NovelToon NovelToon

Tuan Arogan

Para Pemain

Hai selamat malam akhirnya aku kembali hadir dengan novel Aditya dan Lastri. Untuk pemeran Arsenio dan Aileen bisa kalian lihat di novel "Pernikahan Tanpa Cinta ya". Disini author lebih memfokuskan Aditya dan Lastri dan kedua orang tuanya yang sama-sama memiliki kisah menarik untuk di baca. Semoga kalian suka dan selamat membaca!

Jangan lupa komen, favoritkan cerita ini, dan juga like. Share juga cerita ini ke teman-teman kalian ya. Happy reading semuanya.☺☺

***

Aditya Buana Putra 30 th

Dendam yang ia lakukan terhadap Arsenio membuat Aditya terobsesi terhadap istri Arsenio hingga ia memanfaatkan Lastri sebagai sahabat Aileen untuk mendapatkan wanita itu, tak peduli caranya begitu menyakiti Lastri yang terpenting ia bisa menghancurkan Arsenio dan bisa menjadikan Aileen miliknya melalui Lastri yang ia manfaatkan untuk menjadi kekasihnya sekaligus untuk mendapatkan Aileen. Namun, semakin ia menyakiti Lastri semakin Aditya merasa tersiksa, tangisan Lastri dan permohonan Lastri membuat Aditya semakin bimbang untuk rencana yang sudah ia buat dengan begitu matang. Hingga suatu kejadian membuat ia dan Lastri kecelakaan hingga membuat dirinya lupa ingatan hingga Aditya menikahi Lastri karena selama ini gadis itu selalu merawat dirinya dengan sangat baik.

Lastri 25 th.

Menjadi gadis yang dimanfaatkan oleh Aditya untuk tujuan tertentu membuat Lastri sakit hati, ia pikir Aditya tulus mencintai dirinya. Namun, semuanya itu hanya sebuah sandiwara hingga Lastri harus mengorbankan dirinya untuk melindungi sahabatnya walaupun nyawanya adalah taruhannya. Benar saja kecelakaan tak bisa Lastri hindari bersama dengan Aditya saat Aditya ingin mencelakai sahabatnya hingga rasa trauma yang ia kubur dalam-dalam akhirnya terkuak lagi, trauma saat kehilangan kedua orang tuanya di hadapannya membuat Lastri begitu ketakutan ketika kejadian demi kejadian terungkap atas kematian kedua orang tuanya.

Miranda (ibu Aditya) 56 tahun

Kesepian. Satu kata yang menggambarkan kehidupan Miranda selama ini, suami yang ia cintai hanya sibuk bekerja dan bekerja begitupun dengan anaknya hingga Miranda benar-benar muak dengan kehidupannya, ia ingin berpisah dari suaminya, menghilang dan menenangkan diri mungkin lebih baik daripada setiap hari hatinya tertekan dan selalu datang ke psikiater untuk menenangkan diri. Apalagi kejadian di masa lalu membuat Miranda semakin merasa bersalah terhadap seorang gadis yang telah kehilangan kedua orang tuanya. Namun, tak ada yang mengerti bagaimana tertekannya batin seorang Miranda, percobaan bunuh diri hampir ia lakukan ketika Miranda benar-benar stres dengan kehidupannya. Pernikahan dengan Arvas yang ia impikan seperti surga ternyata adalah sebuah neraka yang membunuh batinnya secara perlahan.

Arvas (ayah Aditya) 59 tahun

Ambisinya untuk bekerja membuat Arvas kehilangan waktu bersama dengan keluarganya. Baginya memperbanyak uang bisa membuat istrinya bahagia, hingga Arvas hampir saja kehilangan Miranda akibat keegoisannya selama ini. Arvas begitu mencintai istrinya, ia tidak mau Miranda kekurangan uang. Namun, semua itu ternyata membuat ia hampir kehilangan Miranda. Ia tidak tahu jika selama ini Miranda hampir gila karena dirinya, Kejadian masa lalu yang sudah ia kubur bahkan media tak ada yang memberitakannya lagi membuat Arvas berpikir jika istrinya sudah tenang, tetapi ternyata Arvas salah selama ini Miranda dihantui rasa bersalah hingga ia tidak tahu istrinya selalu konsultasi dengan psikiater. Dan sifatnya yang selalu membandingkan Aditya dengan Arsenio membuat dirinya juga dibenci oleh anaknya sendiri, hingga Aditya tak pernah pulang ke rumah karena memutuskan untuk tinggal di apartemen daripada di rumah orang tuanya.

Bab 1 (Kekasih?)

Warning : Novel ini memang ada kaitannya dengan novel pernikahan tanpa cinta. Jadi, biar paham baca dulu novel sebelumnya ya.

Happy reading

****

Lastri tersenyum menatap layar ponselnya karena sekarang ia sudah mempunyai kekasih. Aditya buana putra, pria yang sekarang menjadi kekasihnya. Lastri tak menyangka jika Aditya mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya.

Lastri menatap cincin pemberian Aditya tadi, setelah mengungkapkan perasaannya pria itu langsung memberikan cincin cantik yang sangat pas di jarinya. Bahkan pria itu meminta dirinya tinggal di apartemen milik pria itu, awalnya Lastri menolak tetapi melihat kesungguhan Aditya membuat Aditya tak kuasa menolak permintaan kekasihnya.

"Aku khawatir sama kamu kalau kamu masih tinggal sendiri di kontrakan kecil seperti itu. Kalau ada yang jahat sama kamu bagaimana? Aku tak bisa langsung memantau kamu Lastri. Tinggallah di apartemenku, disana lebih aman daripada di kontrakan kecil itu."

itulah yang Aditya katakan kepada Lastri saat pria itu meminta Lastri tinggal di apartemen dirinya. Sungguh terlihat sangat manis sekali, tetapi Lastri tidak tahu jika dirinya sudah masuk kedalam perangkap pria itu. Ya, Aditya akan memanfaatkan Lastri untuk mendapatkan Aileen. Apapun akan ia lakukan demi menjadikan Aileen miliknya seutuhnya, Arsenio harus hancur di tangannya. Pria itu tidak boleh bahagia setelah membuat dirinya terus menderita akibat kekalahan yang ia alami karena Arsenio.

Hidupnya begitu sangat berubah setelah menjadi kekasih dari Aditya. Tinggal di apartemen dan semua kebutuhannya sudah terpenuhi karena Aditya.

Tetapi itu hanya awal mereka menjadi sepasang kekasih, setelah sebulan Lastri menjadi kekasih Aditya. Gadis itu baru menyadari jika Aditya begitu sangat arogan, pria itu sudah semena-mena terhadap dirinya bahkan tak menghargai dirinya sama sekali. Apakah ada yang salah dengan Lastri? padahal Lastri tidak berbuat salah sedikitpun, tetapi dalam waktu sebulan Aditya sangat berubah.

Seperti sekarang ini, Lastri sedang membuka pintu apartemen milik Aditya karena terus digedor oleh pria itu, padahal Aditya bisa masuk begitu saja karena Aditya tahu password apartemennya sendiri.

"M-mas Aditya," gumam Lastri begitu terkejut karena Aditya datang dalam keadaan begitu kacau, pria itu mabuk berat yang membuat Lastri takut tetapi juga kasihan dengan Aditya saat ini.

"KENAPA LAMA SEKALI MEMBUKA PINTUNYA? APA KAMU TULI?" teriak Aditya yang membuat Lastri begitu tersentak bahkan ia merasa hatinya sangat sakit saat Aditya mengatai dirinya tuli.

"Mas mabuk. Biar aku bantu," ujar Lastri dengan lembut, ia tidak menanggapi ucapan Aditya sebelumnya. Karena percuma saja ia menanggapi ucapan pria yang sedang mabuk saat ini.

"JANGAN SENTUH SAYA! KAU SANGAT MENJIJIKKAN!" teriak Aditya begitu marah.

Nyesss...

Hati Lastri begitu sangat sakit melihat Aditya memaki dirinya. Bukankah perkataan orang yang sedang mabuk adalah sebuah kebeneran? Sungguh hatinya sangat sakit sekali, bahkan air matanya tidak lagi bisa dibendung.

Lastri bak patung yang menatap Aditya berjalan dengan sempoyongan. Dengan sigap Lastri memegang lengan Aditya dengan erat saat lelaki itu hampir saja jatuh tersungkur.

Aditya langsung menepis tangan Lastri dengan kuat dan hampir membuat gadis itu terjatuh. Sungguh perubahan sikap Aditya sama sekali tidak Lastri mengerti, bahkan air matanya terus mengalir karena penolakan dan ucapan tajam yang keluar dari mulut Aditya.

"DENGAR, LASTRI! SAYA HANYA MEMANFAATKAN KAMU UNTUK MENDAPATKAN AILEEN. SAYA MENJADIKAN KAMU KEKASIH SAYA AGAR MEMUDAHKAN SAYA MENDAPATKAN AILEEN. HAHA KAMU SUNGGUH GADIS YANG SANGAT BODOH! SAYA MANA SUDI MEMILIKI KEKASIH SEPERTI DIRIMU," teriak Aditya dengan tertawa mengejek yang membuat dada Lastri berdenyut sakit beribu kali lipat dari perkataan Aditya yang sebelumnya.

"M-mas ini tidak benar, kan? K-kamu mabuk perkataan kamu pasti ngawur," ujar Lastri dengan terbata.

"INI MEMANG KENYATAANNYA. MANA MUNGKIN AKU MENIKAHI GADIS MISKIN YANG SUDAH TIDAK MEMPUNYAI ORANG TUA. KAMU BUKAN TIPE SAYA, LASTRI. HANYA AILEEN YANG AKAN MENJADI ISTRI SAYA. SETELAH SAYA MENDAPATKAN AILEEN MAKA SAYA AKAN MEMBUANGMU SEPERTI SAMPAH," teriak Aditya begitu emosi.

Lastri menangis tanpa suara mengetahui fakta yang sebenarnya. Jadi ini yang menyebabkan perubahan sikap Aditya selama ini? Ia hanya dimanfaatkan oleh Aditya untuk mendapatkan Aileen yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

"JANGAN PANGGIL SAYA MAS LAGI KARENA PANGGILAN ITU TERDENGAR MENJIJIKKAN JIKA KELUAR DARI MULUTMU!" sentak Aditya yang berjalan kearah kamarnya walaupun beberapa kali ia hampir terjatuh, ia masih setengah sadar. Dan Aditya sama sekali tak mempedulikan Lastri yang menangis karena perkataannya, sudah cukup sebulan ini ia berpura-pura baik terhadap dirinya, seterusnya ia tidak akan berpura-pura lagi. Lastri harus tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

Setelah Aditya masuk kedalam kamarnya, tubuh Lastri langsung lemas dan ia langsung terduduk di lantai dengan air mata mengalir deras membasahi pipinya. Sebuah fakta yang menyakitkan membuat dirinya begitu syok bahkan hatinya begitu sangat sakit sekarang.

Jadi, semua ini hanya kepura-puraan yang diperankan oleh Aditya? Lastri terkekeh dan menangis karena dirinya begitu bodoh mempercayai Aditya begitu saja. Seharusnya ia harus lebih waspada! Seharusnya ia tidak luluh karena kata-kata manis yang keluar dari mulut Aditya saat ini.

Perkataan Aditya bagaikan belati yang sangat tajam, menghunus dadanya hingga saat ini Lastri sulit bernapas seakan udara di sekitarnya kian menipis hingga dirinya menepuk-nepuk dadanya sendiri dengan sangat kuat menghilangkan sesak yang terus memghimpit dadanya.

Ternyata seperti ini rasanya patah hati? Batin Lastri begitu pedih menatap nanar pintu kamar Aditya saat ini. Sungguh ia tidak mempunyai tenaga untuk berjalan, semua perkataan Aditya melumpuhkan kinerja sistem sarafnya, tulang-tulangnya seakan seperti jelly. Persendiannya juga sangat lemas hingga untuk berdiri dan berjalan pun Lastri tidak mampu, yang hanya bisa ia lakukan saat ini adalah menangis dan menangis.

Apakah tidak ada kebahagiaan untuk dirinya? Sungguh do'a yang selalu ia panjatkan setiap harinya adalah kebahagiaan setelah orang tuanya tiada. Lalu kenapa yang datang selalu kesengsaraan untuk dirinya? Bukankah ini begitu tidak adil? Mengapa takdir terus mempermainkan dirinya seakan ia tidak pantas hidup bahagia di muka bumi ini. Seandainya bunuh diri itu tidak dosa mungkin ia sudah bunuh diri sejak dulu hingga ia tidak harus merasakan sakit yang terlalu dalam seperti ini.

Orang yang ia anggap akan membawa dirinya dalam kebahagiaan ternyata menusuknya dengan belati yang sangat tajam, lalu menjatuhkan dirinya dalam jurang kepedihan yang dirinya saja tidak tahu cara menyembuhkan lukanya.

Saat ini Lastri begitu terpukul hingga ia tertidur di lantai dengan suara isak tangis yang masih terdengar. Lastri berharap ini hanya sebuah mimpi buruk yang terjadi pada dirinya.

Bab 2 (Masih Peduli)

...🍁 Jangan lupa ramaikan part ini ya!...

...Happy reading...

...****...

Lastri tidak bisa tertidur terlalu lama entah mengapa ia langsung tersentak dan bangun dari tidurnya yang sama sekali tidak enak karena di lantai yang sangat dingin, matanya benar-benar perih dan mungkin sudah bengkak karena ia terus-terusan menangis karena Aditya.

Dan walaupun Aditya sudah menyakiti hatinya tetapi ia masih mengkhawatirkan lelaki itu, dengan langkah yang tertatih Lastri mencoba menguatkan diri untuk berjalan kearah kamar Aditya saat ini, dengan rasa ragu Lastri membuka pintu kamar Aditya dengan perlahan.

Lastri bernapas lega karena melihat Aditya yang sudah tertidur disana, ia menghampiri Aditya tanpa suara karena takut membangunkan Aditya.

"Badan kamu panas, Mas!" gumam Lastri dengan khawatir.

Walaupun kepalanya terasa pening karena menangis, Lastri tetap melayani Aditya dengan sangat baik. Ia ingin mengompres Aditya agar panasnya cepat turun, seburuk apapun Aditya saat ini tetap saja hanya Aditya yang ia punya.

Ia tidak mungkin menyusahkan sahabatnya terus, dan ia tidak mungkin terus berhubungan dengan Aileen karena Aditya sangat terobsesi untuk memiliki Aileen walaupun harus memanfaatkan dirinya. Lastri tidak ingin sahabatnya terluka karena obsesi Aditya, biarlah dirinya yang terluka mengorbankan rasa cintanya walaupun ia akan disakiti terus menerus oleh Aditya nantinya.

"Kenapa aku tidak bisa membencimu, Mas? Padahal kamu sudah mengatakan yang sejujurnya kepadaku. Aku terlalu bodoh ya jadi perempuan?" gumam Lastri menghela napasnya dengan sangat berat sambil mengompres Aditya setelah ia mengambil air es di dapur.

"Aileen, kamu harus menjadi milikku! Arsenio harus menderita! Gara-gara dia aku selalu dibandingkan dengan papa," racau Aditya didalam tidurnya.

"Lastri, kamu adalah orang yang bisa menyatukan aku dengan Aileen. Sebelum aku bisa mendapatkan Aileen maka aku tidak akan melepaskan dirimu," racau Aditya yang membuat Lastri terdiam.

"Aku tidak akan pergi, Mas. Aileen hanya milik tuan Arsenio. Aku harus menyadarkan kamu akan hal itu," gumam Lastri dengan sendu.

Lastri menunggu Aditya dengan duduk di lantai dan meletakkan kepalanya di kasur hingga ia ketiduran. Lelah hati dan pikiran membuat Lastri akhirnya tertidur di kamar Aditya, ia tidak ingin meninggalkan Aditya begitu saja. Lastri takut demam Aditya tidak akan turun jika ia tertidur di kamarnya.

Pagi harinya Lastri terbangun terlebih dahulu daripada Aditya, ia langsung mengecek suhu tubuh Aditya dengan punggung tangannya. Akhirnya Lastri bernapas dengan lega karena suhu tubuh Aditya sudah normal kembali. Dengan cepat Lastri keluar dari kamar Aditya, ia ingin memasak bubur untuk Aditya agar kesehatan lelaki iru segera pulih.

Sebenarnya tubuh Lastri terasa lemas, jangan sampai ia juga ikutan demam. Setelah makan nanti Lastri akan segera meminum obat agar ia tidak jadi demam. Ia harus tetap sehat untuk mengurus Aditya, ia takut lelaki itu akan mengamuk kembali.

Lastri sudah berkutat dengan masakan yang ingin ia buat, ia harus membuat bubur yang enak untuk Aditya. Setelah selesai Lastri membersihkan dapur dan segera membawa mangkuk yang berisi bubur itu ke dalam kamar Aditya.

Ternyata Aditya sudah bangun, lelaki itu memegang kepalanya yang terasa pusing. Mungkin akibat minuman beralkohol dan ia juga demam menjadi menyebabnya.

"Sarapan dulu, Mas!" ujar Lastri dengan lembut seakan-akan semalam tidak terjadi apa-apa dengan dirinya dan juga Aditya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamar saya?" tanya Aditya dengan sangat tajam.

Lastri sama sekali tidak bergeming. "Selama ini Mas tidak melarangnya. Lagi pula aku kesini mau mengantarkan bubur saja. Semalam Mas demam dan mabuk. Jangan minum minuman keras lagi Mas itu gak baik buat kesehatan Mas," nasehat Lastri dengan lembut.

"Jangan sok menasehati saya. Sekarang keluar dari kamar saya jangan sampai saya berbuat kasar terhadap dirimu!" ujar Aditya menatap Lastri dengan sangat tajam.

"Ini sarapannya, Mas. Aku keluar dulu ya," ujar Lastri dengan lembut.

"Cepat sembuh, Mas!" ujar Lastri dengan tersenyum.

"Jangan panggil saya mas lagi saya tidak suka panggilan itu keluar dari mulutmu! Panggilan itu hanya boleh Aileen yang memanggilnya," ujar Aditya dengan tajam hingga membuat hati Lastri tersentil.

"B-baik Tuan!" gumam Lastri dengan lirih, dan entah kenapa hatinya begitu sakit melihat perubahan sikap Aditya yang begitu arogan terhadap dirinya saat ini.

Aditya menatap kepergian Lastri dengan sangat tajam, akhirnya ia tidak perlu berpura-pura baik lagi terhadap gadis itu. Sungguh dirinya sangat kesal ketika harus memendam rasa kesalnya terhadap Lastri selama ini. Sekarang semuanya sudah diketahui oleh Lastri, ia tidak akan bersikap baik lagi terhadap gadis itu. Jika Lastri tidak menuruti keinginannya maka bersiap-siaplah menderita. Aditya tidak akan segan-segan menyakiti Lastri jika gadis itu membangkang.

****

Lastri menghapus air matanya dengan cepat saat mendengar ponselnya berbunyi. Nama Aileen tertera disana, tetapi Lastri ragu untuk mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya sendiri, karena keadaan membuat Lastri harus menjauh dari Aileen. Ia tidak mau Aileen direbut oleh Aditya, karena ia tahu Aileen hanya milik Arsenio sekalipun Aditya ingin merebutnya.

"Maaf, Aileen. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita," gumam Lastri saat panggilan dari Aileen sudah diakhiri karena Lastri tidak mengangkatnya sama sekali.

Dadanya terlalu sesak mengingat fakta jika Aditya hanya memanfaatkan dirinya untuk mendapatkan Aileen. Tetapi entah kenapa walaupun ia kecewa namun rasa cintanya untuk Aditya masih begitu besar hingga ia masih peduli dengan pria itu walaupun Aditya sudah menyakiti hatinya begitu dalam.

"Aku tidak tahu sampai kapan aku bertahan. Tetapi selama aku masih berada di sampingmu aku akan membuat kamu mencintaiku, Mas!" barin Lastri dengan penuh tekad.

Yah, dia tidak boleh lemah. Ia harus menyadarkan Aditya jika selama ini ia hanya terobsesi dengan Aileen karena Aditya selalu merasa Arsenio adalah saingannya selama ini, Lastri mencoba meredamkan sakit hatinya dengan menghela napas berulang kali, ia harus semangat untuk membuat Aditya mencintai dirinya.

"Semangat, Lastri. Hanya Aditya yang kamu punya saat ini. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada," monolog Lastri untuk menyemangati dirinya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!