BAB 1 PRIA TAMPAN ITU
Hujan semalam masih menyisakan airnya terutama di sela sela jalan bebatuan.
"hari hari yang membosankan. Kenapa si setiap hari harus bangun pagi untuk ke kampus? ufh!"
Gerutuku, yang entah kepada siapa gerutu ini kutujukan. Rasanya malas sekali setiap hari harus melewati ini semua. Sebal!
Sesekali mataku melirik ke cowok pendiam disampingku. Ya. Dia adalah kakak laki-laki ku. Meskipun dia adalah kakak ku, tapi dia sempat berhenti sekolah 2 tahun karena mama melarangnya untuk melanjutkan sekolah ketika dibangku SMP. Sehingga sekarang kami satu angkatan. Dan ini adalah hari pertama dia pindah ke kampusku. Karena kata mama, lebih baik kalau dia berada di kampus yang sama denganku, supaya aku bisa memantaunya. Entah memantaunya dari apa.
"Heh kak. Ngomong dong. Jangan diam aja!"
tanyaku memastikan dia masih bernafas. Habisnya dia orang paling gak pernah ngomong di dunia ini. Heran!
"Apa"
katanya lirih tanpa menoleh sedikitpun kearahku, dan masih sibuk memandangi jalanan dari balik kaca mobil.
"Apa??? sekalinya ngomong cuma gitu doang? Gak ada kata kata lain gitu yang lebih panjang? Misalnya, iya ada apa Kesy.."
kataku panjang lebar, yang justru tidak ada respon lagi dari nya.
...----------------...
Setelah memarkirkan mobil.
"Pak Yanto, tinggal aja, nanti jemput lagi seperti biasa pak. Makasi ya pak"
Aku keluar dari mobil setelah mengucapkan trimakasi kepada Pak Yanto supir dari keluargaku yang sudah membantu kami bertahun tahun.
"Baik mbak Kesy"
"Trimakasi pak"
akhirnya suara pria yang tadi duduk disebelahku terdengar juga. Sembari membuka pintu mobil dan berjalan melaluiku.
"Sama sama mas Victor"
Lalu mobil itu pun berlalu.
"Whoii kak.. Tunggu napa. Gak inget apa ada adiknya dibelakang"
aku berlari kecil mendekatinya. Lalu kugandeng tangannya setelah kami berjalan bersama.
"apaan si dik"
sambil tangannya menghardik genggamanku. Dan berjalan menjauh.
"weeekkkk" ejekku sambil aku berlari kecil mendahuluinya Dan menaiki tangga menuju ke lantai dua dimana kelasku berada.
...----------------...
"Hai Kes.... uuuuuu........"
ternyata teman teman ku sudah menunggu ku didepan kelas, sambil berpelukan satu sama lain.
Tiba-tiba Leni temanku berbisik bisik , yang membuat kami semua menoleh serempak.
"ehhh liat deh, cowok pakai kaos merah itu, anak baru? Ganteng banget. Kok aku belum pernah lihat si"
Mata kami langsung mengarah ke pria yang Leni tunjuk.
"iyaaa ganteng banget si" kata Putri
"eh iya sii.. keren banget" kata Mira yang seakan menyetujui penilaian ke dua temannya.
Aku terkekeh melihat apa yang mereka katakan. Sampai sampai aku tidak bisa menahan tertawaku melihat ke tiga temanku memandangi pria itu sampai hampir tidak berkedip.
"Namanya Victor"
"Victor?? Kok kamu tau si? Kenal?" tanya Leni heran.
"Yaiyalah. Kenal banget malah. Dia itu kakak ku. Masa kalian gak bisa melihat muka kami mirip?"
Serempak ketiga temanku menoleh memandangiku dan kemudian menoleh melihat kakak ku.
"Gak sama tuh" kata Mira
"Iya beda" kata Putri
Pria itu pun mulai berjalan mendekat, dan bediri tepat di depanku.
"Kenapa masih disini?" tanyanya dengan wajahnya yang datar
"Ini, temen temen aku pada mau nungguin kakak hehe"
kataku meledek ketiga temanku.
"Kesy..." cubit salah satu temanku.
"Ada ada aja" katanya dengan muka yang lagi lagi tanpa ekspresi. Dan bejalan melewati kami begitu saja.
...----------------...
Kamipun sudah berada di kelas, menunggu dosen datang.
Kupandangi punggung kakak ku dari belakang, karena memang aku berbeda darinya. Aku lebih suka duduk dibelakang, karena kadang ngantuk ku tidak bisa kuajak kompromi. Tapi berbeda dengan kakak ku. Dia adalah pria cerdas, yang selalu menjadi pioner sekolah, dan selalu memenangkan banyak lomba ketika di bangku SMP dan SMA.
Tapi entah bagaimana tetiba ingatanku melayang seperti bisa melihat punggung yang sekarang sedang kupandangi. Seperti aku sedang melihat ada banyak bekas luka dipunggung itu. Tidak terasa air mataku pun menetes.
Pria tampan itu adalah kakak ku. Pria hebat itu adalah kakak ku. Victor.
...****************...
#BAB 2 CHAT DARI SESEORANG
...****************...
Pria yang sekarang masih kupandangi itu pun masih tetap fokus memperhatikan pak Nico menjelaskan. Sesekali menunduk, sembari memainkan pulpen yang selalu dia pegang dari tadi.
"Selesai juga akhirnya kelas pak Nico. Sudah lapar" Kataku lagi lagi menggerutu yang entah kutujukan kepada siapa.
Terdengar langkah kaki yang sedang berjalan menghampiriku.
"Ayo Kes, makan dimana nih kita, tadi pagi gak keburu sarapan di rumah. Kangen banget masakan bu Rina kantin" Kata Putri.
Akupun beranjak dari tempat duduk ku dan mulai merapihkan buku buku yang sekarang masih berada diatas meja.
"Iya ayok. Aku juga sudah lapar dari tadi" jawabku.
"Eh, kakak kamu gak kamu ajak sekalian? Lumayanlah kita bisa ganti suasana, gak melulu sama Leni dan Mira. Sesekali makan bersama cowok ganteng"
Putri pun terkekeh
Kutoleh kekanan, kiri, dan mulai mencari 2 sahabatku yang lain.
"Loh Leni dan Mira kemana? Tumben gak ikut kita ke kantin?"
"Tadi katanya mau ke toilet dulu. Mau nyusul aja katanya. Ayo ah cepetan. Laper nih"
"Iya"
kini tas ku sudah berada dipunggungku. Kamipun berjalan. Hampir mendekati pria yang sedari tadi hanya duduk di kursinya sambil memainkan ponsel.
"Kak! Ayok makan ke kantin"
kataku sambil kusentuh lengannya dari samping.
Pria itu pun menoleh
"Duluan aja"
Lagi lagi hanya mengeluarkan kalimat seperlunya, lalu jarinya sibuk melanjutkan ponselnya.
"Ayo ah!"
kutarik lengannya supaya dia berdiri.
"Kesy! Apaan si"
Jawabnya. Yang sekarang pria itu berdiri tepat disebelahku.
Pria dengan tinggi 183 cm itu pun menatapku dengan tatapan dingin. Seakan akan siap menerkamku.
"hehe.. Ayo lah kak. Aku traktir"
kataku sambil meringis.
...----------------...
Hampir semua mata melihat kearah kami yang sedang berjalan melewati beberapa kursi yang hampir semua sudah terisi.
Sreekk..
"Aku disini aja Kes" katanya lirih, sembari menarik kursi yang berada didekatnya.
"Mau makan apa kak?" tanyaku sambil menoleh kearahnya.
Diam. Tidak ada kata kata yang keluar dari bibirnya.
"Eh kakak kamu kok pendiam banget si? hehe"
Kata Putri sambil sesekali menoleh kebelakang
"Kenapa si senyum senyum gitu? Gak jelas. Inget, dia itu kakak ku. Dan aku gak mau punya kakak ipar seperti kamu. Whuu.."
"Ihh kamu" jawabnya yang diikuti bibirnya yang manyun.
"Hehe. Mau makan apa ya.. Emm.. kak Nurul 2 nasi sayur lauk ikan nila goreng ya. Minumnya es teh 2. Makasi ya kak"
Kataku ke kak Nurul anak ibu kantin.
"Kalau aku nasi telor dadar aja dikasi kuah pedes. Es jeruk 1" lanjut Putri.
"Oke kak. Ditunggu nanti Nurul antar ya kak. Ini nomor mejanya" kata kak Nurul sambil menyodorkan nomor meja.
Aku dan Putri berbalik dan berjalan kemeja yang tadi sudah dipilih kak Victor. Ternyata disana sudah ada dua temanku, Mira dan Leni yang duduk berhadapan dengan kak Victor. Dari kejauhan terlihat kak Victor yang mulai tidak nyaman duduk berhadapan dengan mereka.
"Eh kalian sudah lama disini? Gak pesan makan dulu?"
"Gak makan ah. Sudah makan tadi di rumah. Yakan Len? Kata Mira menjawab pertanyaanku. Dan matanya tetap fokus kedepan memandangi pria dihadapannya.
Kamipun duduk berlima dengan posisi melingkar. Kak Victor masih asik memainkan ponselnya. Seperti sedang membaca chat dan diulang ulang, terlihat dari jarinya yang menaik turunkan chat seperti beberapa kali membaca nya ulang.
Mataku mulai berusaha mencuri curi pandang ke arah ponsel yang sedang dia pegang. Aku penasaran dia sedang membaca apa dan dengan siapa. Karena setau ku kak Victor selalu menjauhi wanita wanita yang suka dengan nya. Dengan kata lain, dia masih sendiri. Belum punya pasangan.
Ataukah sedang ada wanita yang diam diam dia sukai? Siapa ya? Otak ku terus berfikir. Mataku juga tidak berhenti berusaha mencuri curi pandang ke ponsel yang sampai sekarang masih dia pegang.
Ah, aku sekarang bisa membaca nya.
"Kak Chairin.. "
Deg! Aku berhasil membaca nama pengirim chat yang sedari tadi dibaca ulang kak Victor.
"Iya, itu chat dari kak Chairin"
...****************...
BAB 3 #GADIS ITU BERNAMA CHAIRIN
Ternyata sedari tadi kak Victor terus membaca ulang isi chat dari gadis itu.
Ya! Gadis itu bernama Chairin Stevani.
Aku terus menatap layar ponsel yang kak Victor pegang. Memastikan aku tidak salah lihat nama diatas chat itu.
Sampai sampai aku tidak sadar kalau kak Victor tengah melirik ku dan langsung menatapku tajam. Dan mematikan layar ponsel nya.
Aku sampai kaget setengah mati. Dan sampai salah tingkah harus berkata apa kepada pria berwajah putih dengan rambut lurus sedikit acak yang masih menatapku.
"eh.. Emm anu kak.. Makanannya kok belum datang ya. Aku keburu lapar. Hehe"
Kataku berbicara asal dengan senyum canggung yang kupaksa melebar dibibirku.
Dan langsung kualihkan pandanganku menatap teman teman ku yang berada di depanku.
Angin berhembus lembut, tetapi rasanya tubuhku justru seperti cacing kepanasan, yang bergerak sana sini tak tau arah.
"Kesy! Kenapa si? Gitu banget ekspresinya"
Tanya Mira keheranan melihat tingkahku yang tidak karuan.
Aku hanya tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala, dan sesekali melirik ke kak Victor.
Tidak lama kemudian kak Nurul, anak ibu kantin datang membawa pesanan kami. Dan meletakkan satu persatu diatas meja.
"nasi sayur dan ikannya kak. Ini nasi telur nya. Kuah pedas kan?"
sambil menyodorkan pesanan ku dan Putri.
"eh, mahasiswa baru ya? Belum pernah lihat makan disini soalnya" tanya kak Nurul menunjuk ke pria tampan di sebelahku.
"Jangan genit kak Nurul. Dia kakak Kesy. Sudah tuh banyak pesanan yang belum diantar" kata Leni dengan menunjuk kantin yang tengah rame mahasiswa lain.
Aku tidak berani memandang kakak ku. Karena sepertinya aku tau, apa yang sedang dia pikirkan.
Aku hanya tersenyum kecil dengan jawaban Leni.
"Wah, Kesy ternyata punya kakak ganteng ya. Gak pernah diajak makan disini sih Dik. Halo, aku Nurul. Anak bu Rina yang punya kantin ini. Salam kenal ya. Lain kali kalau makan disini aku pasti akan membantu"
kata kak Nurul sambil menyodorkan tangannya ditambah dengan senyum lebarnya yang manis.
Pria yang sedari tadi menunduk, tetiba bangkit dari kursinya, membuka dompetnya dan meletakkan uang dua ratus ribu diatas meja.
"Aku duluan Kes"
tanpa menatap ke kami, pria itu pun berlalu begitu saja.
Kami hanya dapat melihat tubuh tinggi tegapnya dari belakang. Dan melihatnya berjalan semakin jauh.
"Kok kakaknya pergi Kes? Duh apa aku salah bicara ya? Tolong mintakan maafku ya Kes. Jangan kapok ke sini lagi ya. Jadi gak enak deh"
kata kak Nurul dengan raut muka yang sedih.
"Iya kenapa si Kes kak Victor? Nasinya juga belum dimakan. Dingin banget jadi cowok" timpal Mira
"It's ok lah. Cowok memang harus keren begitu. Jangan gampang deketin cewek cewek. Ih tambah suka deh sama kakak kamu Kes" kata Leni sambil tersenyum malu.
"Sudah sudah.. Dimakan dulu Kes keburu dingin" Timpal Putri
Aku hanya diam tanpa menjawab perkataan mereka. Pikiranku masih campur aduk. Tidak karuan.
"Yasudah aku permisi dulu ya" kata kak Nurul
Dibalas anggukan dari Putri yang saat ini sedang asik menikmati makanan nya. Sedangkan Leni dan Mira hanya sibuk mengobrol ngalor ngidul membahas ini itu, sesekali tertawa lebar.
Kak Chairin.. Kataku dalam hati. Ternyata kak Victor masih belum bisa menerima ini semua. Sama sepertiku. Hanya saja, aku mungkin lebih bisa iklas dengan keadaan ini. Berbeda dengan kak Victor.
Tiba tiba Leni yang sedari tadi memperhatikanku, mengeluarkan kata kata yang membuatku sedikit terkejut.
"Kes, kenapa tadi kamu begitu gugup setelah melihat hp kak Victor? Kak victor juga jadi berubah setelah itu. Pasti ada sesuatu ya? Oohh atau kamu memergoki kak Victor dengan pacarnya ya? Jail sih kamu"
Tanya Leni tiba tiba. Yang mengharuskan ku menyebut nama itu didepan teman teman ku.
Aku diam sejenak..
Kujawab pertanyaan temanku dengan suara yang sedikit bergetar.
"Kak Victor masih sendiri. Belum punya pacar. Dia sedang membaca ulang chat dari kak Chairin"
Semua mata teman teman ku langsung terfokuskan kepadaku. Setelah aku menyebut nama seorang wanita yang berada di kontak hp kakak lelaki ku.
"Siapa itu?" tanya Mira heran.
Kulanjutkan ceritaku tentang gadis itu. Kali ini aku sedikit lebih bisa mengontrol emosiku. Meski masih lirih terdengar.
"Kak Chairin. Dia adalah kakak ku. Kakak pertama ku. Aku tiga bersaudara. Kak Chairin, kak Victor, dan aku"
kataku menjelaskan kepada mereka.
"ohh.. Lalu apanya yang aneh kalau begitu? Sudah menikah? Kak Victor rindu kepada kakaknya? Wajar aja si. Aku juga begitu dengan adik ku" kata Mira melanjutkan.
Kuhela nafasku dalam dalam lagi..
Kali ini aku tidak bisa mengontrol air mataku yang mulai mengisi kelopak mataku, menebal dan hampir jatuh.
"Bukan. Kak Chairin sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ketika kak Victor masih SMP kelas 3. Dan Kak Chairin masih duduk dibangku SMA kelas 2. Meninggal karena kecelakaan. Mama ku sangat terpukul dengan kejadian itu. Kak Chairin adalah anak kesayangan mama. Dia anak yang baik, patuh, dan sangat ceria"
Air mata yang sedari tadi kutahan, akhirnya mengalir deras membasahi pipiku.
Terisak! Dan suaraku terdengar parau.
Rasanya sedih sekali setiap kali mengingat tentang kejadian itu.
Kak Victor.. Apakah kamu baik baik saja?
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!