NovelToon NovelToon

Cinta Buta Rani

1. LIBURAN

Akhirnya setelah beberapa tahun bekerja keras Rani Maharani bisa juga merasakan liburan.

Ya...beberapa tahun ini memang Rani sangat disibukan dengan kegiatan show-show on air maupun off air. Foto shoot baik untuk di media sosial maupun iklan-iklan.

Rasanya Rani sudah lupa kapan terakhir kali dia bisa menikmati saat-saat santai tanpa dikejar-kejar oleh pekerjaan maupun fans. Tapi Rani bahagia karena kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.

Rani adalah seorang gadis kampung yang dianugerahi oleh Tuhan suara yang indah. Tapi untuk menempati posisinya seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah. Menyanyi dari panggung ke panggung, dari kampung ke kampung, dari hajatan ke hajatan.

Dibayar pun sekedarnya. Bahkan kadang hanya dibayar dengan hasil kebun. Tapi Rani tidak pernah berputus asa apalagi patah semangat. Impiannya ingin menjadi penyanyi sukses yang bisa dikenal oleh orang seIndonesia bahkan satu dunia. Dan membahagiakan orang tuanya serta menaikan derajat mereka.

Rani bernyanyi selalu ditemani oleh ibu dan ayahnya. Walaupun mereka juga orang kampung yang berpendidikan rendah, mereka selalu mendukung cita-cita Rani apapun itu asalkan baik dan halal. Kemana-mana mereka selalu menemani.

Pekerjaan orang tua Rani sebenarnya hanyalah sebagai buruh tani. Di bayar denga upah harian. Tapi kalau Rani sedang ada panggilan manggung, mereka selalu menemaninya. Karena Rani adalah putri mereka semata wayang. Ya...Rani anak tunggal di keluarganya. Dia tidak memiliki kakak maupun adik. Walaupun hidup sederhana, mereka selalu bersyukur dan bahagia.

Akhirnya sekitar 5 tahun yang lalu, saat itu Rani baru saja lulus SMU. Umurnya baru saja 18 tahun. Kakak sepupunya Rani, Erni Susanti memberitahu bahwa ada sebuah ajang pencari bakat menyanyi di salah satu tv swasta nasional.

Ranipun mendaftar dan lolos audisinya. Setelah itu Rani terus lolos hingga final dan grand final. Atas berkah dari Allah SWT serta doa dan dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya, akhirnya Rani menjadi juara pertama di ajang tersebut. Betapa bahagianya Rani saat itu. Begitu pula orang tua dan keluarga besarnya. Bahkan nama kampungnya pun ikut terkenal. Rani sangat bersyukur karena bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Dari sini pundi-pundi rupiah pun terkumpul. Hal yang tidak pernah dibayangkan. Rani bisa merenovasi rumah orang tuanya bahkan membeli kendaraan, sawah dan kebun untuk investasi di masa tua nanti. Orang tuanya pun tidak perlu lagi bersusah-payah menjadi buruh di sawah atau kebun orang lain. Justru sekarang Rani yang menggaji orang-orang untuk bekerja di sawah dan kebunnya.

Untuk urusan ini ayah mempercayakannya kepada om Sugeng, adik kandung beliau.

------------

Hari ini cuaca cerah sekali. Rani beserta kedua orang tuanya dan Erni yang sekarang menjabat sebagai asisten pribadinya bertolak ke Bali.

Ooh....sudah lama sekali Rani mengimpikan liburan ke Bali, seperti yang pernah dibangga-banggakan Suryani temannya, yang anak pak Lurah itu. Katanya Bali indah sekali...lautnya, pantainya cantik...apalagi di sana banyak bule-bule yang juga berlibur. Pokoknya asyik sekali kata Suryani menyombongkan liburannya yang entah ke berapa kali ke pulau dewata itu. Maklum Suryani adalah satu-satunya teman Rani di kampung yang kaya karena ayahnya Lurah dan ibunya memiliki peternakan sapi dan ayam disana. Pendeknya keluarganya kaya raya.

Mereka tiba di bandara Ngurah Rai Bali saat sore hari. Saat matahari hampir terbenam. Rani dan keluarga menginap di salah satu penginapan terbaik di Nusa Dua.

Penginapan ini tepat berada dipinggir pantai. Terdiri dari beberapa rumah-rumah kecil atau kabin, memiliki kolam renang outdoor, kolam renang laguna dan kolam renang hot tub. Woooww....benar-benar penginapan nomer wahid.

Kamarnya pun mewah sekali. Rasanya tak pernah bisa Rani bayangkan bisa menginap di tempat seperti itu.

Satu hal lagi yang Rani sukai dari liburan ini adalah semuanya gratis. Benar-benar gratis. Hadiah dari salah satu penyanyi senior yang menjadi mentor Rani di ajang pencarian bakat waktu itu. Ibu Eka Savitri. Beliau memang sangat baik. Beliau tidak segan membagi ilmunya kepada para penyanyi pendatang baru di dunia hiburan. Juga memberikan bantuan berupa bantuan finansial.

Bahkan mencarikan tempat tinggal untuk penyanyi pemula seperti Rani di ibu kota Jakarta.

Karena hari sudah hampir malam dan mereka pun sudah lelah akibat perjalanan panjang dari Jakarta ke Bali ini, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di kabin saja. Makan malam diantar ke kabin. Makan malam berupa ayam bakar dan sate ayam adalah makanan kegemaran Rani dan keluarga.

Kabin ini terdiri dari dua kamar, ruang tengah, dapur dan halaman belakang yang cantik dan dilengkapi jacuzzi pribadi. Kamar satu ditempati orangtuanya dan yang satunya lagi ditempatinya bersama Erni.

Anggap saja sekalian honeymoon untuk orang tua Rani. Karena memang selama menikah mereka belum pernah sekalipun berbulan madu.

Mereka makan malam dalam suasana santai di halaman belakang. Karena di sana juga ada kolam renang yg langsung menyambung ke laut. Penginapan ini benar-benar kelas satu dan mengutamakan privacy bagi pengunjungnya. Ibu Eka Savitri adalah salah satu member VVIP di penginapan ini. Beliau juga paham kalau Rani ingin sekali berlibur dengan tenang tanpa gangguan fans sebisa mungkin. Dia memang membutuhkan suasana tenang seperti ini untuk men-charge tenaga kembali untuk menghadapi kesibukan yang telah menanti minggu depan.

"Ayyoo....bangun...bangun....Rani Maharani !!!" dengan tanpa berperikemanusiaan Erni Susanti membangunkan Rani dengan semangat.

" Astagfirullah....Erni...gila loe ya...bangunin orang apa ngajak berantem sih?" jawab Rani sedikit kesal karena tidur cantiknya terganggu oleh kehebohan Erni pagi ini. Yang ditegur malah cengar-cengir tanpa merasa berdosa.

" Ya..elo lagian...susah banget dibangunin. Katanya mau jogging ke pantai. Sekalian lihat matahari terbit. Tuh..ayah sama ibu aja udah siap. Masa kalah ama yang tua. Tinggal tuan putri aja yang belum ngapa-ngapain."

Oh..iya...memang pagi ini Rani dan keluarga berencana jalan-jalan di pantai sambil menyaksikan sunrise. Sekalian menghirup udara segar. Kapan lagi kan...mumpung di Bali...kalau di Jakarta mana bisa..apalagi udaranya sudah penuh polusi asap knalpot kendaraan bermotor. Setelah solat subuh, secepat kilat Rani menyusul keluarganya ke depan untuk berangkat bersama.

"Ayok...semua...nanti keburu mataharinya terbit" kata Rani sambil memakai sepatu ketsnya.

"Lah...nih anak...dia yang lama..malah kita yang diburu-buru...dasar..!"Erni mengomel pendek.

Ayah dan ibu hanya tertawa melihat kelakuan kedua anak gadis itu. Erni memang anak dari adik kandung ayah Supriyadi yang juga merupakan sahabat Rani. Erni dan Rani hanya terpaut 2 tahun.

Dan mereka pun tinggal bersebelahan rumah d kampung. Jadi hubungan mereka berdua sangatlah akrab. Kadang kalau ayah dan ibu tidak bisa menemani Rani manggung maka Erni dan om Sugeng yang menemani. Ibu Erni sudah meninggal sejak Erni SD kelas 5. Jadi dia sudah menganggap ayah dan ibu Rani seperti orang tua pengganti. Begitupula Rani terhadap om Sugeng.

Rani dan keluarga sampai di pantai saat matahari hampir terbit. " Waah....cantik sekali. Pemandangan kayak gini ga boleh disia-siain nih! " batin Rani. Berbekal kamera smartphone keluaran terbaru, Rani mengabadikan sunrise pagi ini. Untuk diposting di medsos nanti setelah kembali ke Jakarta. Karena kalau di posting sekarang...bisa ketahuan sedang berlibur di Bali. Bisa-bisa liburan Rani batal karena harus meladeni para fansnya.

Kadang Rani heran dengan para fans itu...kenapa mereka sangat kepo kemana Rani pergi, apa yang dikerjakannya, sama siapa Rani di tempat tersebut dan lain sebagainya. Tapi Rani menyadari ini merupakan konsekuensi sebagai seorang public figure.

Yah...awal-awal Rani memang kaget dengan keadaan tersebut. Tapi lama kelamaan Rani pun menikmatinya. Anggap saja itu merupakan bentuk dukungan dan cinta mereka terhadap artis idola mereka. Mereka ingin artis atau aktor tersebut sempurna tanpa cela. Tapi mereka kadang lupa bahwa artis atau aktor juga manusia biasa seperti mereka.

Sedang asyik merekam video tiba-tiba punggung Rani menabrak seseorang. Memang Rani sedang mengambil video sambil berjalan mundur jadi dia tidak melihat ada orang di belakangnya.

"Aduh..." hampir saja Rani terjatuh terjengkang ke belakang. Untung saja orang yag ditabrak itu dengan sigap menangkap tubuh mungil Rani.

"Aduuh...Rani...hati-hati donk...Loe sih...banyak gaya amat sih... ngambil video pake mundur-mundur." omel Erni sambil terkikik geli melihat sepupunya jatuh dengan sangat tidak elegan.

Sedangkan ayah dan ibu sedang asyik duduk mengobrol di pinggir pantai beralaskan kain pantai yang mereka bawa. Tidak jauh dari posisi Rani. Tapi sepertinya mereka tidak menyadari apa yang terjadi karena sedang asyik mengobrol, mesra sekali. Memang walaupun sudah tidak muda lagi namun kedua orang tua Rani tetaplah mesra dan akur.

Kadang Rani berfikir apa dia akan mendapatkan pasangan hidup yang sebaik ayahnya? Apakah bisa mesra dan saling mencintai sampai akhir hayat? Seperti kedua orangtuanya?

"Eh....kamu ga apa-apa?" tanya cowok yang ditabrak Rani. Rani hanya bengong menatap laki-laki tersebut. Rani belum bisa dengan jelas melihat wajah orang yang ditabraknya karena silau terkena cahaya matahari pagi. Sebab laki-laki itu berdiri membelakangi cahaya matahari. Jadi Rani sedikit menyipitkan mata dan melindungi mata nya dari silaunya cahaya matahari. Setelah pemuda itu sedikit bergeser barulah Rani bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Rahangnya yang tegas, alis matanya yang lebat dan hitam, bibir yang penuh, merah muda, juga sepasang lesung pipinya...benar-benar membuat Rani terpana sampai hampir saja lupa untuk bernafas.

"MasyaAllah...gantengnya.."desis Rani spontan.

"Maaf..kamu bilang apa? Kamu ga apa-apa kan? Ada yang luka ga?" sahut pemuda tampan tersebut.

Erni mencubit pinggang Rani "centil deh.." kata Erni berbisik.

"Eh..ga apa-apa kok mas...."jawab Rani gelagapan, "cuma kaget aja.."

"Ooh...syukurlah. Aku khawatir kamu terluka. Kayaknya tadi nabrak nya lumayan keras soalnya" sahut lelaki tampan tersebut sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan terawat sempurna.

"Kalau begitu aku permisi ya...maaf sekali lagi.." ujar pemuda itu langsung pergi meninggalkan Rani setelah teman-temannya memanggil dari kejauhan. Pemuda itu sempat menoleh dan melambaikan tangan ke arah Rani. Yang disambut lambaian tangan malu-malu oleh Rani.

"Heh....kenapa loe..senyum-senyum gitu? Kesambet ya loe??" colek Erni.

"MasyaAllah....gila...ganteng banget Er..." sambut Rani sambil loncat-loncatan kegirangan persis monyet dikasih kacang.

"Hush...MasyaAllah aja...jangan pake gila segala.." sambar Erni.

"Eh...iya MasyaAllah..." kata Rani meralat ucapannya. "Ya udah...ayok...balik ke kabin. Kan kita masih ada schedule jalan-jalan disini. Mau ke Pura di tanah lot, ke Legian, ke Kuta, pasar beli oleh-oleh buat orang rumah sama teman-teman kita..buat sodara...buat fans elo...pokoknya masih banyak deh kegiatan kita buat 5 hari ke depan. Lagian kalau telat..kasian tour guide nya nunggu lama." kata Erni sambil menarik tangan Rani yang sepertinya masih terpesona ke sosok pemuda tampan tadi.

Karena liburan ini sudah dijadwalkan oleh tour guide yang disewa ibu Eka Savitri maka rombongan Rani tidak kebingungan mau kemana selama di Bali. Jadwal sisa hari ini mulai jam 9 pagi adalah water sport di Tanjung Benoa Nusa Dua. Disambung naik Glass Bottom Boat ke Pulau Penyu dimana pengunjung bisa melihat dasar laut dari dasar kapal yang terbuat dari kaca transparan.

Kemudian pengunjung juga bisa ber-snorkling ria. Kemudian juga boleh ikut melepaskan anak-anak penyu atau tukik ke laut. Diteruskan dengan makan siang di restoran sekitar.

Saat makan siang ,setelah lelah beraktifitas snorkling dan lain sebagainya ternyata Rani bertemu kembali dengan laki-laki muda yang MasyaAllah gantengnya itu di restoran. Ternyata dia juga ikut travel yang sama dengan Rani sekeluarga. Hanya berbeda kelompok saja.

"Hei....kamu...kan yang tadi pagi nabrak aku di pantai.." sapa pemuda tampan itu kepada Rani yang sedang duduk sendiri di mejanya sambil menyeruput jus strawberry dengan sedotan.

"Eehh...e...iya...mas yang tadi ya...maaf ya mas...saya beneran ga sengaja tadi.." jawab Rani tergagap.

"Hahaha...iya ga apa-apa kok. Saya tau kamu ga sengaja." kata pemuda itu sambil tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang manis.

" Btw kok sendirian? Temen kamu yang heboh tadi kemana?"

"Oo...oh...dia lagi ke toilet. Kamu sendiri sama siapa?" tanya Rani.

"Saya...sama tuh...monyet-monyet di sana" tunjuk nya ke arah meja dekat aquarium raksasa, disebelah kanan meja Rani. Tampak disana ada dua orang laki-laki lainnya. Yang sepertinya sepantaran dengan pemuda ini.

"Kalau kamu berdua aja sama temen kamu yang tadi?" tanyanya.

"Oooh...enggak. Aku sama Erni sepupu aku yang heboh tadi. Trus sama kedua orang tua aku. Mereka lagi ambil makanan disebelah sana." tunjuk Rani ke arah orang tuanya yang sedang mengambil makanan prasmanan di area bagian belakang restoran.

"Oo...gitu.." kata pemuda tampan itu. " ooh..iya...kenalin aku David Bramantyo" sambil mengulurkan tangannya.

"Aku..." belum sempat Rani memperkenalkan diri David langsung memotong ucapannya

" Rani Maharani kan...bener kan??"

"Iii...iya...kok...tau?" tanya Rani bingung. Kok bisa pemuda tampan ini tau siapa dia. Padahal rasanya mereka baru bertemu hari ini.

" Iya...tau lah....siapa yang ga kenal Rani Maharani penyanyi juara satu lomba Tunjukan Suara-mu itu.

" "Wah....saya penggemar mba Rani looh....Waahh...nggak nyangka ya bisa ketemu disini." jawab David dengan mata berbinar-binar.

"Ooh..iya...ya..." jawab Rani sambil tersenyum malu-malu lupa bahwa dia sekarang sudah setenar itu.

"Saya ga nyangka..ternyata mba Rani tuh orangnya low profile ya...ga sombong mentang-mentang udah nge top. Malah lupa kalau udah tenar. Hehehehe...." tawa David ringan.

"Ya ampuun....ganteng amat sih nih cowok...senyumnya..."batin Rani dalam hati.

"Ya udah mba...kalau gitu saya balik ke meja saya ya...tuh...piaraan saya udah pada ribut. "Kata David sambil tersenyum lebar.

Pp"Iya mas...silahkan... Oh iya...panggil Rani aja...ga usah pake mbak segala. "

"Oooke deh Rani...Eh...tapi sebelumnya boleh ga saya minta tanda-tangan Rani? Di kaos yang saya pake aja ya?"

"Oo..boleh donk..."sambut Rani kemudian memberi tanda tangan di kaos pemuda itu menggunakan spidol permanen yg dipinjam dari pelayan restoran.

"Makasih ya Ran...kamu baik banget..." ucap David kemudian kembali ke mejanya yang disambut dengan heboh oleh teman-temannya.

Bersambung....

2. LIBURAN (2)

Setelah pertemuan hari itu dengan David Bramantyo, Rani tidak bisa melupakan pemuda itu. Dia takjub dengan wajah tampannya dan perawakan tubuh pemuda itu yang atletis.

"Aduuh...rasanya seneng banget kali ya...punya laki seganteng dan sekeren itu." pikir Rani sambil senyum-senyum sendiri di dalam kamar yang dia dan Erni tempati selama liburan ini. "Kenapa nih anak senyum-senyum sendiri?" kata Erni sambil menjitak pelan kepala Rani.

"Aduh...apaan sih loe Er....ngangetin orang aja." kata Rani sambil bersungut-sungut sebal karena lamunan indahnya diganggu cewek heboh satu ini.

"Ya..lagian elo.. dari tadi dipanggil ibu buat makan malam tuh.." imbuh Erni. Langsung Rani melesat keluar kamar menghampiri ibunya yang sedang di dapur setelah mendengar penjelasan Erni.

"Hooii...Rancil....pertanyaan gw belom lo jawab. Kenapa loe senyum-senyum sendiri? " teriak Erni dari kamar tapi tak mendapat jawaban karena Rani sudah keburu kabur menghampiri ibu di dapur.

"Ibu manggil Rani? " tanya Rani ke dapur tempat ibunya yang sedang sibuk mencuci gelas.

"Iya...kamu sama Erni mau makan disini apa mau ke luar?" tanya ibu. "Disini aja deh bu...Rani capek dari pagi udah main air melulu soalnya."jawab Rani sambil memeluk ibunya dari belakang.

"oke kalau begitu..mau masak apa mau pesan aja?" tanya ibu sambil berbalik dan memeluk putri semata wayangnya itu. "Pesan aja lah bu. Kasian ibu juga pasti kan capek seharian tadi jalan-jalan." jawab Rani tak tega kalau ibunya harus masak makan malam pula.

Padahal perjalanan ini kan judulnya liburan. Akhirnya mereka memutuskan untuk memesan makanan khas Bali ke bagian dapur penginapan. Memang penginapan ini termasuk lengkap. Pengunjung bisa masak sendiri ataupun memesan makanan ke dapur. Bila memasak sendiri pengunjung bisa mengambil atau memesan bahan makanan yang dibutuhkan ke bagian dapur.

Sambil menunggu pesanan makan malam datang Rani,ayah,ibu dan Erni berkumpul di ruang tengah menonton TV dan makan buah-buahan yang disediakan di dalam kulkas di masing-masing kabin. Namanya juga penginapan kelas satu jadi semua fasilitasnya lengkap dan pengunjung tidak akan kelaparan. Setiap dua hari sekali buah dan minuman di kulkas diisi ulang oleh pihak penginapan. Pengunjung juga boleh meminta buah, minuman, atau camilan snack yang mereka inginkan. Ibu Eka Savitri benar-benar memastikan Rani dan keluarga melewatkan liburan yang memuaskan di sini.

"Neng....siapa pemuda tadi yang ngobrol sama kamu di restoran?" tanya ayah Supriyadi pada Rani sambil mencari acara yang ingin ditontonnya di TV layar datar 42 inchi tersebut "Pemuda yang mana Yah?" tanya Rani pura-pura tidak tahu.

"Itu...yang di restoran...setelah kita naik perahu yang bolong ada kacanya itu."tanya ayah lagi. Maksud beliau adalah perahu Glass Bottom Boat.

"Oo...itu...bukan siapa-siapa kok Yah...cuma fans Rani aja." jawab Rani kalem menyembunyikan rona wajahnya.

"Ooo...cowok yang loe tabrak itu ya Ran?" tanya Erni juga. Rani menjawab hanya dengan mengangguk-anggukan kepalanya.

"Eh...tapi kayaknya pernah liat dia dimana ya Ran..?" sambung Erni. "Masa sih Er?"Tanya Rani. "Iya...ya....dimana ya???" sambung Rani sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ooohh....iya.."kata Erni sambil berdiri dari sofa dengan semangat seperti orang yang mendapat ide besar saja. "Dia kan...David Bramantyo...pemain sinetron itu looh Ran...Bu...Yah.."

"Sinetron yang mana? " tanya ayah. "Itu loo..Yah...yang cuma berapa episode gitu...ga tau kenapa ga dilanjutin . Kayaknya kurang peminat deh bu.." jawab Erni. "Ooo...iya Rani ingat...judulnya Cinta Supir dan Majikan? Ya kan...Er?"

"Iya bener..itu...gosipnya..ga di lanjutin karena kurang peminat yang nonton trus...akting Si David juga kaku gitu. Jadi ga enak diliat." sambung Erni. "Sayang banget ya...padahal David ganteng banget loh..."kata Rani sambil mencomot apel yang baru dipotong ibu.

"Yaaa...ganteng aja kan ga cukup neng..kalau ga dibarengi sama akting yang bagus." kata ibu sambil tangannya tetap sibuk mengupas apel dan pir. "Iya Ran....lagipula denger-denger si David itu juga kelakuannya rada minus gitu." sambung Erni lagi.

"Minus gimana Er?" sambut Rani, penasaran juga dia dengan sosok ganteng yang dua kali dia temui hari ini. " Dia itu sok...kata kru tv yang kemarin ketemu pas shooting acara Tangga Lagu yang minggu lalu elo diundang itu Ran. Kata mereka David berasa udah jadi artis top. Dateng telat terus, maunya ruangan sendiri, tempramental dan lain sebagainya deh...makanya mereka sebal kalau dia datang diundang. Padahal dia juga masih artis baru. Belum top banget. Tapi gayanya udah selangit. Katanya lagi...dia itu bawaan artis penyanyi senior. Jadi mereka segan untuk nolak. Makanya pas rating sinetronnya ga bagus...ya...mau ga mau...sinetron dihentikan dan dia di cut. Daripada ongkos produksi membengkak tapi sponsor ga masuk karena rating rendah. Pihak TV dan production house kan ga mau rugi. "Jelas Erni panjang sambil ikut memakan potongan apel dan pir yang sudah ibu kupas dan potong. "Oo...jadi begitu..." kata Rani dalam hati sambil manggut-manggut.

Tak berapa lama pesanan makan malam mereka pun datang. "Udah ah...ghibah aja. Lagipula belum tentu benar semua itu." kata ibu sambil menata makanan yang baru datang ke atas meja makan dibantu Erni dan Rani.

-------++++------

Tak terasa liburan di Bali sudah hampir selesai. Hari ini adalah hari terakhir Rani beserta keluarga di Bali. Mereka berencana untuk shopping, berbelanja oleh-oleh ke pasar tradisional Sukawati yang akan diantar oleh tour guide mereka. Bli Anto, tour guide mereka selama di Bali orang yang sangat baik.

Dia bahkan tahu tempat-tempat belanja murah meriah dan bagus. Jadi Rani senang sekali padanya. Dia berencana memberikan give away kepada dua puluh lima fans nya yang beruntung berupa kaos khas Bali bertanda-tangan Rani dan kerajinan khas bali. "Pasti para fans gw bakalan senang banget, nih!. Tanpa mereka juga, gw bukanlah siapa-siapa" ujar Rani dalam hati. Rani sangat menghargai fans-fans nya yang selalu mendukungnya dari awal dan sampai akhirnya dia bisa terkenal seperti saat ini. Mereka selalu men-support Rani kapanpun dan dimanapun.

Pernah waktu itu Rani terpaksa dirawat di RS karena kelelahan akibat manggung dari kota ke kota. Road show di 10 kota di Indonesia. Para fans menjenguk Rani ke RS, walaupun mereka tidak diperbolehkan masuk karena Rani harus beristirahat. Tapi mereka tetap mengirimkan dukungan berupa doa, bunga, boneka, coklat dan lain sebagainya. Rani sangat terharu atas perhatian para fans itu. Hal ini membuat Rani bersemangat untuk lanjut berkarya demi mereka. Rasanya bahagia sekali bila jerih payah kita dihargai orang lain.

Di pasar Sukawati pengunjung tidak terlalu ramai. Karena memang saat ini belum masuk musim liburan. Rani suka suasana seperti ini. Tidak terlalu ramai.

Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang. "Hai...Rani...ketemu lagi kita.." kata sebuah suara dibelakang Rani. Sedangkan ayah yang berada disampingnya ikut menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ibu dan Erni berada di depan mereka sedang tawar menawar dengan seorang pedagang tas anyaman khas Bali.

"Ooh...hai..mas David. Lagi belanja juga?" tanya Rani tanpa bisa menyembunyikan kegembiraan hatinya bertemu kembali dengan pangeran tampannya. "Iya...beli oleh-oleh buat orang rumah." jawabnya sopan.

"Oiya...ini mas...kenalkan ayah saya." kata Rani memperkenalkan ayahnya pada David. David pun memperkenalkan diri dengan sopan dan sekaligus pamit untuk meneruskan berbelanja bersama rombongan tournya yang lain.

"Itu neng...yang namanya David? Yang tempo hari dibicarakan Erni?" tanya ayah.

"Iya..Yah.." jawab Rani tapi matanya tak lepas menatap punggung menjauh pemuda itu. "Memang ganteng sekali ya neng...tapi ganteng aja ga cukup...yang paling penting akhlaknya.Inget ya neng...kalau mau cari suami...yang utama akhlaknya dulu baru tampangnya." sambung ayah. Rani hanya mengangguk setuju dengan kata-kata ayah.

Tapi entah kenapa pikirannya tak bisa lepas dari David Bramantyo. "Apa ini tandanya aku jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Rani dalam hati. Tapi dia pun tidak mau berharap terlalu tinggi. Karena Rani sadar wajahnya biasa-biasa saja. Standar. Tubuhnya pun kecil. Jauh dari kata sexy. Hidungnya tidak mancung. Kulitnya tidak putih alias sawo matang. Hanya suaranya yang indahlah satu-satunya kelebihannya. Rani tidak menyadari bahwa banyak kelebihan lain yang dia miliki. Hatinya baik. Dia tidak tega melihat orang lain sengsara. Sudah banyak warga kampungnya yang dibantu. Dari mulai diberi pekerjaan, diberi modal usaha, anak yatim dan dhuafa dikampungnya pun sekarang hampir semua kebagian santunan dari Rani. Rani tidak mau anak-anak di kampungnya putus sekolah.

Selesai berbelanja hari sudah mulai petang. Rani dan keluarga kembali ke penginapan untuk persiapan pulang esok hari ke ibu kota. Untuk memulai pekerjaan yang sudah menunggu. Rani bahagia dengan apa yang dia kerjakan jadi dia tidak merasa hal-hal itu menjadi beban. Malah dia sangat bersyukur. Makanya dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah mempercayainya. Malam Rani dan Erni pamit kepada ibu dan ayah untuk pergi ke pantai melihat suasana malam.

Selama di Bali ini Rani puas sekali bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam hampir setiap hari di pantai. Karena memang kabinnya sangat dekat dengan pantai. Membuatnya leluasa melihat sunrise dan sunset setiap hari.

"Malam cantik..." sebuah suara menyapa Rani yang sedang sendirian duduk di kursi yang memang tersedia di pantai. "Kok...sendirian?"tanyanya. "Ooh....mas David.." sapa Rani malu-malu..."aku berdua kok sama Erni. Dia lagi pesan minuman ke sana" tunjuk Rani dengan pandangan matanya ke arah mini bar. "Mas...ga sama teman-temannya?" tanya Rani. "Ada kok...tuh mereka kesini" jawab David. Tak lama kemudian Erni dan dua orang teman David datang bergabung. "Kenalin Ran...ini Jono..ini Ari." kata David sambil menunjuk Jono yang berperawakan gendut dan Ari yang berambut keriting khas orang Timur." Salam kenal mba Rani." sapa Jono

"Salam kenal juga kakak, beta Ari." sapa Ari " Kalau nona manis ini siapakah?" tanya Ari dengan logat Timurnya yang kental. " Ini Erni sepupu sekaligus sahabat aku" jawab Rani memperkenalkan Erni pada David dan teman-temannya. Mereka mengobrol seru sekali sampai tak terasa sudah hampir tengah malam.

"Ran...udah malam. Balik yuk...besok pagi kan kita harus pulang. Ayah ibu juga pasti khawatir kita belum balik ke kabin udah malam gini." ajak Erni pada Rani.

"Oo..iya...ayuk deh...maaf ya...saya balik duluan soalnya besok udah harus pulang." pamit Rani pada David dan teman-teman. "Oke deh kakak Rani dan kakak Erni. Senang berkenalan dengan kalian." kata Ari dengan logat timurnya yang kental itu. "Yaah...mba Rani kok udah mau pulang sih?" kata Jono dengan mimik lucu. "ish...loe pada keganjenan amat sih. Kasian lah udah malem. Anak gadis ga baik udah malem masih kelayapan." sambar David yang disambut cie...cie...heboh dari kedua temannya.

"Rani aja mas Jono dan kak Ari. Jangan pake mbak segala...berasa tua deh." jawab Rani sambil tertawa menyambut candaan mereka. Erni juga tertawa melihat kekonyolan David dan kedua temannya. Mereka sangat seru diajak mengobrol sampai tidak terasa waktu sudah beranjak tengah malam.

"Ran...aku anter boleh?" tanya David sopan. Tentu saja hal ini disambut baik oleh Rani dengan hati berbunga-bunga. Mimpi apa semalam bisa diantar oleh pangeran impian. Batin Rani berkata. Selama diperjalanan yang cukup dekat itu mereka hanya terdiam menikmati udara pantai malam hari. Erni cukup tahu diri, jadi dia berjalan lebih dulu di depan Rani dan David.

"Ran...aku boleh minta nomer kontak pribadi kamu?" tanya David pelan malu-malu, seperti takut terdengar oleh Erni yang sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.

"Hhmmm...buat apa mas? Ya..boleh aja sih..." jawab Rani tersipu. Rani yakin sekali kalau saat ini pipinya sudah semerah tomat saking malunya. " Ya..buat..ngobrol aja sama kamu. Pengen kenal kamu lebih deket gitu.." jawab David sambil tersenyum manis. Senyuman sejuta watt yang melelehkan hati Rani seketika. Dan Rani pun memberikan kontak pribadinya pada David. Padahal biasanya Rani tidak mau memberikan kontak pribadinya kepada sembarang orang. Apalagi ini orang yang baru beberapa kali dia temui.

Sesampai di depan kabin David langsung pamit pulang. Karena sudah malam dan khawatir meninggalkan kedua monyet peliharaannya itu di pantai. Maksudnya Jono dan Ari. Yang disambut tawa oleh Rani dan Erni. "Kocak banget sih si David itu ya Ran...masa Jono ama Ari dibilang monyet peliharaan." tawa merka berdua sambil masuk ke dalam kabin.

"Astagfirullah...Ayah..." pekik Rani pelan. Hampir saja berteriak. Ternyata ayah sudah berada di depan pintu kabin. "Dari mana saja kalian? Ga liat sekarang udah jam berapa? Udah lewat tengah malam! Ayah telfon ke hape kalian ga ada yang jawab. Hampir aja ayah lapor security buat cari kalian berdua.!" hardik ayah berang. "Maaf yah....Rani lupa..baterai hape Rani habis. Trus di pantai tadi ada band, juga kembang api. Kami sampai lupa waktu saking asyiknya."

"Ii...iya..ayah..."kata Erni takut- takut. "Hape Erni ga kebawa. Ketinggalan di kamar. " "Kamu Erni...kan asisten Rani...harusnya kamu jaga Rani...ingetin dia..jadwal kita besok pesawat pagi jam 7."

"Iya..Yah...Erni salah...lupa waktu. Lupa kewajiban Erni." Rani hanya menunduk. Kalau ayah sudah keluar taringnya begini lebih baik diam saja. Daripada tambah panjang nanti omelannya.

"Ya..sudah..kalian masuk kamar. Bersih-bersih. Terus istirahat. Sudah rapi barang-barang yang mau dibawa pulang semua besok?" tanya ayah melunak. "Sudah Yah...sudah rapi semua." jawab Rani.

" Ya sudah..sana." kata ayah.

Sepeninggal Rani dan Erni ke kamar, ayah pun masuk ke kamarnya. Ternyata ibu belum tidur. "Kenapa Yah? Anak-anak sudah pulang?" "Sudah bu..." "Tapi kenapa wajah ayah kok risau begitu?"tanya ibu. "Tadi Rani dan Erni diantar David. Pemuda yang tadi siang ketemu di pasar tempat kita beli oleh-oleh bu." Jawab ayah sambil merebahkan diri disamping istri tercintanya.

"Terus? Kenapa? Bagus dong...berarti dia pemuda yang baik. Mau mengantar para gadis pulang karena sudah malam begini." kata ibu lagi. "Entah lah bu....rasanya..kok aku kurang sreg sama dia. Memang dia sopan dan baik. Tapi...entah lah bu...ayah ga mau berburuk sangka." jawab ayah sambil memejamkan mata. Walaupun hatinya tidak tenang. Entah apa sebabnya.

Bersambung.....

3. DAUN MUDA

"Gimana...gimana Vid?" tanya Jono cengengesan. "Udah lo anter tu cewek ke kabinnya?"

"Udah dong...gw juga berhasil dapetin kontak pribadinya."jawab David dengan jumawa.

"Wiih...mantap kali lah kau." sambut Ari dengan takjub.

"Setau gw...si Rani ini kan anak baik-baik banget bro. Dia juga ga sembarangan mau kasih nomer ke orang lain. Apalagi ini baru dikenal. Kok loe..bisa sih?" tanya Jono kepo.

"Aah...elu sih ndut...ga tau cara deketin cewek. Makanya sampe umur segini loe belom laku juga' jawab David sombong.

"Iya lah...si David ini kan....don juan, Jon. Ga macam kita. Tampang pas-pasan. Isi kantong pun pas-pasan." kata Ari disambut gelak tawa David dan Jono.

"Hhmmm....bisa gw jadiin tambang emas baru nih cewek kayaknya..." batin David. " Sekali-sekali main sama daun muda lah...kayaknya bakalan seru nih...masa sama yang tua terus.

Sepertinya Rani ini juga anaknya baik dan lugu. Bisa nih..kayaknya..." David membatin sambil tersenyum simpul.

Teman akrab David, Jono dan Ari bukannya tidak tahu kelakuan David Bramantyo sang perayu ulung. Banyak perempuan muda maupun tua yang sudah terkena pesonanya. Sebenarnya kalau mau berusaha bersungguh-sungguh David bisa saja menjadi artis pemain sinetron atau film yang mumpuni.

Hanya saja dia terlalu sadar dengan ketampanannya, malas dan tidak mau bekerja keras. David lebih suka cara yang mudah untuk mendapatkan uang atau kekayaan. Serta bersenang-senang. Yaitu dengan merayu wanita-wanita kaya kesepian. Wanita-wanita ini rela memberikan uang, mobil bahkan rumah.

Tapi itu belum cukup buat David. Dia haus perhatian dan pujian. Dia sangat suka kalau orang memujanya. Mencintainya.

Saat ini David masih berhubungan dekat dengan seorang penyanyi senior. Ibu Eka Savitri. Beliau sampai saat ini masih dengan teratur memberikan uang saku bulanan yang tidak sedikit untuk David. Ibu Eka Savitri sayang sekali pada David. Bahkan beliau memberikan David kesempatan untuk belajar akting lebih baik lagi di sebuah sekolah akting ternama di Jakarta. Secara private pula. Karena ia ingin cita-cita David menjadi aktor terkenal bisa tercapai. Tapi sayangnya lagi-lagi David malas.

Menurutnya buat apa susah payah kerja keras bagai kuda kalau dengan rayuan maut dan senyuman manisnya saja bisa membuat wanita-wanita mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk dia. Tapi sekarang rasanya lain. David merasa tertantang untuk menaklukan gadis lugu seperti Rani. Dan dia yakin bisa memanfaatkan gadis itu. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk Rani.

------+++++------

Sudah tiga hari semenjak kepulangannya ke Jakarta. Dengan rajin Rani mengecek aplikasi perpesanan di ponselnya. Tapi chat yang ditunggu tidak kunjung datang.

"Huuuffhhhh..." hembus nafas Rani panjang. "Kenapa loe Ran?" tanya Erni.

"Kok lesu amat...kan baru aja dapet kontrak main mini seri dari TV? Harusnya seneng donk.." lanjut Erni.

"Ga apa-apa kok...cuma...masih keinget liburan kemarin aja. Enak kali ya...kalau bisa sering-sering ke sana." elak Rani.

"Haalaaahhh....gw tau. Loe kangen kan....sama pangeran loe itu?"tebak Erni tepat sasaran. "Idiih...apaan sih loe. Enggak lah...ngapain juga kangen ama dia. Kenal aja baru. Masa udah kangen-kangenan aja" elak Rani lebih lanjut. "Hahahaha.....ga usah sewot dong neng...gitu aja sewot." jawab Erni sambil menjawil dagu Rani. "Lagian kalau kangen juga ga apa-apa kok." lanjut Erni sambil senyum lebar.

Sejujurnya Rani memang kangen pada David. Dia ingin melihat lagi wajah tampannya dan senyum manisnya yang sudah membuat hati Rani tidak karuan. Rani memang sudah jatuh pada pesona pemuda tampan tersebut.

"Tapi...mana mungkin sih...cowok seganteng dan sesempurna itu inget sama aku yang biasa aja seperti ini. Apalagi sampai tertarik dan suka." kata Rani dalam hati.

"Pasti kan....selera dia juga cewek-cewek model yang tinggi, putih, sexy dan cantik. Ga kayak aku." lanjut Rani sambil menyisir rambutnya yang hitam sepunggung di depan cermin kamar tidurnya dengan tampang sedih.

"Udah lah....lupain aja pangeran impian itu. Namanya juga impian belum tentu jadi nyata." hibur Rani dalam hati.

Lagipula besok Rani harus ke PH Eka Nusa, salah satu production house terkenal di Indonesia milik ibu Eka Savitri untuk mengambil naskah mini seri baru berjudul Cinta Majikan dan Supir yang merupakan sinetron yang sempat gagal tayang beberapa waktu lalu karena rating yang rendah. Memang segaja sutradara dan produser sinetron ini membuat kembali menjadi mini seri dengan harapan lebih disukai penonton daripada jadi sinetron yang episodenya bisa panjang dan lama.

Rencananya mini seri ini hanyalah terdiri dari 7 episode. Dengan cerita seorang supir yang diam-diam mencintai anak majikannya. Lambat laun anak majikan yang judespun akhirnya luluh dengan perhatian dan kebaikan sang supir. Yaah....cerita cinta-cintaan yang klise sebenarnya. Cerita cinta yang banyak digemari sebagian besar penonton Indonesia. Cerita yang melambungkan khayalan bahwa si kaya bisa bersatu dengan si miskin. Dengan sedikit bumbu komedi yang norak. Seperti kebanyakan sinetron tanah air tapi sangat digemari penonton. Tentu saja dengan budget yang seminim mungkin.

Ternyata hari ini tidak sesibuk yang Rani bayangkan. Dia hanya perlu mengambil naskah dari kantor PH dan mempelajarinya dulu di rumah.

Lusa baru dia dan pemeran-pemeran lainnya akan berkumpul untuk pembacaan naskah. Jadi mini seri ini memang tidak memakai audisi untuk mengisi peran-perannya. Para pemeran sudah ditentukan sendiri oleh ibu Eka selaku produser, karena dia sudah tahu kemampuan masing-masing artis yang dia tunjuk.

"Oke lah kalau begitu" kata Erni selaku asisten Rani. "Kita langsung pulang apa mau ke mana dulu Ran?" tanya Erni sambil berjalan berdua Rani menuju mobil honda brio merah yang Rani beli dari honor pertamanya sebagai model iklan sabun cuci piring.

"Hhmm....ke mall aja yuk. Sekalian makan siang. Gw udah mulai laper nih! Trus cuci mata deh..kali aja ada baju yang lucu lagi sale. " jawab Rani sambil membuka pintu mobil bagian penumpang di depan. Sedangkan Erni di bagian pengemudi, karena memang Erni yang akan mengemudikan si mungil merah ini. Sedangkan Rani belum berani menyetir mobil sendiri.

"Siip lah...loe ga ribet ntar kalau ketemu fans loe?" Tanya Erni sambil memasasang sabuk pengaman. "Enggaklah...ga apa-apa. Udah biasa sekarang sih. Lagian kan ada ini..."kata Rani sambil menunjukan rambut palsu pendek yang dia ambil dari jok belakang.

Ya..memang sekarang Rani suka memakai rambut palsu dan dandanan berbeda kalau ke tempat umum. Supaya tidak terlalu dikenali para fansnya. Bukannya sombong atau bagaimana, dia hanya ingin santai menikmati waktunya sebisa mungkin. "Siip lah" jawab Erni sambil melajukan kendaraan.

-----+++++-------

"Eeh..Ran... Itukan cowok yang waktu itu? Si David?" Tanya Erni sambil menikmati burger di salah satu gerai makanan cepat saji yang banyak bertebaran di mall tersebut.

" Oohh...iya kayaknya." Jawab Rani malas. Dia sudah tidak berharap bertemu dengan pemuda yang gantengnya MasyaAllah itu. Lagipula pemuda itupun tidak pernah menghubunginya setelah pertemuan terakhir mereka saat pemuda itu mengantar Rani ke kabin penginapan di Bali. Maka mereka pun meneruskan makan siang dengan tenang. Walau begitu, ekor mata Rani tak pernah lepas dari David sampai pemuda itu hilang dari pandangan.

David ke mall untuk menemani seorang wanita paruh baya berbelanja. Mami Eka Savitri begitu dia memanggilnya. Ibu Eka Savitri selalu mengenalkan David Bramantyo sebagai keponakan jauhnya kepada teman dan kerabatnya. Padahal mereka sudah tahu bagaimana hubungan sebenarnya kedua orang itu.

Setelah berbelanja outfit terbaru mereka meneruskan pergi ke spa langganan ibu Eka. David sangat menyukainya. Sebagai laki-laki metro seksual David sangat memperhatikan penampilan. Dia pun rajin nge-gym seminggu tiga kali. Saat sedang di spa David bertanya

" Mami...kapan kita mulai shooting mini seri yang baru ini? Aku udah ga sabar. Udah lama kan..aku ga muncul di TV."

"Sabar dong sayang..." Kata mami Eka sambil memejamkan mata menikmati pijatan di punggungnya oleh sang terapist. 

"Paling dua atau tiga hari lagi."

" Lusa pembacaan naskah. Kamu harus dateng ya.."sambung mami Eka.

" Mami udah pasang kamu sebagai pemeran utamanya looh! Dan Rani Maharani pemeran utama wanitanya.

Mendengar nama Rani disebut mata David yang tadinya terpejam setengah mengantuk langsung segar. "Beneran Mam? Aku yang jadi pemeran utama prianya?" Dijawab dengan anggukan mami Eka.

Sebenarnya bukan karena jadi pemeran utama yang membuat David bersemangat, tapi mendengar nama Rani disebut. Berarti dia bisa segera melaksanakan rencananya untuk mendekati gadis itu tanpa terlalu mencolok. David bukannya lupa tidak menghubungi Rani, hanya saja dia sedang menyusun strategi untuk mendekati gadis itu. "Seperti main layangan harus ada tarik-ulur nya"pikir David tersenyum.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!