujan mulai turun dengan sangat deras membasahi semua yang dilihat oleh mata. semuoa orang yang tengah melakukan pekerjaan di sawah pun berhenti untuk berteduh dari gempuran hujan.
Ketika miko sedang duduk dipintu pondok, ia melihat dari kejauhan Elya yang berlari mendekati pondoknya yang basah kuyup akibat derasnya hujan. Elya bergegas naik ke pondok dan duduk tepat didepan miko sambil mengusap mukanya yang telah kuyup. dengan segera miko memberi sebuah handuk kecil untuk mengeringkan wajah elya.
"ndeeehhh alah tau bakal turun hujan manga pulo dipaksokan datang kamari?. nanti kena demam lah risau pulo dato' kabakeh elya. " ucap miko terheran dengan apa yang dilakukan oleh elya yang nekat menghampiri nya.
"indak apo-apo kok da... elya harus kemari bakato ka da miko langsung dihadapan... " jawab elya sambil tersenyum.
"jadi apo nan hendak dikatokan elya sahinggo harus langsung menemui ambo? ".
"begini da... elya sangat mancintoi uda miko dengan tulus. ingin sekali rasonyo berado disisi satiok saat. nikahkan elya da miko... "
Sontak pernyataan elya membuat miko terkaget. bagaimanapun dan tidak bisa dipungkiri kalau miko juga mencintai elya. sambil menghela nafas panjang, miko tersenyum dan menjawab ucapan elya.
"elya... ambo juo mancintoi elya tuh dengan tulus. tapi nampaknyo perasaan itu harus lebih dulu uda kubur dalam hati karno derjat nan terlalu beda jauh... " jawab miko.
"tapi da miko, ayah jo bundo elya sangat merestui dan setuju kalau da miko menikahi elya. tak perduli akan status nan paliang penting adalah kebahagiaan kito da"
"alhamdulillah jikalau dato' dan jugo ibundo elya merestui hubungan kito baduo. baiklah jiko coitu kabarnyo, ado baiknyo uda pikirkan dahulu dan bakato ka amak untuk meminang elya... "
Jawaban tersebut membuat hati elya senang dan mengiyakan jawaban miko. melihat hujan yang telah reda, miko menyuruh elya untuk segera pulang untuk menggati pakaiannya yang basah. ia khawatir elya demam dan akan menjadi pikiran bagi ayah ibunya. setelah itu mikopun melanjutkan pekerjaannya mengurus sawah dengan semangat.
kini semua pekerjaan miko telah selesai saat matahari masih tinggi. iapun pulang kerumah untuk membantu ibunya mengantarkan pesanan baju kepada pelanggan. miko tidak akan membiarkan ibu bekerja terlalu berat mengingat kondisinya yang saat ini masih sakit.sudah sepatutnya miko harus selalu siap menolong kerjaan ibunya itu. tak pernah mengeluh walau setiap hari satu persatu pekerjaan miko lakukan.
Ketika berjalan pulang dari rumah pelanggan yang menggunakan jasa jahit ibunya, miko teringat kalau upahnya yang membantu memanen kentang di ladang dato' Anwar belum dia ambil. iapun berencana akan mampir kerumah dato' Anwar. namun di pertengahan jalan, ia melihat seorang wanita dengan busana yang menggoda sambil membawa sebuah koper ditangannya. wanita itupun kemudian menatap miko lalu memberi senyuman kepadanya sambil berjalan lurus melewati miko.
Miko sempat bingung karena baru kali ini dia melihat wanita itu di desa ini. barangkali dia adalah pendatang yang ingin membuka sebuah bisnis di desanya karena balai desa sekarang sudah sangat ramai pedagangnya. begitulah apa yang dipikirkan oleh miko. namun ia tak menyadari bahwa wanita itu mempunyai niat tidak baik. karena terlalu sibuk memikirkan wanita barusan, sampai ia lupa untuk mampir ke rumah dato' Anwar dan langsung saja pulang kerumah...
***
Terdengar suara yang riuh dengan penuh semangat dari dalam surau pada malam itu. seperti biasa miko mengajari anak-anak mengaji di surau desa. miko tidak pernah mengharap upah dari apa yang diajarkan kepada anak-anak. bagi dirinya, anak-anak bisa menjadi generasi penerus dan akan mempertahankan moral etika dan adat istiadat desa. bisa bermanfaat untuk masa depan menjadi kepuasan hati miko itu sendiri.
Selepas sholat isya di surau, miko bergegas berjalan pulang untuk makan bersama ibunya. saat hendak melewati persimpangan, seorang wanita menabrak miko hingga mereka berdua terjatuh. wanita itu tak lain dan tidak bukan adalah wanita yang dilihat miko tadi siang. ada hal lain yang membuat miko langsung memalingkan wajahnya. itu karena kancing pakaian kemeja yang dikenakan wanita itu terbuka dan menampakkan sedikit bagian dadanya. yang lebih mengejutkan lagi wanita itu Mabuk alkohol.
"maaf kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? itu adalah hal yang tidak diperbolehkan. kalau sudah begini, mari saya antarkan kamu pulang.. " ucap miko sambil membantu wanita itu berdiri.
"kamu siapa? apakah kamu orang jahat? aku tidak punya uang... " ucap wanita itu yang tidak jelas karena sudah terlalu mabuk.
Miko hanya menggelengkan kepalanya lalu kemudian memapahnya dan menanyakan kepada wanita itu beberapa kali dimana ia tinggal. dengan susah payah karena wanita yang dibawanya telah mabuk, ia sampai di sebuah kontrakan dekat balai desa. Miko membantu wanita itu duduk di kursi depan kontrakan. ketika miko berbalik hendak meninggalkannya, tiba-tiba wanita itu memeluk miko dari arah belakang dengan sangat erat.
"tidak apa-apa... sekarang kamu sudah sampai di kontrakan mu. saya pamit ingin pulang. " ucap miko sambil melepaskan pelukan wanita itu.
Tanpa berkata-kata lagi miko lagu bergegas pulang kerumah sambil merasa canggung. setelah menghilang dari pandangan datanglah seorang pria mendekati wanita itu dan memberikannya sebuah Amplop. sang wanita sangat tersenyum puas ketika membuka amplop itu berisi uang. entah apa yang dikerjakan wanita itu tapi yang jelas itu bukanlah pekerjaan yang baik belum lagi wanita itu tersenyum licik memikirkan sesuatu yang menunggunya dikemudian hari.
Akhirnya miko sampai dirumah dan mengajak ibunya makan bersama. iapun bercerita kepada ibu kalau dirinya akan meminang elya anaknya dato' Rahman. sang ibu yang mendengar hal itu kemudian tersenyum dan menyetujui niat baik anak semata wayangnya itu. sambil memberikan beberapa nasihat dan pesan kepada miko, ibu kemudian mengambil sesuatu dari kamarnya lalu kembali dan memberikan kotak kecil seukuran genggaman tangan kepada miko.
"alah lamo amak manyimpan cincin pernikahan ini untuk miko katiko hendak meminang gadih... ambilah pemberian dari amak ini.. "ucap ibu sambil membuka kota itu yang berisi cincin lalu memberikannya kepada miko.
Miko tak bisa berkata-kata. hatinya sangat tersentuh dan terharu oleh ucapan ibu. seketika air mata mengalir membasahi pipi miko. ia menangis dan memeluk ibunya sambil tiada henti mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah membesarkan dirinya. malam itu adalah malam yang sangat mengharukan bagi miko dan restu pun telah diberi oleh ibu. tinggalah menantikan saat dimana hari ia harus melamar elya. kini rasa pesimis yang ada pada diri miko telah runtuh menjadi sebuah harapan baru yang akan ia buat dimasa depan.
***
ayam berkokok menandakan bahwa matahari mulai terbit dari balik bukit. hawa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh bagaikan bersentuhan antara kulit dan es batu. terlihat didepan rumah miko yang sudah sibuk mengemasi beberapa santan hasil kelapa yang dia ambil di sawah yang hendak dijual di balai hari ini. setelah pamit kepada ibunya, miko pun melangkahkan kaki untuk pergi ke balai. namun langkah miko tiba-tiba saja terhenti ketika ia dihadapkan oleh beberapa pemuda tepat didepannya dengan tatapan tajam.
suasana sementara ini hening sambil bertatap muka dan kemudian miko memecahkan keheningan itu dengan bertanya kepada beberapa pemuda dihadapannya.
"assalamu'alaikum dunsanak kasadonyo, perihal apo yang mambuek dunsanak datang menemui ambo di pagi hari ini? " tanya miko.
"Waalaikumsalam... kami mendapat amanah dari dato' rahman untuk membawamu kerumahnya sekarang juga. ada perkara penting sehingga kamu harus ikut. " ucap salah satu pemuda dengan suara yang berat.
begitu herannya miko mendengar jawaban dari pemuda itu. apakah harus secepat ini merundingkan lamaran elya?.bahkan modal pernikahan pun miko belum punya. begitulah pikir miko. Karena tidak ingin dato' Rahman menunggunya, miko pun mengurungkan niatnya ke balai untuk menjual santan dan menaruh kembali santan yang ia kemas kerumah. miko berlalu pergi mengikuti pemuda itu menuju kediaman dato' Rahman.
didalam rumah miko, terlihat ibunya yang sedang membersihkan beberapa barang. entah kenapa pikiran ibu saat itu melamun memikirkan sesuatu yang janggal di hatinya. secara tidak sengaja ia menjatuhkan sebuah bingkai foto ya ada diatas meja. bingkai itu jatuh dan membuat kacanya pecah berantakan. bingkai foto itu adalah momen kenangan dimana ia dan miko berfoto bersama di sebuah tempat wisata.merasa perasaan hati semakin tidak karuan ibu kemudian beristighfar lalu dengan hati-hati mengambil serpihan kaca itu. namun, sebuah serpihan kaca menggores jari kelingking ibu. entah kenapa ibu menyadari bahwa akan terjadi sesuatu pada miko, iapun kemudian melihat bungkusan santan yang disiapkan miko sedari subuh terletak disamping pintu. ia heran karena bungkusan itu harusnya dibawa oleh miko kebalai. kemana miko pergi??
Kembali kepada miko yang baru saja sampai di depan rumah dato' Rahman. beberapa pemangku adat hadir pada saat itu. ketika semua orang telah masuk dan duduk di dalam rumah, dato' Anwar keluar dengan raut wajah yang teramat murka. yang lebih mengejutkan miko adalah wanita mabuk yang telah ia tolong kemarin malam juga menghadiri pertemuan ini. keheningan pecah saat dato' Rahman membuka suara.
"Nak miko... Dato' indak manyangko akan perbuatanmu nan alah melanggar adat-istiadat desa... perbuatanmu sungguh membuat tokoh pemuka adat tercoreng!!! Kenapa kamu melakukan hal nan indak sepatutnyo dilakukan dan mencoreng adat desa??!!! " ucap dato' Rahman yang penuh amarah dan sorot matanya tajam menatap miko.
Bagaikan tersambar petir di siang hari, mendengar ucapan dato' Rahman miko tersentak kaget. semua pemangku adat yang berkumpul melihat kearah miko dengan perasaan jijik. miko pun mulai membuka suara dengan nada yang penuh kebingungan.
"tunggu dulu, apo maksud dato'?... ambo benar-benar indak tau apo nan dato' katokan. apo kesalahan ambo sahinggo adat-istiadat desa tercoreng dek ulah ambo dato'??? "
kemudian dato' Rahman melempar beberapa foto yang memperlihatkan miko yang memapah dan dipeluk oleh wanita kemarin. seakan tidak percaya, miko pun terheran siapa yang telah memotret dirinya secara diam-diam. belum sempat memberikan penjelasan, wanita itu berdiri dengan tatapan jijik menunjuk ke arah miko.
"kamu telah membuat saya mabuk dan memanfaatkan kesempatan ini untuk melecehkan saya!!!... kamu benar-benar biadab!!! sekarang kamu harus tanggung jawab!! ".ucap wanita itu marah dan menangis meminta pertanggung jawaban dari miko.
Sontak hal ini membuat suasana semakin memanas. semua amarah menuju kepada miko yang kini menjadi tidak berkutik. difitnah oleh wanita yang jelas-jelas telah ia tolong malah menuduhnya melakukan perbuatan yang mencoreng adat-istiadat. mikopun mencoba membela dirinya.
"astaghfirullah dato'... ambo benar-benar indak melakukan apo-apo terhadap wanita itu. justru ambo nan menolong dia-... "
"BRAKKK!! "
Belum sempat lagi miko menyelesaikan penjelasannya, dato' Rahman menggebrak meja sambil mendekati miko.
"DIAM KAMU!!!. Semuanya sudah jelas dengan bukti-bukti yang ada. Mulai sekarang, kami para pemangku adat sudah sepakat untuk hukumanmu yang tercela ini... kami sepakat kalau kamu harus pergi dari desa ini. batas waktumu 1 minggu!. jika kau tidak pergi, maka kami sendiri yang akan menyeretmu pergi dari kampung ini.! " ucap dato' Rahman yang kemudian berjalan pergi dan membubarkan para tamu.
Semua orang telah pergi meninggalkan kediaman rumah dato' anwar. miko masih tidak bisa mempercayai apa yang diputuskan oleh dato' Anwar. ia termenung mengapa dirinya yang selalu berbuat baik selalu dirundung masalah. ia berpikir apakah tuhan itu benar-benar adil?... kalau iya, lantas kenapa pada saat seperti ini tuhan malah tidak adil kepada miko. seketika lamunannya pecah ketika melihat elya yang sedang menuntun wanita yang memfitnah miko untuk mengantarkannya pulang. elya yang melihat miko langsung tertegun sejenak dihadapan miko.
"PLAKKK!!! "
Sebuah tamparan keras tepat mengenai wajah miko. elya yang tak bisa menahan perasaannya yang kini bercampur aduk menampar miko sambil menangis dan memalingkan wajahnya melanjutkan langkah. sekali lagi hati miko remuk dan berpikir bahwa seseorang yang sangat mencintainya juga mengungkapkan rasa kecewa yang sangat besar kepada dirinya.
"aku benci dirimu!!! "
kalimat itu terdengar sayup-sayup dari kejauhan yang diucapkan oleh elya. dibalik itu, wanita yang dibawa oleh elya tampak sedikit tersenyum dan fakta terbesarnya adalah ia menjebak miko dimalam itu dan membuat dirinya adalah pelaku kejahatan yang menodai si wanita. senyum itu juga menyatakan bahwa semua apa yang dikatakan saat dirumah dato' Anwar adalah kebohongan belaka.entah apa motif dari wanita itu sehingga membuat miko harus pergi dari desa ini.sungguh sangat memilukan...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!