NovelToon NovelToon

Luka Hati Seorang Istri

Permintaan Sela

Pagi ini seperti biasa Ayu sudah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Reno tidak akan bisa keluar untuk bekerja kalau belum sarapan terlebih dahulu. Nasi goreng telur menjadi menu pagi ini, karena Sela sangat suka nasi goreng yang diberi toping telur ceplok diatasnya. setelah menyiapkan segala sesuatunya di meja makan, kini Ayu melangkah ke kamar putrinya dan membantunya untuk bersiap - siap ke sekolah. Sela memang baru kelas satu sekolah dasar, jadi dia masih dibantu Ayu untuk bersiap - siap setiap pagi.

"Ayu, kaos kaki mas dimana, kenapa belum kamu siapkan?"

Terdengar teriakan Reno yang bingung mencari kaos kaki.

"iya mas sebentar, aku masih membantu Sela bersiap - siap dulu "

"sayang, kalau sudah rapi sekarang kita sarapan yuk bareng sama ayah."

"Iya ma."

setelah selesai, Ayu segera menghampiri suaminya dan memberikan kaos kaki yang diminta tadi.

"Ini mas kaos kakinya."

Reno menerima kaos kaki dengan wajah kesal karena terlalu lama menunggu.

"Lain kali siapkan dulu keperluanku baru kau urus yang lain."

"Iya mas."

Ayu yang tak ingin berdebat dengan suaminya hanya menjawab pasrah. Kini mereka sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.

"Yah, sebentar lagi kan Sela naik kelas dua, Boleh Sela minta tas dan sepatu baru? Soalnya teman - teman Sela yang lain cerita kalau sudah dibelikan tas dan sepatu baru, Sela juga pengen yah."

"Bukankah sepatu dan tas kamu masih bagus, sudah pake yang itu dulu saja. Nanti kalau sudah benar - benar tidak bisa dipakai baru beli lagi, jangan suka boros."

"Tapi yah, sepatu Sela yang sebelah sudah sobek sedikit."

"Tapi masih bisa dipake kan, ya sudah pake dulu saja, nanti kalau sudah benar - benar rusak parah baru beli."

"Ayu, jangan ajari anakmu boros seperti ini, cari uang itu tidak mudah. Kita harus berhemat."

Seketika wajah Sela berubah murung. matanya sudah berkaca - kaca ingin menangis tapi takut kalau ayahnya akan bertambah marah. Ayu sangat kasihan melihat putrinya. Pasti hatinya sakit mendengar penolakan ayahnya. padahal dia hanya ingin dibelikan tas dan sepatu sekolah baru. Dengan gaji yang cukup lumayan sebagai manager di sebuah perusahaan tentu tidaklah sulit jika hanya membelikan sepatu dan tas sekolah untuk anaknya.

"Tapi mas, Sela hanya minta tas dan sepatu sekolah yang menurutku masih wajar. Harganya pun tidak terlalu mahal."

"Sudahlah kamu nasehati saja anakmu itu, bukankah kamu tahu kalau gajiku selalu saja habis setiap bulannya. Jadi aku harus berhemat untuk pengeluaran yang tidak perlu."

Ya meskipun gaji seorang manager termasuk banyak tapi setiap bulanya akan selalu habis dan tidak bersisa setelah dibagi - bagi. Gaji Reno sebagai manager sebesar 15 juta. Tapi dia harus membayar cicilan mobil sebesar 4,5 juta, cicilan rumah 2 juta, jatah bulanan ibu 2 juta, jatah bulanan Ayu 1,5 juta, 1 juta untuk jatah bulanan Sindi kakak perempuan Reno, 1 juta lagi untuk jatah bulanan Mega adik Reno. Sedangkan sisa 3 juta untuk pegangan rokok, bensin, dan makan Reno setiap harinya karena dia memang sering makan di luar saat sedang bekerja. Dan itu tidak akan pernah sisa setiap bulannya bahkan Reno sering mengeluh uang 3 juta selalu kurang untuk uang jalannya setiap hari selama sebulan. Sedangkan Ayu harus membagi uang 1,5 juta itu untuk listrik dan air juga.

Dia sebenarnya sering mengeluh pada Reno karena uang bulannya yang cuma 1,5 juta tidak akan pernah cukup untuk kebutuhan selama satu bulan. Tapi suaminya tidak pernah perduli. Dan malah menuduh Ayu istri yang boros. Ayu juga pernah mengutarakan keberatannya saat suaminya masih memberi jatah untuk mbak Sindi dan juga Mega karena mereka juga sudah berumah tangga jadi sudah bukan tanggung jawab Suaminya lagi. Tapi Reno selalu marah saat Ayu mengusik uang yang akan diberikan untuk saudara - saudaranya itu. Oleh karena itu Ayu memilih diam selama ini. Dia berusaha keras untuk memutar uang itu agar bisa cukup sampai gajian berikutnya. Jadi tidaklah heran kalau dia sering berhutang ke warung dekat rumahnya kalau uangnya sudah tidak cukup.

Untunglah pemilik warung orang yang baik yang bersedia memberikan hutang padanya saat dia butuh.

Setelah suaminya berangkat kerja , Ayu segera mengantar anaknya ke sekolah menggunakan motor matik yang sudah lama dia punya. Motor itu dia beli sebelum dia menikah dan saat masih bekerja dulu. Sebelum dia menikah, dulu Ayu bekerja sebagai karyawan pabrik. Tapi setelah hamil Sela, Reno menyuruhnya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Waktu itu Reno belum naik jabatan menjadi manager, dia masih staf biasa yang gajinya tidak sebanyak sekarang.

Jadi Ayu masih menerima nafkah 1,5 juta yang diberikan suaminya kala itu dengan lapang dada. Tapi setelah umur Sela dua tahun dia naik jabatan menjadi manager dengan gaji yang lumayan juga tapi jatah bulanan Ayu tidak berubah, masih sama saja. Dan hal itu cukup membuat hati Ayu nelangsa karena harus dipaksa mencukupkan uang 1,5 juta setiap bulannya.

Setelah mengantar Sela ke sekolah, Ayu kembali ke rumah untuk membereskan rumah sambil menunggu tukang sayur langganannya datang.

"sayur....sayur...."

mendengar teriakan tukang sayur, Ayu segera keluar untuk berbelanja. Ternyata disana sudah banyak yang datang termasuk mbak Sindi dan juga Mega sudah memilih sayur yang mereka inginkan.

"Eh, ada mbak Ayu, cuma belanja itu aja mbak? Kalau cuma kangkung sama tempe mana ada gizinya. Kaya aku dong beli ayam sama udang biar anakku juga pinter. Masa sama anak suami pelit banget."

Ucap Mega saat melihat belanjaan Ayu yang hanya kangkung dan tempe.

"Biasa lah dek, dia kan doyannya memang cuma kangkung sama tempe."

Ucap Sindi menimpali adiknya. Kedua ipar Ayu memang tidak ada yang suka dengannya. Setiap bertemu pasti hinaan yang selalu keluar dari mulut mereka. Sehingga Ayu jarang sekali ikut suaminya pergi kumpul ke rumah mertuanya karena hanya akan menjadi bahan ejekan saudara - saudaranya.

"Iya mbak, kalau dirumahku kangkung cuma buat makan kelinci. Haaa...."

Ayu hanya diam saja mendengar hinaan dari para iparnya. Itu sudah makanan sehari - hari bagi Ayu. Dia segera membayar belanjaannya dan segera pulang agar telinganya tidak panas dan juga tidak semakin sakit hati.

Sebenarnya bisa saja dia melawan. Tapi dia lebih memilih diam agar tidak terjadi keributan. Malu rasanya kalau harus adu mulut di depan banyak orang seperti ini. Apalagi kalau sampai suaminya tahu dia akan memarahi Ayu karena ribut dengan saudara - saudaranya.

Sesampainya di rumah Ayu langsung meneguk satu gelas air putih untuk menetralkan emosinya.

Ketahuan

Ayu masih membersihkan rumah saat Bu Retno ibu mertuanya datang.

"Yu,,,ayu,,,,kamu dimana?"

Ayu yang mendengar teriakan ibu mertuanya segera keluar dan menghampirinya.

"ada apa Bu?"

Bu Retno selama ini tinggal serumah dengan Mega, adik bungsu Reno. Sedangkan ayah Reno sudah meninggal sejak sepuluh tahun yang lalu. Sejak saat itu Reno berjanji untuk mengurus dan membahagiakan keluarganya, meskipun kini semua saudaranya sudah menikah. Dia tetap memberikan jatah bulanan sebagai sebagai bentuk tanggung jawab atas janjinya dulu. Dan soal Bu Retno memang sudah biasa kalau dia tiba - tiba muncul di rumah Ayu kapanpun dia mau. Entah minta uang ataupun makanan. Karena jarak rumahnya memang lumayan dekat.

"Ibu mau minta uang 200 ribu, ibu ada perlu. soalnya nunggu Reno lusa baru gajian dia. Udah gak keburu."

"Maaf Bu, Ayu tidak punya uang. bukankah ini juga akhir bulan, jatah belanja Ayu juga sudah habis."

"Alah bohong kamu, jangan pelit sama mertua. Lagipula itu kan uang anakku Reno. Ibu juga punya hak atas uang itu."

"Ayu gak bohong Bu. Bukankah ibu juga dapat jatah bulanan yang lumayan dari mas Reno."

"Itu bukan urusanmu, Reno itu anak laki - laki jadi memang sudah kewajibannya menafkahi ibunya."

"Tapi Ayu beneran sudah tidak punya uang Bu."

Tanpa menjawab Bu Retno malah nyelonong masuk ke rumah dan langsung ke belakang mencari makanan. Ayu yang sudah hafal sifat ibu mertuanya segera mengikutinya dari belakang.

"kamu masak apa?"

"Sayur kangkung sama tempe goreng Bu."

"Cuma itu saja."

Ayu hanya mengangguk,

"Mana doyan anakku Reno kalau cuma beginian gak ada ikannya."

"uang Ayu sudah habis Bu."

"Kamu aja yang boros, tidak bisa mengatur keuangan."

Sakit hati Ayu mendengar kata - kata mertuanya. hanya saja dia tetap diam karena tidak ingin melawan pada orang tua.

Karena tidak mendapatkan uang dari Ayu akhirnya Bu Retno makan dengan lahapnya menggunakan lauk tumis kangkung dan telor ceplok sisa tadi pagi yang harusnya bisa untuk makan Sela saat pulang sekolah nanti.

Ayu hanya bisa menghela nafas melihat tingkah ibu mertuanya. Dan setelah merasa kenyang Bu Retno langsung pulang.

"Ibu pulang dulu, nanti kalau Reno pulang suruh ke rumah ibu."

"iya Bu."

***

"Kata ibu kemarin dia minta uang kamu gak kasih?"

"ya, kemarin ibu datang minta uang 200 ribu."

"terus kenapa gak kamu kasih, dia ibuku yu, jangan pelit kamu sama ibuku."

"Uangku sudah habis mas, memangnya kamu kasih uang belanja berlimpah ke aku sehingga masih ada banyak sisanya? Lagian uang bulanan aku sama ibu kan besar ibu.

"Bukankah kamu cuma makan berdua dengan Sela, aku kan jarang makan di rumah. Paling kalau pagi saja aku sarapan di rumah. Harusnya uang segitu cukup. Aku ini anak laki - laki ibu satu - satunya. Memang sudah sewajarnya aku lebih mengutamakan ibu daripada orang lain, karena dia yang melahirkan dan membesarkan ku. Lagian aku kan sering makan di rumah ibu, jadi wajar aku berikan lebih banyak untuk ibu. Karena disana masakannya enak - enak. Gak kaya kamu masak cuma tahu tempe setiap hari."

"itu tergantung uang yang kamu kasih mas, kalau gak ada uangnya gimana bisa belanja makanan enak. harusnya bersyukur masih bisa makan sampai akhir bulan dengan uang yang kamu kasih."

karena saking kesalnya Ayu sampai sedikit meninggikan suaranya di depan Reno.

"Sudahlah, capek ngomong sama kamu Yu. Di rumah bukannya dapat ketenangan malah bikin orang tambah pusing saja."

Lalu Reno meninggalkan Ayu dan masuk ke dalam kamar. Begitulah setiap Ayu komplain soal uang belanja pasti Reno akan marah dan menyalahkan Ayu.

***

pagi ini Ayu hanya masak nasi goreng yang dicampur telur satu biji. Karena hanya itu yang tersisa di kulkas.

"kok cuma nasi goreng Yu, mana telurnya?"

"telurnya tinggal satu mas sudah aku campur di nasi."

"mana enak kalau gitu. Mana bisa makan kalau kalau kamu masaknya cuma gini aja."

"Aku sudah tidak punya uang sisa lagi mas, hari ini kamu gajian kan. Nanti jangan pulang malam ya. Sudah tidak ada makanan lagi di rumah, kasihan Sela nanti. O ya kamu beneran gak mau beliin Sela tas sama sepatu mas, kasihan dia sepatunya memang sudah agak sobek yang sebelah."

"lihat nanti saja, kamu jangan terus bawel ngurusin gajiku. Yang penting aku masih kasih kamu nafkah."

Sekian lama berumah tangga dengan Reno membuat Ayu semakin merasa nelangsa. Bertahun - tahun dia mencoba untuk bertahan demi Sela. Tapi sikap dan perlakuan Reno justru semakin keterlaluan pada anak istrinya.

Hari sudah semakin malam tapi belum ada tanda - tanda Reno akan pulang, Ayu memang menunggu kedatangan suaminya itu karena dari tadi siang dia dan Sela belum makan. Sudah berkali - kali dia mencoba menelepon suaminya itu, tapi tidak diangkat. Dia juga sudah mengirim pesan tapi belum di buka.

"Ma, Sela lapar."

Rengek Sela pada Ayu.

"sabar ya sayang ayah sebentar lagi pasti pulang."

"Nanti kita makan bakso di warungnya mang Wawan ya ma."

"iya."

Karena sudah menunggu terlalu lama akhirnya Ayu memutuskan ke rumah ibu mertuanya. Pasti suaminya ada disana sekarang untuk membagi - bagi jatah bulanan pada mereka. Lalu dengan menggandeng Sela dia berjalan menuju rumah Bu Retno.

Benar saja mobil suaminya sudah ada terparkir di depan rumah mertuanya. Tapi saat ingin masuk dia berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka dan mendengarkan obrolan mereka.

"Terima kasih ya mas, kamu sudah bawain kita pizza. Rara pasti suka pesenannya dibeliin sama pakde Reno."

Rara adalah anak Mega yang usianya baru 5 tahun.

"iya, ini aku juga bawain mainan boneka buat Rara, tadi lihat waktu beli pizza jadi sekalian beliin buat Rara."

"O ya Ren jatah bulanan ibu tambahin ya, soalnya buat ganti uang Mega kemarin. Soalnya ibu minta sama Ayu gak di kasih jadi ibu pinjam sama Mega. Lebih baik kamu kurangi saja jatah buat Ayu, keenakan dia kalau kamu kasih banyak - banyak. Dia kan boros."

"iya Bu nanti aku tambahin. Ini uang bulanan buat ibu, dan ini buat kamu Mega."

"Makasih mas, kedua wanita yang ada di hadapan Reno sekarang tersenyum puas menatap uang yang baru saja diberikan.

"ya sudah ayo kita makan pizzanya."

Seketika menetes air mata Ayu mendengar obrolan mereka. Di rumah anaknya sedang menunggu dengan kelaparan. Sedangkan dia enak - enakan makan dan membagi - bagikan uang pada keluarganya.

"Ayo ma kita masuk, Sela juga mau makan pizza."

hati ayu semakin bergemuruh mendengar permintaan anaknya. Dengan terpaksa dia masuk agar anaknya juga bisa makan.

"assalamualaikum."

Sapanya setelah menghapus air matanya dan menetralkan rasa emosi yang ada di dalam dadanya.

Semua mata memandang kepada mereka.

"Ayu, kamu ngapain kesini?"

Tanya Reno yang sedikit terkejut dengan kedatangan istri dan anaknya.

"Kami mencarimu mas, karena tidak kunjung pulang. ternyata kamu enak - enakan makan disini sedangkan anak kamu kelaparan di rumah menunggu kedatangan ayahnya. Jadi begini perlakuanmu pada kami selama ini?"

"Begitu caramu berbicara pada suamimu Ayu?"

"Ma aku mau pizza juga, Sela lapar ma."

mendengar itu Mega segera menutup kardus pizzanya.

"Ini kan dibelikan buat Rara, nanti Rara gak kebagian kalau kalian minta."

"Sudahlah Sela kamu makan di rumah saja ya. Ayo kita pulang."

Mendengar perkataan Mega dan pembelaan suaminya pada adiknya membuat emosi Ayu semakin memuncak.

"Tega kamu mas, mengabaikan anak sendiri demi anak orang lain."

"Diam kamu Ayu, Rara ini keponakanku bukan anak orang lain. Jadi wajar aku membelikannya makanan."

"Lalu apakah wajar membiarkan anakmu sendiri kelaparan mas? Apalagi membelikan mainan boneka untuk Sela, apa kamu pernah melakukan itu?"

"Istrimu benar - benar keterlaluan Reno. Beraninya dia mengungkit pemberian untuk keponakanmu."

"Sudahlah Yu, ayo kita pulang. Jangan membuat keributan di rumah ibu."

Lalu Reno menarik Ayu dan Sela keluar dari rumah ibunya. Tanpa banyak bicara mereka pulang dengan menaiki mobil Reno.

Ayu Bekerja

"Kamu apa - apaan sih Yu, sampai menyusul ke rumah ibu segala. Kamu kan bisa nunggu aku sampai pulang ke rumah."

"Kamu amnesia ya mas, bukanya dari tadi aku sudah bilang kalau anakmu kelaparan karena dari siang tidak makan. Dia nungguin kamu pulang berharap ayahnya membawa makanan untuknya. Tapi apa, kamu malah lebih mementingkan anak orang lain daripada anakmu sendiri. Dimana hati nuranimu sebagai seorang ayah terhadap anak kandungmu mas."

Ayu sudah tidak bisa menahan kemarahan yang menggebu didalam dirinya. Dia tidak akan mau lagi diam hanya untuk menjaga perasaan orang - orang yang tak tahu menghargai orang lain.

"Rara bukan anak orang lain, dia keponakanku. Tidak sepatutnya kamu melarangku untuk menyenangkan keponakanku dan keluargaku yang lain."

"Apa aku pernah melarangmu untuk menyenangkan keluargamu mas, bahkan omonganku tidak pernah kamu anggap. Tapi perlakuanmu selama ini tidak adil pada kami. Apa kamu pernah memberikan perhatian sedikit saja untuk anak kamu seperti yang kamu berikan pada keponakan - keponakan kamu mas? Bahkan anakmu kelaparan saja kamu tidak perduli."

"Cukup Ayu, sudah mulai berani kamu sekarang menentang suami. Aku bekerja banting tulang untuk kalian. Kamu pikir gampang cari uang. Makanya kerja biar tidak hanya mengandalkan uang dariku saja."

"Kamu nyuruh aku kerja mas? Bukannya dulu kamu yang nyuruh aku di rumah saja ngurus anak dan suami. Karena kamu bilang gaji manager sangat mampu untuk menafkahiku dan anakku. Tapi apa, nyatanya jatah bulananku bahkan lebih kecil daripada ibu yang hanya seorang diri. Aku juga masih diam saat kamu juga memberikan jatah pada mbak Sindi dan juga Mega, padahal mereka sudah berkeluarga. Sudah tidak ada kewajiban lagi buatmu untuk menafkahi mereka. Dan kamu lebih memilih menelantarkan kami anak istrimu yang harusnya.kamu bahagiakan dan cukupi kebutuhannya."

"Sudah cukup, ini jatah bulanan kamu. Bukankah ini yang kamu minta."

Ucap Reno sambil memberikan uang pecahan seratus ribuan yang berjumlah sepuluh dengan melemparnya di meja.

Melihat kenyataan itu Hani Ayu sangat sakit. Merasa harga dirinya sudah diinjak - injak oleh suaminya sendiri. Kalau saja tidak mengingat anaknya belum makan dari siang, dia tidak akan pernah Sudi menerima perlakuan suaminya ini.

"Kenapa cuma segini mas?"

"Sisanya aku kasih ke ibu sebagai ganti uang Mega yang dipinjam kemarin. Bukankah saat ibu minta gak kamu kasih."

Ucapnya dengan ketus.

Ayu hanya bisa menyunggingkan senyum sinis atas ketidak Adilan yang dia terima. Dia tidak menyangka keputusannya untuk bertahan selama ini tidak pernah bisa membuat suaminya berubah. Bahkan semakin semena - mena pada anak dan istrinya.

"Demi Allah mas, demi perut putriku yang lapar aku menerima ketidak adilanmu ini. Tapi ingat sampai kapanpun aku tidak pernah ridho atas ketidak Adilan nafkah yang kamu berikan."

Setelah mengatakan itu lalu Ayu mengajak Sela keluar untuk mencari makanan. Mulai sekarang dia bertekad untuk mencari penghasilan sendiri untuk hidupnya dan Sela. Tidak perduli dengan kesulitan yang akan dia alami yang pasti dia tidak akan menggantungkan hidupnya lagi pada suami yang tidak punya hati seperti Reno.

Sepeninggal istrinya, Reno masuk ke kamar dan merebahkan diri, dia tidak ambil pusing dengan omongan istrinya tadi. Dia pikir Ayu adalah perempuan lemah yang tidak bisa apa - apa tanpa dirinya. Dengan santainya dia tertidur sampai pagi menjelang.

"Reno terkejut saat bangun ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia kesal dengan Ayu karena tidak membangunkan dirinya pagi ini, bisa - bisa dia akan terlambat bekerja. Yang lebih parahnya akan ada rapat penting sekitar jam 8 nanti. Kalau sampai terlambat bisa - bisa bonusnya akan hilang.

"Ayu,,,Ayu,,,kamu dimana?"

Tidak ada sahutan dari istrinya itu, bahkan bayangannya saja tidak ada di rumah ini. Gegas Reno bersiap - siap. Dia tidak perduli dengan kepergian istrinya. Yang penting dia berusaha agar tidak terlambat sampai ke kantor. Dia berencana akan membuat perhitungan pada istrinya nanti setelah pulang bekerja.

Sesampainya di kantor tetap saja dia terlambat sepuluh menit karena jalanan cukup ramai tadi sehingga agak macet.

Dan ternyata semua orang sudah berkumpul di ruang rapat. Karena keterlambatannya di rapat penting kali ini membuat dia harus mendapatkan surat peringatan dari bosnya langsung. Dia tidak suka mempunyai karyawan yang tidak disiplin. Hal ini cukup membuat kesal Reno dan dia menyalahkan Ayu yang tidak membangunkannya atas kejadian ini.

Sedangkan Ayu, setelah mengantar anaknya ke sekolah dia tidak langsung pulang, melainkan pergi ke rumah tetangganya yang bernama Ira, dia seorang janda dengan satu anak. Dan selama ini dia punya usaha katering yang cukup ramai pelanggan. Usianya tidak jauh berbeda dengan Ayu tapi dia sudah bisa mandiri setelah ditinggalkan suaminya karena selingkuh dengan wanita lain.

"Mbak Ira, saya datang kesini mau minta tolong, bisa saya ikut bantu - bantu masak? Kebetulan saya ingin bekerja biar gak suntuk di rumah saja tapi saya tidak bisa meninggalkan Sela. Jadi kalau ikut bantu katering di sini kan saya masih bisa sambil mengawasi Sela."

"Kamu serius Yu, kebetulan kalau kamu mau membantu aku juga sedang butuh tambahan orang untuk bantu menyiapkan pesanan Bu Kades. Kalau kamu mau bisa langsung mulai dari sekarang."

"Iya mbak saya mau, terima kasih banyak ya."

"Ayu, saya tahu kamu sedang tidak baik - baik saja. Ada apa denganmu sampai mau bekerja bantu - bantu di tempat saya? Kalau memang kamu butuh teman cerita mbak siap kok dengarkan. Karena mbak tahu bagaimana sifat keluarga suamimu."

mendapat pertanyaan seperti itu membuat hati Ayu jadi tersentuh, bahkan yang orang lain saja mengerti bagaimana perasaannya yang sedang bingung. Tapi justru suaminya sendiri selalu menyakiti hatinya.

"ya mbak, aku memang butuh pekerjaan karena tidak mungkin selalu berharap pada gaji mas Reno yang akan selalu habis untuk dibagi - bagikan kepada keluarganya. Sedangkan untukku dan juga Sela dia selalu perhitungan. Bahkan dia tidak perduli apakah kami sudah makan atau belum. Yang dia pentingkan hanya kebahagiaan ibu dan saudara - saudaranya. Oleh karena itu aku ingin punya penghasilan sendiri agar bisa memenuhi kebutuhanku dan Sela agar tidak selalu seperti orang yang mengemis jika ingin meminta pada mas Reno."

"Mbak turut prihatin dengan keadaan rumah tanggamu. Tapi memang ibu mertuamu itu keterlaluan. Harusnya dia menasehati anaknya agar berubah menjadi lebih baik, bukannya malah mengompori anaknya. Kamu bisa bekerja disini mulai dari sekarang, kamu juga bisa ajak anak kamu kalau pulang sekolah, biar nanti bisa bermain dengan anakku Naya disini.

"Iya mbak, terima kasih banyak sudah mau membantuku."

Ayu tidak perduli lagi dengan tanggapan suaminya nanti kalau dia tahu sekarang Ayu bekerja pada Ira. yang penting sekarang dia punya pekerjaan sendiri untuk hidupnya dan juga Sela.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!