Wulan duduk di kursi kayu panjang, kakinya tidak berhenti bergerak-gerak. Sesekali diremasnya jari jari tangannya yang terasa dingin.
Rasa gugup menyelimuti perasaannya saat ini.
" Wulan, tunggu sebentar ya. Setelah menyelesaikan dokumen ini,kita segera berangkat ke rumah majikan baru kamu." Bu Retno menjelaskan.
Wulandari hanya mengangguk.
Wulandari gadis desa sederhana yang penuh semangat.
Usianya baru menginjak 20tahun. tapi kedewasaan dalam dirinya membuatnya merasa memiliki tanggung jawab atas keluarganya. Terlebih lagi sebagai anak sulung dari 2 bersaudara.
Kedua orangtuanya hanyalah buruh tani biasa.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Wulan tidak tinggal diam begitu saja.
Beberapa pekerjaan pernah dia jalani. Sebagai pelayan toko kecil,sebagai tukang cuci piring di rumah makan sederhana pernah dia jalani.
Namun gaji yang didapatinya tak seberapa, terlebih lagi di desa tidak banyak yang bisa diharapkan.
Maka diputuskannya merantau ke ibukota.
Mengikuti jejak beberapa temannya yang sudah lebih dulu merantau. Namun karena pendidikannya yang hanya lulusan SMA maka tidak banyak kesempatan pekerjaan yang dapat diperoleh.
Akhirnya diputuskanlah mendaftar yayasan penyalur ART maupun Baby sitter.
Perasaannya sangat senang sekaligus bersemangat.
Setelah menyelesaikan pelatihannya di yayasan ANANDA milik seorang wanita yang disebut Bu Retno itu.
Dan sekarang saatnya Wulan akan mengabdikan diri pada majikan pertamanya.
Rasa gugup sedari tadi menggelayuti benaknya. ini akan menjadi pengalaman pertamanya sebagai baby sitter.
Meskipun sudah banyak yang dipelajarinya dalam mengasuh bayi maupun anak kecil dari yayasan.
"Ayo Wulan kita berangkat." kata Bu Retno membuyarkan lamunan Wulan.
"Iya Bu." jawab Wulan sambil berdiri dan berjalan mengiringi langkah Bu Retno menuju mobil. Tangannya menjinjing erat tas besar berisi pakaian.
"Wulan, kamu nanti akan bekerja pada tuan Jason Hartono."
"Beliau adalah orang berpengaruh, salah satu pemilik perusahaan besar di kota ini, jadi ibu mohon kamu bekerjalah dengan baik.jangan membuat kesalahan yang berakibat citra buruk untuk yayasan." sambil memainkan kemudi mobil Bu Retno menjelaskan.
"Baik Bu, saya tidak akan mengecewakan ibu. Saya janji akan bekerja dengan baik," jawab Wulan dengan mantab.
"Bagus, Wulan," jawab Bu Retno diiringi dengan seulas senyum di bibirnya.
Sekitar 45 menit perjalanan mereka sudah memasuki area perumahan elit. Berderet bangunan rumah mewah. Hampir dari semua rumah itu merupakan bangunan bertingkat yang memiliki gerbang tinggi dengan halaman yang luas.
Tiba-tiba mobil berhenti didepan sebuah rumah megah dengan gaya Eropa modern.
Disambut dengan seorang satpam di pos penjagaan di dekat gerbang teralis yang tinggi menjulang.
"Selamat siang pak, kami dari yayasan Ananda," sapa Bu Retno kepada satpam tersebut.
"Selamat siang, ya tuan sudah menunggu, silahkan," sambut satpam tersebut sambil membukakan pintu gerbang agar mobil bisa masuk.
Wulan segera turun dari mobil. Diedarkannya pandangan matanya menyapu seluruh tempat itu.
Halamannya begitu luas dengan taman yang besar dan begitu indah. Terdapat bangku dan ayunan berwarna-warni didekat kolam ikan.
Matanya begitu takjub melihat pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya seumur hidup.
Rumah yang megah berdiri kokoh dihadapannya,memiliki pintu kayu jati dengan ukiran yang besar.
Seseorang keluar menyambut kedatangan Wulan dan Bu Retno.
"Silahkan masuk," kata wanita paruh baya itu, yang hanya dijawab dengan anggukan kepala Bu Retno dan Wulan. keduanya mengikuti langkah kaki wanita tersebut.
"Silahkan duduk, mohon tunggu sebentar ya, saya lapor dulu pada tuan," kata wanita itu sambil mengundurkan diri.
Sepertinya itu adalah asisten rumah tangga di rumah besar ini.
Wulan tidak henti-hentinya berdecak kagum.
Didalam rumah terasa lebih menakjubkan, banyak interior yang cantik yang sama sekali belum pernah dia lihat.
Bahkan rumah pak Prapto orang paling kaya di desanya saja tidak ada apa apanya dibanding rumah ini.
"Ck..ck..ck..ini rumah atau istana sih," gumam Wulan berdecak kagum.
"Apa?" Tanya Bu Retno karena mendengar Wulan mengucapkan sesuatu.
"Ahh tidak Bu..hehe.." jawab Wulan malu..digaruknya kepalanya yang tidak gatal.
Tidak berapa lama seorang pria tampak turun dari tangga menuju ruang tamu tempat mereka menunggu.
Segera Bu Retno bangkit dari tempat duduknya,diikuti oleh Wulan.
"Selamat siang tuan, kami dari yayasan Ananda sesuai permintaan tuan untuk mengirim baby sitter," jelas Bu Retno.
"Hmm, selamat siang," jawab pria itu tanpa senyuman.
"Ini beberapa dokumen identitas diri,serta sertifikat yang menyatakan bahwa Wulandari sudah lulus pelatihan dari yayasan kami" kata Bu Retno menjelaskan beberapa hal kepada pria tersebut.
Pria itu hanya mengangguk mendengarkan tanpa banyak bicara.
Wulan bahkan memandangi penuh ketakjuban pria yang kini duduk dihadapannya.
Wajahnya sangat tampan,kulit wajahnya terlihat bersih terawat,dengan sedikit bulu bulu halus di dagunya.
Garis wajah yang tegas dengan mata yang indah berwarna coklat. Hidungnya mancung dengan alis yang tebal menambah sempurna. Namun bibirnya seolah tampak tidak pernah terhiasi senyuman.
Usianya mungkin baru sekitar 28 tahunan, namun tampak begitu berwibawa terlihat dari sikap dan gaya bicaranya. pria itu mengenakan kemeja biru muda dengan celana kain warna gelap.
"Berapa umurmu?" Tanya pria tersebut pada Wulan.
Yang ditanya masih tampak diam dalam lamunan ketakjubannya sendiri.
"Wulan...." Bu Retno menyikut tangan Wulan yang duduk terbengong disampingnya.
"Eh i..iya Bu maaf?" Jawab Wulan gugup tersadar.
"Tuan Jason bertanya berapa umurmu?" Jawab Bu Retno setengah berbisik.
"Sa..saya 20 tahun tuan," jawab Wulan.
"Dia belum berpengalaman?" Tanya pria itu kini beralih pada Bu Retno.
"Belum tuan, tapi saya pastikan dia akan bekerja dengan baik," jawab Bu Retno agak segan.
"Pastikan dia tidak mengecewakan seperti yang sebelum-sebelumnya," jawab Jason dengan sorot mata yang tegas.
"Baik tuan, kalau begitu saya pamit undur diri" kata Bu Retno berpamitan pada Jason, dan si tuan rumah hanya menganggukkan kepala.
"Wulan bekerjalah dengan baik ya, jangan kecewakan tuan Jason, ibu pamit dulu," kata Bu Retno sambil menepuk bahu Wulan.
"Baik Bu, terimakasih ya Bu," jawab Wulan mengiringi kepergian Bu Retno dengan mobilnya hingga menghilang di balik pagar.
"siapa namamu tadi," tanya Jason mengagetkan Wulan yang mematung didepan pintu.
"Wulan tuan, Wulandari," jawabnya sambil menunduk sopan.
"Kamu disini akan bertugas mengasuh dan menjaga anak lelaki saya, namanya Rayyan, dia berumur 4tahun, pastikan kamu melakukan tugasmu dengan baik"jelas Jason dengan suara datar.
"Baik tuan," jawab Wulan.
"Bi...bi Irah..." Jason setengah berteriak memanggil asisten rumah tangganya.
"Iya tuan," yang dipanggil segera tergopoh-gopoh mendekati tuannya.rupanya wanita yang tadi membukakan pintu untuk Wulan dan Bu Retno bernama bi Irah.
"Tunjukan kamar untuk dia," katanya kepada Bi Irah dengan ujung mata mengarah pada Wulan.
"Sekarang kamu boleh istirahat dulu untuk hari ini, besok kamu bisa mulai bekerja," kata Jason pada Wulan sambil berlalu.
"Baik tuan, terimakasih," jawab Wulan sambil menatap kepergian Jason.
" Mari neng, saya tunjukan kamarnya," kata bi Irah sambil berjalan menuju ke belakang.
Wulan mengekor di belakangnya sambil membawa tas besar berisi baju baju nya.
Dia masih tak henti-hentinya mengagumi rumah majikannya itu.
"Ini kamar eneng mulai sekarang," kata bi Irah sambil membuka pintu sebuah kamar.
"Iya terimakasih Bu," jawab Wulan sembari tersenyum.
"Jangan panggil Bu, panggil saja bibi," jawab Bi Irah membalas senyuman Wulan.
"Eh iya,kita belum berkenalan, nama saya Wulandari Bi tapi biasa dipanggil wulan" kata Wulan sambil mengulurkan tangannya.
" Nama bibi Sutirah, tapi panggilannya Irah neng,biar lebih keren," kata bi Irah terkekeh sambil menyambut uluran tangan Wulan.
"Ah bibi bisa aja, mohon bantuannya ya Bi ini pertama kalinya Wulan bekerja di rumah orang kaya begini bi, Wulan takut bikin salah," kata Wulan.
"Gak usah takut neng, tuan Jason walaupun kelihatannya angkuh tapi orangnya baik kok," jawab bi Irah.
" Yang tinggal disini ada 5 orang neng, tuan Jason ,nyonya Andini, sama anaknya den Rayyan," lanjut bi Irah lagi.
"Lhoh katanya ada 5 bi, yang 2 lagi?"tanya Wulan bingung.
"Ya kan ada bibi sama pak Amat juga, pak Amat itu sopirnya tuan," jawab bi Irah.
"Sebenarnya ada juga pak satpam, malah satpam disini ada dua tapi mereka gak tidur disini. Pada pulang kalau gantian shift neng," jelas bi Irah panjang.
"Oh gitu ya bi? Tapi kok tadi saya belum ketemu nyonya Andini sama den Rayyan nya ya bi?" tanya Wulan lagi.
"Kalau jam segini den Rayyan nya belum bangun, tadi ditidurin sama bibi. Kalau nyonya, ehm..itu..anu di kamarnya," jawab bi Irah sedikit ragu.wulan hanya mengangguk mendengarkan.
"Ya sudah ,lebih baik neng istirahat dulu,Kan baru besok mulai kerjanya. Bibi masih ada kerjaan di dapur," kata bi Irah mengakhiri percakapannya dengan Wulan.
Wulan masuk kedalam kamar yang ditunjukan bi Irah.
Kamarnya tidak begitu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Terdapat sebuah ranjang yang lumayan besar kalau untuk dirinya sendiri, meja dan kursi serta sebuah lemari kayu.
Kamar yang bagus,bahkan jauh lebih bagus dari kamar dirumahnya dikampung.
Dibukanya tas berisi pakaian kemudian dimasukan dan ditatanya di dalam lemari.
Terdapat tiga seragam berwarna putih yang didapatkan nya dari yayasan.
Yang akan menjadi pakaian kerjanya mulai besok.
Setelah selesai Wulan merebahkan diri di ranjang yang empuk,tak terasa semakin lama matanya semakin berat dan tanpa disadari akhirnya dirinya tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!