Malam itu langkah kaki seseorang terdengar jelas di area atap sebuah rumah terbengkalai di pinggiran kota.
Terlihat ke empat orang sekawan nampak berjalan secara perlahan menaiki satu persatu anak tangga menuju ke area loteng.
"Apakah kalian mendengar sebuah langkah kaki di area atap?" ucap Fanda menatap ke arah kamera yang tengah di pegang oleh Arka saat itu.
"Sepertinya kita harus mengeceknya secara langsung, bukankah begitu?" ucap Ayu menatap ke arah Gabriela yang hanya terdiam mengikuti ketiganya.
"Ap..akah sebaiknya kita pulang saja? Perasaan ku benar-benar tidak enak." ucap Gabriela sambil memegang jaket levis yang di kenakan oleh Ayu kala itu.
Tak tak tak tak ...
Bruak....
"Aaaaa" pekik ketiganya secara bersamaan, yang lantas menghentikan langkah kaki mereka kala itu.
Hembusan napas berat terasa begitu sesak bagi Gabriela, instingnya yang kuat terhadap makhluk astral membuatnya begitu takut akan kehadiran mereka yang tak terlihat di dekatnya.
Sayang sekali Gabriela tak bisa melihat dengan jelas rupa dari mereka, Gabriela hanya bisa merasakan namun tidak bisa melihat dengan jelas gambaran mereka.
"Bu...kan kah sudah ku katakan agar tidak di teruskan? Kalian benar-benar tak mau mendengarkan ku... Aaaaaaaaaaaaa" pekik Gabriela dengan tiba-tiba yang lantas membuat ketiganya terkejut dengan seketika.
"Gabriela!" ucap Ayu dan juga Fanda dengan spontan.
.
.
.
.
Area dalam mobil
"Bagaimana hasilnya? Apakah bagus? Kamu dapat gambarnya kan Ar?" ucap Ayu dengan raut wajah yang penasaran.
"Tentu saja, akting Gabriela bahkan tidak lagi di ragukan... Kau yang terbaik." ucap Arka sambil menatap ke arah kamera, seakan tengah mengecek hasil vidio yang ia rekam.
"Aku tidak sedang berakting!" ucap Gabriela dengan kesal.
"Ayolah El.... Kita sama-sama tahu kamu tidak bisa mengundang arwah untuk masuk ke tubuh mu, bagaimana bisa mendadak kamu kerasukan?" ucap Fanda menimpali perkataan Gabriela sambil tetap fokus menyetir.
"Terserah apa katamu, tapi yang jelas aku serius akan hal ini." ucap Gabriela dengan malas.
Tubuhnya bahkan masih terasa begitu lemas, tapi teman-temannya malah menganggap jika kejadian tersebut hanyalah rekayasa belakang.
"Sudah hentikan, jangan keterlaluan Fan... Kita tidak tahu yang sebenarnya. Mungkin saja arwah di tempat tersebut begitu kuat sehingga bisa memasuki alam bawah sadar Gabriela." ucap Ayu yang seakan tak senang dengan respon Fanda barusan.
"Iya ya ya... Tak masalah dengan itu, tapi yang terpenting adalah.. Adsense. Setidaknya dengan Gabriela kesurupan, aku yakin pendapatan kita jadi lebih tinggi." ucap Fanda dengan senyum sumringah.
"Terserah" ucap Ayu kemudian.
***
Tengah malam
Setelah melakukan penelusuran, keempatnya memutuskan untuk menginap di rumah kontrakan Arka untuk melanjutkan proses pengeditan.
Terlihat Arka sedang sibuk mengerjakan bagiannya sebagai editing, Fanda dan Gabriela nampak tertidur pulas di sofa. Sedangkan Ayu, sepertinya Ayu tengah di dapur untuk membuat kopi.
"Ay apakah masih lama? Berikan aku secangkir kopi juga..." ucap Arka dari area ruang tamu.
Tak ada jawaban apapun dari Ayu, membuat Arka lantas mengernyit dengan raut wajah yang penasaran akan hal tersebut.
"Woy Fan... Fanda... Bangun bantuin Ayu kek... Fan..." ucap Arka mencoba untuk membangunkan Fanda yang nampak terlelap di sebelah Gabriela.
"Akhhhhh jangan ganggu! Berisik deh... Ngantuk banget nih." ucap Fanda meracau sambil tetap melanjutkan tidurnya.
Arka yang melihat Fanda hanya mengacuhkannya, lantas menghela napasnya dengan panjang.
"Benar-bener ngeselin kau!" ucap Arka sambil menepuk kesal pantat Fanda.
Arka yang tak bisa membangunkan Fanda, pada akhirnya memutuskan untuk menghampiri Ayu saat itu. Entah mengapa keadaan yang begitu hening, membuat Arka begitu penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Ayu saat ini.
.
.
Dapur
"Ay apa yang kamu buat, mengapa begitu lama sekali?" ucap Arka ketika melihat Ayu yang tengah mengaduk kopi dengan posisi memunggunginya.
Ayu terdiam tak menanggapi perkataan Arka barusan, hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan gelas terdengar begitu aneh bagi Arka saat itu.
Hawa dingin mendadak mulai menyeruak menyapa Arka begitu langkah kakinya kian mendekat ke arah Ayu saat itu. Diusapnya area tengkuknya perlahan, seakan mencoba untuk menetralisir keadaan saat itu.
"Ay... Apa kamu mendengar ku?" ucap Arka kemudian sambil memegang pundak Ayu karena mengira jika Ayu tidak mendengar suaranya.
Mendapati seseorang menyentuh area pundaknya, membuat Ayu perlahan-lahan mulai berputar dan tersenyum aneh menatap ke arah Arka.
"Hai Arka..." ucap Ayu sambil tersenyum simpul.
Arka yang melihat tingkah Ayu sedikit aneh terlihat bertanya-tanya. Sampai kemudian pandangannya terhenti pada sudut bibir Ayu yang terdapat benda aneh yang mirip dengan gumpalan rambut.
"Ay apa itu? Ayo muntahkan... Tidakkah kamu menyadarinya?" tanya Arka terkejut sambil mulai menarik rambut di sudut bibir Ayu.
Ayu yang mendengar perintah tersebut lantas membuka mulutnya, sedangkan Arka mencoba menarik benda asing tersebut.
Cras... Srek... Huek....
Ayu terlihat muntah begitu mendapati Arka menarik benda tersebut, anehnya semakin di tarik malah semakin panjang dan tanpa henti.
Arka terkejut melihat gumpalan rambut yang begitu panjang keluar dari mulut Ayu saat itu. Sampai kemudian sebuah cairan yang berbau busuk ikut keluar dari mulut Ayu, yang tentu saja membuatnya terkejut bukan main.
"Ay... Ada apa dengan mu? Apa kamu baik-baik saja?" ucap Arka terkejut sambil menatap ke arah Ayu dengan tatapan yang kebingungan.
Hoek... Hoek... Hoek.....
Argghhhhhhh
Arka mundur perlahan, Ayu saat ini bukanlah Ayu yang ia kenal. Manik mata Ayu bahkan terlihat memerah di sertai gumpalan rambut yang terus terulur menjuntai ke lantai.
Entah apa yang terjadi kepada Ayu, namun yang jelas ia harus cepat meminta bantuan dan menyelamatkan Ayu.
Arka memutuskan untuk bangkit dari tempatnya hendak menuju ke arah Fanda dan juga Gabriela yang tengah tertidur saat itu.
Dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya, Arka mencoba untuk melangkah secepat mungkin keluar dari area dapur.
Srek... Srek...Brak....
Suara rambut yang terulur dari mulut Ayu membuat suasananya kian mencekam, Tubuh Arka terjatuh dan menghantam lantai ketika gumpalan rambut tersebut melilit kakinya.
"Aaaaaaapaaaa ini.... Ayu sadar!" pekik Arka ketika benda tersebut menyeretnya dengan cepat menuju ke arah Ayu.
Bugh bugh bugh.... Brak...
Criet criet.....
Tarikan gumpalan tersebut yang begitu kuat dan menariknya ke sembarang arah, membuat tubuh Arka membentur beberapa benda di area dapur. Arka meringis ketika tubuhnya tak sengaja menabrak kursi dan juga meja di area dapur.
Sampai kemudian tubuhnya tergantung terbalik dengan posisi kepalanya tepat di hadapan Ayu saat itu.
"KALIAN TAK SEHARUSNYA BERMAIN-MAIN DI TEMPAT KU! ANTARKAN AKU PULANG... ANTARKAN AKU PULANG AAAAAAAAAAA"
"Hhhhhhhhhhhhh dimana aku?
Bersambung
Di sebuah Rumah
Dari area luar Gabriela terlihat memasuki area Rumah tersebut. Gabriela bahkan yakin jika Rumah yang ia datangi saat ini adalah Rumah yang sama, dimana ia dan ketiga temannya melakukan penelusuran. Sayangnya kali ini dalam kondisi yang bagus, tanpa ada kerusakan apapun. Sungguh jauh berbeda dengan yang mereka datangi.
"Aku yakin ini adalah Rumah itu, pesan apa yang akan ia bawakan kepada ku? Mengapa aku bisa sampai di sini?" ucap Gabriela kebingungan.
Gabriela yang penasaran lantas mulai membawa langkah kakinya masuk ke dalam. Suara benturan beberapa benda keras terdengar beberapa kali dan menyambut kedatangan Gabriela saat itu.
Cetar... Brak... Brak...
"Dengarkan aku mas, aku sama sekali tidak ada hubungan dengan Pria itu... Apakah kamu mendengar ku?" ucap seorang wanita dengan tinggi semampai yang menggunakan dress berwarna putih membalut tubuhnya.
"Persetan dengan penjelasan mu, aku bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Dan kau masih ingin mengelaknya? Dasar j4l4ng!" pekik Pria itu.
Pertengkaran hebat terjadi di antara keduanya membuat Gabriela yang melihat hal tersebut seakan merasa terus terseret masuk ke dalamnya.
Pria itu yang terlihat begitu marah terus saja melempar beberapa barang, hingga tak sadar jika sebuah vas membentur kepala wanita itu dan pecah berserakan di lantai.
Brak...
Tubuh wanita itu jatuh dengan beberapa darah terlihat merembes dari luka akibat goresan vas tersebut. Pria itu nampak begitu panik melihat keadaan si wanita, sampai kemudian pandangannya tertuju pada sebuah balok kayu yang entah akan ia apakan.
"Tidak... Jangan...." pekik Gabriela kemudian
***
Rumah Arka
Dari area dapur Ayu yang baru saja membuat kopi, lantas terlihat mengernyit begitu mendapati jika ketiga temannya sedang tertidur pulas.
"Sepertinya mereka terlalu lelah, ah pantas saja... Ini bahkan sudah pukul 2, sebaiknya aku saja yang melanjutkannya..." ucap Ayu kemudian sambil meletakkan kopi yang ia bawa, kemudian membawa laptop di hadapan Arka mendekat ke arahnya.
.
.
Beberapa menit kemudian
Ayu melanjutkan pekerjaan Arka mengedit beberapa bagian vidio yang akan tayang pagi ini. Tidak banyak yang harus Ayu lakukan karena memang Arka sudah hampir menyelesaikannya. Cukup menambahkan beberapa hal vidio tersebut sudah selesai.
"Ah.. Akhirnya..." ucap Ayu sambil merenggangkan lehernya yang terasa kaku.
Waktu menunjukkan pukul 2.40, setelah Ayu selesai beberes, Ayu yang tadinya ingin melangkah menuju kamar mandi lantas dikejutkan dengan suara teriakan Arka saat itu.
"Ay... Ayu..... Apa yang terjadi ..." ucap Arka dengan nada yang meracau.
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Ayu bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, keringat dingin terlihat jelas membasahi tubuh Arka saat itu, membuat Ayu lantas mulai khawatir karenanya.
"Ar are you oke? Arka bangun... Arka...." ucap Ayu sambil menepuk pipi Arka beberapa kali.
Hanya saja sekuat apapun Ayu mencoba untuk membangunkan Pria itu, anehnya Arka tetap saja tidak bangun dan terus saja meracau tak jelas.
Ayu terlihat mulai panik tidak tahu apa yang harus ia lakukan, sampai kemudian teriakan yang kesekian kalinya dari Arka, lantas membuat Fanda dan Gabriela terbangun karenanya.
"Apa yang terjadi Ay? Ada apa dengan Arka?" tanya Fanda yang langsung melompat bangun dan berjalan ke arah Ayu begitu mendengar teriakan Arka.
"Aku benar-benar tidak tahu, tadi Arka tertidur dan mendadak meracau tak jelas. Aku bahkan sudah mencoba untuk membangunkannya sedari tadi namun Arka tetap saja seperti ini." ucap Ayu menjelaskan.
Mendengar penjelasan Ayu tentu saja membuat keduanya panik, hingga kemudian Gabriela maju dan mencoba untuk membangunkan Arka dengan tangan yang gemetaran.
"Arka sadarlah jangan membuat kami takut!" pekik Gabriela sambil menepuk pipi Arka cukup kuat.
"ANTARKAN AKU PULANG!" pekik Arka sebelum akhirnya membuka mata dengan sempurna.
Hhhhhhhhh
Hembusan napas berat disertai keringat dingin terdengar jelas dari mulut Arka saat itu. Ketiganya bernapas lega ketika mendapati jika Arka sudah sadar.
"hhhhhhh dimana aku?" ucap Arka dengan spontan.
"Ya di rumah goblok, bener-benar ya... Bisa gak sih kalau tidur itu baca doa atau apa gitu? Buat kita takut tau gak sih?" ucap Fanda dengan nada yang kesal.
"Fan hentikan! Jangan memperkeruh keadaan." ucap Ayu kemudian yang lantas membuat Arka langsung menoleh ke arah sampingnya.
"Ayu..." pekik Arka yang tentu saja mengejutkan ketiganya.
"Apalagi Ar? Kau membuat ku jantungan!" pekik Fanda dengan kesal.
"Katakan ada apa Ar? Apakah kamu bermimpi?" ucap Gabriela kemudian dengan raut wajah penasaran.
Arka mengusap raut wajahnya dengan kasar kemudian menatap ke arah ketiga temannya dengan intens.
"Sepertinya ada yang ikut pulang bersama dengan kita, aku memang tidak bisa melihat namun ini adalah feeling ku saja. Kita sudah sering bukan membuat konten horor? Aku tahu aku tidak sepeka Gabriela atau bahkan memiliki kelebihan, tapi aku harap kalian percaya kepada ku saat ini. Meski ini pertama kalinya bagi kita, namun aku yakin dengan feeling ku." ucap Arka kemudian yang lantas membuat ketiganya saling pandang satu sama lain.
"Ya kamu benar, sejak kita pulang aku merasakan energi tidak enak ikut bersama kita. Aku bahkan bermimpi memasuki rumah yang baru saja kita datangi tadi dan sesuatu yang aneh terjadi. Karena itulah aku bertanya padamu apakah kamu bermimpi? Mungkin saja mimpi kita berdua sama." ucap Gabriela kemudian.
"Kamu juga bermimpi? Apa yang ada dalam mimpi mu?" tanya Arka dengan raut wajah yang penasaran.
"Entahlah, rasanya aku seperti di bawa kembali ke Rumah tersebut. Tidak hanya itu, di sana aku melihat sepasang suami istri mungkin.. Sedang bertengkar hebat dan melempar beberapa barang, keduanya saling cekcok dan tak ada yang ingin mengalah. Sampai kemudian sebuah vas terlempar dan mengenai kepala si wanita." ucap Gabriela menjelaskan.
"Lalu apa yang terjadi?" ucap Fanda dengan penasaran.
"Aku tidak tahu, aku mendadak terbangun ketika mendengar teriakan Arka barusan." ucap Gabriela kemudian.
"Baik... Jika Gabriela di bawa ke kejadian sebelum Rumah itu terbengkalai, sedangkan Arka juga memimpikan sesuatu yang bisa di artikan ingin di antarkan pulang. Menurut ku bukankah ini berhubungan? Sepertinya apa yang dikatakan oleh Arka ada benarnya juga. Atau jangan-jangan... Yang meminta untuk di antarkan pulang adalah wanita di mimpi Gabriela?" ucap Ayu mulai menerka alur ceritanya.
"Bisa jadi seperti itu, lalu bagaimana pendapat kalian?" ucap Arka kemudian bertanya.
"Mari kita antar pulang, meski aku sedikit takut dengan kejadian sebelumnya. Tapi kita harus menyelesaikan apa yang kita perbuat. Kita bahkan sudah masuk ke Rumahnya tanpa ijin, bukankah ini sebagai bentuk permintaan maaf kita?" ucap Gabriela mengusulkan pendapat.
"Aku setuju, bagaimana dengan mu Ar?" ucap Ayu kemudian.
"Aku juga setuju, mari kita selesaikan sebelum matahari terbit. Ayo berangkat..." ucap Arka yang kemudian di balas anggukan kepala oleh Ayu dan juga Gabriela.
Melihat ketiga temannya setuju tentu saja membuat Fanda kebingungan karena tak ada yang menanyakan pendapatnya sama sekali saat itu.
"Bukankah kalian harusnya juga bertanya kepadaku? Halo guys...." ucap Fanda kemudian dengan nada yang kesal.
"Sudahlah, kami tahu kau pasti tak akan setuju. Jadi mau tidak mau kau harus tetap ikut!" ucap Arka sambil melirik sekilas ke arah belakang, yang dibalas raut wajah cemberut Fanda saat itu.
"Sial! Benar-benar menyebalkan."
Bersambung
Rumah kosong terbengkalai
Hawa dingin bercampur bau lembap terasa menyeruak menusuk ke hidung. Dari area ruang tengah keempatnya nampak masuk secara perlahan, dengan Arka sebagai juru kamera mereka. Sepertinya keempatnya tak ingin melewatkan momen penting seperti kali ini.
"Apakah boleh merekam seperti ini Ar? Kita kan tidak sedang melakukan penelusuran melainkan mengantarkan arwah untuk pulang." ucap Fanda dengan raut wajah yang khawatir.
Fanda sebenarnya malas untuk datang kembali ke tempat ini, mengingat kejadian Gabriela kesurupan sebelumnya cukup menjadi alasan untuk dirinya enggan kembali ke tempat ini.
"Tidak ada larangan untuk tidak merekam, lagi pula kita hanya mencari nafkah bukan?" ucap Arka dengan nada yang santai.
"Ssttt jangan berisik" ucap Ayu memperingatkan.
Mendengar hal tersebut tentu saja langsung membuat Fanda cemberut karenanya.
"Dimana kamu melihat pertengkaran itu terjadi Briel?" tanya Ayu kemudian.
"Seharusnya di area sini, aku melihat beberapa barang terlempar ke sana kemari dan berakhir tepat di kepala wanita tersebut." ucap Gabriela sambil menunjuk ke arah beberapa sudut ruangan tersebut.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Fanda kemudian sambil mengusap tengkuknya yang meremang saat itu.
"Entahlah, sebelum aku dapat melihatnya aku sudah terbangun dengan teriakan Arka kala itu." ucap Gabriela kemudian.
Ayu terdiam sejenak mencoba untuk berpikir sekaligus memecahkan teka-teki ini. Sampai kemudian sebuah suara benda terjatuh lantas terdengar nyaring dan mengejutkan keempatnya.
Cetar....
"Suara apa itu? Bulu kuduk ku semakin tidak bisa dikondisikan." ucap Fanda sambil bergidik ngeri.
"Apa mau mu sebenarnya? Jika kamu tidak mengatakannya kepada kami, kami tidak akan mengerti." ucap Ayu kemudian dengan nada yang berteriak.
Fanda yang melihat suasana kian mencekam mulai memegang tangan Gabriela dengan erat. Sepertinya Pria itu tengah menahan ketakutan di dalam dirinya.
"Aaaaaaa"
Sebuah teriakan yang berasal dari Gabriela dan juga Fanda terdengar jelas menggema di ruangan tersebut. Gabriela mendadak terseret cukup jauh, begitu juga Fanda karena memang dirinya yang saat itu tengah memegang erat tangan Gabriela.
Mendapati hal tersebut tentu saja membuat Ayu dan Arka saling pandang, kemudian langsung bergerak dan mencoba untuk menyusul ke arah keduanya di seret.
Keduanya di seret paksa oleh bayang gelap yang entah berasal dari mana. Begitu cepat hingga membuat Ayu dan juga Arka kewalahan mengejar keduanya.
"Aaa lepaskan... Lepaskan ku bilang... Apa yang kau lakukan ha?" ucap Gabriela ketika sebuah bayangan gelap menariknya dengan kuat, sedangkan Fanda bukannya menolak malah tetap berpegangan kuat di tangannya dan ikut terseret bersama dengannya.
"Kau berbicara kepada ku? Harusnya yang kau suruh lepaskan itu setan yang sedang menyeret kaki mu!" ucap Fanda dengan kesal.
"Aku tahu! Tapi setidaknya lepaskan juga tangan mu sekarang, sakit tahu!" pekik Gabriela dengan kesal.
"Apa?" ucap Fanda yang baru sadar dan langsung melepaskan tangannya begitu saja.
Gedubrak...
Keduanya jatuh dan terpental secara bersamaan, Gabriela yang saat itu tengah di bawa naik oleh bayangan tersebut lantas langsung di lempar dan jatuh menghantam sebuah kotak kayu. Sedangkan Fanda, ia jatuh terguling menuruni tangga tepat ketika Fanda melepas pegangan tangannya.
"Kalian berdua tidak apa-apa?" tanya Ayu kemudian yang melihat keduanya terkulai lemas.
"Masih tanya lagi, sakit tahu..." ucap Fanda dengan kesal.
"Baiklah, melihat dari omelan mu itu aku rasa kau baik-baik saja." ucap Ayu kemudian bangkit dan meninggalkan Fanda di sana lalu beralih ke arah Gabriela.
"Apa? Bagaimana bisa dia begitu tega mengatakan hal tersebut kepadaku?" ucap Fanda dengan manik mata terbelalak.
"Sudahlah, ayo bangkit sekarang..." ucap Arka kemudian sambil mengulurkan tangannya ke arah Fanda.
.
.
.
"Apa kamu baik-baik saja Briel?" tanya Ayu kemudian.
"Ya, hanya sedikit sakit..." ucap Gabriela sambil mencoba bangun dari posisinya.
Gabriela yang saat itu jatuh dalam posisi terlentang, berusaha untuk bangkit dengan bantuan Ayu. Hanya saja ketika ia hendak berpegangan pada sesuatu di lantai, sebuah benda aneh mendadak tak sengaja ia pegang saat itu.
Gabriela mengangkat secara perlahan benda tersebut dan menatapnya dengan tatapan yang intens begitu juga Ayu.
"Benda apa ini?" ucap Gabriela sambil bergidik ngeri menunjukkan ke arah yang lainnya.
"Tulang manusia!" ucap mereka secara bersamaan.
.
.
.
Beberapa menit setelah penemuan tulang manusia tersebut, pihak kepolisian datang dan melakukan investigasi.
Keempatnya bahkan langsung dimintai keterangan yang mungkin akan berhubungan dengan proses penyelidikan oleh pihak kepolisian.
"Kami ingin mengucapkan terima kasih, berkat kalian kami bisa menyelesaikan kasus ini. Pemilik rumah mengaku telah kehilangan istrinya lima tahun yang lalu, entah apa yang telah terjadi namun kami tak berhasil melacak keberadaannya. Kami akan melakukan uji forensik pada kerangka manusia tersebut, jika memang hasilnya cocok kami akan langsung melakukan penangkapan kepada pemilik rumah secepatnya." ucap salah satu polisi.
"Baik Pak, semoga semuanya cepat selesai. Kami berharap pelakunya dapat menerima bayaran yang setimpal." ucap Arka kemudian.
"Tentu, tak perlu khawatir. Kami permisi..." ucap polisi tersebut dengan senyuman yang mengembang, sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari tempat tersebut.
Setelah menyelesaikan segala prosedurnya, Arka terlihat melangkahkan kakinya mendekat ke arah ketiga temannya yang sedari tadi sedang menunggunya.
"Bagaimana?" tanya Fanda dengan raut wajah yang penasaran.
"Sepertinya apa yang dilihat oleh Gabriela itu benar. Pemilik rumah ini melaporkan istrinya yang hilang entah kemana 5 tahun lalu, namun sayangnya hingga kini pihak kepolisian tak bisa menemukan keberadaannya. Aku rasa setelah pertengkaran hebat tersebut, tanpa sengaja pemilik rumah menyakiti istrinya karena takut ketahuan maka ia menyembunyikan jasad istrinya pada kotak tua yang tak sengaja di tabrak oleh Gabriela saat itu." ucap Arka menjelaskan segalanya.
"Sepertinya maksud dari "Antarkan aku pulang" adalah ini. Arwah wanita itu menginginkan sebuah kebenarannya terungkap melalui kita. Aku tak menyangka jika kita bisa mendapatkan cuan sekaligus membantu arwah untuk naik ke atas sana." ucap Ayu sambil menunjuk ke langit.
"Iya, ini bahkan pengalaman pertama ku. Bagaimana bisa sebuah konten jadi seseram ini?" gerutu Fanda dengan nada yang kesal.
"Ayolah... Bukankah kau yang mengusulkan konten horor ini? Jadi aku rasa tidak buruk juga setelah berkecimpung di dalamnya." ucap Gabriela sambil menyenggol tubuh Fanda yang terlihat lesu itu.
"Itu benar, dapat uang sekaligus membantu arwah naik ke atas. Bukankah sebuah bentuk kemanusiaan?" ucap Arka dengan nada menggoda.
"Terserah..." ucap Fanda sambil memutar bola matanya dengan jengah.
"TEROR?" ucap Arka kemudian cukup keras.
"Penelusuran tanpa batas!" ucap keempatnya serentak yang di akhiri dengan tawa di akhir kalimatnya.
"Ngomong-ngomong, tidakkah seharusnya kita mengganti nama channel youtube kita? Aku rasa TEROR sedikit terlalu aneh..." ucap Fanda kemudian.
"Ayolah.. Itu bahkan letak spesialnya, benar bukan?" ucap Ayu kemudian sambil merangkul leher Fanda.
"Aku setuju, ayo pergi makan.. Aku lapar..." rengek Gabriela sambil mulai melangkah pergi.
"Setuju..." ucap Ayu dan juga Arka sebelum pada akhirnya berlalu pergi mengikuti Gabriela.
"Tunggu sebentar, bisakah kalian mendengarkan ku sekali saja.. Hai guys..." pekik Fanda yang lagi dan lagi selalu saja begini. "Benar-benar menyebalkan" ucap Fanda kembali.
Sampai kemudian sebuah suara yang lembut namun terdengar nyaring, mendadak menyapa telinga Fanda dan membuatnya langsung berlari ketakutan melewati ketiganya.
"Terima kasih"
"Aaaaaaa setan ......" teriak Fanda dengan keras yang lantas membuat tawa ketiga temannya menggema melihat kelakukan Fanda saat itu.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!